Category: Liputan6.com Regional

  • Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Liputan6.com, Jakarta – Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat yang rusak parah akibat banjir bandang.

    BPBD Agam mencatat 10 orang meninggal dunia akibat banjir yang membawa material batu-batu dan kayu besar. Selain itu juga ratusan orang lainnya masih mengungsi.

    Pada Sabtu (6/12/2025), jurnalis Liputan6.com bergabung dengan tim warga bantu warga yang menyalurkan bantuan melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, untuk masuk ke Nagari Sungai Batang.

    Butuh dua hari menembus medan hingga bisa sampai ke lokasi ini. Bantuan untuk warga baru bisa sampai pada tanggal 7 Desember 2025.

    Di hari pertama perjalanan terkendala karena hujan deras yang mengguyur, menyebabkan daerah Bayur Maninjau dilanda banjir yang bercampur lumpur dan bebatuan.

    Kemudian di titik selanjutnya juga terjadi longsor. Bantuan yang semula akan dikirim melalui jalan darat kemudian disambung dengan perahu nelayan, dibatalkan. Tim sempat terjebak di wilayah Koto Kaciak, Maninjau.

    Kemudian setelah mendapat masukan dari sejumlah warga setempat, perjalanan menuju Sungai Batang akhirnya dialihkan melalui jalan darat melewati Tanjung Sani, yang sebelumnya juga dilanda longsor.

    Longsor di daerah ini sebelumnya yang membuat Nagari Sungai Batang terisolir sehingga bantuan harus dikirim dengan kapal nelayan.

    Namun beruntung pada tanggal 7 Desember 2025, material sudah dibersihkan meski masih sangat riskan ketika hujan deras mengguyur.

    Perjalanan melalui rute ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dibanding jalur biasanya menuju Sungai Batang, sejumlah titik longsor juga memperlambat laju kendaraan.

    Pada 7 Desember siang, rombongan warga bantu warga tiba di Sungai Batang, tanah kelahiran Buya Hamka.

    Ketika masuk lebih dalam, Danau Maninjau yang biasanya dapat dilihat sebegitu indah dari lokasi ini dengan hamparan persawahan, kini menyisakan kepiluan. Material sisa-sisa banjir bandang terlihat jelas, bebatuan dan kayu-kayu besar menimbun lahan pertanian dan rumah warga.

    Warga bantu warga membawa bantuan bahan pokok, pakaian anak-anak, pakaian dalam dan selimut untuk para pengungsi di tiga jorong (dusun) di Nagari Sungai Batang.

    Selain itu, di dalam tim ini juga terdapat paramedis yang memeriksa kesehatan para pengungsi.

    Warga Masih Mengungsi

    Ratusan warga masih bertahan di pengungsian. Mereka seperti hidup dengan jam kondisi darurat: pagi pulang ke rumah sebentar, malam kembali mengungsi.

    “Saat siang kami pulang, kalau hujan kami balik ke pengungsian. Kalau hujan, banjir lagi,” kata warga bernama Eva Susanti (55).

    Eva menyebut kebutuhan utama mereka kini bukan sekadar bantuan makanan. “Kami butuh cangkul membersihkan rumah, kebutuhan perempuan dan popok anak,” ujarnya.

    Alat berat jug sangat dibutuhkan untuk mengalihkan aliran air dari hulu agar banjir tidak kembali setiap hujan turun. “Ini sudah sembilan hari, tiap hujan masih banjir,” ujar warga lain.

  • Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Liputan6.com, Jakarta – Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat yang rusak parah akibat banjir bandang.

    BPBD Agam mencatat 10 orang meninggal dunia akibat banjir yang membawa material batu-batu dan kayu besar. Selain itu juga ratusan orang lainnya masih mengungsi.

    Pada Sabtu (6/12/2025), jurnalis Liputan6.com bergabung dengan tim warga bantu warga yang menyalurkan bantuan melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, untuk masuk ke Nagari Sungai Batang.

    Butuh dua hari menembus medan hingga bisa sampai ke lokasi ini. Bantuan untuk warga baru bisa sampai pada tanggal 7 Desember 2025.

    Di hari pertama perjalanan terkendala karena hujan deras yang mengguyur, menyebabkan daerah Bayur Maninjau dilanda banjir yang bercampur lumpur dan bebatuan.

    Kemudian di titik selanjutnya juga terjadi longsor. Bantuan yang semula akan dikirim melalui jalan darat kemudian disambung dengan perahu nelayan, dibatalkan. Tim sempat terjebak di wilayah Koto Kaciak, Maninjau.

    Kemudian setelah mendapat masukan dari sejumlah warga setempat, perjalanan menuju Sungai Batang akhirnya dialihkan melalui jalan darat melewati Tanjung Sani, yang sebelumnya juga dilanda longsor.

    Longsor di daerah ini sebelumnya yang membuat Nagari Sungai Batang terisolir sehingga bantuan harus dikirim dengan kapal nelayan.

    Namun beruntung pada tanggal 7 Desember 2025, material sudah dibersihkan meski masih sangat riskan ketika hujan deras mengguyur.

    Perjalanan melalui rute ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dibanding jalur biasanya menuju Sungai Batang, sejumlah titik longsor juga memperlambat laju kendaraan.

    Pada 7 Desember siang, rombongan warga bantu warga tiba di Sungai Batang, tanah kelahiran Buya Hamka.

    Ketika masuk lebih dalam, Danau Maninjau yang biasanya dapat dilihat sebegitu indah dari lokasi ini dengan hamparan persawahan, kini menyisakan kepiluan. Material sisa-sisa banjir bandang terlihat jelas, bebatuan dan kayu-kayu besar menimbun lahan pertanian dan rumah warga.

    Warga bantu warga membawa bantuan bahan pokok, pakaian anak-anak, pakaian dalam dan selimut untuk para pengungsi di tiga jorong (dusun) di Nagari Sungai Batang.

    Selain itu, di dalam tim ini juga terdapat paramedis yang memeriksa kesehatan para pengungsi.

    Warga Masih Mengungsi

    Ratusan warga masih bertahan di pengungsian. Mereka seperti hidup dengan jam kondisi darurat: pagi pulang ke rumah sebentar, malam kembali mengungsi.

    “Saat siang kami pulang, kalau hujan kami balik ke pengungsian. Kalau hujan, banjir lagi,” kata warga bernama Eva Susanti (55).

    Eva menyebut kebutuhan utama mereka kini bukan sekadar bantuan makanan. “Kami butuh cangkul membersihkan rumah, kebutuhan perempuan dan popok anak,” ujarnya.

    Alat berat jug sangat dibutuhkan untuk mengalihkan aliran air dari hulu agar banjir tidak kembali setiap hujan turun. “Ini sudah sembilan hari, tiap hujan masih banjir,” ujar warga lain.

  • Berawal dari Bau Busuk, Wanita Muda Ditemukan Tewas di Indekos Sukabumi

    Berawal dari Bau Busuk, Wanita Muda Ditemukan Tewas di Indekos Sukabumi

    Liputan6.com, Jakarta – Warga Kampung Tegal Wangi, RT 04/02, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, digegerkan dengan penemuan jasad wanita berinisial AG (22) di dalam sebuah indekos pada Sabtu (6/12/2025) malam.

    Penemuan jasad yang sudah dalam kondisi membusuk ini bermula dari kecurigaan warga yang mencium bau busuk di sekitar lingkungan kos. Setelah ditelusuri lebih lanjut, sumber aroma tidak sedap tersebut ternyata berasal dari kamar yang dihuni AG.

    “Iya, sudah membusuk, perempuan, kelahiran 2003, saya tidak tau lama enggaknya dia kos disini,” ujar ketua RT setempat, Budianto. 

    Dia mengatakan, dari keterangan yang diterima penjaga kos, wanita tersebut jarang terlihat keluar kamar. Posisi kamar kos yang berada dekat gerbang, membuat warga sekitar pun jarang melihat aktivitas korban yang tinggal sendiri. 

    “Belum pernah laporan (tinggal disini). Ketemu? Enggak pernah, kata yang jaga kosan tinggal sendiri,” jelasnya.

     

  • Rencana Tawuran Besar Gangster di Pati Terendus

    Rencana Tawuran Besar Gangster di Pati Terendus

    Liputan6.com, Jakarta – Polisi meringkus ABS (17) dan IMA (15), dua remaja yang menjadi anggota gangster di Kabupaten Pati, Senin (8/12/2025). Dari penangkapan keduanya, polisi mendapat informasi mengenai rencana tawuran besar gangster.

    Selain menangkap dua remaja yang terlibat komplotan gangster, polisi juga menyita empat bilah senjata tajam di rumah dua pelaku di Kecamatan Tlogowungu.

    Pengungkapan ini dilakukan Unit Reskrim Polsek Tlogowungu, usai menerima laporan masyarakat terkait adanya penyimpanan senjata tajam di sebuah rumah di Desa Tlogorejo.

    “Laporan itu langsung kami tindaklanjuti, karena menyangkut keselamatan warga,” ujar Kapolsek Tlogowungu AKP Mujahid.

    Aparat polisi kemudian bergerak cepat melakukan penyelidikan. Tim mendatangi rumah pelaku yang menyimpan senjata tajam yang telah dipersiapkan untuk tawuran berdarah.

    Empat senjata tajam yang diamankan berjenis corbek dan celurit. Dua terduga pelaku menyembunyikan senjata tajam di dalam kamar.

    “Kedua remaja ini tidak dapat mengelak saat petugas menemukan barang bukti. Senjata tajam tersebut memiliki panjang berbeda, mulai dari ukuran pendek hingga mencapai dua meter, ” paparnya.

    Berdasarkan pemeriksaan awal, pelaku ABS mengaku tergabung dalam kelompok gangster All Star Pati. Sedangkan IMA merupakan anggota West Boy.

    Kedua pelaku juga mengakui bahwa senjata tajam itu hendak digunakan untuk tawuran antargangster.

    “Rencananya, tawuran berlangsung pada Sabtu, 13 Desember 2025. Ini jelas berbahaya dan harus segera dicegah,” tandasnya.

    Tidak hanya dua remaja tersebut, petugas juga mendapatkan informasi mengenai satu pelaku lain berinisial W (17), warga Kecamatan Tlogowungu yang juga turut terlibat.

    Namun keberadaan pelaku belum tertangkap. Polisi memastikan bahwa proses pengejaran terhadap pelaku lain terus dilakukan.

    “Kami sudah mengantongi identitasnya dan akan kami amankan secepatnya,” ungkapnya.

    Seluruh barang bukti senjata tajam telah disita. Kedua remaja saat ini mendekam di ruang tahanan Mapolsek Tlogowungu untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    Polisi juga melakukan klarifikasi kepada kedua terduga pelaku, dengan menghadirkan orang tua masing-masing sebagai pendamping.

  • Hutan Gundul di Pesisir Barat Lampung, Masifnya Praktik Pembalakan Liar

    Hutan Gundul di Pesisir Barat Lampung, Masifnya Praktik Pembalakan Liar

    Sebelumnya, Direktur Ditreskrimsus Polda Lampung, Kombes Pol Dery Agung Wijaya mengatakan, pihaknya menindaklanjuti temuan aktivitas dugaan pembalakan liar di kawasan hutan Kabupaten Pesisir Barat.

    Sesampainya di lokasi, tiga orang yang berada di sana sudah ditangkap dan dimintai keterangan.

    “Kami sudah mengecek langsung lokasi, dan sementara aktivitas di sana telah kami hentikan,” kata Dery di Lampung, Senin (8/12/2025).

    Adapun ketiga orang yang ditangkap diantaranya satu orang pekerja, satu operator alat, seorang mandor.

    “Mereka masih kami perlakukan sebagai saksi,” ungkap Dery.

    Selain itu, dia menuturkan, Polda Lampung menggandeng Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dalam proses penyelidikan.

    “Kami masih terus melakukan pendalaman. Mohon bersabar, perkembangannya akan kami informasikan,” kata Dery.

  • Banjir Rendam Permukiman di Pontianak, Puluhan Warga Mengungsi

    Banjir Rendam Permukiman di Pontianak, Puluhan Warga Mengungsi

    Selama puluhan tahun, banjir pasang di Kota Pontianak dipengaruhi siklus bulan, angin monsun, dan pelemahan daya resap tanah dataran rendah.

    Ahli hidrologi menilai kenaikan permukaan laut global berdampak pada kota-kota pesisir Kalimantan Barat. Setiap tahunan, pasang meningkat beberapa sentimeter sejalan anomali iklim.

    Fenomena gelombang menahan arus sungai menuju muara disebut kondisi “stacking”. Ketika angin kuat bertiup dari laut, gelombang membentuk semacam palang raksasa di depan mulut sungai.

    Seketika, air sungai kehilangan jalur keluar. Begitu air pasang masuk, genangan bertahan lama.

    Desember jadi bulan rawan. Curah hujan meningkat. Terjadinya compound flooding menambah dampak, yakni kombinasi hujan deras, pasang tinggi, serta angin laut. Perumahan dekat Kapuas termasuk lokasi rentan.

    Para akademisi mengusulkan penataan ulang permukiman tepian sungai, peninggian jalan, serta restorasi drainase.

    Selain itu, program mangrove dianggap dapat meredam gelombang dengan cara alami. Namun jalan panjang perencanaan butuh dukungan anggaran, koordinasi lintas instansi, termasuk kesiapan warga relokasi sukarela.

    Di aula camat, pengungsi duduk saling menguatkan. Relawan menyeduh kopi hangat bagi lansia. Ibu-ibu membagi selimut tipis untuk balita. Anak-anak menghabiskan waktu dengan menggambar di atas kertas. Satu tulisan kecil bertuliskan “air tolong pergi” menempel di dinding.

    Solidaritas muncul spontan. Warga memasak mi instan. Petugas kesehatan memantau tekanan darah lansia. Pemerintah mengirim bantuan logistik untuk 3–5 hari. Dalam jangka menengah, kebutuhan air bersih, vitamin, susu balita menjadi prioritas.

    Sementara itu, status siaga tidak berarti mengakhiri gelombang. Kota menunggu udara cerah. Semua menyadari Pontianak memiliki tantangan besar menahan air rob. Namun sikap gotong royong menjadi modal sosial mengurangi dampak.

  • Banjir Rendam Permukiman di Pontianak, Puluhan Warga Mengungsi

    Banjir Rendam Permukiman di Pontianak, Puluhan Warga Mengungsi

    Selama puluhan tahun, banjir pasang di Kota Pontianak dipengaruhi siklus bulan, angin monsun, dan pelemahan daya resap tanah dataran rendah.

    Ahli hidrologi menilai kenaikan permukaan laut global berdampak pada kota-kota pesisir Kalimantan Barat. Setiap tahunan, pasang meningkat beberapa sentimeter sejalan anomali iklim.

    Fenomena gelombang menahan arus sungai menuju muara disebut kondisi “stacking”. Ketika angin kuat bertiup dari laut, gelombang membentuk semacam palang raksasa di depan mulut sungai.

    Seketika, air sungai kehilangan jalur keluar. Begitu air pasang masuk, genangan bertahan lama.

    Desember jadi bulan rawan. Curah hujan meningkat. Terjadinya compound flooding menambah dampak, yakni kombinasi hujan deras, pasang tinggi, serta angin laut. Perumahan dekat Kapuas termasuk lokasi rentan.

    Para akademisi mengusulkan penataan ulang permukiman tepian sungai, peninggian jalan, serta restorasi drainase.

    Selain itu, program mangrove dianggap dapat meredam gelombang dengan cara alami. Namun jalan panjang perencanaan butuh dukungan anggaran, koordinasi lintas instansi, termasuk kesiapan warga relokasi sukarela.

    Di aula camat, pengungsi duduk saling menguatkan. Relawan menyeduh kopi hangat bagi lansia. Ibu-ibu membagi selimut tipis untuk balita. Anak-anak menghabiskan waktu dengan menggambar di atas kertas. Satu tulisan kecil bertuliskan “air tolong pergi” menempel di dinding.

    Solidaritas muncul spontan. Warga memasak mi instan. Petugas kesehatan memantau tekanan darah lansia. Pemerintah mengirim bantuan logistik untuk 3–5 hari. Dalam jangka menengah, kebutuhan air bersih, vitamin, susu balita menjadi prioritas.

    Sementara itu, status siaga tidak berarti mengakhiri gelombang. Kota menunggu udara cerah. Semua menyadari Pontianak memiliki tantangan besar menahan air rob. Namun sikap gotong royong menjadi modal sosial mengurangi dampak.

  • Rekonstruksi Adik Bunuh Kakak Ipar di Pringsewu, Golok Akikah Berlumur Darah

    Rekonstruksi Adik Bunuh Kakak Ipar di Pringsewu, Golok Akikah Berlumur Darah

    Diberitakan sebelumnya, polisi menangkap Adji Darma Saputra. Peristiwa pembunuhan itu dipicu ucapan korban yang dianggap membuat sakit hati pelaku.

    Kapolres Pringsewu AKBP Yunnus Saputra mengatakan, insiden bermula ketika Adji sedang beristirahat di rumah, pada Rabu malam (1/10/2025) sekira pukul 23.30 WIB. Pelaku terbangun dari tidurnya lantaran mendengar teriakan korban dari belakang rumah.

    “Korban berteriak, ‘saya tidak mau kamu tinggal di sini, monak-manak koyo kucing (beranak terus seperti kucing)’. Perkataan itu membuat pelaku tersinggung,” ujar Yunnus, Kamis, (2/10/).

    Tersulut emosi, Adji keluar rumah sambil membawa sebilah golok. Dia langsung menyerang Alfian berkali-kali.

    “Korban sempat berusaha menyelamatkan diri dengan berlari, namun tetap dikejar dan kembali diserang,” jelas dia.

    Aksi itu baru berhenti setelah orang tua korban melerai. Adji kemudian meninggalkan lokasi dan meminta perlindungan Ketua Karang Taruna setempat agar tidak diamuk warga.

    Tak lama kemudian, polisi datang dan mengamankannya ke Mapolres Pringsewu. Meski sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, nyawa Alfian tak tertolong. Korban tewas dengan tiga luka akibat sabetan senjata tajam di kepala, bahu dan punggung.

  • 8 Daerah di Riau Tetapkan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi, 4 Lainnya Diminta Menyusul

    8 Daerah di Riau Tetapkan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi, 4 Lainnya Diminta Menyusul

    Liputan6.com, Jakarta – Delapan kabupaten/kota di Provinsi Riau telah menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi sebagai langkah antisipasi menghadapi potensi banjir dan longsor di musim hujan.

    Namun, masih terdapat empat daerah yang belum menetapkan status siaga tersebut, yaitu Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, dan Kepulauan Meranti.

    “Ada empat daerah yang belum menetapkan status siaga hidrometeorologi, dari 12 kabupaten/kota di Riau ini. Kami mengimbau kabupaten/kota yang belum menetapkan jangan sampai setelah kejadian baru ditetapkan,” kata Kepala BPBD dan Damkar Riau, M. Edy Afrizal, dikutip dari Antara, Senin (8/12/2025).

    Adapun untuk delapan daerah yang sudah menetapkan status siaga hidrometeorolgi, Kabupaten Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Siak, Kuantan Singingi, Rokan Hilir, Bengkalis, Kota Pekanbaru dan Dumai.

    Edy Afrizal meminta keempat daerah tersebut segera menetapkan status siaga karena merupakan daerah yang rawan terjadinya bencana banjir dan longsor. Termasuk jika pintu waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air Koto Panjang dibuka, dan akan menyebabkan terjadi banjir terutama daerah di bantaran sungai, seperti Kabupaten Kampar dan Pelalawan.

    “Daerah yang rawan bencana itu seperti Kampar dan Pelalawan. Sekarang ini curah hujan cukup tinggi dikhawatirkan terjadi banjir apalagi waduk PLTA dibuka. Kalau untuk daerah pesisir itu biasanya rawan banjir rob, dan sudah terjadi di Kota Dumai, Inhil dan Bangkalis. Biasanya banjir rob sebentar dan surut satu dua jam,” jelasnya. 

  • Warkop Perdjuangan Jogja Beri Layanan Penuh bagi Perantau Terdampak Banjir, dari Sepiring Nasi hingga Tempat Bernaung

    Warkop Perdjuangan Jogja Beri Layanan Penuh bagi Perantau Terdampak Banjir, dari Sepiring Nasi hingga Tempat Bernaung

    Bagi Krishna, memastikan perut mahasiswa itu kenyang adalah langkah pertama, bukan akhir perjalanan. Ia dan tim di Warkop Perdjuangan mengamati lebih dalam. Mereka melihat bagaimana kekhawatiran akan biaya kos bulan depan seringkali lebih mencemaskan daripada rasa lapar hari ini. Dari pengamatan itu, solidaritas yang awalnya disajikan di atas piring pun mulai bertransformasi, merangkul kebutuhan yang lebih mendasar dan mendesak, yakni keamanan akan sebuah tempat untuk pulang, sebuah atap yang tetap bisa mereka sebut “kost”.

    “Kita sadar bahwa pemulihan di sana tidak akan cepat. Sementara di sini, tagihan kos tetap datang setiap bulan,” ujar Krishna, menjelaskan logika di balik perluasan bantuan. Dari kesadaran itulah, lahirlah dua program lanjutan yang menjadi penyangga nyata bagi para perantau, yakni Bantuan Perpanjangan Biaya Kos dan Shelter Kost Terdekat.

    Program-program ini dirancang dengan prinsip kemudahan dan transparansi. Syaratnya sederhana namun jelas: tunjukkan identitas sebagai anak rantau yang sedang berjuang, yakni KTP asal daerah terdampak dan KTM yang masih aktif. Mereka terbuka, namun juga realistis. Oleh karena itu ada kuota yang harus diperhatikan karena sumber daya yang ada memang terbatas.