Category: Liputan6.com Regional

  • Polisi Tangkap 5 Pelaku Tawuran Maut di Medan, Senjata yang Disita Mengerikan

    Polisi Tangkap 5 Pelaku Tawuran Maut di Medan, Senjata yang Disita Mengerikan

     

    Liputan6.com, Medan – Tim Gabungan Polres Pelabuhan Belawan bersama Brimob Polda Sumut yang diperbantukan ke Polres Pelabuhan Belawan, berhasil melakukan penangkapan terhadap lima pemuda terduga pelaku aksi tawuran maut yang terjadi di Medan pada Minggu (7/9/2025) silam. 

    Kelima pelaku yang ditangkap masing-masing berinisial RM (18), APP (20), RS (23), ACP (19), dan HN (20).

    Plt. Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Wahyudi Rahman, melalui Kabag Ops Kompol Jan Piter Napitupulu, menjelaskan penangkapan dilakukan dalam dua tahap. 

    Pada Selasa (16/9/2025) sekitar pukul 22.00 WIB, Unit Pidum Sat Reskrim berhasil mengamankan tiga terduga pelaku yaitu RM, AP, dan RS di Kelurahan Tanah 600 Marelan. 

    Selanjutnya, dari hasil interogasi, tim melakukan pengembangan pada pukul 00.30 WIB di Jalan Selebes, Belawan, dan bersama personel Brimob berhasil menangkap 2 pelaku lainnya yakni ACP dan HN.

    Dari penangkapan tersebut, petugas juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa 7 senjata tajam berupa kelewang, 4 pelontar panah, dan 6 anak panah beracun yang diduga digunakan saat aksi tawuran berlangsung.

    “Barang bukti ini memperkuat dugaan keterlibatan para pelaku dalam aksi tawuran maut tersebut,” jelasnya, Rabu (17/9/2025).

    Kompol Jan Piter menambahkan, saat ini kelima pelaku masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui peran masing-masing.

    “Apabila terbukti melakukan tindak pidana, maka kasus ini akan dilanjutkan ke proses penyidikan sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.

    Ia juga mengimbau masyarakat agar bersama-sama menjaga situasi kamtibmas agar tetap aman dan kondusif. Pihaknya berharap dukungan penuh dari masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi.

    “Hindari aksi kekerasan, dan segera melaporkan jika mengetahui adanya potensi tawuran atau gangguan kamtibmas lainnya. Dengan kebersamaan, kita bisa menjaga Belawan tetap aman,” pungkasnya.

     

  • Cerita Miris Imbas Jalan Rusak 20 Tahun Tak Kunjung Diaspal: Ibu Hamil Terpaksa Melahirkan di Jalan

    Cerita Miris Imbas Jalan Rusak 20 Tahun Tak Kunjung Diaspal: Ibu Hamil Terpaksa Melahirkan di Jalan

    Liputan6.com, Sukabumi – Selama lebih dari 20 tahun, warga Desa Sirnasara, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, harus berhadapan dengan masalah yang sama: kerusakan parah jalan kabupaten yang tak kunjung diperbaiki.

    Akibat jalan rusak itu, seorang ibu hamil terpaksa melahirkan di tengah jalan karena sudah keburu pembukaan sebelum sampai di rumah sakit. Guncangan keras akibat jalan rusak membuat kondisinya malah makin memburuk hingga persalinan tak dapat ditunda lagi.

    Kepala Desa Sirnasara, Okih Suryadi, membenarkan bahwa jalan ini sudah rusak parah selama lebih dari 20 tahun. 

    “Itu kerusakannya sudah 20 tahun lebih, sampai saat ini belum ada realisasinya,” ujar Okih, Rabu (17/9/2025).

    Okih mengungkapkan keprihatinan mendalam atas peristiwa yang menimpa warganya. Ia menjelaskan bahwa kurangnya akses transportasi yang layak, seperti ambulans desa, memperburuk situasi. 

    “Banyak orang yang sakit, yang melahirkan, yang melahirkan itu sampai melahirkan di tengah jalan. Saya khawatir sekali,” katanya.

    Menurut Okih, pemerintah desa tidak bisa menyediakan ambulans karena perhitungan biaya perbaikan jalan yang membentang hingga 70 kilometer di seluruh wilayah desa sangat besar. 

    Lubang-lubang besar dan tumpukan batu tajam menjadi pemandangan yang tak terhindarkan setiap hari, membuat para pengendara harus ekstra hati-hati.

    “Kan saya tidak punya ambulans, kenapa tidak punya ambulans karena saya perhitungan itu jalan desa itu 70 kilo meter (yang rusak harus diperbaiki),” ujarnya

    Saat musim kemarau, debu tebal beterbangan, mengganggu pernapasan warga dan mengurangi jarak pandang. Namun, kondisi justru jauh lebih buruk saat musim hujan. 

    Lubang-lubang besar yang dipenuhi air berubah menjadi kubangan lumpur, bahkan hampir menutupi seluruh badan jalan. Banyak warga yang harus menunda perjalanan atau mengambil risiko untuk melintasi jalan rusak ini. 

    Waktu tempuh yang seharusnya singkat, kini berlipat ganda karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan kendaraan melaju cepat.

  • Heboh Pencopotan Kepsek, Wali Kota Prabumulih Singgung Kasus Chat Mesum

    Heboh Pencopotan Kepsek, Wali Kota Prabumulih Singgung Kasus Chat Mesum

    Liputan6.com, Prabumulih – Setelah heboh kasus pemecatan Roni Ardiansyah sebagai Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih Sumatera Selatan (Sumsel), Wali Kota Prabumulih Arlan akhirnya angkat bicara.

    Dia mengklarifikasi terkait isu pencopotan Kepala Sekolah Roni Ardiansyah dan sekuriti sekolah, yang dikaitkan dengan anaknya yang ditegur karena membawa mobil ke sekolah

    Dalam akun media sosial (medsos) Instagram pribadinya @cak.arlan_official, Arlan meminta maaf atas isu yang disebutnya sebagai bola liar di medsos.

    “Saya sebagai Wali Kota Prabumulih, meminta maaf kepada Pak Roni dan seluruh masyarakat Prabumulih,” ungkapnya Selasa (16/9/2025).

    Didampingi sejumlah pejabat di lingkup Pemkot Prabumulih, Arlan berkata jika isu pemecatan kepsek Roni tersebut tidak dapat dibenarkan alias hoaks yang tersebar di medsos.

    Dia juga membantah memutasi Roni Ardiansyah , karena anaknya membawa mobil. Padahal, anaknya hanya diantar saja.

    “Masalah berita-berita yang hoaks di media, yang mengatakan Pak Roni sudah diganti dan dipindahkan ke sekolah lain, itu tidak benar. Saya belum memindahkan Pak Roni. Terkait anak saya, itu hoaks. Kalau ini jadi suatu kesalahan, saya meminta maaf kepada Pak Roni dan seluruh masyarakat” katanya.

    Awalnya dia hanya memanggil kepsek Roni untuk memberikan teguran atas kasus di SMPN 1 Prabumulih Sumsel, yang bikin para siswa tidak betah.

    Yakni kasus dugaan chat mesum antara salah satu oknum guru dengan siswanya. Namun belum diketahui lebih lanjut terkait dugaan chat tidak senonoh tersebut.

    “Saya baru menegur Pak Roni karena di sekolah itu ada kasus yang membuat anak sekolah tidak betah di situ. Kasus ini sudah mencuat di media massa. Saya sebagai Wali Kota Prabumulih memanggil Pak Roni, menegurnya, agar jangan sampai terjadi lagi. Dan guru sekolah itu sudah dipindahkan sekitar satu minggu yang lalu,” ucapnya.

     

  • Beredar Surat Undangan Perang Terbuka Antarpemuda di Alor NTT, Polisi Beberkan Pemicunya

    Beredar Surat Undangan Perang Terbuka Antarpemuda di Alor NTT, Polisi Beberkan Pemicunya

     

    Liputan6.com, Alor – Surat undangan mengajak perang terbuka dari pemuda Kampung Welai Barat kepada pemuda dari Kampung Wetabua, Alor NTT, beredar di media sosial. Pihak polres Alor NTT meminta masyarakat setempat untuk tidak terprovokasi. 

    “Jangan terprovokasi dengan undangan ajakan perang terbuka itu. Jangan ditanggapi demi menjaga ketertiban dan keamanan bersama,” kata Kapolres Alor AKBP Nur Azhari, Rabu (17/9/2025).

    Hal ini disampaikan berkaitan dengan keluarnya surat undangan dari Pemuda Kelurahan Welai Barat kepada Pemuda Kelurahan Wetabua di Kabupaten Alor yang mengajak perang terbuka dengan menggunakan alat perang masing-masing.

    Di dalam surat undangan itu dijadwalkan perang terbuka itu dilaksanakan pada Rabu (17/9/2025) hari ini bertempat di lapangan mini Kalabahi yang dijadwalkan pada pukul 10.00 Wita.

    Untuk mengantisipasi bentrok, polisi sudah melakukan patroli gabungan baik TNI, Polri dan Pemda untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di daerah tersebut.

    Nur Azhari mengatakan, tim Pleton Kerangka Polres Alor diterjunkan ke titik-titik rawan, sementara Satuan Intelkam melakukan penggalangan ke pemuda Wetabua agar tidak terprovokasi.

    “Semenjak surat undangan itu keluar kita sudah antisipasi dengan melakukan patroli bersama dan pertemuan sebagai upaya untuk meredam ketegangan, sehingga situasi tetap terkendali,” katanya.

    Hingga kini kondisi kamibmas di Kabupaten Alor khususnya di kedua kelurahan tersebut, kata dia, dalam keadaan kondusif.

     

  • Polisi Kawal Ketat Rapat Pansus Pemakzulan Bupati Pati Sudewo

    Polisi Kawal Ketat Rapat Pansus Pemakzulan Bupati Pati Sudewo

    Liputan6.com, Pati – Rapat Kerja Pansus Hak Angket DPRD Pati lanjutan hari ke-8 dengan menguliti sejumlah kebijakan Bupati Pati Sudewo yang kontroversial, mendapat sorotan banyak pihak. Aparat kepolisian bahkan mengimbau masyarakat agar tidak terpancing provokasi.

    Agenda rapat yang mengupas pemakzulan Bupati Pati Sudewo ini, dijadwalkan berlangsung hari ini, Rabu (17/9/2025), mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai di kantor DPRD Pati.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak mudah percaya dengan isu-isu yang menyesatkan, dan mari bersama menjaga kondusivitas Pati,” pinta Kapolresta Pati Kombes Jaka Wahyudi.

    Peringatan tegas ini diungkapkan Kapolresta Jaka saat memimpin apel pasukan pengamanan Rapat Pansus Hak Angket DPRD Pati pada Rabu pagi.

    Jaka menekankan bahwa langkah pengamanan dari Polresta Pati ini bukan semata demi jalannya rapat Pansus saja. Namun tdemi menjaga kepercayaan publik.

    “Keamanan jalannya rapat pansus ini sangat penting, karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, kami tidak boleh lengah,” tegasnya lagi.

    Kapolresta Jaka menambahkan, pola pengamanan disusun secara berlapis. Yakni ada ring dalam, ring tengah, dan ring luar.

    “Personel ditempatkan strategis, mulai dari pintu masuk DPRD hingga area sekitar kantor,” jelasnya.

    Polresta Pati mengerahkan ratusan personel untuk mengamankan jalannya Rapat Kerja Pansus Hak Angket DPRD Pati.

    Kapolresta Pati, Kombes Pol Jaka Wahyudi menegaskan, ratusan aparat polisi siap mengedepankan pola pengamanan humanis namun tegas.

    “Kami memastikan pengamanan dilakukan secara profesional agar rapat pansus berjalan aman, tertib, dan kondusif,” ungkapnya.

    Kapolresta Jaka menyebut pentingnya sinergi semua pihak dalam menjaga stabilitas. Ratusan personel sudah disiapkan, baik yang berseragam maupun tidak, untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan.

    “Kami juga berkoordinasi dengan TNI, Satpol PP, dan instansi terkait. Personel ditempatkan strategis, mulai dari pintu masuk DPRD hingga area sekitar kantor,” jelasnya.

    Kapolresta Jaka kembali mengajak masyarakat untuk mendukung tugas kepolisian.

    “Mari kita jadikan momentum ini sebagai pembelajaran berdemokrasi yang sehat. Polresta Pati akan terus mengawal setiap proses agar berjalan aman dan damai,” pungkasnya.

     

  • 42 Orang Jadi Tersangka Penghasutan dan Perusakan Fasum saat Demo di Jabar

    42 Orang Jadi Tersangka Penghasutan dan Perusakan Fasum saat Demo di Jabar

    Liputan6.com, Jakarta – Polda Jawa Barat menetapkan 42 orang sebagai tersangka terkait kasus perusakan fasilitas umum dan penghasutan melalui media sosial selama demonstrasi yang berlangsung pada Agustus–September. Polisi juga mengungkap adanya keterlibatan jaringan anarki internasional dalam kericuhan tersebut.

    Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Rudi Setiawan, menjelaskan para pelaku melakukan perusakan dan pembakaran fasilitas umum di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Ia menambahkan, sejumlah anggota kepolisian mengalami luka ringan hingga berat akibat lemparan batu dan bom molotov.

    “Mereka sudah menghujani dengan batu dan bom molotov serta petasan dan benda-benda keras lainnya. Semua ini dan berakhir sampai menjelang pagi hari,” ucap Rudi di Mapolda Jawa Barat, Rabu (17/9/2025).

    Polisi pun akhirnya telah menangkap sebanyak 156 orang pendemo, dan 42 orang di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Sementara selebihnya telah dipulangkan karena tidak terbukti melakukan tindak pidana.

    “Ternyata ini TKP-nya pun tidak hanya di sini. Dari hasil pemeriksaan kita, kita mendapatkan bukti-bukti yang kuat bahwa mereka juga melakukan pengerusakan pembakaran di Pospol Gentong, Tasikmalaya, beberapa waktu lalu,” kata dia.

     

  • Heboh Pencopotan Kepsek, Wali Kota Prabumulih Singgung Kasus Chat Mesum

    Klarifikasi Wali Kota Prabumulih Soal Kisruh Pencopotan Kepsek, Bantah Anaknya Bawa Mobil ke Sekolah

    Sebelumnya ramai diperbincangkan sebuah video yang memperlihatkan tangis haru siswa SMP Negeri 1 Prabumulih, Sumatera Selatan, saat melepas Kepala Sekolah mereka, Roni Ardiansyah.

    Video tersebut pertama kali diunggah akun Instagram @lets.talkdenjoy.

    Dalam rekaman, Roni terlihat tak kuasa menahan air mata ketika disalami satu per satu oleh siswanya. Narasi yang beredar menyebut Roni dimutasi lantaran menegur seorang murid yang merupakan anak pejabat karena membawa mobil ke lingkungan sekolah.

    Roni menegaskan, video itu direkam spontan oleh salah seorang guru tanpa ada rekayasa. Ia menduga para siswa berlari menemuinya karena sudah mendengar isu dirinya akan dipindahkan.

    “Kalau lihat video yang beredar itu tidak ada yang mengkondisikan, mereka lari menyerbu aku. Itu bukan perpisahan resmi, mungkin mereka sudah mendengar isu (bakal dicopot). Video dibuat spontanitas saja oleh guru saya,” kata Roni saat dihubungi, Selasa (16/9/2025).

    Menurut Roni, mutasi yang dialaminya terjadi karena kebijakan yang ia ambil, meski ia enggan merinci kebijakan tersebut.

    “Intinya saya sudah sertijab, saya ikhlas, karena memang penyebabnya saya buat kebijakan. Saya sangat menghormati keputusan pimpinan,” ujarnya.

    Roni menjabat sebagai kepala sekolah sejak Agustus 2023. Sebelumnya, ia pernah memimpin SMPN 7 Prabumulih selama sembilan tahun dan bahkan sempat dikirim ke Tiongkok sebagai bagian dari program pendidikan.

    Meski dikenal sebagai pengajar berprestasi, Roni menerima penugasan baru sebagai guru biasa.

    “Saya baik-baik saja, saya ikhlas,” ucapnya.

  • Dosen UIN Malang Cekcok dengan Tetangga Sampai Aksi Guling-Gulingnya Viral, Pihak Kampus Buka Suara

    Dosen UIN Malang Cekcok dengan Tetangga Sampai Aksi Guling-Gulingnya Viral, Pihak Kampus Buka Suara

    Liputan6.com, Malang – Aksi Imam Muslimin, seorang dosen UIN Malang berguling-guling viral di media sosial. Tindakan itu dipicu konflik dengan tetangganya dan dia siap membawa masalah itu ke jalur hukum.

    Imam mengatakan, peristiwa dia menjatuhkan diri dan berguling di depan rumahnya Jalan Joyogrand Kavling Depag III Atas, Merjosari, Kota Malang, terjadi pada 7 September 2025 siang. Melibatkan dia dengan Sahara tetangga samping rumahnya.

    Bahkan saat malam pada hari yang sama, kata Imam, rumahnya digeruduk Sahara bersama pekerjanya. Sahara bersama dua sopirnya menungu di depan rumah. Seorang sopir turut membawa anak dan istrinya.

    “Saya baru pulang dari masjid langsung dimaki-maki sampai diancam dibunuh,” kata Imam.

    Dia menceritakan, pihak Sahara sampai masuk ke dalam rumah. Seorang di antara mereka mendorong Imam sampai jatuh ke lantai. Seorang di antara mereka bahkan melayangkan pukulan ke Imam. Sejumlah barang di rumah itu pun diacak-acak.

    “Ada sopirnya sampai mematahkan kayu dengan kakinya digunakan mengancam saya,” tutur Imam.

    Esok harinya, Imam dan istrinya melaporkan peristiwa itu ke Polsek Lowokwaru. Kepolisian meminta mereka membawa hasil visum sebagai lampiran dan bukti laporan. Karena laporan tak diproses, sebagai gantinya, digelar mediasi pada 9 September 2025 di polsek.

    “Orang Polsek malah minta ini dihentikan dan menyebut saya orang sakit,” tuturnya.

    Mediasi yang digelar kepolisian berakhir buntu sebab dihadiri Imam dan istrinya, serta Sahara dan Sofyan suaminya. Sedangkan beberapa orang lagi dari pihak Sahara yang terlibat penggerudukan tak hadir dalam mediasi.

    “Mediasi buntu. Pak Sofyan tak terlibat dalam perkara (penggerudukan) malah hadir,” ucap Imam.

    Sedangkan beberapa orang yang terlibat dalam dugaan tindak pidana penggerudukan ke rumahnya justru tak dihadirkan. Imam pun menolak mediasi itu karena mendatangkan semua pihak yang terlibat.

    Dia telah menunjuk kuasa hukum untuk meyelesaikan masalah ini. Sejumlah barang bukti sudah disiapkan bila peristiwa ini sampai harus berlanjut ke proses hukum.

    “Saya itu awam hukum, yang saya tahu adalah hukuman. Saya sudah menunjuk pengacara, saya serahkan ke pengacara,” ujarnya.

    Imam mengaku sudah mengundurkan diri sebagai dosen pasca sarjana dan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang. Dia ingin fokus menyelesaikan masalah ini sampai tuntas.

    Sementara itu Sahara tidak dapat dikonfirmasi atas peristiwa itu. Tak ada balasan saat Liputan6.com menghubungi lewat pesan WhatsApp. Sambungan lewat telepon pun tidak diangkat.

    Pagar rumahnya sampai sekitar pukul 19.30 WIB tampak digembok. Saat pagar diketuk pun tak ada jawaban meski di teras terlihat ada motor terparkir.

     

  • Pimpinan Pesantren di Aceh Utara Cabuli Santriwati, Modus Beri Hukuman di Tengah Malam

    Pimpinan Pesantren di Aceh Utara Cabuli Santriwati, Modus Beri Hukuman di Tengah Malam

    Boestani menambahkan, peristiwa tersebut akhirnya diungkapkan korban ketika semua santri sudah diizinkan pulang ke rumah masing-masing pada 28 Agustus 2025.

    “Kepada keluarganya, korban akhirnya berani menceritakan kejadian tersebut, hingga pihak keluarga melaporkan kasus ini ke Polres Aceh Utara,” katanya.

    Kini, terduga pelaku telah ditahan di Rutan Polres Aceh Utara. Penyidik masih terus melakukan pemeriksaan intensif terhadap tersangka, korban, serta sejumlah saksi untuk menguatkan pembuktian hukum.

    Atas perbuatannya, pelaku dijerat dengan tindak pidana jarimah pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap anak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Jo Pasal 47 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.

    “Ancaman hukuman yang menanti pelaku tidak ringan, yakni uqubat cambuk hingga 200 kali, atau penjara paling lama 200 bulan (16 tahun 8 bulan),” ungkap Boestani.

  • Dosen UIN Malang Cekcok dengan Tetangga Sampai Aksi Guling-Gulingnya Viral, Pihak Kampus Buka Suara

    Penjelasan Dosen UIN Malang Soal Aksi Guling-Guling dan Dugaan Santet Tetangga

    Liputan6.com, Malang – Video yang merekam Imam Muslimin, seorang dosen UIN Malang menjatuhkan diri dan berguling-guling di tanah viral di media sosial. Pemicunya yakni konflik tetangga terkait masalah parkir kendaraan.

    Imam Muslimin merupakan dosen pascasarjana dan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang. Dia telah mengundurkan diri sebagai pengajar usai video yang diunggah akun @sahara_vibesssss milik tetangganya viral.

    Imam mengatakan, peristiwa itu terjadi pada 7 September 2025 siang melibatkan Sahara tetangga tepat samping rumahnya di Jalan Joyogrand Kavling Depag III Atas, Merjosari, Kota Malang. Salah satu pemicunya parkir kendaraan milik tetangganya itu.

    “Ibu Sahara dan suaminya Pak Sofyan itu kan pengusaha rental mobil,” kata Imam ditemui di rumahnya, Selasa malam  (16/9/2025).

    Imam menceritakan didampingingi Rosyidah istrinya. Menurutnya, kendaraan rental sering diparkir di jalan persis depan rumahnya. Pernah suatu hari saat masih subuh Imam mengaku kendaraannya sampai tak bisa keluar lantaran terhalang mobil milik Sahara.

    “Sopir mobil rental tak bisa dibangunkan, Sahara malah marah-marah dan saya disuruh ambil kunci untuk memindahkan mobil itu,” urainya.

    Agar masalah parkir tak berlarut-larut, Imam mengaku berinisiatif membersihkan dan meratakan tanah kosong di depan rumahnya. Tujuannya agar dapat dijadikan area parkir mobil rental. Dia merogoh duit sekitar Rp 12 juta untuk membersihkan lahan itu.

    “Saya minta urunan satu juta rupiah saja dia tidak mau, malah marah-marah,” ucap Imam.

    Puncak konflik antartetangga itu terjadi saat aksi guling-guling Imam viral di media sosial. Dia mengaku ketika itu terjadi cekcok dan kepalanya sampai ditanduk oleh pihak Sahara sampai terasa pusing. Aksi jatuh dan berguling itu guna melawan rasa sakit.

    Dia menjelaskan aksinya itu mempraktikan sebuah teori dalam psikologi. Yakni bila terasa pusing maka harus dilawan dengan cara membantingkan diri dan berguling. Sebab bila tidak begitu bisa mengakibatkan stroke.

    “Saya ini doktor (guru besar-red), jadi apa yang saya lakukan ada referensinya,” ucap Imam.

    Imam juga mengklarifikasi tuduhan bahwa dia mengajak mahasiswanya menggeruduk rumah Sahara. Dia menyebut narasi yang diunggah Sahara lewat media sosial tidak benar. Sebab mahasiswa itu murni sedang kuliah.

    “Rumah saya konsepnya rumah belajar. Kebetulan di pertemuan pertama anak-anak minta kuliah di rumah ini,” katanya.

    Rosyidah, istri Imam menambahkan, saat proses perkuliahan keluarga Sahara menyetel musik sangat keras. Namun kelas tidak merasa terganggu. Ketika kuliah selesai, mahasiswa keluar rumah bersamaan.

    “Kami dan mahasiswa dikira menggeruduk, padahal tidak ada apa-apa. Sahara tak mau bicara baik-baik, langsung nuduh,” katanya.