Category: Liputan6.com Regional

  • Seluk Beluk Sesar Bayar-Salak, Sumber Gempa Merusak di Sukabumi

    Seluk Beluk Sesar Bayar-Salak, Sumber Gempa Merusak di Sukabumi

    Wafid menjelaskan sesar Bayah-Salak memiliki mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip) yang sesuai dengan parameter mekanisme fokus gempa. Itu sebabnya, guncangan saat gempa mengakibatkan beberapa kerusakan bangunan di Kecamatan Kabandungan, Sukabumi.

    Secara umum, wilayah Sukabumi dan sekitarnya tergolong aktif secara seismik karena berada di dekat dua sumber utama gempa bumi. Yaitu zona subduksi di Samudera Hindia dan sesar aktif di darat.

    “Gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar darat umumnya bersifat merusak meskipun dengan magnitudo yang kecil, hal ini terjadi pada kedalaman dangkal dan berdekatan dengan permukiman,” terang Wafid.

    Sejarah Gempa Bumi di Sukabumi Sejak 1900

    Mengacu catatan Badan Geologi, sejak tahun 1900, di wilayah Sukabumi setidaknya terjadi 21 kejadian gempa bumi merusak, dengan pusat gempa yang tersebar baik di laut maupun di darat.

    Dikatakan Wafid, secara umum wilayah Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi, dipengaruhi interaksi tektonik antara Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dan menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di sepanjang Zona Subduksi Jawa.

    Aktivitas tektonik tersebut membentuk deformasi kerak yang kompleks, ditandai oleh keberadaan zona subduksi, sistem sesar mendatar, sesar naik, serta sesar-sesar lokal yang berkembang di Jawa Barat.

    “Struktur tektonik ini berperan penting sebagai sumber gempa bumi di Sukabumi, baik yang berasal dari zona subduksi maupun dari sesar aktif di dekat permukaan,” tutur Wafid.

    Kondisi (morfologi) wilayah di sekitar pusat gempa bumi Sukabumi bervariasi mulai dari dataran aluvial di bagian utara, perbukitan bergelombang di wilayah tengah, hingga pegunungan terjal di bagian selatan yang berhubungan dengan aktivitas vulkanisme dan tektonik regional.

    Secara geologi, daerah ini tersusun oleh batuan sedimen berumur tersier berupa batu pasir, batu lempung, dan batu gamping, disertai satuan batuan gunung api berumur Kuarter yang terdiri atas lava, breksi, dan tuf yang membentuk perbukitan serta pegunungan.

    “Di lembah sungai dan dataran rendah berkembang endapan aluvial muda berumur Holosen yang tersusun oleh kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Gambar 3 memperlihatkan kondisi umur batuan di sekitar sumber gempa bumi,” sebut Wafid.

    Keberadaan batuan muda serta sedimen permukaan yang telah mengalami pelapukan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi. Sehingga intensitas guncangan di permukaan dapat lebih besar dibandingkan di daerah dengan batuan kompak.

    Kekerasan batuan di wilayah Sukabumi dipengaruhi oleh umur dan litologi, batuan yang lebih muda atau telah mengalami pelapukan memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan batuan tua dan kompak.

    “Berdasarkan kondisi geologi dan geoteknik, wilayah sekitar pusat gempa bumi di Sukabumi dapat diklasifikasikan ke dalam kelas tanah C (tanah keras) dan D (tanah sedang) berdasarkan nilai Vs30, sehingga variasi tingkat amplifikasi guncangan gempa bumi sangat bergantung pada kondisi setempat,” sebut Wafid. Itu sebabnya, masyarakat juga diimbau menghindari area tebing yang berpotensi mengalami gerakan tanah, terutama saat turun hujan. Untuk bangunan di wilayah rawan gempa bumi perlu dirancang sesuai kaidah bangunan tahan gempa serta dilengkapi dengan jalur evakuasi, guna mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.

  • Mengenal Petilasan Joyoboyo, Tempat Bertapa dan Moksa Raja Legendaris Kediri

    Mengenal Petilasan Joyoboyo, Tempat Bertapa dan Moksa Raja Legendaris Kediri

    Liputan6.com, Jakarta Menapaki jalan desa menuju Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, pengunjung akan merasakan atmosfer yang berbeda. Udara terasa lebih sejuk, pepohonan rindang menaungi jalan setapak, dan sesekali aroma dupa terbawa angin.

    Tempat ini bukan sekadar situs sejarah, melainkan ruang spiritual yang sejak lama menjadi jujugan peziarah dari berbagai penjuru Nusantara.

    Petilasan tersebut diyakini sebagai tempat bertapa sekaligus moksa Sri Aji Prabu Joyoboyo, raja legendaris Kediri yang terkenal dengan Ramalan Jangka Jayabaya, ramalan tentang perjalanan panjang bangsa Jawa dan Nusantara. Hingga kini, bayang-bayang kebesaran dan spiritualitasnya tetap hidup dalam ingatan masyarakat.

    Di dalam kompleks petilasan terdapat tiga prasasti yang dipercaya sebagai titik perjalanan terakhir sang raja menuju moksa, yakni Prasasti Mahkota (tempat melepas mahkota), Prasasti Busana (tempat melepas pakaian kebesaran), dan Prasasti Moksa (titik akhir menuju keabadian).

    Ketiganya menjadi saksi bisu proses spiritual yang diyakini telah membawa Joyoboyo meninggalkan dunia fana.

    Ritual ziarah di lokasi ini biasanya dilakukan dengan berjalan perlahan menuju pamoksan, kemudian para peziarah bersimpuh satu per satu di hadapan prasasti. Suasana hening membuat setiap langkah terasa penuh makna, seolah mengulang perjalanan batin sang raja.

    “Itu adalah adab yang selalu dijaga di sini. Kita datang dengan rendah hati, berdoa, dan mengenang perjuangan Sri Aji Joyoboyo,” tutur Mbah Mukri, juru kunci Petilasan Joyoboyo, Selasa (23/09/2025).

    Menurutnya, ziarah bukanlah praktik mistis semata, melainkan simbol penghormatan kepada leluhur.

    “Ziarah ini pengingat untuk membersihkan diri, lahir maupun batin. Siapa pun boleh datang, tanpa memandang latar belakang. Yang utama itu niat. Datang dengan sungguh-sungguh memohon, hasilnya tetap tergantung Yang Maha Kuasa,” imbuhnya.

    Perbesar

    Petilasan Joyoboyo di Kediri… Selengkapnya

    Bagi sebagian orang luar, ziarah ke Petilasan Joyoboyo kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Namun, bagi masyarakat Kediri dan para peziarah, aktivitas itu lebih bermakna sebagai upaya menjaga tradisi sekaligus perjalanan spiritual pribadi.

    “Tidak ada yang mistis kalau kita datang dengan hati bersih. Yang ada hanyalah rasa syukur dan penghormatan,” kata Mbah Mukri menutup perbincangan.

    Meski setiap hari ada pengunjung yang datang, puncak keramaian terjadi pada malam 1 Suro, momentum sakral dalam kalender Jawa.

    Pada malam itu, ratusan peziarah dari berbagai daerah tumpah ruah di kompleks petilasan. Ada yang datang hanya untuk berdoa, ada pula yang sengaja bermalam dan menginap di rumah-rumah warga sekitar.

    Bagi masyarakat Kediri, malam tersebut bukan hanya ritual tahunan, melainkan perayaan spiritual yang menghubungkan mereka dengan sejarah panjang tanah Jawa.

    “Suasana 1 Suro di sini selalu berbeda. Seperti ada getaran yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata,” ujar Sulastri, seorang peziarah asal Madiun yang sudah tiga kali datang ke Petilasan Joyoboyo.

    Yang menarik, pesona spiritual Petilasan Joyoboyo bukan hanya dirasakan masyarakat Jawa. Banyak peziarah dari luar Jawa yang datang, bahkan menempuh perjalanan jauh hanya untuk merasakan energi dan doa di tempat ini.

    Salah satunya adalah Haji Syafruddin, seorang peziarah asal Palembang, Sumatera Selatan. Ia mengaku sudah dua kali datang ke Kediri untuk berziarah ke Petilasan Joyoboyo.

    “Saya merasa ada panggilan batin. Ramalan Jayabaya itu dikenal luas, bukan hanya di Jawa. Datang ke sini membuat saya merasa lebih dekat dengan akar budaya nusantara,” ucapnya.

    Hal serupa disampaikan Ni Luh Ayu, peziarah asal Bali yang datang bersama keluarganya. Baginya, kedatangan ke Petilasan Joyoboyo bukan hanya wisata religi, tetapi juga bentuk penghormatan antarbudaya.

    “Bali juga punya tradisi leluhur yang kuat. Saat saya datang ke sini, saya merasakan energi yang sama suasana khusyuk dan penghormatan pada sejarah,” tuturnya.

    Kehadiran peziarah dari luar Jawa ini semakin menegaskan bahwa Petilasan Joyoboyo telah menjadi magnet spiritual lintas etnis dan daerah, bahkan simbol persaudaraan dalam keberagaman.

    Perbesar

    Petilasan Joyoboyo di Kediri… Selengkapnya

    Pemerintah daerah pun menyadari pentingnya situs ini, bukan hanya sebagai destinasi wisata religi, tetapi juga sebagai warisan budaya. Mustika Prayitno Adi, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, menegaskan bahwa Petilasan Joyoboyo adalah identitas sejarah yang harus dilestarikan.

    “Petilasan tersebut adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dilestarikan. Ritual sesaji Sri Aji Joyoboyo juga sudah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal di Kementerian Hukum pada tahun 2021,” ujarnya.

    Dengan status tersebut, Petilasan Joyoboyo diharapkan dapat terus menjadi pusat spiritual dan kebudayaan, sekaligus destinasi wisata yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

    Di tengah modernitas yang terus melaju, Petilasan Sri Aji Joyoboyo tetap menjadi oase spiritual. Tempat di mana sejarah, tradisi, dan doa berpadu, meninggalkan jejak tak kasatmata yang dirasakan setiap peziarah yang datang baik dari Kediri, Madiun, Palembang, hingga Bali.

  • 17 Brimob Terduga Pengeroyok Satu Keluarga di Seram Maluku Diamankan, Komandan Minta Maaf

    17 Brimob Terduga Pengeroyok Satu Keluarga di Seram Maluku Diamankan, Komandan Minta Maaf

    Sebelumnya, dua keluarga di Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) diduga menjadi korban kekerasan oleh belasan anggota Brimob Kompi 3 Yon B Pelopor.

    Salah satu korban Jamina Rumadedey (26) menjelaskan, kejadian bermula sekitar pukul 10.20 WIT. Saat itu, Abdul Haji Rumaday (30) salah satu korban tengah berada di rumahnya, tiba-tiba datang belasan orang yang diduga Brimob.

    Sempat terjadi interaksi cekcok di antara mereka, hingga pada akhirnya berujung pada aksi pemukulan oleh belasan oknum Brimob tersebut terhadap seluruh keluarga di dalam rumah.

    Aksi Brimob itu menyebabkan para korban mengalami cedera. Pasca kejadian, korban bersama sekitar 100 warga langsung mendatangi Markas Kompi 3 Yon B Pelopor.

  • Dedi Mulyadi: Profil Lengkap Hingga Kiprah Sebagai Gubernur Jawa Barat

    Dedi Mulyadi: Profil Lengkap Hingga Kiprah Sebagai Gubernur Jawa Barat

    Sejak awal kepemimpinannya, Dedi Mulyadi menegaskan arah pembangunan Jawa Barat dengan menitikberatkan pada infrastruktur, tata ruang, dan pelayanan publik. Ia melakukan reprioritisasi APBD agar lebih pro-rakyat, mengalihkan anggaran yang dinilai kurang mendesak menuju sektor penting seperti jalan, pendidikan, kesehatan, dan program sosial. Langkah ini menjadi salah satu gebrakan awalnya yang memperlihatkan gaya kepemimpinan tegas dan fokus pada kebutuhan masyarakat.

    Di bidang infrastruktur, Dedi menggulirkan ambisi besar dengan target memperbaiki jaringan jalan provinsi hingga ke pelosok desa. Ia juga mendorong percepatan pembangunan proyek-proyek tol strategis untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah. Tidak hanya itu, ia menaruh perhatian pada modernisasi tata kelola desa dengan meluncurkan sistem e-voting untuk pemilihan kepala desa serentak, sebuah terobosan digital yang dianggap memperkuat transparansi demokrasi di tingkat lokal.

    Selain pembangunan fisik, Dedi juga menekankan pentingnya pendidikan, budaya, dan identitas masyarakat Jawa Barat. Di bidang budaya, ia mendorong pelestarian warisan Sunda, salah satunya dengan menjadikan rumah dinas sebagai museum. Langkah ini memperlihatkan upayanya menjaga akar budaya di tengah arus modernisasi.

    Salah satu kebijakan paling dibicarakan dari Dedi Mulyadi adalah program pembinaan karakter bagi siswa bermasalah di barak militer. Program ini menarget siswa dengan perilaku kurang baik untuk dididik selama 6 bulan serta dibina di barak militer. Program ini diinisiasi bekerja sama dengan TNI dan Polri, dimulai secara bertahap di beberapa daerah di Jabar yang dianggap “rawan” kenakalan remaja.

    Gebrakan lain yang menonjol adalah kebijakan lingkungan dan tata ruang. Dedi melakukan evaluasi kawasan rawan pelanggaran seperti Puncak, Bogor, guna mencegah kerusakan lingkungan dan bencana sosial. Ia juga meluncurkan program penghapusan tunggakan pajak kendaraan bermotor untuk meringankan beban warga.

    Meski beberapa kebijakannya memicu kontroversi, kiprah Dedi Mulyadi di Jawa Barat menunjukkan kombinasi antara keberanian mengambil keputusan, inovasi kebijakan, dan komitmen untuk membawa provinsi ini ke arah pembangunan yang lebih berkelanjutan.

  • Kota Pontianak Menari Tanpa Bayangan, Fenomena Kulminasi Matahari yang Pikat Dunia

    Kota Pontianak Menari Tanpa Bayangan, Fenomena Kulminasi Matahari yang Pikat Dunia

    Pontianak, yang lahir pada 23 Oktober 1771, terus menata dirinya. Pemerintah setempat kini berdialog dengan TNI AD untuk memperluas area Tugu Khatulistiwa agar menjadi destinasi wisata unggulan dunia.

    Data kunjungan mencatat lebih dari 50 ribu orang memasuki kawasan itu hingga Agustus 2025, dan angka itu terus merangkak naik.

    Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak, Rizal Almutaha menegaskan kulminasi adalah sarana edukasi.

    “Bukan hanya festival, tetapi pusat pembelajaran,” katanya.

    Ia percaya Tugu Khatulistiwa bisa menjadi landmark global, menandingi menara-menara ikonik dunia.

    Simfoni Tanpa Bayangan

    Kala sore merayap, musik tradisi berpadu dengan tawa anak-anak yang baru saja menegakkan telur di lantai marmer. Matahari turun perlahan, bayangan kembali hadir, namun kesan tak memudar.

    Kulminasi telah menulis kisah lain tentang Pontianak, kota yang berdiri di garis imajiner bumi, kota yang menolak dilupakan.

    Di antara riuh tepuk tangan, wisatawan mancanegara menggenggam sertifikat digital kunjungan Tugu Khatulistiwa simbol bahwa mereka pernah berada di titik nol dunia.

    Sebuah tanda bahwa Pontianak bukan hanya persinggahan, tetapi rumah singkat bagi jiwa-jiwa yang mencari keajaiban.

    Dan ketika malam menutup tirai, langit kembali bersinar penuh bintang. Bayangan kembali setia, tapi kenangan tentang siang tanpa bayangan tinggal abadi.Pontianak menari dalam ingatan, memantulkan cahaya matahari yang pernah tegak lurus, menghadirkan kekaguman yang tak pudar.

  • Bentrok Warga di Makassar Diwarnai Pelemparan Molotov, Sejumlah Rumah Terbakar

    Bentrok Warga di Makassar Diwarnai Pelemparan Molotov, Sejumlah Rumah Terbakar

    Liputan6.com, Jakarta Bentrok antarwarga kembali pecah di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (23/09/2025). Sejumlah rumah dilaporkan dibakar dalam insiden tersebut.

    “Pecah lagi ini di Jalan Layang. Yang perang itu warga Jalan Layang lawan warga Sapiria dan warga Jalan Lembo,” kata salah seorang warga yang mejadi saksi mata, Muhammaf Fadil di lokasi kejadian.

    Menurut dia, di Jalan Layang sedikitnya empat rumah dibakar. Selain itu sejumlah rumah di Jalan Tinumbu Lorong 148 juga turut dibakar.

    “Kalau di sini (Jalan Layang) ada empat rumah terbakar. Ada juga di Lorong 148 tapi tidak tahu berapa,” bebernya.

    Bentrok antarwarga ini juga diwarnai aksi saling lempar batu, petasan, busur panah, senapan angin hingga bom molotov.

    “Dilempar bom molotov itu rumah baru api menjalar. Awalnya itu saling lempar batu dan saling busur,” bebernya.

    Ketegangan kemudian mereda setelah Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana tiba di lokasi kejadian. Dia datang bersama kendaraan taktis dan mobil pengurai massa.

    “Saya ke TKP,” kata Arya singkat.

    Saat ini, mobil Pemadam Kebakaran tengah berupaya memadamkan api yang masih menyala. Sejumlah warga juga dilaporkan mengalami luka.

  • Heboh Mayat Pria Ditemukan Dalam Mobil di Polewali Mandar, Diduga Jadi Korban Penembakan

    Heboh Mayat Pria Ditemukan Dalam Mobil di Polewali Mandar, Diduga Jadi Korban Penembakan

    Sementara itu, Tim Dokter Forensik RS Bhayangkara Mamuju AKBP Mauluddin membenarkan, pada tubuh korban ditemukan satu buah luka.

    “Sampai saat ini masih kami lakukan pendalaman,” katanya.

    Dirinya juga mengatakan, ada satu benda yang perlu pemeriksaan laboratorium forensik untuk menentukan jenis benda tersebut, diduga proyektil.

    Polisi saat ini telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk dua rekan korban yang berada di mobil. Saat ini, kasus tersebut ditangani oleh Satreskrim Polres Polman. Mobil yang menjadi tempat korban ditemukan juga telah diamankan sebagai barang bukti.

    Polisi masih melakukan penyelidikan dengan memeriksa sejumlah saksi, antara lain dua orang warga yang diketahui sempat bersama warga di dalam mobil.  

  • Tawuran Antarwarga di Makassar Dipicu Dendam Sejak 1989, Polisi Sebut Ada Aktor Intelektual

    Tawuran Antarwarga di Makassar Dipicu Dendam Sejak 1989, Polisi Sebut Ada Aktor Intelektual

    Liputan6.com, Makassar – Tawuran antarwarga yang terjadi di kawasan utara Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), kembali memanas dalam lima hari terakhir. Bentrokan yang melibatkan kelompok pemuda dari Jalan Tinumbu Lorong 148, Jalan Kandea, Jalan Lembo, dan pemuda dari Jalan Layang, Kecamatan Tallo, disebut dipicu konflik lama yang sudah berlangsung sejak 1989.

    Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana mengungkapkan, konflik tersebut tak kunjung selesai dan terus diwariskan lintas generasi. Bahkan, sebagian besar pelaku yang terlibat masih berusia sangat muda.

    “Itu ada dendam lama sejak tahun 1989. Yang terlibat sekarang ini rata-rata di bawah umur, ada yang 14, 13, bahkan 12 tahun. Mereka tidak main-main karena menggunakan panah busur, bom molotov, petasan, bahkan ada yang memakai senapan angin,” kata Arya, Selasa (23/9/2025).

    Dalam insiden terbaru, sedikitnya empat orang menjadi korban terkena panah busur. Selain itu, sejumlah kendaraan dan fasilitas warga ikut rusak. Polisi mencatat, para pelaku kerap memanfaatkan momen ketika situasi sepi dari pengawasan aparat untuk memulai bentrokan.

    “Mereka melihat kondisi sepi dari polisi, lalu langsung tawuran. Kami sudah menempatkan anggota, tapi Senin malam saat kegiatan Ngopi Kamtibmas, tawuran kembali terjadi dari lorong sebelah,” jelas Arya.

    Lebih jauh, Arya menegaskan, bentrokan yang terus berulang ini diduga bukan sekadar konflik spontan antarwarga. Polisi mencurigai adanya pihak yang sengaja mengorganisir bahkan membiayai aksi tersebut.

    “Kami sudah petakan siapa saja aktor intelektual, karena ini tidak mungkin tidak ada yang membiayai. Petasan itu harganya Rp1 juta per buah dan dalam sehari bisa ditembakkan sampai 20 kali, berarti Rp20 juta. Senapan angin ini juga dari mana asalnya, kami masih mendalami,” bebernya.

     

  • Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Lagi, Semburkan Abu Tebal 1.000 Meter ke Barat

    Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Lagi, Semburkan Abu Tebal 1.000 Meter ke Barat

    Liputan6.com, Kupang – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur NTT kembali erupsi pada Selasa (23/9/2025), pukul 17.14 Wita. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki kali ini teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak, atau sekitar 2.584 meter di atas permukaan laut.

    Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 3.7 mm dan durasi 100 detik.

    Petugas Pos Pantau Gunung Lewotobi Laki-Laki Emanuel Rofinus Bere mengimbau masyarakat dan wisatawan yang ada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki dilarang melakukan aktivitas apapun dalam radius 6 Km dan sektoral Barat Daya – Timur Laut sejauh 7 Km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

    “Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya,” katanya.

    Dirinya juga mengimbau, masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki waspada terhadap potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki. jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng jaya, Boru, Nawakote.

    “Masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-Laki, memakai penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan,” katanya.

    Sepanjang 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki tercatat sudah meletus sebanyak 600 kali. Hingga hari ini, Selasa (23/9/2025), pukul 16.48 WIB, Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berstatus Awas (Level IV).

  • Viral Pemain Asing PSM Makassar Victor Luiz Diduga Pukul Warga di Jalan

    Viral Pemain Asing PSM Makassar Victor Luiz Diduga Pukul Warga di Jalan

    Liputan6.com, Jakarta Pemain asing PSM Makassar, Victor Luiz, diduga terlibat cekcok dengan warga di Jalan Cendrawasih, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Selasa (23/09/2025). Cekcok itu bahkan berujung pada pemukulan yang dilakukan oleh bek kiri andalan tim Juku Eja, julukan PSM Makassar.

    Korban dari aksi pemukulan tersebut adalah seorang pria berinisial R (33). Kepada wartawan, R mengaku didorong dan dipukul di bagian wajah oleh pemain sepak bola berkebangsaan Brasil tersebut.

    “Pipi kiri saya dipukul,” kata R.

    Dia menceritakan, insiden itu bermula ketika R mendapati mobil minibus berwarna silver parkir di tepi jalan pertigaan Jalan Kasuari. R yang berada di belakang kemudian membunyikan klakson, karena mobil yang dikendarai Victor tak juga bergeming, R pun berinisiatif menyalipnya.

    “Awalnya di Jalan Kasuari dia singgah di pertigaan. Karena lama tinggal di situ saya klakson. Sudah ku klakson, dia tidak jalan, terus saya inisiatif belok kanan lewati mobilnya,” jelas R.

    Belakangan, ternyata Victor Luiz tidak terima. Aksi kejar-kejaran pun terjadi hingga ke Jalan Cendrawasih. Keduanya turun dari mobil dan terlibat cekcok hingga berujung pada pemukulan yang dilakukan oleh Victor Luiz.

    “Pas ku lewati mobilnya dia tidak terima saya salip. Jadi dia salip saya lagi, terus saya salip ulang, baru dia salip lagi. Pas di lampu merah dia datangi saya, marah, tidak tahu apa dia bilang,” bebernya.

    R mengaku sempat merekam saat dirinya didorong dan dipukul oleh Victor Luiz. Rekaman video itu kemudian viral di berbagai platform media sosial hingga jadi perbincangan publik.

    “Saya turun dari mobil dan rekam, ternyata bule. Dia dorong saya dan pukul saya,” ucapnya.

    Terpisah, Kapolsek Mariso, Kompol Aris Sumarsono, mengaku tengah menyelidiki kejadian tersebut. Ia mengatakan hingga saat ini korban dalam kejadian tersebut belum melapor ke polisi.

    “Anggota masih sementara pulbaket (pengumpulan bahan keterangan) di lokasi kejadian,” ucap Aris.