Category: Liputan6.com Regional

  • Buset! Keracunan Massal Akibat Makan Bergizi Gratis di Cipongkor Kabupaten Bandung Terjadi Lagi

    Buset! Keracunan Massal Akibat Makan Bergizi Gratis di Cipongkor Kabupaten Bandung Terjadi Lagi

    Sebelumnya, ratusan siswa Paud hingga SMK di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, keracunan akibat mengkonsumsi MBG paca Senin (22/9/2025) lalu. Saat ini dapur tersebut telah diberhentikan sementara oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

    “Jadi sekarang juga kita sudah menetapkannya sebagai statusnya KLB, kejadian luar biasa, supaya penangannya lebih cepat dan juga lebih menyeluruh seperti itu,” kata Jeje, Selasa (23/9/2025).

    Saat ini Pemkab Bandung Barat bersama instansi terkait juga tengah melakukan investigasi terhadap dapur yang menghidangkan masakan tersebut. Bahkan ia menutup sementara dapur yang ada di Kecamatan Cipongkor.

    “Karena mulai dari perizinan, kemudian standarisasi pengelolaan makanan itu harus kita cek. Kalau memang belum layak ya kita harus melakukan perbaikan. Dan khusus untuk dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk kita lakukan investigasi,” ucap Jeje.

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjawab sejumlah isu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Belakangan program ini mendapatkan serangan beruntun.

  • Tergiur Harga Murah Truk di Facebook, Warga Lampung Kena Tipu Rp 46 Juta

    Tergiur Harga Murah Truk di Facebook, Warga Lampung Kena Tipu Rp 46 Juta

    Liputan6.com, Jakarta Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Lampung Timur menangkap TR (34), tersangka penipuan bermodus jual beli mobil melalui media sosial Facebook. Akibat aksi TR, seorang korban harus merugi hingga Rp 46 juta.

    Tersangka merupakan warga Desa Karya Tani, Kecamatan Labuhan Maringgai, berhasil diringkus polisi tanpa perlawanan di wilayah Desa Sidorejo, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan.

    “Benar, pelaku kami amankan dan kini ditahan di Mapolres Lampung Timur,” ujar Kasat Reskrim Polres Lampung Timur AKP Stefanus Boyoh, Rabu (24/09/2025).

    Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita sejumlah barang bukti yang diduga berkaitan dengan aksi penipuan maupun aktivitas ilegal lainnya.

    Barang bukti tersebut antara lain dua unit ponsel, lima buku rekening bank, satu kartu ATM, satu bong botol sisa pakai, satu korek api merah, serta satu klip plastik berisi kristal putih diduga sabu.

    “Pelaku ini tidak hanya terlibat penipuan, tapi juga kuat dugaan terjerat penyalahgunaan narkotika,” jelasnya.

    Kasus ini bermula saat korban mencari kendaraan lewat Facebook pada 10 Agustus 2024. Korban menemukan penawaran sebuah truk Mitsubishi dengan harga menarik. Setelah berkomunikasi dengan akun penjual, korban tergiur dan menyepakati harga Rp 46 juta.

    “Korban lalu mentransfer uang sesuai permintaan pelaku. Namun saat mendatangi alamat yang dijanjikan, mobil itu ternyata bukan milik pelaku. Korban pun sadar telah ditipu,” tuturnya.

    Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 378 jo 372 KUHP tentang tindak pidana penipuan dan penggelapan.

    Sementara barang bukti narkotika akan ditangani Satresnarkoba Polres Lampung Timur.

    “Kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dalam transaksi online, khususnya melalui media sosial. Pastikan identitas penjual jelas dan legal agar terhindar dari penipuan,” tutup dia.

  • 3 Hari Pencarian, Wisatawan Asal Jakarta Ditemukan Meninggal Tenggelam di Pantai Wisata Sukabumi

    3 Hari Pencarian, Wisatawan Asal Jakarta Ditemukan Meninggal Tenggelam di Pantai Wisata Sukabumi

    Liputan6.com, Sukabumi – Upaya pencarian terhadap Awwal Salas Al Faruq (20), seorang wisatawan asal Jakarta yang tenggelam di Pantai Wisata Kebon Kalapa Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) akhirnya membuahkan hasil.

    Jasad korban wisatawan itu ditemukan dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Selasa 23 September 2025.

    Korban dilaporkan terseret arus ke tengah laut saat berenang pada Minggu 21 September 2025 sekitar pukul 10.30 WIB. Kejadian tragis ini terjadi di Pantai Wisata Kebon Kalapa, yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Jakarta, Akhmad Rizkiansah, menjelaskan kronologi diterimanya laporan mengenai insiden ini.

    “Pada hari Minggu 21 September 2025 pukul 12.30 WIB, kami mendapatkan info dari anggota Polair Polres Sukabumi,” ujar Akhmad, Selasa 23 September 2025.

    Mendapat laporan tersebut, tim langsung bergerak cepat melakukan pencarian korban. Setelah pencarian intensif selama tiga hari, jasad Awwal Salas Al Faruq akhirnya ditemukan.

    “Alhamdulillah, di hari ketiga tadi pagi pukul 06.43 WIB, kami menemukan korban dalam kondisi meninggal dunia,” tutur Akhmad.

    Jasad korban ditemukan pada pukul 06.43 WIB di sekitar perairan Pantai Cimaja. Korban ditemukan dalam kondisi terapung dan tertelungkup di atas permukaan air, dengan radius 3 mil laut (Nautical Miles) dari lokasi kejadian awal. Setelah ditemukan, jasad korban segera dievakuasi.

    “Korban langsung dibawa dan dievakuasi menuju ke RSUD Palabuhanratu untuk kemudian kita serahkan kepada pihak keluarga,” kata Akhmad.

     

    Jasad Nelayan Korban Perahu Terbalik di Laut Selatan Kebumen Ditemukan Mengapung

  • Begini Kondisi Terkini Gunung Lokon di Tomohon

    Begini Kondisi Terkini Gunung Lokon di Tomohon

    Liputan6.com, Jakarta Aktivitas Gunung Lokon yang terletak di Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), dalam beberapa hari ini meningkat. Ketua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lokon, Armando Manguleh mengatakan, frekuensi kegempaan Gunung Lokon menurun.

    “Penurunan aktivitas kegempaan terjadi sejak tanggal 18 September 2025, rata-rata kegempaan yang terekam sebanyak 10 kali per hari,” ujar Armando, Selasa (23/09/2025).

    Dia mengatakan, meski demikian rata-rata gempa yang terekam per hari sebanyak 10 kali tersebut, masih dikategorikan di atas normal, tiga kali per hari. Hingga kini belum ada penurunan status dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada).

    “Meskipun telah terjadi penurunan frekuensi kegempaan dalam beberapa hari terakhir. Untuk statusnya masih dievaluasi oleh tim,” bebernya.

    Dia berharap, dengan status siaga Gunung Lokon, warga tidak melakukan aktivitas di dalam radius bahaya yang direkomendasikan.

    Beberapa rekomendasi di antaranya, masyarakat dan wisatawan tidak mendekati dan melakukan aktivitas di dalam radius 2.5 kilometer dari Kawah Tompaluan.

    Bila terjadi letusan dan hujan abu, masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata).

    “Selanjutnya, mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Lokon terutama pada musim hujan,” tuturnya.

  • Kisah Pilu Balita 5 Tahun di Sukabumi, Jalan Bungkuk Diduga Idap TB Tulang Tak Mampu Berobat

    Kisah Pilu Balita 5 Tahun di Sukabumi, Jalan Bungkuk Diduga Idap TB Tulang Tak Mampu Berobat

    Liputan6.com, Sukabumi – Nasib pilu menimpa Siti Mariyam, balita berusia 5 tahun asal Kampung Lembur Jami, Desa Mekarnangka, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar).

    Setelah kedua orang tuanya meninggal, Siti Mariyam tinggal bersama kakek dan neneknya. Keterbatasan ekonomi membuat pengobatan penyakitnya tersendat.

    Siti Mariyam diduga menderita tuberkulosis atau TB tulang yang membuat tulang belakangnya tak tumbuh normal. Kondisi ini memaksa Siti berjalan membungkuk.

    Pihak keluarga menceritakan bahwa Siti terlahir normal. Namun, ketika berusia 2,5 tahun, sebuah benjolan kecil muncul di punggungnya.

    Seiring pertumbuhan Siti, benjolan itu semakin membesar, hingga akhirnya ia terpaksa berjalan membungkuk.

    “Sedih ya. Penginnya dia sembuh seperti anak-anak lain. Ini bukan dari lahir, dari usia 2,5 tahun. Enggak tahu penyebabnya,” ujar Elim, bibi atau tante Siti Mariyam ditemui Selasa (23/9/2025).

    Saat usianya menginjak 3 tahun, Siti sempat diperiksakan ke dokter. Hasil rontgen menunjukkan dugaan syaraf terjepit dan harus dioperasi. Namun, karena kendala biaya, pengobatan Siti tertunda. Selama dua tahun terakhir, ia hanya diberi sirup penahan nyeri jika rasa sakitnya kambuh.

    Keluarga Siti Mariyam kemudian meminta bantuan perangkat desa dan membawanya ke puskesmas. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis Siti mengalami dugaan TB tulang dan harus dirujuk ke rumah sakit.

    “Harapannya sih dia bisa sembuh, normal seperti anak-anak lain, bisa main dan sekolah,” ucap Elim.

    Hal senada diungkapkan oleh Siti Nurelah, nenek Siti. Awalnya, terdapat benjolan kecil yang timbul di punggung balita itu, namun semakin lama ukurannya semakin membesar.

    “Kata dokter, syaraf terjepit, dan operasinya harus usia 5 tahun karena kondisinya harus kuat. Udah ke dokter, ke orang pintar, diurut juga. Alhamdulillah sudah semua diusahakan, cuma nggak ke rumah sakit karena masalah biaya,” terang Siti Nurelah.

     

    Penyakit gagal ginjal akut membuat ratusan anak balita di negeri ini kehilangan nyawa. Berawal dari sakit demam dan kemudian diresepkan obat sirop paracetamol, kedua orang tua tak menyangka akan kehilangan sang anaknya. Satu di antaranya sempat alami…

  • KKB Pimpinan Elkius Lobak Kembali Berulah, Lima Warga Sipil di Yahukimo jadi Korban

    KKB Pimpinan Elkius Lobak Kembali Berulah, Lima Warga Sipil di Yahukimo jadi Korban

    Satgas belum dapat mengkonfirmasi jumlah pasti dan identitas korban. Sebab satgas belum sampai ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) karena kembali terjadi kontak tembak.

    “Kemarin kami sudah coba datang, tetapi ada kontak tembak yang tidak memungkinkan kami untuk melanjutkan perjalanan,” ujarnya.

    Proses evakuasi warga juga direncanakan hari ini, tapi terpaksa ditunda akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Yahukimo sejak pagi. Kondisi tersebut membuat tim evakuasi sulit menyeberangi sungai yang arusnya menjadi deras. Sementara untuk jumlah korban, info yang diterima berjumlah lima orang.

    “Informasi yang kami dapat ada lima. Pihaknya baru akan dapat memastikan data korban setelah jenazah berhasil dievakuasi dan dicocokkan.” ungkapnya.

    Reporter: Nur Habibie/merdeka.com

  • Membedah Persoalan Tata Ruang Bali: Kawasan Konservasi dan Aliran Sungai Dicaplok Pembangunan

    Membedah Persoalan Tata Ruang Bali: Kawasan Konservasi dan Aliran Sungai Dicaplok Pembangunan

    Liputan6.com, Jakarta Tata ruang di Provinsi Bali telah mengalami perubahan. Panitia Khusus Tata Ruang, Aset, dan Perizinan (Pansus TRAP) DPRD membeberkan adanya peneribitan sertifikat di kawasan konservasi, termasuk Taman Hutan Raya (Tahura) yang merupakan habitat utama hutan mangrove di Bali.

    Ketua Pansus TRAP I Made Supartha, menegaskan bahwa kasus ini tidak sekadar pelanggaran administratif, melainkan menyangkut kepatuhan terhadap undang-undang.

    Menurutnya, kawasan pesisir dan mangrove dilindungi ketat oleh regulasi nasional.

    “Undang-undang pesisir dan pulau-pulau kecil itu tidak boleh mendapat sertifikat, tidak boleh ada kegiatan reklamasi, tidak boleh ada penebangan pemotongan mangrove. Itu prinsipnya,” tegas Supartha di Kantor DPRD Provinsi Bali, Selasa (23/09/2025).

    Dalam sidak sebelumnya yang dilakukan pada Rabu (17/09/2025) lalu, Pansus bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) menemukan berbagai pelanggaran tata ruang.

    Di kawasan Tohpati, bangunan berdiri di atas sempadan sungai bahkan menyempitkan aliran air dengan tembok pembatas. Kondsi itu dinilai memperparah risiko banjir bandang yang pernah melanda wilayah tersebut.

    Di Kertalangu, Kesiman, tepat di depan Hongkong Garden, pansus juga menemukan bangunan tanpa izin di sempadan sungai.

    Bangunan itu bahkan diminta untuk ditutup sementara. Adapun di kawasan Tahuran Ngurah Rai, sebuah pabrik berdiri di atas lahan yg diduga merupakan area konservasi.

    Situasi serupa ditemukan juga di sekitar Mall Bali Galeria (MBG). Saluran air di lokasi itu menyempit akibat ketiadaan pintu air, pompa dan pelebaran jalur. DPRD menilai kondisi tersebut memperparah potensi genangan saat hujan deras.

    Kepala Kanwil BPN Bali I Made Daging, yang hadir dalam rapat bersama pansus, membenarkan adanya indikasi sertifikat bermasalah.

    Ia menyebut terdapat 106 bidang tanah bersertifikat yang berhimpitan dengan kawasan Tahura Mangrove. Rinciannya, 71 bidang berada di Kabupaten Badung, sedangkan 35 bidang lainnya di Kota Denpasar.

    “Data yang kami sampaikan tadi juga, data awal ya. Data awal, data yang indikasi ada terbit sertifikat yang beririsan ataupun masuk dengan kawasan perhutanan. Nah, tentu itu perlu pendalaman lagi, pastinya. Perlu kami dalami, perlu koordinasi juga dengan Dinas Kehutanan,” ungkap Daging.

    Lebih lanjut, Daging menjelaskan sebagian lahan sudah beralih fungsi menjadi kawasan industri dengan status legal atas nama warga Bali.

    Menurutnya, asal-usul tanah itu berasal dari tanah adat yang kemudian dikonversi. Ia menduga proses konversi terjadi sekitar tahun 2023, seiring perubahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

    “Itu sudah bersertifikat atas nama perorangan orang Bali. Dan itu asal-usul atau riwayat tanah tersebut milik adat, diproses dengan konversi dan tata ruangnya cocok juga,” jelasnya.

    Meski sertifikat dianggap sah secara administratif, pansus DPRD Bali menegaskan bahwa status konservasi tidak boleh diabaikan. Supartha menekankan perlunya kajian mendalam agar tidak terjadi benturan antara aturan tata ruang dan perlindungan kawasan pesisir.

    “Kalau boleh harus lakukan kajian yang dalam. Apakah ini wilayah yang boleh disertifikatkan atau tidak? Itu yang harus dipastikan,” ucap dia.

    Sekretaris pansus, Putu Diah Pradnya Maharani alias Gek Diah, menyatakan pansus akan memperkuat seluruh temuan untuk dijadikan rekomendasi hukum. “Seluruh temuan akan diperkuat menjadi rekomendasi agar bisa menjadi acuan bagi penindakan hukum,” tegas dia.

    Sementara itu, Daging menegaskan bahwa jika suatu bidang tanah memang terbukti masuk kawasan hutan lindung, sertifikat yang telah terbit tetap bisa dibatalkan.

    “Kalau memang masuk kawasan hutan boleh dibatalkan itu. Karena kawasan ndak boleh diterbitkan sertifikat sama perorangan maupun badan hukum,” katanya.

    Alih fungsi kawasan mangrove bukan hanya soal legalitas, tetapi juga ancaman ekologis. Penyempitan aliran sungai dan berkurangnya kawasan resapan berpotensi memperburuk banjir musiman di Bali, terutama di kawasan padat aktivitas seperti Kuta dan Denpasar.

    Menurut Daging, solusi jangka panjang hanya bisa dilakukan melalui perbaikan tata ruang. “Kalau mau supaya di situ tidak ada bangunan, tata ruang mesti diperbaiki. Itu juga penting untuk kepastian investasi buat masyarakat,” paparnya.

    Dengan adanya temuan ini, pansus memastikan rekomendasi yang dirumuskan nantinya mencakup dua hal sekaligus, yaitu penegakan aturan lingkungan serta penyelesaian kepastian hukum atas sertifikat bermasalah.

  • Membedah Persoalan Tata Ruang Bali: Kawasan Konservasi dan Aliran Sungai Dicaplok Pembangunan

    Membedah Persoalan Tata Ruang Bali: Kawasan Konservasi dan Aliran Sungai Dicaplok Pembangunan

    Liputan6.com, Jakarta Tata ruang di Provinsi Bali telah mengalami perubahan. Panitia Khusus Tata Ruang, Aset, dan Perizinan (Pansus TRAP) DPRD membeberkan adanya peneribitan sertifikat di kawasan konservasi, termasuk Taman Hutan Raya (Tahura) yang merupakan habitat utama hutan mangrove di Bali.

    Ketua Pansus TRAP I Made Supartha, menegaskan bahwa kasus ini tidak sekadar pelanggaran administratif, melainkan menyangkut kepatuhan terhadap undang-undang.

    Menurutnya, kawasan pesisir dan mangrove dilindungi ketat oleh regulasi nasional.

    “Undang-undang pesisir dan pulau-pulau kecil itu tidak boleh mendapat sertifikat, tidak boleh ada kegiatan reklamasi, tidak boleh ada penebangan pemotongan mangrove. Itu prinsipnya,” tegas Supartha di Kantor DPRD Provinsi Bali, Selasa (23/09/2025).

    Dalam sidak sebelumnya yang dilakukan pada Rabu (17/09/2025) lalu, Pansus bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) menemukan berbagai pelanggaran tata ruang.

    Di kawasan Tohpati, bangunan berdiri di atas sempadan sungai bahkan menyempitkan aliran air dengan tembok pembatas. Kondsi itu dinilai memperparah risiko banjir bandang yang pernah melanda wilayah tersebut.

    Di Kertalangu, Kesiman, tepat di depan Hongkong Garden, pansus juga menemukan bangunan tanpa izin di sempadan sungai.

    Bangunan itu bahkan diminta untuk ditutup sementara. Adapun di kawasan Tahuran Ngurah Rai, sebuah pabrik berdiri di atas lahan yg diduga merupakan area konservasi.

    Situasi serupa ditemukan juga di sekitar Mall Bali Galeria (MBG). Saluran air di lokasi itu menyempit akibat ketiadaan pintu air, pompa dan pelebaran jalur. DPRD menilai kondisi tersebut memperparah potensi genangan saat hujan deras.

    Kepala Kanwil BPN Bali I Made Daging, yang hadir dalam rapat bersama pansus, membenarkan adanya indikasi sertifikat bermasalah.

    Ia menyebut terdapat 106 bidang tanah bersertifikat yang berhimpitan dengan kawasan Tahura Mangrove. Rinciannya, 71 bidang berada di Kabupaten Badung, sedangkan 35 bidang lainnya di Kota Denpasar.

    “Data yang kami sampaikan tadi juga, data awal ya. Data awal, data yang indikasi ada terbit sertifikat yang beririsan ataupun masuk dengan kawasan perhutanan. Nah, tentu itu perlu pendalaman lagi, pastinya. Perlu kami dalami, perlu koordinasi juga dengan Dinas Kehutanan,” ungkap Daging.

    Lebih lanjut, Daging menjelaskan sebagian lahan sudah beralih fungsi menjadi kawasan industri dengan status legal atas nama warga Bali.

    Menurutnya, asal-usul tanah itu berasal dari tanah adat yang kemudian dikonversi. Ia menduga proses konversi terjadi sekitar tahun 2023, seiring perubahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

    “Itu sudah bersertifikat atas nama perorangan orang Bali. Dan itu asal-usul atau riwayat tanah tersebut milik adat, diproses dengan konversi dan tata ruangnya cocok juga,” jelasnya.

    Meski sertifikat dianggap sah secara administratif, pansus DPRD Bali menegaskan bahwa status konservasi tidak boleh diabaikan. Supartha menekankan perlunya kajian mendalam agar tidak terjadi benturan antara aturan tata ruang dan perlindungan kawasan pesisir.

    “Kalau boleh harus lakukan kajian yang dalam. Apakah ini wilayah yang boleh disertifikatkan atau tidak? Itu yang harus dipastikan,” ucap dia.

    Sekretaris pansus, Putu Diah Pradnya Maharani alias Gek Diah, menyatakan pansus akan memperkuat seluruh temuan untuk dijadikan rekomendasi hukum. “Seluruh temuan akan diperkuat menjadi rekomendasi agar bisa menjadi acuan bagi penindakan hukum,” tegas dia.

    Sementara itu, Daging menegaskan bahwa jika suatu bidang tanah memang terbukti masuk kawasan hutan lindung, sertifikat yang telah terbit tetap bisa dibatalkan.

    “Kalau memang masuk kawasan hutan boleh dibatalkan itu. Karena kawasan ndak boleh diterbitkan sertifikat sama perorangan maupun badan hukum,” katanya.

    Alih fungsi kawasan mangrove bukan hanya soal legalitas, tetapi juga ancaman ekologis. Penyempitan aliran sungai dan berkurangnya kawasan resapan berpotensi memperburuk banjir musiman di Bali, terutama di kawasan padat aktivitas seperti Kuta dan Denpasar.

    Menurut Daging, solusi jangka panjang hanya bisa dilakukan melalui perbaikan tata ruang. “Kalau mau supaya di situ tidak ada bangunan, tata ruang mesti diperbaiki. Itu juga penting untuk kepastian investasi buat masyarakat,” paparnya.

    Dengan adanya temuan ini, pansus memastikan rekomendasi yang dirumuskan nantinya mencakup dua hal sekaligus, yaitu penegakan aturan lingkungan serta penyelesaian kepastian hukum atas sertifikat bermasalah.

  • Seluk Beluk Sesar Bayar-Salak, Sumber Gempa Merusak di Sukabumi

    Seluk Beluk Sesar Bayar-Salak, Sumber Gempa Merusak di Sukabumi

    Wafid menjelaskan sesar Bayah-Salak memiliki mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip) yang sesuai dengan parameter mekanisme fokus gempa. Itu sebabnya, guncangan saat gempa mengakibatkan beberapa kerusakan bangunan di Kecamatan Kabandungan, Sukabumi.

    Secara umum, wilayah Sukabumi dan sekitarnya tergolong aktif secara seismik karena berada di dekat dua sumber utama gempa bumi. Yaitu zona subduksi di Samudera Hindia dan sesar aktif di darat.

    “Gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar darat umumnya bersifat merusak meskipun dengan magnitudo yang kecil, hal ini terjadi pada kedalaman dangkal dan berdekatan dengan permukiman,” terang Wafid.

    Sejarah Gempa Bumi di Sukabumi Sejak 1900

    Mengacu catatan Badan Geologi, sejak tahun 1900, di wilayah Sukabumi setidaknya terjadi 21 kejadian gempa bumi merusak, dengan pusat gempa yang tersebar baik di laut maupun di darat.

    Dikatakan Wafid, secara umum wilayah Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi, dipengaruhi interaksi tektonik antara Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dan menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di sepanjang Zona Subduksi Jawa.

    Aktivitas tektonik tersebut membentuk deformasi kerak yang kompleks, ditandai oleh keberadaan zona subduksi, sistem sesar mendatar, sesar naik, serta sesar-sesar lokal yang berkembang di Jawa Barat.

    “Struktur tektonik ini berperan penting sebagai sumber gempa bumi di Sukabumi, baik yang berasal dari zona subduksi maupun dari sesar aktif di dekat permukaan,” tutur Wafid.

    Kondisi (morfologi) wilayah di sekitar pusat gempa bumi Sukabumi bervariasi mulai dari dataran aluvial di bagian utara, perbukitan bergelombang di wilayah tengah, hingga pegunungan terjal di bagian selatan yang berhubungan dengan aktivitas vulkanisme dan tektonik regional.

    Secara geologi, daerah ini tersusun oleh batuan sedimen berumur tersier berupa batu pasir, batu lempung, dan batu gamping, disertai satuan batuan gunung api berumur Kuarter yang terdiri atas lava, breksi, dan tuf yang membentuk perbukitan serta pegunungan.

    “Di lembah sungai dan dataran rendah berkembang endapan aluvial muda berumur Holosen yang tersusun oleh kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Gambar 3 memperlihatkan kondisi umur batuan di sekitar sumber gempa bumi,” sebut Wafid.

    Keberadaan batuan muda serta sedimen permukaan yang telah mengalami pelapukan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi. Sehingga intensitas guncangan di permukaan dapat lebih besar dibandingkan di daerah dengan batuan kompak.

    Kekerasan batuan di wilayah Sukabumi dipengaruhi oleh umur dan litologi, batuan yang lebih muda atau telah mengalami pelapukan memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan batuan tua dan kompak.

    “Berdasarkan kondisi geologi dan geoteknik, wilayah sekitar pusat gempa bumi di Sukabumi dapat diklasifikasikan ke dalam kelas tanah C (tanah keras) dan D (tanah sedang) berdasarkan nilai Vs30, sehingga variasi tingkat amplifikasi guncangan gempa bumi sangat bergantung pada kondisi setempat,” sebut Wafid. Itu sebabnya, masyarakat juga diimbau menghindari area tebing yang berpotensi mengalami gerakan tanah, terutama saat turun hujan. Untuk bangunan di wilayah rawan gempa bumi perlu dirancang sesuai kaidah bangunan tahan gempa serta dilengkapi dengan jalur evakuasi, guna mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.

  • Mengenal Petilasan Joyoboyo, Tempat Bertapa dan Moksa Raja Legendaris Kediri

    Mengenal Petilasan Joyoboyo, Tempat Bertapa dan Moksa Raja Legendaris Kediri

    Liputan6.com, Jakarta Menapaki jalan desa menuju Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, pengunjung akan merasakan atmosfer yang berbeda. Udara terasa lebih sejuk, pepohonan rindang menaungi jalan setapak, dan sesekali aroma dupa terbawa angin.

    Tempat ini bukan sekadar situs sejarah, melainkan ruang spiritual yang sejak lama menjadi jujugan peziarah dari berbagai penjuru Nusantara.

    Petilasan tersebut diyakini sebagai tempat bertapa sekaligus moksa Sri Aji Prabu Joyoboyo, raja legendaris Kediri yang terkenal dengan Ramalan Jangka Jayabaya, ramalan tentang perjalanan panjang bangsa Jawa dan Nusantara. Hingga kini, bayang-bayang kebesaran dan spiritualitasnya tetap hidup dalam ingatan masyarakat.

    Di dalam kompleks petilasan terdapat tiga prasasti yang dipercaya sebagai titik perjalanan terakhir sang raja menuju moksa, yakni Prasasti Mahkota (tempat melepas mahkota), Prasasti Busana (tempat melepas pakaian kebesaran), dan Prasasti Moksa (titik akhir menuju keabadian).

    Ketiganya menjadi saksi bisu proses spiritual yang diyakini telah membawa Joyoboyo meninggalkan dunia fana.

    Ritual ziarah di lokasi ini biasanya dilakukan dengan berjalan perlahan menuju pamoksan, kemudian para peziarah bersimpuh satu per satu di hadapan prasasti. Suasana hening membuat setiap langkah terasa penuh makna, seolah mengulang perjalanan batin sang raja.

    “Itu adalah adab yang selalu dijaga di sini. Kita datang dengan rendah hati, berdoa, dan mengenang perjuangan Sri Aji Joyoboyo,” tutur Mbah Mukri, juru kunci Petilasan Joyoboyo, Selasa (23/09/2025).

    Menurutnya, ziarah bukanlah praktik mistis semata, melainkan simbol penghormatan kepada leluhur.

    “Ziarah ini pengingat untuk membersihkan diri, lahir maupun batin. Siapa pun boleh datang, tanpa memandang latar belakang. Yang utama itu niat. Datang dengan sungguh-sungguh memohon, hasilnya tetap tergantung Yang Maha Kuasa,” imbuhnya.

    Perbesar

    Petilasan Joyoboyo di Kediri… Selengkapnya

    Bagi sebagian orang luar, ziarah ke Petilasan Joyoboyo kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Namun, bagi masyarakat Kediri dan para peziarah, aktivitas itu lebih bermakna sebagai upaya menjaga tradisi sekaligus perjalanan spiritual pribadi.

    “Tidak ada yang mistis kalau kita datang dengan hati bersih. Yang ada hanyalah rasa syukur dan penghormatan,” kata Mbah Mukri menutup perbincangan.

    Meski setiap hari ada pengunjung yang datang, puncak keramaian terjadi pada malam 1 Suro, momentum sakral dalam kalender Jawa.

    Pada malam itu, ratusan peziarah dari berbagai daerah tumpah ruah di kompleks petilasan. Ada yang datang hanya untuk berdoa, ada pula yang sengaja bermalam dan menginap di rumah-rumah warga sekitar.

    Bagi masyarakat Kediri, malam tersebut bukan hanya ritual tahunan, melainkan perayaan spiritual yang menghubungkan mereka dengan sejarah panjang tanah Jawa.

    “Suasana 1 Suro di sini selalu berbeda. Seperti ada getaran yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata,” ujar Sulastri, seorang peziarah asal Madiun yang sudah tiga kali datang ke Petilasan Joyoboyo.

    Yang menarik, pesona spiritual Petilasan Joyoboyo bukan hanya dirasakan masyarakat Jawa. Banyak peziarah dari luar Jawa yang datang, bahkan menempuh perjalanan jauh hanya untuk merasakan energi dan doa di tempat ini.

    Salah satunya adalah Haji Syafruddin, seorang peziarah asal Palembang, Sumatera Selatan. Ia mengaku sudah dua kali datang ke Kediri untuk berziarah ke Petilasan Joyoboyo.

    “Saya merasa ada panggilan batin. Ramalan Jayabaya itu dikenal luas, bukan hanya di Jawa. Datang ke sini membuat saya merasa lebih dekat dengan akar budaya nusantara,” ucapnya.

    Hal serupa disampaikan Ni Luh Ayu, peziarah asal Bali yang datang bersama keluarganya. Baginya, kedatangan ke Petilasan Joyoboyo bukan hanya wisata religi, tetapi juga bentuk penghormatan antarbudaya.

    “Bali juga punya tradisi leluhur yang kuat. Saat saya datang ke sini, saya merasakan energi yang sama suasana khusyuk dan penghormatan pada sejarah,” tuturnya.

    Kehadiran peziarah dari luar Jawa ini semakin menegaskan bahwa Petilasan Joyoboyo telah menjadi magnet spiritual lintas etnis dan daerah, bahkan simbol persaudaraan dalam keberagaman.

    Perbesar

    Petilasan Joyoboyo di Kediri… Selengkapnya

    Pemerintah daerah pun menyadari pentingnya situs ini, bukan hanya sebagai destinasi wisata religi, tetapi juga sebagai warisan budaya. Mustika Prayitno Adi, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, menegaskan bahwa Petilasan Joyoboyo adalah identitas sejarah yang harus dilestarikan.

    “Petilasan tersebut adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dilestarikan. Ritual sesaji Sri Aji Joyoboyo juga sudah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal di Kementerian Hukum pada tahun 2021,” ujarnya.

    Dengan status tersebut, Petilasan Joyoboyo diharapkan dapat terus menjadi pusat spiritual dan kebudayaan, sekaligus destinasi wisata yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

    Di tengah modernitas yang terus melaju, Petilasan Sri Aji Joyoboyo tetap menjadi oase spiritual. Tempat di mana sejarah, tradisi, dan doa berpadu, meninggalkan jejak tak kasatmata yang dirasakan setiap peziarah yang datang baik dari Kediri, Madiun, Palembang, hingga Bali.