Category: Liputan6.com Regional

  • Geger Temuan Bom di Tanjungpinang, Aparat Pasang Garis Polisi

    Geger Temuan Bom di Tanjungpinang, Aparat Pasang Garis Polisi

     

    Liputan6.com, Tanjungpinang – Bom mortir dengan berat mencapai 8 kilogram ditemukan di rumah seorang warga di Jalan Teladan, Kota Tanjungpinang, Kepri. dengan berat mencapai 8 kilogram ditemukan di rumah seorang warga di Jalan Teladan, Kota Tanjungpinang, Kepri. Aparat kepolisian langsung memasang garis polisi di lokasi temuan bom tersebut.

    Kapolsek Tanjungpinang Barat Iptu Missyamsu Alson mengatakan, bom tersebut diduga masih aktif, dengan memiliki berat delapan kilogram dan panjang 38 centimeter.

    “Saat ini rumah dan area sekitarnya, kita sterilkan dulu guna keamanan bersama,” kata Iptu Alson di lokasi temuan bom, Kamis (25/9/2025).

    Alson menyebut sesuai arahan dari Kapolresta Tanjungpinang, Tim Penjinak Bom (Jibom) Polda Kepri akan diturunkan ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi bom tersebut.

    Dirinya juga menjelaskan bom itu pertama kali ditemukan seorang nelayan Jalan Teladan bernama Among, saat menangkap atau menjaring ikan di Pulau Bayan, Rabu (24/9/2025).

    “Bom itu tersangkut ke dalam jaringnya, lalu dibawa pulang ke rumahnya,” ujar Alson.

    Sementara, Lopin yang merupakan anak dari Among menceritakan awalnya sang ayah mengira bom itu besi tua, dan berencana menjualnya di tempat penampung bahan-bahan bekas.

    Beruntungnya, Lopin sempat memotret benda tersebut lalu dicek melalui laman google. Hasilnya ternyata menyerupai bom mortir.

    “Setelah itu, saya melapor ke Ketua RT dan Bhabinkamtibmas setempat. Tak lama polisi langsung turun dan memasang garis polisi,” ujarnya.

    Lopin menambahkan sampai saat ini bom itu masih berada di dalam rumahnya sembari menunggu Tim Jibom Polda Kepri. Ia dan keluarga terpaksa mengosongkan rumahnya untuk sementara waktu.

  • Kepsek Ceritakan Detik-Detik Pelajar Keracunan MBG di Cipongkor, hingga jadi Sasaran Amarah Orang Tua

    Kepsek Ceritakan Detik-Detik Pelajar Keracunan MBG di Cipongkor, hingga jadi Sasaran Amarah Orang Tua

    Kejadian keracunan pertama kali diketahui saat dua orang siswa SMK mengembalikan nampan MBG lebih dulu ketimbang siswa lainnya. Dua siswa itu sambil mengeluhkan pusing.

    “Pertama kali itu jam 09.40 WIB kami kasihkan, makan di ruang kelasnya, ada yang mengembalikan omprengnya lebih awal dan dia bilang ‘Pak, ini mah keracunan’,” ungkap Jafar.

    Siswa tersebut kemudian membeli minum dengan harapan pusing yang dialaminya mereda. Tetapi ternyata tidak. Keringat siswi tersebut malah terus mengalir.

    “Saya antisipasi bikin teh manis,” katanya.

    Beberapa saat kemudian, siswa lainnya juga mengeluhkan gejala serupa.

    Melihat gejala serupa yang dialami banyak siswa, Jafar segera berkoordinasi dengan pihak dapur Neglasari Cipongkor yang mendistribusikan MBG ke sekolah tersebut.

    “Dari dua siswa itu, beberapa siswa lainnya pun mengalami gejala yang sama. Kemudian datang beberapa ambulans ke sekolah dan barulah terjadi itu ada muntah dan lain-lain,” kata dia.

  • Keponakan Tembak Paman dengan Senapan Angin hingga Tewas di Bulukumba, Begini Kronologinya

    Keponakan Tembak Paman dengan Senapan Angin hingga Tewas di Bulukumba, Begini Kronologinya

    Saat ini, jasad UBN telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Daeng Raja untuk menjalani autopsi. Menurut Marala, pihak keluarga UBN meminta dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap jasad korban untuk kepentingan penyelidikan.

    “Korban sekarang di RSUD Sultan Daeng Raja. Pihak keluarga meminta dilakukan autopsi,” ucapnya.

    Selain menangkap pelaku, pihak kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti dari tempat kejadian perkara (TKP), termasuk senapan angin laras panjang yang digunakan pelaku untuk menembak korban.

    Marala mengungkapkan bahwa selain terlibat dalam aksi pembunuhan, AP ternyata selama ini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kasus penyalahgunaan narkoba di Satuan Reserse Narkoba Polres Bulukumba.

    “Iya betul, yang bersangkutan ini DPO kasus narkoba dan sudah lama dicari,” bebernya.

  • Efisiensi APBD 2026, Dedi Mulyadi Bakal Pangkas Anggaran Listrik, Air, hingga Internet

    Efisiensi APBD 2026, Dedi Mulyadi Bakal Pangkas Anggaran Listrik, Air, hingga Internet

    Dedi memastikan telah meminta Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk menggenjot pengurangan di pos belanja barang dan jasa ini dari Rp 6,9 triliun menjadi Rp 5 triliun. Pengurangan tajam ini akan diambil dari biaya listrik, pemakaian air, dan jamuan di seluruh kantor pemerintahan Pemprov Jabar.

    “Listrik di seluruh dinas kantor Provinsi Jabar hanya dinyalakan pada waktu jam kerja dan pada waktu ada pekerjaan. Kalau ASN-nya tidak kerja di ruangan dan tidak ada kerja, matiin. Matikan AC, matikan air kalau tidak perlu-perlu amat,” kata dia.

    Dedi juga telah menginstruksikan biaya internet dan telepon serta pemakaian air turut dikurangi agar anggaran yang didapatkan dari efisiensi diarahkan untuk pelayanan masyarakat. Bahkan, untuk menyediakan jamuan makanan, pihaknya lebih memilih untuk memasak langsung dengan menggunakan jasa tukang masak agar tidak mengeluarkan anggaran besar.

    “Enggak ada katering. Agar layanan kita pada masyarakat tidak berubah meskipun anggaran kita mengalami penurunan tajam,” kata dia.

     

  • Kepsek Ceritakan Detik-Detik Pelajar Keracunan MBG di Cipongkor, hingga jadi Sasaran Amarah Orang Tua

    Pengakuan Siswa Korban Keracunan Menu MBG di Cipongkor

    Marwa Mu’nisah, salah satu siswi yang mengalami keracunan usai menyantap MBG masih terbaring lemas di kasur darurat dengan jarum infus tertancap di lengan kirinya. Siswi dari MA Syarif Hidayatullah, Neglasari, Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat itu mengalami gejala keracunan pada Rabu (24/9/2025).

    Pengakuan Marwa, mulanya tidak ada tanda-tanda aneh saat dia membuka kotak makan menu MBG. Hari itu, dia mendapatkan sajian menu ayam, tahu goreng, sambal, sayuran dan buah strawbery. Dia mengaku lahap sekali sampai habis tak tersisa.

    “Enggak ada yang aneh, makanannya habis,” sebutnya lirih.

    Beberapa saat setelahnya, dia merasakan pusing, sakit di ulu hati dan kemudian muntah-muntah. Pascakejadian itu, dia merasa sangat trauma.

    “Kapok, karena udah kerasa udah ada sakit kaya gini, jadi kapok,” ucapnya.

    Reporter: Robby Bonceu/merdeka.com

  • 4 Hari Pasca Penembakan Pendulang Emas di Yahukimo Papua Pegunungan, Jenazah Belum Bisa Dievakuasi

    4 Hari Pasca Penembakan Pendulang Emas di Yahukimo Papua Pegunungan, Jenazah Belum Bisa Dievakuasi

    Liputan6.com, Yahukimo – Empat hari pasca penembakan terhadap 5 orang pendulang emas di Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, aparat keamanan belum bisa mengevakuasi jenazah.

    Pada Rabu 24 September 2025, direncanakan dilakukan evakuasi jenazah, namun terhalang cuaca buruk.

    “Sejak pagi, hujan deras mengguyur Yahukimo. Evakuasi terhalang cuaca. Kondisi ini membuat tim evakuasi sulit menyeberangi sungai yang arusnya menjadi deras,” ujar Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol. Faizal Ramadhani.

    Hujan deras juga membuat jarak pandang minim, karena kabut yang turun.

    Dua hari setelah penembakan pada Selasa 23 September 2025, aparat keamanan juga batal mengevakuasi 5 jenazah karena rombongan aparat justru ditembaki oleh KKB pimpinan Elkius Kobak.

    Aksi penembakan terhadap penambang emas di Distrik Seradala berlangsung sejak Minggu (20/9/2025) hingga Senin (21/9/2025).

    Saksi berinidial DA menyebutkan pada Minggu malam sekitar pukul 19.00 WIT, dua pekerja ditemukan tewas dengan luka kekerasan dan tembakan. Kedua jenazah tergelak di Jalan Poros Kampung Bingki, Distrik Seradala.

    Mengetahui adanya penembakan, sejumlah penambang berencana menuju Dekai untuk menyelamatkan diri, namun batal dilakukan karena cuaca buruk.

    Keesokan harinya, Senin sekitar pukul 08.00 WIT, KKB kembali melancarkan serangan di Camp Kali Kulum. Kelompok tersebut menggunakan panah dan senjata api, menyebabkan kepanikan di antara para penambang. Dalam aksi ini, 3 orang pekerja tambang kembali menjadi korban keganasan KKB.

    Kelima korban bernama Desem Dominggus dan Marselinus Manek yang meninggal dunia pada penyerangan pertama. Lalu, atas nama Roberto, Yunus, dan Unu pada kasus penembakan kedua.

    “Sampai sekarang kami belum sampai TKP. Informasi yang kami dapatkan, terdapat 5 jenazah, namun masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut,” jelas dia.

    Brigjen Faizal menjelaskan data para korban masih dalam proses penyelidikan.

     

    Teror kelompok kriminal bersenjata Papua kembali memakan korban. Penyerangan dari KKB kali ini menewaskan 11 orang di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

  • 20 Siswa di Mamuju Diduga Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Ada yang Kritis

    20 Siswa di Mamuju Diduga Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Ada yang Kritis

    Kapolsek Tapalang, Iptu Mino, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Dia menerangkan hingga siang dilaporkan ada 13 siswa yang harus dilarikan ke Puskesmas Tapalang untuk mendapatkan perawatan usai menyantap MBG.

    “Hingga siang kemarin total ada 12 orang (diduga keracunan), terdiri dari 11 siswa SD dan 1 siswa SMPN 1 Tapalang,” ujar Mino kepada wartawan.

    Terpisah, Kasi Humas Polresta Mamuju, Ipda Herman Basir, menyebut jumlah korban semula tercatat 13 orang bertambah menjadi 20 orang pada Rabu malam. Dua di antaranya bahkan harus dilarikan ke RSUD Mamuju karena kondisinya kritis.

    “Dua pelajar dirujuk ke RSUD Mamuju karena kritis. Sementara empat siswa lainnya sudah dipulangkan usai mendapat perawatan medis,” ujar Herman saat dikonfirmasi terpisah.

    Kasus keracunan makanan menimpa ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 150 siswa mengalami gejala keracunan.

  • Peringatan Hari Tani Nasional, Petani di Pati Demo Protes Pegunungan Kendeng Rusak dan Marak Tambang Liar

    Peringatan Hari Tani Nasional, Petani di Pati Demo Protes Pegunungan Kendeng Rusak dan Marak Tambang Liar

    Liputan6.com, Jakarta – Masyarakat Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah di wilayah selatan memprotes keberadaan 17 lokasi tambang ilegal di Pegunungan Kendeng Utara.

    Ironisnya, munculnya belasan tambang tanpa izin ini terkesan dibiarkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Muria (ESDM) Jawa Tengah.

    Aksi protes ini disuarakan oleh ratusan warga dan petani yang tinggal di lereng Pegunungan Kendeng. Sebab jika penambangan liar itu terus dibiarkan dan tidak segera dihentikan, dikhawatirkan membuat lingkungan Kendeng rusak.

    Ungkapan kekecewaan ini diluapkan warga, saat berunjuk rasa di depan kantor Bupati Pati dan gedung DPRD Pati pada Rabu 24 September 2025.

    Aksi demo kali ini juga sebagai peringatan Hari Tani Nasional 2025 yang bertepatan tanggal 24 September.

    Dari pantauan Liputan6.com di lokasi unjuk rasa, massa yang tergabung dalam Petani Pundenrejo dan Serikat Petani Pati ini, tiba di Alun-Alun Pati pada pukul 09.30 WIB. Mereka datang menumpang belasan truk dengan kawalan ketat aparat gabungan.

    Setiba di Alun-alun Pati, massa berjalan kaki menuju depan kantor DPRD Pati. Mereka juga membentangkan poster dengan berbagai tulisan yang mengecam aksi perusakan alam.

    Di antaranya Sawah Habis di Negeri Agraris Sibuk Menambang Lupa Berkebun, Kami Berharap Pemerintah Konsisten Mengembalikan Fungsi Lahan untuk Keberlangsungan Hidup, Kami Ingin Oksigen Gratis Bukan Debu Tambang yang Tragis’.

    Massa juga menampilkan aksi teatrikal yang menggambarkan kekecewaan mereka terkait rusaknya alam Pegunungan Kendeng. Sejumlah orator pun bergantian melakukan orasi terkait tuntutan mereka.

    Jumadi salah seorang orator yang berpakaian kostum tokoh Semar mengatakan, kedatangan para petani kali ini untuk mengungkapkan permasalahan lahan yang biasa digunakan menanam padi dan jagung namun kini dipakai untuk penambangan.

    “Saat ini, kami menuntut para penguasa di Kabupaten Pati, kalau bisa ayo menggalakkan para petani, menyuburkan para petani, jalur irigasi agar di normalisasi, tambang – tambang di Pegunungan Kendeng diberhentikan,” ujar Jumadi.

     

    Bupati Pati, Sudewo kembali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sudewo diperiksa sebagai saksi atas kasus dugaan korupsi proyek pembangunan jalur kereta api di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan periode anggar…

  • Puluhan Petani dan Mahasiswa Geruduk BPN Sukabumi, Tuntut Penertiban HGU Swasta dn BUMN

    Puluhan Petani dan Mahasiswa Geruduk BPN Sukabumi, Tuntut Penertiban HGU Swasta dn BUMN

    Liputan6.com, Jakarta – Ratusan petani dan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di Kantor Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) menuntut penertiban Hak Guna Usaha (HGU) milik swasta dan BUMN.

    Mereka memprotes lahan yang HGU telah kedaluwarsa, namun masih dikuasai pihak tertentu, menimbulkan konflik berkepanjangan dengan petani penggarap.

    Koordinator Aksi, Rozak Daud mengungkapkan, banyak HGU di Kabupaten Sukabumi yang telah berakhir masa berlakunya, bahkan ada yang sudah mencapai 10, 29, hingga 30 tahun.

    “Tuntutan kami hari ini adalah bagaimana BPN mau menertibkan itu, baik HGU swasta maupun milik BUMN. Rata-rata HGU milik BUMN sudah berakhir sejak 2013, dan lokasi-lokasi itu kini telah menjadi sumber kehidupan bagi petani di wilayah masing-masing,” ujar Rozak Daud, Rabu (24/9/2025).

    Dia menjelaskan, objek tanah eks-HGU ini telah dikuasai dan dimanfaatkan oleh petani secara turun-temurun. Namun, kata Rozak, belakangan mulai muncul konflik, yang menurutnya dipicu oleh pembiaran dari pihak BPN.

    Ia mencontohkan kasus di Kecamatan Lengkong, dimana HGU sebuah perusahaan berakhir pada 2011. Namun, belakangan muncul pengusaha yang mengklaim telah mengalihkan status, meskipun secara hukum HGU tersebut sudah putus hubungan.

    “Praktik-praktik seperti itu hari ini dibiarkan oleh BPN yang menjadi lembaga negara sebagai pencatat pertanahan,” papar Rozak.

    Akibatnya, petani yang selama ini sudah menguasai dan memanfaatkan tanah dengan mengikuti prosedur, kini mulai terancam terusir.

     

    Kabar aksi demo di depan Gedung DPR/MPR RI hari ini menyedot perhatian publik. Senin pagi, sejumlah peserta terlihat membawa simbol bendera bajak laut dari anime One Piece.

  • Hasil Lab Kasus Keracunan MBG Sukabumi Keluar, Ironisnya Banyak Ditemukan Hal Ini

    Hasil Lab Kasus Keracunan MBG Sukabumi Keluar, Ironisnya Banyak Ditemukan Hal Ini

    Menanggapi kasus berulang, Agus menuturkan, telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi, BPOM, dan Kementerian Kesehatan RI, serta mengambil langkah pengawasan yang diperketat melalui pembentukan Tim Pembinaan dan Pengawasan Eksternal SPPG MBG.

    Pihaknya juga memberikan rekomendasi tegas kepada seluruh pihak terkait penyedia katering yang wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), memastikan suhu dan tingkat kematangan yang sesuai, serta menjaga ketepatan waktu distribusi. 

    “Mereka juga harus menyediakan sampel makanan untuk uji organoleptik (tes rasa, bau, tekstur) oleh guru di sekolah,” jelas Agus.

    Lebih lanjut, sekolah juga ajib memastikan makanan aman dengan cara tes organoleptik terlebih dahulu oleh guru dan membentuk Tim Pengawas Internal Kegiatan MBG.

    “Pemerintah Daerah telah dibentuk Satuan Tugas Percepatan Penyelenggaraan Program MBG melalui Surat Keputusan Bupati,” kata dia. 

    Agus menambahkan, jika kualitas bahan baku yang disediakan oleh katering tidak sesuai spesifikasi, maka katering wajib menggantinya.