Bandung Zoo Stok Pakan Satwa Dari Donasi Hanya Bertahan Sepekan
Tim Redaksi
BANDUNG,KOMPAS.com
– Humas Bandung Zoo Sulhan Syafi’i menyebut kondisi stok pakan satwa yang tersedia dari donasi berbagai pihak, hanya bertahan selama sepekan.
Karenanya ia mengusulkan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Jawa Barat
untuk kembali membuka operasional
Bandung
Zoo.
“Kemungkinan kita bisa bertahan sampai semingguan lah. Kita masih ada
donasi
-donasi, dari warga yang kita tidak tahu siapa,” kata Sulhan saat dihubungi Jumat (19/12/2025).
Dijelaskan, donasi yang sebagian besar berasal dari donasi kelompok masyarakat, komunitas hingga pihak swasta ini, disalurkan dalam bentuk pembelian pakan melalui vendor.
“Ya, bantuan pakan. Mereka mentransfer uang langsung ke para vendor kita,” ucapnya.
Terkait penangulangan pakan dari Kementrian Kehutanan, Sulhan menyebut hingga sore tadi, bantuan pakan dari pemerintah tersebut belum diterima pihak
Bandung Zoo
.
“Sampai hari ini kita belum menerima atau tidak menerima bantuan dari pemerintah,” ucapnya.
Meski begitu, Sulhan menyebut stock pakan
satwa
sampai ini dalam kondisi aman dan tercukupi.
“Jadi kita Alhamdulillah pakan tercukupi. Sampai saat ini kita belum menerima bantuan pakan dari Kementerian Kehutanan. Jadi kita masih bisa survive mandiri,” katanya.
Menurutnya, penutupan operasional Bandung Zoo berdampak luas, tidak hanya pada
pakan satwa
, tetapi juga terhadap ratusan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menggantungkan hidup di area Bandung Zoo.
Karenanya ia berharap pemerintah segera membuka kembali operasional Bandung Zoo. Sulhan menilai hal ini bisa membereskan persoalan tersebut.
“Harapan terakhir meminta pemerintah segera membuka operasional Bandung Zoo, karena itu yang akan membereskan semua permasalahan yang selama ini terjadi,” ucapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com
-
/data/photo/2025/12/19/6945303f10d57.jfif?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Lelah Hidup di Pengungsian, Warga Tapteng Harap Bantuan Bangun Rumah Medan 19 Desember 2025
Lelah Hidup di Pengungsian, Warga Tapteng Harap Bantuan Bangun Rumah
Tim Redaksi
KEBUN PISANG, KOMPAS.com
– Warga Kebun Pisang, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, meminta percepatan pembangunan rumah yang rusak akibat banjir bandang, Selasa (25/11/2025).
Salah seorang warga, Arfan Lubis, mengatakan bantuan pembangunan rumah sangat dibutuhkan agar masyarakat bisa kembali ke rumah masing-masing dan mulai memulihkan kehidupan pascabencana.
“Kami sebenarnya dari masyarakat berharaplah ada bantuan pembangunan, supaya cepat pulih kami kembali ke rumahnya masing-masing,” kata Arfan usai menerima penyaluran bantuan
Kompas.com
, Kamis (18/12/2025).
Arfan menyebut rumahnya rusak parah akibat diterjang banjir. Bangunan tersebut juga difungsikan sebagai taman kanak-kanak tempat anak-anak belajar.
“Rusak parah rumah, kebetulan di samping tempat tinggal sekaligus tempat untuk anak-anak TK belajar,” ujar dia.
Ia menambahkan, sejumlah kayu berukuran besar menimpa rumahnya saat banjir terjadi.
“Saya tidak tahu jenis kayunya, yang jelasnya kayu-kayu besar. Ada yang memang tercabut dengan akarnya,” ucap Arfan.
Saat ini, Arfan bersama istrinya masih tinggal di tenda pengungsian korban banjir di Kebun Pisang. Ia berharap bisa segera kembali ke rumah agar tidak terlalu lama hidup di pengungsian.
“Terkadang ada sulitnya air bersih, ada juga sulitnya masalah tempat tinggal. Kalau di tempat pengungsian, satu tenda dua kepala keluarga,” kata dia.
Arfan mengaku bersyukur atas bantuan yang disalurkan Kompas.com kepada warga terdampak banjir. Bantuan tersebut berupa genset, lampu solar cell, obat-obatan, pakaian, susu, sembako, dan buah-buahan.
Ia menilai bantuan tersebut sangat membantu warga dalam memenuhi kebutuhan dasar pascabencana.
Selain bantuan logistik, Arfan juga mengapresiasi kegiatan hiburan yang dilakukan tim
Kompas.com
untuk anak-anak dan ibu-ibu di pengungsian.
“Saya lihat dari sini sangat kreatiflah bantuan dari Kompas.com. Ada kegiatan hiburan yang menimbulkan kebahagiaan, anak-anak tertawa dan ibu-ibu terhibur,” ujarnya.
Tim Kompas.com mengajak anak-anak bermain berbagai permainan, seperti tepuk hitam hijau, tebak pengetahuan umum, serta bernyanyi lagu anak-anak.
Anak-anak yang memenangkan permainan diminta maju ke depan dan menyampaikan cita-cita mereka. Di antaranya Melna yang bercita-cita menjadi dokter dan Ferdiansyah yang ingin menjadi presiden.
Usai kegiatan permainan, anak-anak duduk di atas alas tikar sambil menikmati buah naga, susu, dan roti.
Sebelumnya,
Kompas.com
juga telah menyalurkan bantuan serupa kepada
korban bencana
di Sipange dan Hatanabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten
Tapanuli Tengah
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/18/694432223caed.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Feri Amsari: Kalkulasi Politik dan Anggaran Bikin Pemerintah Enggan Tetapkan Bencana Nasional Sumatera Regional 19 Desember 2025
Feri Amsari: Kalkulasi Politik dan Anggaran Bikin Pemerintah Enggan Tetapkan Bencana Nasional Sumatera
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari menilai keengganan pemerintah menetapkan status bencana nasional terhadap tiga provinsi di Sumatera tidak lepas dari kesalahan kalkulasi politik dan keterbatasan anggaran negara.
“Bencana ini disebabkan kalkulasi politik yang tidak cermat, terutama ketidakpatuhan kepada Undang-Undang Dasar. Akibatnya timbul bencana,” kata Feri usai menghadiri Sarasehan Hari Anti Korupsi Sedunia bertajuk “Korupsi dan Darurat Iklim” di Semarang, Kamis (18/12/2025).
Feri juga menilai, status
bencana nasional
tidak ditetapkan Presiden Prabowo Subianto karena pemerintah pusat tidak memiliki cukup anggaran untuk menangani bencana di
Sumatera
Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
“Kalkulasi lain ya karena angka-angka mereka tidak sanggup untuk bertanggung jawab. Kalau diterapkan sebagai status bencana nasional kan seluruh penanggulangan akan diserahkan kepada pemerintah pusat,” lanjutnya.
Ia menyebut salah satu faktor utama adalah ketidakmampuan pemerintah pusat menanggung konsekuensi penanganan bencana nasional.
“Sementara uang pemerintah pusat sedang tidak ada, buktinya dana penanggulangan bencana dipotong 50 persen. Itu yang menyebabkan tersendat-sendat dan mereka tidak mampu kemudian untuk menerapkan ini sebagai status bencana nasional,” ujarnya.
Menurut Feri, penetapan status bencana nasional juga memiliki konsekuensi penting yang kerap dihindari pemerintah, salah satunya kewajiban mengevaluasi kebijakan yang selama ini dijalankan.
“Di balik penetapan status bencana nasional itu ada konsekuensi lain, misalnya me-review kebijakan sebelumnya di tata kelola tambang atau kewajiban melakukan evaluasi kebijakan lingkungan hidup,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa bencana yang terjadi tidak semata-mata akibat faktor alam, melainkan hasil dari kebijakan negara.
“Ini bukan karena peristiwa alam, tetapi akibat ulah orang yang berdasarkan dari kebijakan negara,” kata Feri.
Feri menilai kondisi penanganan bencana di lapangan masih jauh dari harapan.
Karena itu, ia mendesak pemerintah segera menetapkan status bencana nasional agar bantuan internasional dapat masuk dan tersalurkan kepada korban.
“Status bencana nasional harus segera diumumkan. Kita itu terbuka mestinya dibantu sebagai mitra. Ini kan negara-negara ASEAN dan warga dunia,” ujarnya.
Ia menegaskan, menerima bantuan internasional tidak akan meruntuhkan kewibawaan negara maupun kepemimpinan nasional.
“Apa salahnya menerima bantuan? Ini bukan meruntuhkan kewibawaan negara atau seorang pemimpin menerima bantuan,” katanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/18/6943c78570d0d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Lokasi dan Cara Uji Emisi Gratis di Lumajang, Kendaraan Pribadi Tidak Wajib Surabaya 19 Desember 2025
Lokasi dan Cara Uji Emisi Gratis di Lumajang, Kendaraan Pribadi Tidak Wajib
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, menyediakan layanan uji emisi gratis untuk kendaraan bermotor.
Layanan ini diberikan dalam rangka peringatan Hari Jadi
Lumajang
ke 770 dan menjelang libur
Natal dan Tahun Baru
(
Nataru
) 2025/2026.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Lumajang, Rasmin mengatakan, layanan
uji emisi
gratis diberikan kepada kendaraan angkutan barang maupun kendaraan umum. Sedangkan kendaraan pribadi tidak diwajibkan untuk melakukan uji emisi.
“Uji emisi itu kan salah satu materi pengujian kendaraan bermotor secara keseluruhan. Hanya saja yang wajib uji baru sebatas kendaraan mobil penumpang, bus, truk angkutan barang. Kendaraan pribadi belum ada kewajiban uji berkala,” kata Rasmin di Lumajang, Jumat (19/12/2025).
Meski begitu, Dinas Perhubungan Kabupaten Lumajang membuka peluang untuk kendaraan pribadi melakukan
uji emisi gratis
.
Menurut Rasmin, selama ini belum ada masyarakat Lumajang yang melakukan uji emisi pada kendaraan pribadinya.
Nantinya, apabila ada kendaraan pribadi yang akan melakukan uji emisi akan mendapatkan penanganan khusus. Sehingga, tidak menggangu kendaraan lain yang memang diwajibkan melakukan uji emisi.
Para pemilik kendaraan pribadi yang ingin melakukan uji emisi bisa langsung datang ke Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor (PKB) di Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang.
“Karena belum wajib, terus di SOP (Standar Operasional Prosedur) saya belum mengatur, maka kalau ada masyarakat yang akan mengujikan kendaraan pribadi akan dapat penanganan khusus, supaya tidak tumpang tindih dengan kendaraan yang memang wajib uji,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/18/6943bbc555616.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jaksa Ubah Tuntutan Kakek Masir Jadi 6 Bulan Penjara, Pakar Hukum: Harus Tetap Dinyatakan Bersalah Surabaya 19 Desember 2025
Jaksa Ubah Tuntutan Kakek Masir Jadi 6 Bulan Penjara, Pakar Hukum: Harus Tetap Dinyatakan Bersalah
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Pakar Hukum Pidana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Nur Basuki Minarno angkat bicara soal perubahan tuntutan Kakek Masir, pencuri 5 ekor burung Cendet, di kawasan Taman Nasional Baluran Situbondo.
Warga Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo itu semula dituntut 2 tahun penjara. Namun jaksa penuntut umum (JPU) mengubah tuntutan menjadi 6 bulan penjara.
Perubahan materi tuntutan dibacakan JPU Kejari Situbondo Huda Hazamal pada Kamis (18/12/2025), dalam sidang dengan agenda pembacaan replik JPU.
“Saya sepaham dengan jaksa, penuntutan harus dengan pertimbangan asas futuristik,” katanya dikonfirmasi Jumat (19/12/2025).
Namun dia berharap, dalam proses pengadilan terdakwa harus diputus bersalah.
“Untuk edukasi, terdakwa harus tetap diputus bersalah,” ujar Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Unair ini.
Menurut dia, yurisprodensi pada kasus tersebut sudah banyak, di antaranya kasus pencurian sendal jepit dan pencurian tanaman Kakau di daerah lain.
“Prinsipnya yang dilakukan terdakwa pencurian ringan. Nilai ekonominya tak seberapa,” ujarnya.
Dia menjelaskan paradigma hukuman pidana saat ini tidak bertumpu pada hukuman badan, tapi lebih pada pembinaan.
Prinsip itu juga sesuai dengan KUHP Nasional Undang Undang No. 1 Tahun 2023 yang akan berlaku 02 Januari 2026 dan Undang – Undang Penyesuaian Pidana yang telah disahkan DPR tanggal 8 Desember 2025.
Seperti diketahui, kakek 71 tahun warga Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo itu dituntut 2 tahun penjara karena dianggap melanggar Pasal 40 B Ayat 2 huruf B UU Nomor 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem.
Video
Kakek Masir
sempat viral saat menangis di persidangan usai mendengar tuntutan JPU yang menuntutnya 2 tahun penjara.
Masir yang mengenakan kemeja putih lengan panjang sempat terjatuh dari tempat duduknya di ruang sidang.
Tak lama kemudian, ia dibawa keluar dan mengenakan rompi tahanan merah. Tangannya terborgol di depan.
Masir menangis histeris saat bertemu laki-laki berbaju hitam. Bahkan Masir sampai terjatuh ke lantai sambil menangis.
“Demi anak pak, Ya Allah Ya karim,” ucapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/19/69452dc842de5.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pelaku Lain Pembunuhan Mahasiswi UMM, Teman Kecilnya Bripka AS Surabaya 19 Desember 2025
Pelaku Lain Pembunuhan Mahasiswi UMM, Teman Kecilnya Bripka AS
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Polda Jatim telah menangkap pelaku lain yang diduga terlibat dalam pembunuhan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berinisial FAN (21).
Sebelumnya, 1 orang telah ditetapkan tersangka dalam kasus tersebut.
Ia adalah
Bripka AS
, kakak ipar korban dan anggota Polres Probolinggo Kabupaten.
Tim Jatanaras lalu memburu pelaku lainnya berinisial SY (38) dan telah ditangkap di Jalan Panglima Sudirman, Kraksaan, Probolinggo pada Kamis (18/12/2025) sekitar pukul 23.00 WIB.
SY ditangkap usai bersembunyi dan lari ke Lumajang, Pamekasan, dan kembali ke Probolinggo.
Kini, ia diamankan di Mapolda Jatim untuk menjalani pemeriksaan bersama AS.
Kabid Humas
Polda Jatim
, Kombes Polisi Jules Abraham Abast mengatakan bahwa SY dan AS merupakan teman sejak kecil.
“Jadi kalau hubungan informasi sementara ini yang didapatkan dari penyidik bahwa mereka sudah berteman sejak kecil,” kata Jules di Mapolda Jatim, Jumat (19/12/2025).
SY bukanlah anggota polisi seperti AS.
Ia merupakan seorang petani.
Tim penyidik Polda Jatim masih melakukan pendalaman lebih lanjut terkait masing-masing tersangka dalam tindak pidana ini.
“Kita masih mendalami peran-peran dari keluarga, kerabat dari para terduga pelaku maupun para tersangka. Untuk tersangka SY ini sesuai dengan status pekerjaannya petani,” ungkap Jules.
Sebelumnya, jenazah
mahasiswi UMM
, asal Tiris, Probolinggo, FAN (21) ditemukan warga di sebuah sungai pinggir Jalan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Selasa (16/12/2025).
Ia ditemukan dalam kondisi terlungkup, mengenakan jaket hitam, celana panjang warna krem, serta helm berwarna pink.
Tubuh korban telah dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya untuk dilakukan otopsi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/19/694506f4eb211.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Walhi: Sawit Justru Timbulkan Konflik Horizontal di Papua Regional 19 Desember 2025
Walhi: Sawit Justru Timbulkan Konflik Horizontal di Papua
Tim Redaksi
JAYAPURA, KOMPAS.com
– Organisasi gerakan lingkungan hidup, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Papua melontarkan kritik atas rencana Pemerintah membuka lahan sawit dengan alasan swasembada pangan dan energi.
Walhi menilai rencana tersebut hanya akan menguatkan dominasi korporasi atas lahan luas, bukan berbasis pada kebutuhan dan kearifan lokal masyarakat adat.
Direktur Eksekutif Daerah Walhi
Papua
, Maikel Peuki menyebut, monokultur besar seperti
sawit
dan tebu justru mengancam keanekaragaman hayati, ekosistem hutan, dan ketahanan pangan tradisional masyarakat adat Papua.
“Kami dari
Walhi Papua
memandang bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah ini akan membawa dampak buruk terhadap kerusakan lingkungan dan ekosistem yang ada di Papua,” kata Maikel ketika ditemui di Abepura, Jumat (19/12/2025).
Selain itu, dia mengatakan, selama kehadiran
sawit di Papua
tidak pernah memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat.
Sebaliknya, rencana ini justru menimbulkan konflik horizontal antara masyarakat dengan perusahaan maupun aparat keamanan.
“Dari pantauan kami di seluruh Papua bahwa kehadiran sawit belum memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat pemilik hak ulayat. Justru yang mereka dapatkan adalah bencana alam, banjir, longsor hingga konflik horizontal,” ujarnya.
Di samping itu, menurut Maikel, pembukaan lahan sawit akan memberikan ancaman terhadap hak adat masyarakat Papua, kelestarian hutan adat, ketahanan pangan lokal, dan keberlanjutan lingkungan.
“Kami Walhi Papua mengeluarkan pernyataan resmi yang menyuarakan kekhawatiran serius terhadap rencana pemerintah pusat dan daerah yang membuka tanah adat dan hutan Papua untuk proyek pertanian besar seperti perkebunan sawit, tebu, dan terkait program pangan atau energi.”
“Hal ini sebagai ancaman terhadap hak adat masyarakat Papua, kelestarian hutan adat, ketahanan pangan lokal, dan keberlanjutan lingkungan,” kata dia.
Maikel menilai, kebijakan Pemerintah ini pun mengabaikan Otonomi Khusus dan Pemerintahan Khusus dengan kewenangan tersendiri.
“Pemerintah harusnya menghormati Tanah Papua bukan tanah kosong. Ada pemilik adat yang berhak atas tanah dan hutan adat.”
“Pemerintah pusat dan daerah belum melibatkan masyarakat adat secara bebas dan informatif (
Free, Prior, and Informed Consent
/FPIC) sebelum mengambil keputusan,” ujar dia.
Maikel khawatir bahwa kebijakan ini dapat memicu konflik agraria, mempercepat kerusakan hutan, dan menghancurkan sistem pangan lokal yang selama ini bertumpu pada sagu, dan hasil hutan lainnya.
“Kemudian, yang menjadi catatan penting bahwa masyarakat adat tidak pernah mendapatkan manfaat baik dari perkebunan sawit.”
“Justru menyebabkan kerusakan ekologi, konflik sosial, konflik antar kelompok akan semakin tinggi di Papua,” tandas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/19/6945258cb45da.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Polisi Pastikan Situasi Kondusif Pasca Bentrok Warga dan Mahasiswa di Depan Asrama Papua Makassar Regional 19 Desember 2025
Polisi Pastikan Situasi Kondusif Pasca Bentrok Warga dan Mahasiswa di Depan Asrama Papua Makassar
Tim Redaksi
MAKASSAR, KOMPAS.com
– Polisi memastikan kondisi di sekitar Asrama Papua Makassar telah kondusif pasca bentrokan yang melibatkan masyarakat dan mahasiswa pada Jumat (19/12/2025) siang.
Meskipun situasi telah dinyatakan aman, sejumlah personel kepolisian masih berjaga di area tersebut.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menjelaskan bahwa kericuhan bermula ketika sejumlah mahasiswa asal Papua menggelar unjuk rasa memperingati Hari Trikora.
“Jadi ada unjuk rasa mahasiswa, tadi sempat ada salah paham sedikit, dan ada juga Ormas yang menolak unjuk rasa mereka sehingga terjadi gesekan, sekarang kondisinya sudah kondusif,” ujar Arya saat ditemui awak media di lokasi.
Ia menambahkan bahwa saat bentrokan terjadi, beberapa aparat kepolisian yang berusaha melerai justru menjadi sasaran amukan massa, mengakibatkan beberapa personel mengalami luka ringan.
“Yah ada yang berusaha untuk berkonflik dengan anggota, tapi sudah dihalau dan bisa diselesaikan. Yah anggota ada lecet-lecet sedikit,” tuturnya.
Arya menyatakan pihaknya telah mengerahkan kurang lebih 300 personel untuk mengawal jalannya aksi mahasiswa.
“Tujuan kita untuk melayani mereka. Untuk mengemukakan pendapatnya silakan, yang penting tidak menganggu ketertiban umum, tidak dilakukan dengan tindakan negatif,” pungkasnya.
Sebelumnya, kericuhan terjadi di depan Asrama Papua, Jalan Lanto Dg Pasewang, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Jumat (19/12/2025) siang.
Kericuhan tersebut melibatkan mahasiswa dengan sejumlah masyarakat serta pengguna jalan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, aksi unjuk rasa awal dilakukan oleh puluhan mahasiswa Papua di depan Monumen Mandala Makassar, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari asrama.
Aksi berlangsung damai hingga massa membubarkan diri dan diantar kembali ke asrama menggunakan mobil truk polisi.
Namun, setibanya di depan asrama, puluhan mahasiswa kembali menggelar unjuk rasa dengan memblokir ruas jalan protokol, yang kemudian memicu kemarahan masyarakat dan terjadi saling lempar batu di lokasi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/19/69452930a5cb0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemkab Tangerang Bangun Taman Literasi Digital di Tugu Titik Nol Tigaraksa, Anggaran Rp 2,3 Miliar Regional 19 Desember 2025
Pemkab Tangerang Bangun Taman Literasi Digital di Tugu Titik Nol Tigaraksa, Anggaran Rp 2,3 Miliar
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
— Pemerintah Kabupaten Tangerang membangun Tugu Titik Nol di kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten (Puspemkab) Tangerang, Tigaraksa. Proyek tersebut viral di media sosial karena anggarannya mencapai sekitar Rp 2,3 miliar.
Proyek yang diberi nama Taman Tugu Nol Tigaraksa itu saat ini masih dalam tahap pembangunan, namun wujud fisiknya sudah terlihat di kawasan Puspemkab.
Pantauan Kompas.com, Jumat (19/12/2025), tugu tersebut dibangun di sebuah taman yang berada di antara Gedung Inspektorat dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Tangerang
.
Tugu berbentuk persegi empat dengan tinggi sekitar satu meter itu berwarna ungu dan bertuliskan “Titik 0 KM Kabupaten Tangerang”.
Di belakang tugu terdapat sebuah bangunan berbentuk melingkar dengan pintu masuk berwarna putih.
Di sisi kanan pintu masuk terpasang logo Pemerintah Kabupaten Tangerang dan tulisan Titik 0 KM Kabupaten Tangerang.
Di dalam bangunan tersebut terdapat dua ruangan yang saat ini masih kosong, dengan sebuah pohon besar tetap dipertahankan di bagian tengah bangunan.
Kepala Bappeda Kabupaten Tangerang Erwin Mawandi menjelaskan, pembangunan
Tugu Titik Nol
tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dengan pengembangan kawasan taman literasi digital.
“Tugu nol ini awalnya dibangun oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai penanda koordinat wilayah yang penting untuk pemetaan dan pendataan kewilayahan. Namun kondisinya sebelumnya sudah kurang layak,” kata Erwin kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat.
Menurut Erwin,
Pemkab Tangerang
kemudian meminta izin kepada BIG untuk merapikan dan memperbaiki tugu tersebut. Izin pun diberikan, dengan catatan fungsi dasar tugu tetap dipertahankan.
“BIG mengizinkan tugu nol ini dirapikan. Tapi kami ingin mengembangkan fungsinya. Tidak hanya sebagai monumen, tapi juga sebagai pusat literasi dan edukasi masyarakat,” ujarnya.
Ia mengatakan, kawasan tersebut dikembangkan menjadi taman literasi nonkonvensional berbasis digital yang ditujukan terutama bagi generasi muda. Konsepnya menggabungkan ruang terbuka hijau dengan fasilitas edukasi modern.
“Banyak masyarakat yang berolahraga pagi dan sore di sini. Kami ingin kawasan ini juga menjadi ruang belajar. Perpustakaannya bukan konvensional, tapi dengan nuansa digital,” kata Erwin.
Ke depan, taman literasi ini akan dilengkapi dengan berbagai perangkat digital seperti layar LED, komputer, dan tablet untuk menunjang pembelajaran sains, teknologi, sejarah, hingga ensiklopedia digital.
Erwin menyebutkan, proyek pembangunan Taman Tugu Nol Tigaraksa telah berjalan sekitar tiga bulan terakhir dan saat ini masih difokuskan pada pembangunan fisik.
“Sekarang masih tahap fisik. Untuk pengisian konten digital dan kelengkapan teknologi, kami targetkan rampung sekitar enam bulan ke depan,” ujarnya.
Setelah rampung, taman literasi tersebut akan dikelola oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip (Perpusip) Kabupaten Tangerang. Pemkab juga merencanakan kegiatan kunjungan rutin pelajar ke lokasi tersebut.
“Kami ingin ada aktivitas rutin, misalnya anak-anak sekolah datang belajar menggunakan media digital,” kata Erwin.
Terkait anggaran yang ramai diperbincangkan publik, Erwin menjelaskan bahwa nilai tersebut telah melalui perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) karena berada di kawasan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU).
Ia juga menanggapi komentar warganet yang menilai ukuran tugu relatif kecil.
“Wajar kalau ada komentar seperti itu karena informasinya belum utuh. Ini bukan hanya membangun tugu, tapi mengembangkan kawasan taman literasi digital yang fungsinya jangka panjang,” ujar Erwin.
Diketahui, berdasarkan laman Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pembangunan tugu ini memiliki nilai pagu anggaran Rp 2.331.000.000 dengan sumber anggaran APBD Kabupaten Tangerang tahun 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/12/12/693bb2c8b5354.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944f81f72008.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)