Viral Ibu-ibu Bakar Gubuk Narkoba di Perladangan Sawit Langkat, Polisi Buka Suara
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Video ibu-ibu perwiritan membakar gubuk narkoba di perladangan sawit, di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, viral di media sosial.
Dalam video berdurasi singkat itu, puluhan ibu-ibu berhijab masuk ke perladangan sawit.
Di sana, mereka membakar gubuk yang diduga menjadi tempat mengonsumsi narkoba.
”
Emak-emak perwiritan gerebek dan bakar barak narkoba di Tanjung Pura
,” demikian narasi akun yang mengunggah video tersebut.
Kapolres Langkat AKBP David Triyo Prasojo mengatakan, peristiwa itu terjadi di Dusun Pematang Langkat, Desa Pematang Cengal, pada Jumat (21/11/2025).
Ia menuturkan, ibu-ibu tersebut melakukannya secara spontan.
“Sebenarnya itu bukan gubuk yang didirikan untuk barak. Tapi, itu gubuk yang didirikan untuk menjaga buah sawit,” kata David saat dikonfirmasi melalui saluran telepon pada Senin (24/11/2025).
Lalu, ibu-ibu tersebut mendapat informasi bahwa saat gubuk itu kosong, tempat tersebut diduga disalahgunakan untuk mengonsumsi narkoba.
Alhasil, sewaktu pulang dari perwiritan, ibu-ibu itu melakukan pembakaran.
“Tak lama petugas kami juga ke sana. Nah, di sekitar gubuk itu memang ditemukan bong,” ucap David.
Setelah dari situ, petugas melakukan penyisiran dan merobohkan
gubuk narkoba
lainnya di Desa Pantai Cermin.
Di situ, petugas menemukan dua alat isap sabu, plastik klip, dan alat-alat lain yang biasa digunakan untuk mengonsumsi sabu-sabu.
“Seluruh gubuk kemudian dibongkar dan dirubuhkan. Ya, kami berharap ke depan agar warga dapat bekerja sama dengan petugas dengan memberikan informasi untuk mendalami dugaan lokasi-lokasi narkoba tersebut,” tuturnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com
-
/data/photo/2025/11/24/6923e5186325c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Viral Ibu-ibu Bakar Gubuk Narkoba di Perladangan Sawit Langkat, Polisi Buka Suara Medan 24 November 2025
-
/data/photo/2025/11/24/6923e5186325c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Viral Ibu-ibu Bakar Gubuk Narkoba di Perladangan Sawit Langkat, Polisi Buka Suara Medan 24 November 2025
Viral Ibu-ibu Bakar Gubuk Narkoba di Perladangan Sawit Langkat, Polisi Buka Suara
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Video ibu-ibu perwiritan membakar gubuk narkoba di perladangan sawit, di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, viral di media sosial.
Dalam video berdurasi singkat itu, puluhan ibu-ibu berhijab masuk ke perladangan sawit.
Di sana, mereka membakar gubuk yang diduga menjadi tempat mengonsumsi narkoba.
”
Emak-emak perwiritan gerebek dan bakar barak narkoba di Tanjung Pura
,” demikian narasi akun yang mengunggah video tersebut.
Kapolres Langkat AKBP David Triyo Prasojo mengatakan, peristiwa itu terjadi di Dusun Pematang Langkat, Desa Pematang Cengal, pada Jumat (21/11/2025).
Ia menuturkan, ibu-ibu tersebut melakukannya secara spontan.
“Sebenarnya itu bukan gubuk yang didirikan untuk barak. Tapi, itu gubuk yang didirikan untuk menjaga buah sawit,” kata David saat dikonfirmasi melalui saluran telepon pada Senin (24/11/2025).
Lalu, ibu-ibu tersebut mendapat informasi bahwa saat gubuk itu kosong, tempat tersebut diduga disalahgunakan untuk mengonsumsi narkoba.
Alhasil, sewaktu pulang dari perwiritan, ibu-ibu itu melakukan pembakaran.
“Tak lama petugas kami juga ke sana. Nah, di sekitar gubuk itu memang ditemukan bong,” ucap David.
Setelah dari situ, petugas melakukan penyisiran dan merobohkan
gubuk narkoba
lainnya di Desa Pantai Cermin.
Di situ, petugas menemukan dua alat isap sabu, plastik klip, dan alat-alat lain yang biasa digunakan untuk mengonsumsi sabu-sabu.
“Seluruh gubuk kemudian dibongkar dan dirubuhkan. Ya, kami berharap ke depan agar warga dapat bekerja sama dengan petugas dengan memberikan informasi untuk mendalami dugaan lokasi-lokasi narkoba tersebut,” tuturnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/24/6923e0928a2bb.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gus Ipul Minta NU Tak Terjebak pada Spekulasi Pemakzulan Gus Yahya
Gus Ipul Minta NU Tak Terjebak pada Spekulasi Pemakzulan Gus Yahya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, mengimbau seluruh pengurus NU untuk bersabar dan tidak terjebak dalam spekulasi-spekulasi yang beredar.
Peringatan ini disampaikan
Gus Ipul
menyusul beredarnya risalah rapat harian Syuriyah
PBNU
yang berisi pembahasan terkait posisi Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (
Gus Yahya
).
“Tentu kita harapkan semua ikut bersabar, tidak terjebak dalam spekulasi-spekulasi, tunggu pengumuman resmi,” ujar Gus Ipul saat ditemui di Pusdiklatbangprof Margaguna, Jakarta Selatan, Senin (24/11/2025).
Gus Ipul mengatakan, beredarnya informasi
pemakzulan Gus Yahya
merupakan masalah internal yang akan diselesaikan dengan cara ulama.
Menurut dia, permasalahan ini akan diselesaikan dengan keputusan berdasarkan nilai-nilai agama dan sesuai dengan ketentuan.
“Karena namanya Nahdlatul Ulama, maka yang memimpin adalah para ulama. Para ulama akan mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan nilai-nilai agama dan sesuai dengan seluruh ketentuan yang ada,” ucap Gus Ipul.
“Nah, untuk itu saya berharap yang semuanya bersabar dan tidak beropini,” imbuh dia.
Sebelumnya diberitakan, dinamika internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mencuat lewat risalah rapat yang meminta Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, dari jabatannya.
Risalah rapat itu ramai menjadi sorotan publik sejak Jumat (21/11/2025).
Berdasarkan risalah rapat harian itu, Syuriyah PBNU meminta agar Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri dari kursi ketua umum.
Ada beberapa poin yang menjadi sorotan hingga akhirnya menjadi alasan permintaan agar Gus Yahya mengundurkan diri.
Pertama, rapat memandang bahwa diundangnya narasumber yang terkait dengan jaringan Zionisme Internasional dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) sebagai narasumber kaderisasi tingkat tertinggi NU telah melanggar nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah serta bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi NU.
Kedua, rapat memandang bahwa pelaksanaan AKN NU dengan narasumber yang terkait dengan jaringan Zionisme Internasional di tengah praktik genosida dan kecaman dunia internasional terhadap Israel telah memenuhi ketentuan Pasal 8 huruf a Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025 tentang Pemberhentian Fungsionaris, Pergantian Antar Waktu, dan Pelimpahan Fungsi Jabatan, yang mengatur bahwa pemberhentian tidak dengan hormat dilakukan terhadap fungsionaris dikarenakan yang bersangkutan melakukan tindakan yang mencemarkan nama baik Perkumpulan.
Ketiga, rapat memandang bahwa tata kelola keuangan di lingkungan PBNU mengindikasikan pelanggaran terhadap hukum syara’, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pasal 97-99 Anggaran Rumah Tangga NU, dan Peraturan Perkumpulan NU yang berlaku, serta berimplikasi yang membahayakan pada eksistensi Badan Hukum Perkumpulan NU.
Dengan mempertimbangkan poin 1, 2, dan 3 di atas, maka Rapat Harian Syuriyah memutuskan menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan kepada Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam.
Sementara itu, berdasarkan hasil Rapat Alim Ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang digelar di kantor PBNU, Jakarta Pusat, pada Minggu (23/11/2025) malam, sepakat bahwa tidak ada pemakzulan terhadap Gus Yahya.
“Sepakat kepengurusan PBNU harus selesai sampai satu periode yang muktamarnya kurang lebih satu tahun lagi. Semuanya, tidak ada pemakzulan, tidak ada pengunduran diri, semua sepakat begitu. Semua gembleng 100 persen ini,” kata Katib Aam PBNU, Ahmad Said Asrori, dalam konferensi pers di lantai 8 kantor PBNU, Jakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/22/69214de655217.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Potret Kampung Dadap Tangerang, Terancam Tenggelam di Tengah Gemerlap Kawasan Elite Megapolitan 24 November 2025
Potret Kampung Dadap Tangerang, Terancam Tenggelam di Tengah Gemerlap Kawasan Elite
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di tengah pesatnya pembangunan kawasan elit Pantai Indah Kapuk (PIK),
Kampung Dadap
di Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, justru menghadapi ancaman serius: kawasan seluas 14,5 hektare itu nyaris tenggelam akibat
banjir rob
yang terjadi setiap hari.
Kampung yang berbatasan langsung dengan PIK, Kamal (Jakarta Barat), dan Kamal Muara (Jakarta Utara) yang kini semakin ramai didatangi wisatawan.
Kampung ini diisi tiga RW, yakni RW 01, RW 02, dan RW 03. Di RW 03 saja terdapat sekitar 800 keluarga dengan total kurang lebih 1.000 bangunan rumah—sebagian besar berukuran kecil dan semi permanen.
Untuk bertahan dari banjir rob harian, hampir semua warga meninggikan bagian depan rumah menggunakan semen, agar air laut tak langsung masuk ke dalam rumah.
Pasalnya, wilayah ini berhadapan langsung dengan laut dan menajdi langgan banjir rob setiap harinya. Namun upaya itu tak membuat kawasan ini bebas dari genangan.
“Betul sekali dan setiap hari, bahkan hitungan saya sudah lebih dari tiga bulan begini. Nanti surut, pasang surut, tapi satu bulan ini lebih banyak pasangnya,” ucap Ketua RW 03 Jamal, ketika diwawancarai
Kompas.com
di lokasi, Jumat (21/11/2025).
Rob umumnya menggenang sepanjang Jembatan Cinta hingga ujung Kampung Dadap, sekitar dua kilometer, dengan ketinggian air 30–50 sentimeter.
Air yang masuk pun kian keruh, berubah warna menjadi cokelat hingga hitam akibat bercampur lumpur dan air selokan.
Kasturi (40), salah satu warga, mengatakan rob kerap datang tiba-tiba, terutama malam hari.
“Karena pas Jumat aja air datang langsung besar masuk ke rumah,” kata Kasturi.
Setiap terjadi rob, Kasturi memilih mengungsikan anaknya ke rumah keluarga karena khawatir air datang dalam volume besar tanpa peringatan. Ia mengaku lelah karena saban hari harus mengeruk lumpur sisa genangan.
“Masuk airnya ke rumah, jadi ini ditinggiin airnya enggak masuk. Abis capek tiap hari bersihin lumpur. Kalau banjir malam coba jam 03.00 WIB subuh kami ngerukin lumpur.”
Di depan rumahnya, dua bangunan besar tampak hancur dan ditinggalkan pemiliknya karena terus terendam rob.
Hanya tersisa bambu dan genteng yang sudah rapuh dari bangunan rumah itu seolah pertanda betapa kerasnya banjir rob menghantam wilayah ini setiap hari.
“Iya, banyak rumah yang rusak dan ditinggalkan penghuninya, karena banjir terus dan lama-lama rusak,” kata dia.
Siswanto (50), warga RW 03, mengatakan rob akan jauh lebih parah bila bersamaan dengan kiriman air dari Bandara Soekarno-Hatta.
“Iya, kalau air laut lagi pasang sama hujan, jadi begini kondisinya. Kalau ada kiriman air dari bandara bisa sampai sepaha orang dewasa. Kondisi makin parah kalau air laut pasang, air kiriman dari bandara dibuka, ya, udah bisa tinggi airnya dalam,” jelas Siswanto.
Rumah-rumah yang belum ditinggikan langsung terendam. Sejumlah warga sampai harus berjalan di atas tanggul setinggi empat meter agar bisa keluar rumah tanpa basah.
Siswanto sendiri sering kesulitan berangkat kerja saat rob.
“Kami bingung, ya, mau kerja kalau udah banjir kadang-kadang harus berjuang semampunya, kalau bawa kendaraan udah enggak bisa. Biasanya, kita jalan menerobos banjir dulu ke depan, nanti naik angkutan umum,” tutur Siswanto.
Menurut Siswanto, rob sebenarnya sudah terjadi sejak 1990-an, tetapi dulu air lebih cepat surut. Dalam satu dekade terakhir kondisinya memburuk.
“Mulai makin parah karena ada pembangunan pergudangan, lebih parah lagi ada
reklamasi
.”
Aktivitas reklamasi membuat air laut tak lagi mengalir ke empang dan hutan mangrove, melainkan langsung masuk ke permukiman warga yang berada di dataran rendah.
Sekretaris Jenderal KIARA, Susan Herawati, menjelaskan banjir rob di Dadap semakin parah dalam dua-tiga tahun terakhir karena perubahan arus laut akibat penimbunan.
Hal serupa juga pernah terjadi di desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, yang kini sudah tenggelam. Tenggelamnya Desa Timbulsloko disebabkan karena adanya berbagai pembangunan seperti Pelabuhan Tanjung Mas dan Reklamasi Marina di tahun 2010.
Semenjak itu, banjir rob semakin intens terjadi di wilayah Timbulsloko dan menurut analisa akademisi perubahan arus imbas reklamasi menjadi penyebab desa itu tenggelam.
“Nah, kasus serupa terjadi di Dadap dengan adanya aktivitas reklamasi, karena reklamasi sekitar tiga tahun ke belakang kan benar-benar, PIK-nya jadi dibuka untuk umum, itu sebenarnya terjadi karena ada aktivitas seperti itu,” tutur Susan.
Susan memastikan, penimbunan pantai dari reklamasi akan mengubah arus laut. Di mana biasanya ada arus tertentu yang melewati satu daerah, namun karena ada penimbunan di titik itu, maka arus menjadi berubah arah dan menyebabkan banjir ke daratan secara perlahan-lahan.
Oleh karena itu, kata dia, banjir rob di Kampung Dadap bukan cuma sekedar fenomena alam biasa, melainkan juga karena perbuatan manusia.
Peneliti
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
, Budi Heru Santosa, menilai penurunan tanah juga menjadi faktor utama.
“Kami sudah sering mendengarkan bahwa di pesisir Pantura, Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya terjadi penurunan muka tanah. Kesimpulan yang dilakukan para ahli, pertama adalah karena lapisan tanah di situ lapisan aluvial yang cenderung lunak, sehingga ketika terjadi pemampatan, pembebanan, pengambilan air tanah maka dia akan turun,” tutur Budi.
Penurunan muka tanah membuat permukaan daratan lebih rendah daripada air laut, sehingga rob semakin sering dan makin tinggi ketika pasang berbarengan dengan hujan.
Fenomena kenaikan muka air laut atau sea level rise terjadi karena adanya perubahan iklim yang disebabkan mencairnya gunung es di kutub utara.
Dampak dari peristiwa tersebut memang tidak dirasakan begitu signifikan di Pesisir Pulau Jawa. Namun, dalam beberapa tahun ke depan dan ditambah penurunan muka tanah maka dampak tersebut akan dirasakan signifikan.
Tanggul yang dibangun pada 2024 pun tak banyak membantu. Tanah yang terus turun membuat tanggul ikut “turun” dan kehilangan efektivitasnya dalam beberapa tahun saja.
“Tanggul itu dibangun di atas tanah, dia punya pondasi ditanam di dalam tanah tapi ada bagian ke atas. Ketika tanah mengalami land subsidence maka tanggul akan mengikuti karena dia ditanam di atas tanah,” ujar Budi.
Budi mencontohkan, misalnya suatu tanggul dibangun untuk mengatasi air laut setinggi satu meter, ketika terjadi penurunan tanah misalnya 10 cm per tahun, maka dalam lima tahun mendatang tanggul yang dibangun turun sekitar 50 cm.
Imbasnya, tanggul itu tidak lagi efektif untuk menahan ketinggian air laut setinggi satu meter dan membuatnya mudah meluap ke daratan.
Budi menyarankan pembangunan sistem polder terintegrasi yang meliputi tanggul memutari kawasan, kolam retensi, serta pompa untuk membuang air ke luar tanggul.
Air di kolam retensi itu akan dipompa ke wilayah di luar tanggul yang sudah dibangun sehingga tidak mengandalkan gravitasi atau air mengalir secara alami.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam membangun sistem polder adalah tidak boleh ada lubang sekecil apa pun yang membuat air merembes ke daratan.
Selain itu, bisa juga dipertimbangkan untuk menempuh perbaikan secara alami seperti penanaman mangrove.
“Kemudian, perlu dilelajari apakah masih memungkinkan ditempuh restorasi berbasis alami dengan penanaman mangrove di sepanjang pesisir yang dapat menangani laju laut dan sebagainya, nah ini dapat dipertimbangkan,” jelas dia.
Wakil Bupati Tangerang, Intan Nurul Hikmah, mengatakan pemerintah telah mengambil sejumlah langkah.
Pertama Anggaran Belanja Tambahan (ABT) tahun 2025 Kabupaten Tangerang digunakan untuk pembangunan pintu air di saluran pembuangan Perumahan Duta Bandara.
“Lalu, akan dibangun stasiun pompa banjir dan normalisasi kolam retensi Perumahan Duta Bandara tahun 2026,” ujar Intan.
Untuk Perumahan Taman Dadap Indah yang kerap banjir, pemerintah menjadwalkan pengerukan manual drainase.
Sementara terkait tanggul laut, pemerintah masih berkoordinasi dengan Kementerian PUPR.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/05/02/66337d0240381.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemprov DKI Diminta Percepat Realisasi Belanja Daerah Jelang Akhir 2025 Megapolitan 24 November 2025
Pemprov DKI Diminta Percepat Realisasi Belanja Daerah Jelang Akhir 2025
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempercepat realisasi belanja daerah menjelang penutupan tahun anggaran 2025.
Langkah percepatan ini dinilai penting agar seluruh program prioritas dapat diselesaikan tepat waktu dan manfaatnya segera dirasakan masyarakat.
“Dengan sisa waktu yang sedikit percepatan belanja penting agar program prioritas selesai tepat waktu dan masyarakat cepat merasakan manfaat,” ujar Wibi dalam keterangan resminya, Senin (24/11/2025).
Ia menekankan bahwa sinergi antara legislatif dan eksekutif menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas fiskal daerah, terutama saat memasuki fase akhir tahun anggaran.
“Kerja sama membangun Jakarta menjadi prioritas penting agar kota itu semakin baik,” lanjut dia.
Menurut Wibi, stabilitas fiskal juga menjadi fondasi penting untuk menjaga kepercayaan dunia usaha.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pemaparan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang sebelumnya menyebut Jakarta masih menjadi salah satu magnet investasi nasional dalam pemaparan APBD pada Jumat (21/11/2025).
Pramono menyebut kontribusi Jakarta terhadap realisasi investasi nasional mencapai 14,24 persen.
Ia juga menyoroti pertumbuhan signifikan investasi pada triwulan ketiga 2025. Sepanjang triwulan tersebut, nilai investasi di Jakarta tercatat mencapai Rp 204,13 triliun.
Pemprov DKI, lanjutnya, terus memperkuat ekosistem investasi melalui penyederhanaan perizinan, optimalisasi Mal Pelayanan Publik (MPP), serta beragam kegiatan promosi penanaman modal seperti Jakarta Investment Festival dan Jakarta Investment Center.
DPRD DKI memastikan pengawasan terhadap percepatan belanja daerah tetap dilakukan secara konsisten.
“Stabilitas fiskal dan keberlanjutan investasi menjadi dua pilar penting bagi daya saing Jakarta sebagai kota global,” ujar Wibi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/22/6921bc3462d83.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Subuh di Atas KRL: Perjalanan Panjang Bocah Tangerang yang Setia pada Sekolah Lamanya Megapolitan 24 November 2025
Subuh di Atas KRL: Perjalanan Panjang Bocah Tangerang yang Setia pada Sekolah Lamanya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sebuah video yang memperlihatkan seorang siswa SD di Klender, Jakarta Timur, harus berangkat sekolah sendiri menggunakan KRL sejak subuh viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah aku Instagram @Jabodetabek24info, terlihat seorang anak berseragam SD menaiki KRL dari Tangerang menuju Stasiun Klender pada waktu subuh untuk berangkat sekolah.
Hal ini menarik perhatian publik lantaran jarak yang ditempuh anak tersebut, yakni dari Tangerang ke Jakarta Timur, cukup jauh.
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, membenarkan soal video tersebut.
Ia menjelaskan, anak itu sebelumnya tinggal di dekat sekolah. Namun, setelah ibunya yang merupakan orangtua tunggal pindah ke Tangerang karena urusan pekerjaan, sang anak tetap melanjutkan sekolah di Klender.
“Orangtuanya memang dulu tinggal dekat sekolah. Setelah pindah, anaknya tetap bersekolah di sana. Itu yang disampaikan pihak sekolah kepada kami,” kata Farida saat dikonfirmasi
Kompas.com
, Sabtu (22/11/2025).
Farida menyampaikan, Dinas Pendidikan telah melakukan komunikasi dengan orangtua dan murid tersebut.
Namun, sang anak menolak pindah ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggal barunya lantaran sudah merasa nyaman di sekolah lama.
“Anaknya merasa sudah nyaman dan tidak keberatan terkait dengan keberangkatan anak tersebut dari pagi dengan perjalanan yang segitu panjangnya. Anaknya merasa juga
enjoy
juga gitu kan,” ungkapnya.
Baik anak maupun ibunya menolak rencana pindah sekolah karena merasa tidak ada masalah dengan rutinitas berangkat sejak subuh tersebut.
“Orangtuanya juga sudah disarankan untuk pindah, tapi tidak mau juga orangtuanya untuk pindah,” jelas Farida.
Farida menyampaikan, proses pindah sekolah tidak dapat dilakukan secara mendadak karena harus menunggu persyaratan administrasi, termasuk pergantian semester.
“Anaknya baru bisa pindah sekolah saat semester selesai. Itu aturan yang harus diikuti,” katanya.
Sebagai solusi sementara, anak tersebut akan tinggal di rumah seorang teman yang berlokasi lebih dekat dengan sekolah. Awalnya, ia menolak karena tidak ingin berpisah dari ibunya.
“Orangtuanya kan tetap berada di Tangerang ya, ibunya tetap berada di Tangerang sementara dia tinggal sama temannya di situ. Penilaian anak-anak ya, dia kehilangan ibunya, tidak sehari-hari dengan ibunya gitu,” ujar Farida.
Namun, setelah dibujuk oleh pihak sekolah dan orangtua murid lainnya, anak tersebut akhirnya bersedia tinggal di rumah temannya.
“Saat ini dia sudah mau. Senin besok dia sudah berada di Duren Sawit, di wilayah Klender, bersama temannya laki-laki, di rumah temannya laki-laki, diurus oleh orangtua temannya,” kata Farida.
Farida mengatakan, keputusan sementara ini diambil untuk menjaga kesehatan dan keselamatan sang anak yang harus berangkat sejak pukul 04.00 WIB dan tidak memiliki alat komunikasi pribadi.
“Kalau dari sana itu dilepas sama ibunya sendiri, dia menitipkan sama penjaga di stasiun kereta. Jadi masuk sampai JakLingko aman, terus turunnya juga aman,” tambahnya.
Proses mutasi sekolah baru dapat dilakukan setelah pembagian rapor semester, sekitar pertengahan Desember 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/24/6923c0e71a224.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dari Pemulung karena Tekanan Hidup, Lilis Kini Memimpin Koperasi yang Topang Ribuan Orang Megapolitan 24 November 2025
Dari Pemulung karena Tekanan Hidup, Lilis Kini Memimpin Koperasi yang Topang Ribuan Orang
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Perjalanan hidup
Listiarsih
(55), atau yang akrab disapa Lilis, menunjukkan pekerjaan pemulung yang kerap dipandang sebelah mata justru dapat menjadi penopang ekonomi bagi ribuan orang.
Dari keterdesakan hidup, ia kini memimpin
Koperasi Pemulung Berdaya
Tangerang Selatan (Tangsel) di Jalan Cipeucang Raya, Kademangan, Setu, yang menjadi tumpuan bagi pemulung dan bandar kecil di wilayah Jabodetabek.
Lilis menuturkan, perjalanan dimulai pada 2010. Saat itu, suaminya meninggal dan ia harus menghidupi tiga anaknya yang masih kecil.
“Kalau kerja pabrik sudah enggak bisa, jadi pembantu juga enggak cukup. Mulung itu yang paling fleksibel, pagi bisa urus anak dulu,” kata Lilis kepada
Kompas.com.
Berbekal kebutuhan dan keberanian, ia mulai mengumpulkan plastik dan barang bekas dari pasar hingga kawasan wisata.
Pendapatan awalnya sangat kecil, hanya Rp 3.500 per kilogram botol PET. Ia mengaku sempat merasa rendah diri karena profesi pemulung dianggap sebagai pekerjaan rendahan, termasuk oleh keluarga almarhum suaminya.
“Dibanding-bandingin sama keluarga suami tapi saya mikirnya yang penting kerja halal dan anak-anak cukup,” ucapnya.
Lilis menjalani pekerjaan itu perlahan hingga akhirnya beberapa pemulung ingin ikut bekerja bersamanya. Selama setengah tahun memulung sendiri, ia kemudian membuka lapak kecil dan mulai mengelola enam anak buah.
“Ada teman bilang ‘aku mau ikut’, terus ada anak buah adik saya juga diserahin. Ya sudah, mulailah bandar kecil,” jelas dia.
Titik baliknya terjadi pada 2013 ketika ia dan para bandar lain diajak membentuk koperasi oleh pengelola penampungan plastik PET di Maruga. Meski mengaku tak memahami dunia koperasi, Lilis akhirnya bersedia menjadi ketua.
“Semua enggak mau jadi ketua. Ya sudah lah, enggak apa-apa saya. Padahal saya enggak tahu apa-apa juga,” katanya.
Di bawah kepemimpinannya, Koperasi Pemulung Berdaya berkembang menjadi wadah yang menaungi ribuan pemulung di Jabodetabek.
Koperasi ini memiliki lahan operasional seluas 1.800 meter persegi, mempekerjakan pekerja produktif, serta memberdayakan pemulung lansia sebagai pekerja lepas untuk tugas-tugas ringan.
“Kami juga memberdayakan yang sudah usia lanjut, tapi freelance. Kalau enggak kita kasih kerjaan, pendapatannya enggak ada. Tapi enggak bisa diporsir juga, kasihan. Jadi dikasih kerjaan yang ringan saja,” ujar Lilis.
Kini, kondisi berbalik. Selain menghidupi keluarganya, koperasi yang dipimpinnya menjadi penopang ekonomi bagi banyak pemulung dan bandar kecil di wilayah tersebut.
“Sekarang semua sampah itu ada nilainya. Kalau pemulung rajin, pasti cukup. Bahkan keresek pun laku sekarang,” kata dia.
Dengan perjalanan yang dimulai dari memulung seorang diri hingga memimpin koperasi besar, Lilis menegaskan pemulung bukan pekerjaan rendahan, melainkan bagian penting dari rantai
ekonomi sirkular
yang menghidupi banyak orang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/11/21/692042d08945d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/24/6923d3c8dc920.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/22/680749ee9bfd5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)