SMP Negeri di Manggarai Timur NTT Gelar Kabar Lulus di Spot Wisata
Tim Redaksi
LABUAN BAJO, KOMPAS.com
–
SMP Negeri 5 Sambi
Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, mengambil inisiatif berbeda dalam mengumumkan
kelulusan siswa
-siswi kelas IX.
Alih-alih melaksanakan acara di dalam gedung sekolah seperti yang biasa dilakukan, mereka memilih spot wisata
Teluk Nanga Lok
sebagai lokasi pengumuman kelulusan pada Senin (2/6/2025).
Teluk Nanga Lok, yang terletak di Kecamatan Sambi Rampas, merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Manggarai Timur.
Plt Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Sambi Rampas, Siprianus Abadi, menjelaskan bahwa selama ini pengumuman kelulusan sering dilakukan di dalam ruangan, yang terkesan formal dan kaku.
“Meski ini memang acara formal, tapi, buat saya, kita mesti sesekali memberi pendekatan yang berbeda kepada anak-anak. Anak-anak umumnya tidak terlalu suka dengan sesuatu yang berbau formal,” ujar Siprianus melalui sambungan telepon pada Senin sore.
Ia menambahkan bahwa anak-anak lebih menyukai suasana yang santai dan menyenangkan.
“Karena itu, saya dan teman-teman guru serta orang tua siswa bersepakat untuk sesekali menyelenggarakan kegiatan pengumuman kelulusan keluar dari lingkungan sekolah ke tempat yang menarik,” ujarnya.
Suasana pengumuman kelulusan yang berlangsung siang itu dipenuhi keceriaan.
“Suasananya begitu enjoy. Karena habis pengumuman lulus, kami bercerita sembari menikmati keindahan alam sekitar,” ungkap Siprianus.
Ia juga menyebutkan bahwa lokasi spot wisata yang dipilih untuk pengumuman kelulusan tidak jauh dari sekolah, hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam untuk mencapainya.
“Kami juga gelar acara di sana untuk promosi spot wisata Teluk Nanga Lok ke dunia luar,” tambahnya.
Usai kegiatan, para guru, orang tua, dan siswa tidak lupa mengumpulkan sampah demi menjaga kebersihan dan keindahan lokasi wisata tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Metropolitan
-
/data/photo/2025/06/02/683da6c2137bb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
SMP Negeri di Manggarai Timur NTT Gelar Kabar Lulus di Spot Wisata Regional 2 Juni 2025
-
/data/photo/2024/02/13/65cb6f8ebec4b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Diskon Listrik Dibatalkan, Warga: Kenapa Cuma Bikin Senang Sebentar? Megapolitan 2 Juni 2025
Diskon Listrik Dibatalkan, Warga: Kenapa Cuma Bikin Senang Sebentar?
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com —
Sejumlah warga menyatakan kekecewaannya setelah pemerintah membatalkan rencana pemberian diskon 50 persen terhadap tarif listrik untuk bulan Juni dan Juli 2025.
Salah satu warga yang menyuarakan kekecewaannya adalah Farid (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia merasa seolah diberi harapan palsu oleh pemerintah usai wacana diskon listrik itu urung direalisasikan.
“Ketika kemarin dengar mau ada wacana diskon listrik lagi, itu berharap banget. Eh malah di-PHP-in pemerintah gini,” ucap Farid di Depok, Senin (2/6/2025).
Farid mengaku kecewa karena tagihan listrik di rumahnya kerap mencapai Rp 650.000 per bulan. Ia menilai program diskon yang sempat diberlakukan pada Januari dan Februari 2025 sangat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangganya.
“Kan biasa per bulan itu Rp 600.000-650.000, pas ketika diskon yang awal tahun itu berasa banget karena tagihan jadi cuma Rp 250.000-300.000,” ujar Farid.
Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Jessica (25), warga Tugu, Depok. Ia mengaku telah menantikan kebijakan diskon listrik selama tiga bulan terakhir, terutama karena termasuk dalam kategori pelanggan rumah tangga dengan daya listrik 1.300 VA.
“Disayangkan banget keputusan pemerintah, padahal saya sudah nungguin dari Februari pas terakhir dapat diskon. Soalnya sangat membantu, beban berkurang yang awalnya bayar Rp 500.000 jadi cuma Rp 200.000,” jelas Jessica.
“Kenapa pemerintah bikin senang warganya cuma sebentar doang?” tambahnya.
Sebelumnya, pemerintah sempat menyampaikan bahwa diskon listrik 50 persen akan menjadi bagian dari enam stimulus ekonomi yang direncanakan meluncur pada 5 Juni 2025.
Namun, dalam pengumuman resmi,
diskon tarif listrik
tidak termasuk dalam daftar stimulus yang diberikan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, proses penganggaran untuk diskon listrik berjalan lebih lambat dibandingkan program stimulus lainnya.
Sebagai alternatif, pemerintah memutuskan memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) senilai Rp 600.000 untuk dua bulan kepada 17,3 juta pekerja berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683da5094a394.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kisah Febri Ramdani, 300 Hari Terjebak Propaganda Kelompok Terorisme di Suriah Regional 2 Juni 2025
Kisah Febri Ramdani, 300 Hari Terjebak Propaganda Kelompok Terorisme di Suriah
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Bagi Febri Ramdani, tahun 2016 menjadi masa penuh luka dan perjuangan.
Dengan tekad kuat, Febri, sapaan akrabnya, nekat menyusul ibu dan keluarga besarnya yang terjerat propaganda kelompok
ISIS
di
Suriah
.
Febri menempuh perjalanan penuh risiko, menyusul keluarganya yang lebih dulu meninggalkan Indonesia pada 2015.
Namun, sesampainya di sana pada 2016, Febri menyadari bahwa janji-janji kelompok tersebut hanyalah ilusi.
“Pas saya sampai sana, justru menjadi beban baru bagi keluarga saya. Karena jadi ada penambahan biaya dan segala macam. Akses untuk kabur dari sana semakin sulit, karena kita akan dianggap murtad dari agama Islam,” ucap Febri kepada KOMPAS.com, Senin (2/6/2025).
“Terus yang keluar dari kelompok mereka, dianggap tidak sesuai jalannya lagi. Jadi kita sempat diincar oleh orang-orang tersebut,” sambungnya.
Febri menjelaskan, kepergian ibunya ke Suriah dipicu narasi manis kelompok terorisme.
Sang ibu, mantan ASN, merasa kecewa dengan maraknya korupsi dan ketidakadilan di Indonesia.
Ia juga ingin menemani anak sulungnya yang menderita TBC tulang untuk berobat gratis di Suriah.
Masalah keluarga turut mendorongnya menerima tawaran kelompok tersebut.
Namun, keadaan di Suriah ternyata tak semanis yang dibayangkan. Febri dan keluarganya terjebak di sana hingga ratusan hari, tanpa akses untuk kembali ke tanah air.
“Tapi akhirnya alhamdulillah kita bisa pulang dan kembali lagi ke Indonesia. Kita menyerahkan diri ke Syrian Democratic yang di bawah naungan Amerika Serikat. Selama dua bulan di situ, kita menunggu proses repatriasi kembali ke Indonesia,” ucap Febri.
Setiba di Indonesia, Febri menghadapi stigma negatif dari masyarakat. Namun, ia memilih bangkit dan menyuarakan pesan damai.
“Kita mencoba lagi untuk berintegrasi ke masyarakat, memulai hidup lagi dari awal. Kita mencoba untuk survive, dan alhamdulillah tantangan atau stigmatisasi secara verbal itu tidak pernah kami dapatkan secara langsung,” ujarnya.
Febri juga menyebut pemerintah Indonesia memberi dukungan positif untuk proses reintegrasi.
“Waktu itu kami direhabilitasi di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT
) selama 1 bulan. Proses rehabilitasinya tidak menekankan masalah ideologi, karena kita sudah menderadikalisasi pola pikir,” kata Febri.
“Pas balik ke sini sudah menjadi pribadi yang moderat, dan mempersiapkan bagaimana survive ke masyarakat, dan diajarkan untuk berwirausaha,” ujarnya.
Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP), Dr. Noor Huda Ismail, mengatakan film dokumenter yang mengangkat kisah Febri bertujuan menyampaikan bahwa harapan selalu ada, bahkan dalam kondisi kelam.
Film dokumenter ”
Road to Resilience
” berdurasi 30 menit itu dikemas secara humanistik, emosional, dan kolaboratif.
“Kalau bicara soal isu radikalisme dan terorisme, itu akan berat dan menakutkan. Tapi ketika dibungkus dengan cerita menyentuh, seperti Febri kisah seorang anak yang nekat ke Suriah karena cinta kepada ibunya, itu yang membuat orang relate. Dan kita semua bisa mencapai harapan itu,” ucap Huda.
KPP berharap film ini menjadi langkah awal membangun narasi damai yang lebih manusiawi di tengah dominasi wacana ketakutan.
“Kita ingin mencoba menjelaskan agar narasinya tidak tunggal. Misal teroris mesti gini, orang dari Suriah pasti jadi teroris, bukan begitu. Film-film dari KPP lahir untuk menginspirasi pentingnya perdamaian, kita menggarap tentang isu-isu humanities,” imbuhnya.
Analis Kebijakan Ahli Muda BNPT, Alfrida Heaniti Pandjaitan, berharap pemutaran film ini memberi semangat membangun perdamaian di Indonesia.
Melalui sinergi pemerintah dan masyarakat sipil, program Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) diharapkan berjalan efektif.
“Di dalam RAN PE, kita memiliki kelompok kerja tematis yang terdiri dari organisasi masyarakat sipil. Mereka tak hanya menjalankan program, tetapi juga terlibat dalam penyusunan kebijakan. Jadi sebegitu terbukanya sekarang suatu kebijakan pemerintah dilaksanakan oleh stakeholder,” pungkas Alfrida.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d5dbe5f62e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jelang Idul Adha, Harga Bumbu Dapur di Samarinda Masih Stabil Regional 2 Juni 2025
Jelang Idul Adha, Harga Bumbu Dapur di Samarinda Masih Stabil
Tim Redaksi
SAMARINDA, KOMPAS.com –
Tinggal 4 hari lagi menuju perayaan Hari Raya
Idul Adha
1446 Hijriah, pantauan harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar tradisional
Samarinda
menunjukkan stabilitas yang cukup mengejutkan.
Meski volume pembeli meningkat, khususnya untuk
bumbu dapur
, harga beberapa komoditas strategis seperti bawang dan cabai masih relatif terkendali. Para pedagang memprediksi kenaikan harga baru akan terjadi mendekati H-1 atau H-2 Lebaran.
Yeni, salah seorang pedagang sayuran di Pasar Segiri Samarinda, mengungkapkan bahwa beberapa harga bahan pokok pada Senin (2/6/2025) cenderung stabil.
Bawang putih dibanderol Rp 38.000 per kilogram dan bawang merah Rp 40.000 per kilogram. Komoditas lain seperti tomat Rp 15.000 per kilogram, wortel Rp 18.000 per kilogram, kentang Rp 18.000 per kilogram, jeruk nipis Rp 17.000 per kilogram, dan kol Rp 13.000 per kilogram.
“Dekat-dekat Idul Adha ini memang sudah terasa banyak pembeli. Yang paling banyak dicari itu bumbu-bumbu, seperti bawang, lalu jeruk nipis dan daun bawang,” ujar Yeni saat ditemui di lapaknya.
Yeni menambahkan, lancarnya pasokan dari luar daerah, termasuk melalui jalur kapal, menjadi salah satu faktor penahan harga agar tidak melambung terlalu tinggi.
“Biasanya sudah naik, tapi ini masih aman. Mungkin satu atau dua hari sebelum Lebaran baru ada kenaikan harga,” prediksinya.
Senada dengan Yeni, Sari, pedagang cabai di lokasi yang sama, juga melaporkan
harga cabai
masih dalam batas wajar.
Harga cabai
rawit saat ini Rp 30.000 per kilogram, cabai acar Rp 50.000 per kilogram, cabai merah besar Rp 60.000 per kilogram, cabai hijau besar Rp 35.000 per kilogram, dan cabai keriting merah Rp 60.000 per kilogram.
“Pembelian lancar sekali, tapi harga masih aman. Stok juga banyak, kami dapat pasokan dari Sulawesi dan Surabaya,” kata Sari.
Sari mengakui bahwa peningkatan permintaan menjelang hari besar keagamaan memang biasa terjadi.
Namun, berkat pasokan yang memadai, lonjakan harga signifikan bisa dihindari untuk sementara waktu. Ia juga memperkirakan, jika ada kenaikan, tidak akan terlalu drastis dan hanya akan terjadi menjelang puncak perayaan Idul Adha.
Situasi ini memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat Samarinda yang mulai berbelanja untuk kebutuhan Idul Adha.
Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan terus memantau pergerakan harga dan pasokan guna memastikan stabilitas harga hingga hari H Idul Adha tiba.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d4c2a51d67.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
DPRD Padang Gelar "Hearing" Kasus RSUD Rasidin, tapi Keluarga Pasien Tak Diizinkan Bicara Regional 2 Juni 2025
DPRD Padang Gelar “Hearing” Kasus RSUD Rasidin, tapi Keluarga Pasien Tak Diizinkan Bicara
Tim Redaksi
PADANG, KOMPAS.com
– Keluarga pasien yang meninggal dunia usai diduga ditolak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rasidin Padang tidak diberi kesempatan berbicara dalam rapat dengar pendapat (
hearing
) yang digelar DPRD Padang, Senin (2/6/2025).
Hearing yang berlangsung di Gedung DPRD Padang itu dihadiri Ketua DPRD Padang Muharlion, anggota Komisi IV yang membidangi kesehatan, serta perwakilan
RSUD Rasidin
.
Dalam forum tersebut, pihak rumah sakit, termasuk dokter jaga IGD saat kejadian bernama Pipit, diberikan kesempatan menjelaskan kronologi penanganan pasien.
“Pasien datang langsung kami bawa ke tempat tidur dan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,” ujar dokter Pipit dalam hearing tersebut.
Ia menyebutkan, sebelum pemeriksaan fisik dilakukan, pihaknya lebih dulu menggali informasi mengenai keluhan pasien.
“Saat ditanya, pasien mengeluhkan batuk kering yang sudah berlangsung tiga hari. Tidak ada sesak napas, tidak ada dada berdebar. Nafsu makan menurun, tapi masih bisa makan dan minum. Tidak ada demam, dan pasien juga mengatakan belum pernah berobat sebelumnya,” jelas Pipit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal dan wawancara medis, pasien didiagnosis mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Namun, adik pasien, Yudi, yang hadir dalam
hearing
tersebut, mengaku kecewa karena tidak diberi kesempatan menyampaikan versi keluarga.
“Sangat disayangkan saya hadir tapi tak diberi kesempatan menceritakan kronologis versi kami,” ujar Yudi kepada Kompas.com, usai hearing.
Menurut Yudi, beberapa keterangan yang disampaikan pihak rumah sakit tidak sesuai dengan kondisi kakaknya saat kejadian.
“Misalnya kakak saya itu dalam keadaan sesak napas dan kondisi fisik yang lemah. Tapi dibilang tidak sesak napas,” kata Yudi.
Ia juga menyampaikan bahwa almarhumah memiliki riwayat penyakit dalam yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam penanganan.
“Almarhumah memiliki riwayat penyakit dalam sehingga ini harusnya menjadi pertimbangan dokter,” katanya.
Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Padang Muharlion menyatakan, keputusan untuk tidak memberi waktu berbicara kepada keluarga diambil agar tidak terjadi adu argumen.
“Karena tidak ingin terjadi saling bantah. Jadi kita sepakat tak memberi keluarga bicara,” kata Muharlion.
Sebelumnya diberitakan, seorang warga Padang berinisial DE (44), pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS), meninggal dunia pada Sabtu (31/5/2025) usai diduga ditolak
RSUD Rasidin Padang
.
Menurut keterangan keluarga, DE dibawa ke IGD RSUD Rasidin sekitar pukul 00.15 WIB karena mengalami sesak napas. Namun, pihak rumah sakit menyatakan kondisi pasien tidak dalam keadaan gawat darurat dan menyarankan ke puskesmas agar bisa ditanggung BPJS.
Setelah dibawa pulang, kondisi DE memburuk. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Siti Rahmah Padang menggunakan becak motor, namun nyawanya tak tertolong.
Direktur RSUD Rasidin, Desy Susanti, membenarkan pasien sempat datang ke IGD. Namun, menurutnya, hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi DE saat itu tidak gawat darurat.
“Mereka datang kita layani. Dokter IGD menyebutkan setelah diperiksa kondisi pasien saat itu tidak dalam keadaan darurat,” kata Desy.
Desy menyebut, dokter menyarankan pasien ke puskesmas agar mendapatkan pelayanan yang dijamin BPJS.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/05/23/682fb83965361.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Diminta Beli Hewan Kurban yang Sudah Dicek Kesehatannya Megapolitan 2 Juni 2025
Warga Diminta Beli Hewan Kurban yang Sudah Dicek Kesehatannya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur meminta masyarakat membeli
hewan kurban
yang sudah diperiksa kesehatannya oleh Suku Dinas (Sudin) Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP).
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Jakarta Timur Munjirin, usai melepas 136 petugas pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban untuk wilayah Jakarta Timur, Senin (2/6/2025).
“Bagi masyarakat yang sudah paham, sudah tahu pasti dia akan beli hewannya itu yang sudah ada tandanya, yang sudah diperiksa oleh petugas kami, saya minta warga pahami itu,” ucap Munjirin di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Senin (2/6/2025).
Hewan kurban
yang sudah diperiksa oleh Sudin KPKP Jakarta Timur dan dinyatakan sehat akan diberi tanda stiker pada kandangnya yang menjelaskan kondisi kesehatannya.
Sedangkan jika ditemukan hewan yang tidak sehat akan dilakukan karantina dan diberi tanda stiker mengenai kondisi kesehatannya.
Munjirin memastikan kondisi kesehatan hewan kurban yang berada di Jakarta Timur dalam kondisi layak.
“Hewan kurban yang sudah diperiksa, lebih terjamin kesehatan dan kelayakannya,” ujar Munjirin.
Selain melakukan pemeriksaan hewan kurban, Nantinya petugas mengawasi jalanya pemotongan hewan kurban pada masing-masing kecamatan di Jakarta Timur.
“Jangan sampai nanti daging yang sudah diperiksa ternyata ditemukan ada penyakit. Jadi, langsung seketika harus dimusnahkan dan kita menjamin,” kata Munjirin.
Munjirin meminta daging yang ditemukan penyakit tidak ditinggalkan tanpa pengawasan. Dia khawatir daging tersebut dikonsumsi masyarakat.
“Jangan sampai ditinggal pada suatu tempat yang akhirnya masyarakat merasa kasihan dengan Itu daging dibuang, akhirnya dimanfaatkan lagi,” ujar Munjirin.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d859bb0f29.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pedagang Kambing di Trotoar Tanah Abang Ogah Pindah, Mengaku Sudah Turun-temurun Megapolitan 2 Juni 2025
Pedagang Kambing di Trotoar Tanah Abang Ogah Pindah, Mengaku Sudah Turun-temurun
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Menjelang Hari Raya Idul Adha, para pedagang hewan kurban mulai memadati trotoar di Jalan KS Tubun, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (2/6/2025).
Salah satu pedagang kambing, Abastian (39), yang berjualan di dekat area SDN Slipi 1, Jakarta Barat, mengatakan aktivitas berdagang hewan kurban di lokasi tersebut sudah berlangsung secara turun-temurun.
“Sudah tradisi di sini. Orang Betawi kalau bilang turun-temurun dari kakek di sini,” ujarnya saat ditemui
Kompas.com
, Senin.
Tradisi berjualan di trotoar ini, menurut Abastian, juga terorganisasi dengan baik melalui sebuah komunitas pedagang yang telah berdiri puluhan tahun lalu. Komunitas tersebut bernama Himpunan Pedagang Kambing Tenabang (HPKT).
Abastian yang telah berjualan di lokasi itu selama 10 tahun, mengaku membuka lapaknya sekitar 10 hari menjelang Idul Adha.
Hingga awal pekan ini, ia sudah berhasil menjual sekitar 18 ekor kambing dari lapaknya.
“Saya sih sehari paling kecil (omzetnya) Rp 3 juta sampai Rp 8 juta,” kata Abastian.
Meski telah menjadi tradisi, Abastian mengaku tetap menghadapi sejumlah tantangan, termasuk penolakan dari pedagang lain dan konflik soal penggunaan lahan trotoar.
“Banyak bener, banyak konfliknya lah. Sama-sama pedagang, pecel lele, pecel ayam tapi saya bilang setahun sekali lah bagi-bagi lahan,” ujar dia.
Menurut dia, protes juga sempat datang dari pihak TPU Petamburan, yang lahannya berada tepat di depan area dagang para pedagang hewan kurban.
Cerita serupa disampaikan Haikal Alif (21), pedagang lainnya yang telah berjualan di trotoar Tanah Abang selama sekitar sepekan.
Ia sempat ditegur oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena dianggap mengganggu akses pejalan kaki.
“Dari Satpol PP kadang menegur. Ini sebenarnya enggak boleh, tapi saya cuma minta waktu paling dua minggu setiap tahunnya,” ungkapnya.
“Satpol PP juga minta setiap pedagang membersihkan trotoar,” lanjut Haikal.
Meski ditegur, Haikal memilih bertahan karena lokasi tersebut sudah dikenal pelanggan tetapnya dari tahun ke tahun. Saat ini, ia telah menjual sekitar 100 ekor kambing yang didatangkan dari Lampung.
Haikal berharap bisa terus berjualan di tempat yang sama setiap menjelang Idul Adha.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d9adc64149.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pantura Sayung Disangka Laut oleh Google Maps, BPBD Demak: Dari Udara Memang Seperti Lautan Regional 2 Juni 2025
Pantura Sayung Disangka Laut oleh Google Maps, BPBD Demak: Dari Udara Memang Seperti Lautan
Tim Redaksi
DEMAK, KOMPAS.com
– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Jawa Tengah, merespons video viral soal wilayah
Pantura Sayung
yang dikira sebagai lautan oleh
Google Maps
.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala
BPBD Demak
, Agus Musyafak, mengatakan belum melihat video tersebut secara langsung.
Namun, ia membenarkan bahwa saat
banjir rob
melanda kawasan itu, dari udara kawasan Pantura Sayung memang tampak seperti lautan.
“Memang kalau dilihat dari udara itu ya jelas seperti laut, kalau sampai di itu (identifikasi) waduh seperti laut,” ujar Agus melalui sambungan telepon, Senin (2/6/2025) malam.
Meskipun begitu, kata Agus, pemerintah terus berupaya menangani daerah terdampak rob di Kecamatan Sayung.
Ia menyebut keberadaan Tol Semarang–Demak Seksi II yang saat ini beroperasi akan membantu membebaskan kawasan Pantura dari genangan rob.
“Tapi kita berupaya, karena itu dulu kan daratan. Sehingga kita kembalikan menjadi daratan kembali, mungkin perlu beberapa waktu untuk kembali baik lagi ketika tol itu beroperasi,” ungkapnya.
Menurut Agus, di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, juga akan dibangun embung yang terintegrasi dengan sabuk pantai Tol Semarang–Demak untuk menampung air rob.
“Kemudian di situ juga ada embung di Bedono, dan embung itu bisa menampung air dari berbagai penjuru, kemudian dari embung itu dipompa keluar ke laut nah itu juga bisa membantu,” paparnya.
Agus menambahkan, selain embung dan tanggul laut, penanganan rob di Pantura Sayung juga bisa dilakukan lewat normalisasi sungai dan peninggian badan jalan.
“Kemudian juga normalisasi sungai-sungai dengan peninggian tanggul atau jalan menjadi tanggul laut juga menjadi solusi,” tutup dia.
Sebelumnya diberitakan, video viral memperlihatkan aplikasi Google Maps yang mendeteksi wilayah banjir rob di Sayung, Demak, seolah-olah sebagai lautan.
Video tersebut memperlihatkan seorang pembonceng motor menerjang banjir rob di kawasan tersebut sambil memegangi ponsel.
“Stop, jangan lanjutkan, Anda sudah sampai laut,” bunyi narasi dalam video yang menyerupai suara Asisten Google.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d93905d9e7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hama Tikus Mengancam, 421 Burung Hantu Disebar di Banyuwangi Surabaya 2 Juni 2025
Hama Tikus Mengancam, 421 Burung Hantu Disebar di Banyuwangi
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Dinas Pertanian dan Pangan (
Dispertan
)
Banyuwangi
melaksanakan pelepasan 421
burung hantu
(Tyto Alba).
Ini merupakan bagian dari gerakan pengendalian (gerdal) menghadapi serangan
hama tikus
yang mengancam produksi pangan.
Kegiatan ini dilakukan secara serentak di 10 kecamatan pada Senin (2/6/2025).
“Kami sebar secara serentak di Kecamatan Singojuruh, Glagah, Kabat, Rogojampi, Blimbingsari, Giri, Srono, Kalipuro, Licin, serta Kecamatan Genteng,” ungkap Plt Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda.
Menurut data Dispertan Banyuwangi, serangan hama tikus telah menjadi ancaman serius bagi pertanian di daerah tersebut, dengan luas area yang diserang mencapai 111,75 hektar dan area waspada seluas 955,50 hektar hingga Mei 2025.
Oleh karena itu, langkah pelepasan burung hantu ini dianggap sebagai solusi alami yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengendalikan populasi hama tikus tanpa menggunakan pestisida berbahaya.
“Tikus sendiri dapat menjadi hama yang berkembang pesat karena ketidakseimbangan ekosistem akibat punahnya predator alami seperti ular, garangan, dan burung hantu,” ujar Ilham.
Punahnya predator alami ini berdampak pada pertumbuhan populasi tikus yang semakin cepat, sehingga berpotensi merusak tanaman pangan dan mengancam ketahanan panen.
Dari tiga predator tikus yang ada, pelepasan burung hantu dipilih karena keunggulannya sebagai predator alami dengan kemampuan berburu yang tinggi.
”
Burung hantu
memiliki kemampuan berburu luar biasa, seperti mendeteksi mangsa dari jarak jauh, daya jelajah yang tinggi, menyergap tanpa suara, serta memiliki pendengaran tajam hingga 500 meter,” tambahnya.
Dengan kemampuan tersebut, burung hantu dapat memangsa antara 2 hingga 4 ekor tikus setiap hari, bahkan lebih dari 10 ekor tikus dalam satu hari.
Daya jelajah burung hantu yang tinggi juga memungkinkan sepasang burung hantu melindungi area seluas 25 hektar tanaman padi, sehingga sangat ekonomis.
Namun, satu kelemahan burung hantu adalah ketidakmampuan mereka dalam membuat sarang.
Oleh karena itu, petani diharapkan menyediakan rumah burung hantu (Rubuha) sebagai tempat bersarang dan berkembang biak.
“Hingga akhir Mei ini, Dispertan sudah memasang sebanyak 577 Rubuha sebagai tempat tinggal burung hantu di semua Kecamatan sentra padi,” ujar Ilham.
Dengan pelepasan burung hantu dan pemasangan Rubuha, Dispertan Banyuwangi berharap populasi burung hantu dapat meningkat, ekosistem terjaga, dan serangan hama tikus dapat terkendali.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/06/02/683d7bcc7e1eb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)