Apa Itu Sarkopenia? Penyakit Lansia Berisiko Kematian yang Sering Disepelekan
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Usia lansia merupakan masa di mana kesehatan fisik tubuh menjadi lebih rentan, sehingga lebih mudah terserang berbagai penyakit.
Salah satu penyakit yang sering dianggap sepele namun dapat berakibat fatal adalah
sarkopenia
.
Sarkopenia
, yang sering disebut sebagai “penyakit orangtua”, adalah kondisi medis yang ditandai dengan penurunan massa otot rangka, kekuatan otot, dan/atau fungsi fisik, yang biasanya terjadi seiring bertambahnya usia.
Dokter Spesialis Kedokteran
Olahraga
, dr Andhika Respati, SpKO, menekankan pentingnya mewaspadai penurunan fungsi otot ini karena dapat berkaitan dengan masalah kesehatan yang lebih serius, bahkan risiko kematian.
“Lebih jauh, terdapat kondisi yang disebut sarcopenia, yaitu kondisi yang ditandai dengan penurunan massa, kekuatan, dan fungsi otot. Meskipun secara umum berkaitan dengan penuaan, faktor risiko seperti gaya hidup tidak aktif, malanutrisi, serta penyakit kronis dapat mempercepat terjadinya sarkopenia,” jelas Andhika pada Sabtu (5/7/2025).
Kondisi sarkopenia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk keterbatasan mobilitas, peningkatan risiko jatuh, serta rawat inap di rumah sakit.
Penurunan massa otot juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan kematian dini.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi untuk orang Indonesia pada tahun 2019, kebutuhan protein harian bagi orang dewasa berusia 19-64 tahun adalah 65 gram untuk laki-laki dan 60 gram untuk perempuan.
Sementara itu, untuk usia 65 tahun ke atas, kebutuhan protein harian adalah 64 gram untuk laki-laki dan 58 gram untuk perempuan.
“Manusia membutuhkan otot untuk menjaga postur tubuh, mendukung pergerakan anggota tubuh, menjaga agar tubuh tetap kuat, serta berperan penting dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Namun sayangnya, saat menginjak usia 30 tahun, manusia mulai kehilangan sekitar 3 sampai 8 persen massa otot setiap dekadenya,” ungkap Andhika.
Ia menambahkan bahwa laju pengurangan massa otot semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
Risiko sarkopenia akan meningkat apabila asupan
nutrisi
tidak mencukupi dan massa otot tidak dilatih.
Oleh karena itu, latihan otot melalui
olahraga
dan konsumsi protein yang cukup sangat penting untuk menjaga massa dan kekuatan otot.
“Jadi, jangan hanya kardio atau jalan kaki mengumpulkan langkah saja, namun kombinasikan dengan latihan beban 2-3 kali seminggu,” sarannya.
Andhika juga memberikan beberapa tips untuk menjaga kesehatan otot agar terhindar dari sarkopenia, antara lain dengan rutin berolahraga dan mengadopsi pola makan sehat.
Asupan nutrisi yang baik, khususnya protein dan energi yang cukup, berperan penting dalam memperlambat laju kehilangan massa dan kekuatan otot seiring bertambahnya usia.
“Selain jumlah protein yang dikonsumsi, kita juga perlu memperhatikan kualitas protein. Salah satu sumber protein berkualitas adalah susu, terutama jika mengandung whey protein. Whey protein dikenal kaya akan asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi tubuh dan diperlukan untuk membentuk serta mempertahankan massa otot,” tuturnya.
Di kesempatan terpisah, Marketing Manager PT Nutrifood Indonesia Area Jawa Timur, Andre Setiawan Omarhadi, mengatakan bahwa cara paling mudah untuk mencegah penyakit sarkopenia adalah dengan melakukan olahraga aktif sejak usia muda.
Untuk itu, pihaknya menggelar Hilo Strong Fest 2025 dengan tujuan mengajak masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya, untuk bersama-sama #NabungOtot sejak usia produktif.
“Tujuannya adalah kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa sarkopenia ini merupakan penyakit yang berbahaya karena ditandai dengan penurunan massa, kekuatan, dan fungsi otot yang berkaitan dengan penuaan,” ujar Andre.
Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan olahraga interaktif dan menarik seperti poundfit, strong dance party, body combat, dan yoga.
“Acara ini juga digelar di 10 kota besar lainnya, dan hari ini di Surabaya ada sekitar 500 peserta yang dibagi ke dalam 5 sesi olahraga,” tambahnya.
Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Sarkopenia Sedunia yang jatuh pada 4 Juli 2025.
Andre berharap, melalui event tersebut, masyarakat dapat lebih memahami penyakit sarkopenia yang sering disepelekan dan menjaga kesehatan otot sejak dini.
“Agar masyarakat Jawa Timur juga bisa mencegah munculnya sarkopenia melalui kampanye #NabungOtot sejak dini sehingga ketika nanti usia tua tetap bisa memiliki massa otot yang baik dan kuat,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Metropolitan
-
/data/photo/2025/07/05/6869220ecbe22.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Apa Itu Sarkopenia? Penyakit Lansia Berisiko Kematian yang Sering Disepelekan Surabaya 5 Juli 2025
-
/data/photo/2025/07/05/6868f7ca53d2d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Usai Curi Buah Sawit, 3 Pelaku Datangi Rumah Korban di Bangka Barat dan Minta Maaf Regional 5 Juli 2025
Usai Curi Buah Sawit, 3 Pelaku Datangi Rumah Korban di Bangka Barat dan Minta Maaf
Tim Redaksi
BANGKA, KOMPAS.com
– Kasus pencurian buah kelapa sawit di
Bangka Barat
, Kepulauan Bangka Belitung, kembali terjadi dan menyedot perhatian publik.
Namun yang menarik, tiga orang tak dikenal mendatangi rumah korban dan mengaku sebagai pelaku pencurian hanya dua hari setelah kejadian.
Peristiwa pencurian terjadi pada Senin (30/6/2025) malam di kebun sawit milik Koperasi Bina Tani Sejahtera, Kecamatan Tempilang.
Setelah kejadian dilaporkan, penyelidikan segera dilakukan oleh Polsek Tempilang.
Kapolres Bangka Barat AKBP Pradana Aditya Nugraha membenarkan adanya pengakuan dari tiga orang tersebut yang berharap agar perkara ini tak dilanjutkan ke jalur hukum.
“Mereka mengaku sebagai pelaku pencurian. Mereka meminta maaf dan berharap tidak diproses secara hukum,” ujar Pradana dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/7/2025).
Namun, mengingat pencurian sawit sudah berulang kali terjadi di kawasan tersebut dan menimbulkan keresahan, pelapor tetap memutuskan untuk melanjutkan perkara ke pihak berwajib.
Peristiwa ini bermula saat penjaga kebun memberi tahu ketua kelompok tani mengenai aktivitas mencurigakan.
Saat dicek ke lokasi, ditemukan dua motor—Yamaha R15 biru dan Mio Soul hijau—alat panen, serta 12 janjang
buah sawit
. Namun, para pelaku sudah melarikan diri.
Dua hari kemudian, Rabu (2/7/2025), tiga orang datang ke rumah pelapor dan mengaku sebagai pencuri. Namun itikad damai tersebut tak mengubah keputusan pelapor maupun polisi.
“Karena kasus ini sudah sangat sering dan meresahkan, pelapor tetap ingin diproses hukum,” tambah Pradana.
Kepala Seksi Humas Polres Bangka Barat Iptu Yos Sudarso menegaskan bahwa proses hukum tetap berjalan meskipun pelaku telah mengaku dan meminta damai.
“Kami menghargai pengakuan mereka, tetapi proses hukum tetap berjalan. Kami mendorong pelaku lainnya untuk menyerahkan diri,” ujar Yos.
Saat ini, penyelidikan dan pemeriksaan lanjutan masih berlangsung guna memastikan keterlibatan pihak lain dan mengumpulkan alat bukti tambahan.
Polisi juga mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan di area perkebunan yang rawan pencurian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/05/09/681dc427e4458.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Bakal Kena Pajak 10 Persen, Pemain Padel: Enggak Peduli, yang Penting Main Megapolitan 5 Juli 2025
Bakal Kena Pajak 10 Persen, Pemain Padel: Enggak Peduli, yang Penting Main
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Sejumlah penggiat olahraga
padel
mengaku tak berkeberatan dengan rencana penerapan pajak sebesar 10 persen terhadap layanan olahraga tersebut.
“Menurut saya, yang sependapat dengan saya pasti banyak dan enggak masalah (penerapan pajak 10 persen), karena orang yang main padel ini orang yang menengah ke atas,” ujar Jehan saat diwawancarai
Kompas.com,
Sabtu (4/7/2025).
Jehan menilai, sebagian besar orang yang bermain padel berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Bahkan, banyak di antaranya yang sudah memiliki penghasilan pasif, sehingga kenaikan pajak dianggap tidak menjadi beban.
“Saya biasa main sama selebgram, pengusaha, direktur rumah sakit, mereka mah enggak peduli dengan uang yang harus dikeluarin,” ungkapnya.
Menurut dia, para pemain padel akan tetap rela membayar berapa pun biaya sewa lapangan, asalkan bisa bermain di jam dan lokasi yang diinginkan.
Senada dengan Jehan, penggiat padel lainnya, Kevin Mizan (30), juga mengaku tidak berkeberatan dengan kenaikan pajak tersebut.
“Tapi, yang kami tahu juga olahraga padel kan menengah ke atas, jadi yang saya lihat orang-orangnya enggak peduli harganya,” ungkap Mizan.
“Kalau jamnya cocok, tempatnya masih ada yang dekat, ya, dia bayar mau berapa juga yang penting main,” tambah Mizan.
Ia menambahkan, padel merupakan olahraga yang mudah dimainkan dan menyenangkan, sehingga wajar jika saat ini tengah digandrungi oleh banyak orang dari berbagai kalangan mapan.
Bahkan, Kevin mengaku hampir setiap hari bermain padel bersama komunitasnya karena aktivitas itu sudah menjadi bagian dari rutinitas.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jakarta
resmi menetapkan olahraga padel sebagai salah satu objek Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) di sektor hiburan.
Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bapenda Jakarta Nomor 257 Tahun 2025. Dalam keputusan tersebut, tarif PBJT yang dikenakan untuk penggunaan lapangan padel ditetapkan sebesar 10 persen.
Tarif pajak sebesar 10 persen diberlakukan untuk transaksi seperti sewa lapangan, tiket masuk, hingga pemesanan melalui platform digital.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/05/28/6836621b5d4d6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tak Masalah Kena Pajak, Pemain Padel Minta Tambah Lapangan: Biar Enggak Rebutan Megapolitan 5 Juli 2025
Tak Masalah Kena Pajak, Pemain Padel Minta Tambah Lapangan: Biar Enggak Rebutan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah penggiat olahraga
padel
berharap dengan adanya penerapan pajak sebesar 10 persen dapat mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jakarta
untuk membangun lebih banyak fasilitas olahraga, terutama lapangan padel.
“Harapan untuk pajak ini mungkin Pemprov bisa bantu bikin lapangan, biar makin banyak di Jakarta,” ujar Kevin Mizan (30), salah satu pemain padel, saat diwawancarai
Kompas.com
, Sabtu (4/7/2025).
Mizan menyebutkan, lapangan padel memang mulai banyak bermunculan di Jakarta. Namun, menurut dia, jumlah yang ada saat ini belum mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat.
“Tetap saja itu enggak memenuhi
demand
-nya, karena
booking
lapangan 95 persen pasti penuh setiap hari. Enggak Sabtu-Minggu aja. Kalau Sabtu-Minggu pasti 100 persen sudah penuh dari buka sampai tutup sudah ada yang sewa,” jelas Kevin.
Ia menambahkan, untuk bermain padel, dirinya tidak bisa melakukan pemesanan secara mendadak. Bahkan jika sudah memesan seminggu sebelumnya, belum tentu bisa mendapatkan waktu bermain.
“Orang tuh rebutan banget untuk main padel. Pemprov bikin lah dari duit-duit pajak ini biar kami mainnya makin gampang, bisa milih jamnya enak, lokasinya dekat,” ungkapnya.
Selain pembangunan lapangan, Kevin juga berharap dana dari pajak bisa digunakan untuk mendukung pelaksanaan turnamen padel.
“Sama mungkin uangnya bisa buat turnamentnya, ya. Sebenarnya turnamentnya banyak, tapi kan yang
official
baru PPDI,” ujarnya.
Sementara itu, Jehan (28), penggiat padel lainnya, menyatakan tidak keberatan dengan kenaikan pajak tersebut, selama dana yang terkumpul digunakan secara tepat.
“Karena gue merasa enggak masalah dengan kenaikan pajak ini. Cuma kalau itu untuk kebaikan negara, kenaikan pajak karena memang mungkin negara lagi membutuhkan banget uang dari pajak, ya, itu enggak masalah sih,” tutur Jehan.
Jehan berharap pemerintah bisa mengelola dana pajak dengan baik dan tidak menyalahgunakannya.
“Harapannya, mungkin uang pajak itu bisa digunakan sebaik mungkin. Jangan sampai, kita bayar pajak, uang itu justru digunakan untuk hal-hal yang justru menjijikan,”
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta resmi menetapkan olahraga padel sebagai salah satu objek Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) di sektor hiburan.
Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bapenda Jakarta Nomor 257 Tahun 2025. Dalam keputusan tersebut, tarif PBJT yang dikenakan untuk penggunaan lapangan padel ditetapkan sebesar 10 persen.
Tarif pajak sebesar 10 persen diberlakukan untuk transaksi seperti sewa lapangan, tiket masuk, hingga pemesanan melalui platform digital.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/05/686908c9deef8.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
PRJ 2025 Ramai Sabtu Sore, Antrean Gate 9 Terpantau Lancar Megapolitan 5 Juli 2025
PRJ 2025 Ramai Sabtu Sore, Antrean Gate 9 Terpantau Lancar
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Suasana akhir pekan dimanfaatkan masyarakat untuk mengunjungi Pekan Raya
Jakarta
(
PRJ
) 2025 yang digelar di JIExpo
Kemayoran
, Jakarta Pusat. Pada Sabtu (5/7/2025) sore, arus pengunjung mulai terlihat ramai.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com,
antrean pengunjung di loket tiket terpantau lancar, khususnya di Gate 9, salah satu pintu masuk utama PRJ. Pengunjung yang telah memiliki
e-ticket
diarahkan langsung ke jalur khusus untuk tap-in tiket tanpa perlu mengantre panjang.
Di Gate 9, sistem masuk dibagi menjadi tiga jalur, yaitu untuk pemilik ID
card
, pemegang tiket reguler, dan jalur khusus bagi pengunjung yang membawa koper.
Sebagian besar pengunjung terlihat membawa tas besar atau koper, menandakan mereka berencana belanja dalam jumlah banyak. Kebanyakan datang bersama keluarga, namun ada pula yang datang bersama pasangan.
Tak sedikit pula pengunjung yang tampak keluar dari area PRJ melalui Gate 9, sambil menenteng tas berisi camilan dalam jumlah besar hingga belanjaan lainnya seperti helm.
Salah satu pengunjung, Risa (27), mengaku terkejut karena tidak menemukan antrean panjang di pintu masuk.
“Aku mikirnya tuh antre panjang, tapi
alhamdulillah
pas sampai di sini tidak ada antrean panjang,” ujar Risa kepada Kompas.com di Gate 9.
Bersamaan dengan meningkatnya jumlah pengunjung, arus lalu lintas menuju lokasi PRJ di JIExpo Kemayoran juga terpantau ramai lancar.
Pantauan
Kompas.com
pada Sabtu sore, terdapat antrean kendaraan di gerbang masuk JIExpo. Namun, panjang antrean diperkirakan kurang dari 500 meter dan tidak menyebabkan kemacetan berarti, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
Jalan Benyamin Sueb, yang menjadi akses utama ke JIExpo, juga terpantau lancar. Sejumlah petugas dari penyelenggara dan kepolisian terlihat berjaga dan mengatur lalu lintas di beberapa titik.
Sementara itu, arus kendaraan dari arah sebaliknya juga lancar. Pengendara sepeda motor dengan mudah melintas menyelinap di antara mobil tanpa hambatan berarti.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/04/68679c8e8960e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sewa Lapangan Bakal Naik akibat Pajak, Pemain Padel: Asal Digunakan dengan Benar Megapolitan 5 Juli 2025
Sewa Lapangan Bakal Naik akibat Pajak, Pemain Padel: Asal Digunakan dengan Benar
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah warga pengguna lapangan
padel
mengaku tidak keberatan dengan rencana penerapan pajak sebesar 10 persen untuk fasilitas olahraga tersebut.
“Ini kan hak pemerintah. Jadi, menurut saya kalau misalkan pajaknya dipakai dengan benar, enggak apa-apa sih kenaikannya 10 persen,” ujar Kevin Mizan (30), salah satu
pemain padel
, kepada
Kompas.com,
Sabtu (4/7/2025).
Kevin menyadari,
kenaikan pajak
akan berdampak langsung pada biaya sewa lapangan. Biasanya, Kevin menyewa lapangan padel sekitar Rp 5 juta sebulan.
“Kalau sewa lapangan lebih mahal pasti emang akan naik, karena tadinya kami spend Rp 5 juta dalam sebulan untuk main padel, naik 10 persen jadi Rp 5,5 juta. Sudah naik Rp 500.000 sendiri, ya, lumayan,” ujarnya.
Meski begitu, menurut dia, olahraga padel sebagian besar digemari oleh kalangan menengah ke atas. Karena itu, ia menilai kenaikan harga akibat pajak tidak akan terlalu menjadi persoalan.
“Kebanyakan orang yang menggeluti olahraga ini tak memedulikan berapa uang yang harus mereka keluarkan untuk menyewa lapangan. Selama jam dan lokasi lapangannya cocok, maka mereka akan rela mengeluarkan uang berapa pun,” kata Kevin.
Senada dengan Kevin, penggiat padel lainnya, Jehan (28), juga mengaku tidak mempermasalahkan kenaikan pajak tersebut.
“Bagi saya sih biasa saja. Karena menurut saya enggak masalah, karena kaim suka sama olahraganya jadi, ya, kenaikan sedikit enggak masalah,” ujar Jehan.
Jehan menambahkan, olahraga padel memang lebih banyak diminati oleh kalangan ekonomi menengah ke atas, sehingga tarif tambahan akibat pajak tidak menjadi beban signifikan bagi pemain.
Dalam satu kali bermain, ia bersama teman-temannya biasanya patungan dengan biaya sewa lapangan sekitar Rp 160.000 hingga Rp 225.000 per orang untuk dua jam.
“Karena untuk lapangannya harganya Rp 800.000 sampai Rp 1,1 juta per dua jamnya,” kata Jehan.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta resmi menetapkan olahraga padel sebagai salah satu objek Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) di sektor hiburan.
Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Bapenda Jakarta Nomor 257 Tahun 2025. Dalam keputusan tersebut, tarif PBJT yang dikenakan untuk penggunaan lapangan padel ditetapkan sebesar 10 persen.
Tarif pajak sebesar 10 persen diberlakukan untuk transaksi seperti sewa lapangan, tiket masuk, hingga pemesanan melalui platform digital.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/05/6868fafe1cfd5.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Lalu Lintas Menuju PRJ Kemayoran Lancar Sore Ini, Tak Ada Kemacetan Parah Megapolitan 5 Juli 2025
Lalu Lintas Menuju PRJ Kemayoran Lancar Sore Ini, Tak Ada Kemacetan Parah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Libur akhir pekan dimanfaatkan warga untuk berkunjung ke Pekan Raya
Jakarta
(
PRJ
) yang digelar di JIExpo
Kemayoran
, Jakarta Pusat.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
pada Sabtu (5/7/2025) sore, arus lalu lintas menuju lokasi PRJ terpantau ramai. Antrean kendaraan terlihat di gerbang masuk menuju JIExpo, tempat berlangsungnya acara tahunan tersebut.
Namun, antrean kendaraan tidak sampai mengular panjang. Panjang antrean diperkirakan kurang dari 500 meter dan tidak menyebabkan penumpukan berarti, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Jalan Benyamin Sueb di wilayah Kemayoran juga terpantau lancar. Sejumlah petugas dari penyelenggara PRJ dan kepolisian berjaga dan mengatur lalu lintas di beberapa titik.
Di arah sebaliknya, kondisi lalu lintas juga tidak menunjukkan tanda-tanda kemacetan. Kendaraan roda dua bahkan tampak bebas bergerak, dengan pengemudi yang cekatan menyelinap di antara celah kendaraan roda empat.
Seorang pedagang kerak telor, Beno (36), mengatakan jumlah pengunjung PRJ hari ini tidak seramai akhir pekan sebelumnya yang bertepatan dengan long weekend Tahun Baru Islam.
“Ramainya kaya begini saja, beda kalau sama yang minggu kemarin pas 3 hari libur,” ujarnya kepada
Kompas.com.
Ia juga menyebutkan, sejak siang lalu lalu lintas terpantau normal.
Sebelumnya diberitakan, Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2025 atau
Jakarta Fair
Kemayoran resmi dibuka pada Kamis (19/6/2025) di kawasan JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Ajang tahunan ini merupakan bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Kota Jakarta. PRJ juga menjadi ajang promosi, pameran multiproduk, dan hiburan terbesar di Asia Tenggara.
Tahun ini, PRJ mengusung tema “Jakarta Fair Kemayoran Mendukung Indonesia Maju Melalui Inovasi dan Karya Bangsa Berkelanjutan”. Pameran akan berlangsung selama 25 hari, mulai 19 Juni hingga 13 Juli 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/05/686912d1b64ed.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/04/09/6614bf0d017a1.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/05/21/682d95e4a568d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)