Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya.
Tim Redaksi
TUBAN, KOMPAS.com –
Sulton Farid (25), tersangka
pembunuhan
gadis muda
Puji Rahayu
(21), warga Dusun Tingkis, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten
Tuban
, Jawa Timur, melakukan 38 adegan reka ulang.
Dengan pengawalan anggota kepolisian, tersangka memperagakan satu per satu adegan dirinya menghajar kekasihnya tersebut hingga membenamkan jasad korban ke dalam lumpur sawah.
Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Dimas Robin Alexander, mengatakan bahwa
rekonstruksi
tersebut bertujuan untuk mengetahui rangkaian tindakan yang terjadi dan memperjelas motif tersangka.
Reka ulang yang digelar di Mapolres Tuban, Kamis (10/7/2025), dimulai dari adegan tersangka mengurus perpindahan identitas kependudukan dari Kabupaten Tuban ke Kabupaten Sidoarjo, ikut alamat rumah saudaranya.
Tersangka lalu menjemput korban di tempat kerjanya di toko buah di Kecamatan Singgahan menggunakan sepeda motor Honda Beat dan mengantarkannya pulang ke rumah korban sekitar pukul 20.45 WIB, Jum’at (20/6/2025).
Setibanya di rumah, korban kembali meminta tersangka menjemputnya di dekat gang masuk rumahnya dan mengajaknya jalan-jalan ke arah Kecamatan Bangilan, Tuban.
Saat perjalanan pulang dari jalan-jalan tersebut, keduanya terlibat cek-cok setelah korban menuntut tersangka untuk segera mempersuntingnya agar hubungannya lebih jelas.
Namun, tersangka beralasan masih belum siap untuk menikahi korban dalam waktu dekat, lantaran belum memiliki pekerjaan tetap sebagai sumber ekonomi keluarga.
Percekcokan keduanya semakin memanas hingga korban memukul tersangka beberapa kali, dan tersangka pun membalas pukulan tersebut yang mengenai leher belakang korban.
“Tersangka memukul korban dua kali di bagian leher belakang dan sekali di bagian pipi kiri hingga korban terkapar di pinggir jalan,” kata AKP Dimas Robin Alexander, Sabtu (12/7/2025).
Setelah korban terkapar tak sadarkan diri, tersangka pun secara beringas menginjak-injak punggung korban, lalu membuangnya ke sawah dan membenamkan kepala korban ke dalam lumpur.
Selanjutnya, tersangka pergi meninggalkan jasad kekasihnya tersebut di lokasi kejadian sambil membawa handphone korban.
Bahkan, tersangka sempat berpura-pura datang dan menanyakan keberadaan korban ke rumah orang tuanya dua hari setelah membunuh korban.
“Pihak keluarga sendiri baru mengetahui anaknya tidak ada di rumah usai tersangka menanyakan keberadaan korban,” terangnya.
Pihak keluarga korban pun berusaha mencarinya dan tidak juga ditemukan keberadaan anak perempuan semata wayang.
Jasad korban baru ditemukan oleh warga di dekat Jalan arah menuju Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, dalam kondisi kepala terbenam di lumpur sawah, Senin (23/6/2025).
Hasil reka ulang adegan pembunuhan terhadap Puji Rahayu (21) tersebut akan dilakukan pendalaman penyidikan terkait adanya unsur kesengajaan dalam tindakan tersangka.
Adapun motifnya sementara adalah percekcokan masalah asmara, dan proses penyidikan saat ini masih terus berlanjut.
“Saat ini tersangka masih dilakukan penahanan di Mapolres Tuban untuk keperluan penyidikan lebih lanjut,” jelasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Metropolitan
-
/data/photo/2025/07/12/687283ae2df8f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya. Regional 13 Juli 2025
-
/data/photo/2025/07/10/686fcf1cc5394.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Teka-teki 4 Rekaman CCTV Depan Kamar Diplomat Kemlu Megapolitan
Teka-teki 4 Rekaman CCTV Depan Kamar Diplomat Kemlu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Rekaman kamera pengawas atau CCTV depan kamar indekos, ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih menyisakan teka-teki.
Polda Metro Jaya
masih menyelidiki penyebab pasti kematian ADP yang terjadi di indekos, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Sejumlah
rekaman CCTV
menjadi salah satu kunci penting dalam mengungkap kasus ini.
Beberapa cuplikan memperlihatkan aktivitas mencurigakan, sementara sebagian lain menampilkan proses penjaga kos membuka kamar ADP atas permintaan istri korban.
Rekaman CCTV
pertama yang diperoleh Kompas.com menunjukkan ADP keluar dari kamar indekosnya pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB.
Ia terlihat membawa kantong kresek hitam di tangan kiri, lalu membungkuk mengambil sandal sebelum kembali masuk ke kamar.
Namun tak lama berselang, ADP kembali keluar dari kamar, kali ini dengan kantong plastik di tangan kanan.
Ia menyusuri lorong indekos menuju sebuah pintu di ujung koridor.
Pada pukul 23.25 WIB, ADP terekam kembali, kini tanpa membawa kantong plastik.
Ia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan kancing terbuka, lalu masuk ke kamar pada pukul 23.26 WIB.
Dalam rekaman CCTV yang terekam pada pukul 00.27 WIB, penjaga kos terlihat berjalan di lorong depan kamar ADP.
Ia terlihat tanpa mengenakan atasan, hanya memakai sarung bermotif kotak-kotak, dengan sehelai pakaian putih tersampir di pundak kirinya.
Penjaga itu memegang ponsel dekat mulutnya, seolah sedang berbicara melalui speaker. Ia sempat berhenti, menoleh ke arah kamar ADP, lalu kembali berjalan.
Beberapa saat kemudian, ia berdiri selama sekitar 22 detik di depan kamar, masih dalam posisi berbicara melalui telepon.
Kemudian, pada pukul 05.20 WIB, penjaga kos kembali terlihat di depan kamar. Kali ini, ia mengenakan kemeja putih, celana pendek, dan membawa sapu.
Ia berhenti sejenak, menatap ke arah jendela kamar, lalu berbalik arah.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, kehadiran penjaga kos ke kamar ADP karena permintaan dari istri korban.
“Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” ujar Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
Sebelumnya, istri ADP terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Rekaman CCTV pada Selasa (8/7/2025) pukul 07.37 WIB, penjaga kos bersama seorang lainnya akhirnya membuka paksa jendela kamar ADP dengan dicongkel.
Sementara itu, pria lain yang mendampinginya mengenakan jaket bomber hijau dan celana panjang hitam.
Salah satu dari mereka merekam proses tersebut menggunakan ponsel sebagai dokumentasi.
Setelah jendela berhasil dibuka, penjaga kos mencoba memasukkan tubuhnya melalui celah untuk menjangkau kunci dari dalam.
Namun, upaya itu tidak langsung berhasil karena pintu kamar menggunakan sistem smart lock yang hanya bisa diakses oleh ADP.
Keduanya sempat mencoba menggunakan kartu akses, namun tetap gagal membuka pintu.
Setelah beberapa saat berjibaku, mereka akhirnya berhasil membuka pintu dari dalam.
Begitu masuk ke kamar, mereka langsung keluar dalam kondisi panik dan bergegas mencari bantuan.
Di dalam, mereka menemukan ADP dalam kondisi meninggal dunia, kepala terlilit lakban, dan tubuh tertutup selimut.
Arah kamera CCTV bergeser pada Senin malam pukul 23.24–23.26 WIB.
Tampak ADP keluar dan masuk kamar, namun pintu serta jendela tidak terekam jelas karena posisi kamera yang bergeser.
Sebaliknya, dalam rekaman Selasa pagi pukul 07.37 WIB saat penjaga kos membuka paksa kamar, kamera justru menyorot jelas pintu dan jendela kamar ADP.
Hal ini menimbulkan dugaan adanya perubahan arah kamera sebelum kejadian.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary mengatakan bahwa penyidik masih mendalami hal tersebut.
“Untuk membuat peristiwa itu menjadi utuh, tentunya akan diurut, nanti dari ringnya diperbesar lagi, sehingga ceritanya menjadi utuh, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan,” ujar Ade Ary, Jumat (11/7/2025).
Saat ditanya mengenai jenis atau model CCTV di lokasi, Ade Ary belum memberi kepastian.
Ia menegaskan bahwa semua alat bukti akan diperiksa secara laboratoris untuk mendalami fakta-fakta yang ada.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto menyatakan bahwa pihaknya menargetkan penyelidikan kasus kematian ADP rampung dalam waktu satu minggu.
“Bukti-bukti yang ada perlu dipelajari oleh forensik, baik itu CCTV, hasil otopsi, dan juga termasuk digital seperti laptop. Mungkin seminggu lagi selesai, nanti akan ada kesimpulan. Insya Allah,” kata Karyoto, Kamis (10/7/2025) malam.
Ia mengakui belum membaca hasil visum secara lengkap.
Polisi juga berencana memanggil saksi ahli sesuai bidang untuk memperkuat proses penyelidikan.
“Kalau visum itu bukan saksi, nanti ahli yang akan bicara,” katanya.
Hingga saat ini, empat saksi telah diperiksa, yaitu pemilik indekos, penjaga, tetangga kamar, dan istri korban.
Barang bukti yang diamankan meliputi lakban, kantong plastik, dompet, sarung, dan pakaian korban.
Polisi juga menemukan sejumlah obat-obatan seperti obat sakit kepala dan obat lambung di dalam kamar ADP.
Namun, belum ada indikasi kaitan obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian.
Satu hal yang masih jadi tanda tanya adalah sidik jari ADP yang ditemukan pada permukaan lakban.
Meski demikian, penyidik belum dapat memastikan apakah lakban itu dipasang sendiri oleh korban atau oleh pihak lain.
Penyelidikan masih terus berjalan, dengan penyidik mengumpulkan bukti-bukti tambahan untuk memastikan penyebab pasti kematian sang diplomat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/11/68709eafa5e40.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pesan Penting Uskup Jayapura untuk Wapres Gibran: Berdialog dengan KKB, Dengar Keluhan Mereka Regional 13 Juli 2025
Pesan Penting Uskup Jayapura untuk Wapres Gibran: Berdialog dengan KKB, Dengar Keluhan Mereka
Tim Redaksi
JAYAPURA, KOMPAS.com –
Presiden Prabowo Subianto dikabarkan telah memberikan tugas khusus kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menangani persoalan di Papua.
Tak hanya itu,
Wapres Gibran
diwacanakan akan berkantor di wilayah Papua guna menjalankan tugas yang diberikan oleh Presiden Prabowo selama berada di Papua.
Menanggapi Wapres Gibran yang akan berkantor di Papua, Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Matopai You, menyarankan agar kehadiran Wapres Gibran di Papua nanti bisa membuka ruang dialog bagi masyarakat dan kelompok-kelompok yang berseberangan, termasuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Satu hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana berdialog dengan masyarakat. Bagaimana berdialog dengan kelompok-kelompok khusus,” ujarnya dalam keterangan kepada wartawan di sela-sela kegiatan Launching Pesparani ke III Tingkat Kota Jayapura dan Pencanangan Sinode Keuskupan Jayapura pada 2026 di Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Sabtu (12/7/2025).
“Sekali pun juga dengan kelompok KKB. Kenapa tidak berdialog, dengar apa harapan mereka, apa derita mereka. Saya kira ini penting,” sambung dia menambahkan.
Kata
Uskup Yanuarius
, berdialog dengan kelompok yang berseberangan, termasuk KKB, penting dilakukan, meskipun tak harus mengikuti kemauan mereka, tetapi mengetahui apa keinginan kelompok tersebut.
Hal ini penting, kata Uskup Yanuarius, agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa mencari solusi guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tersebut.
“Sebagai seorang bapak, mesti mendengarkan keluh kesah, harapan dari masyarakat,” ujarnya.
Uskup Yanuarius menegaskan,
masyarakat Papua
pada umumnya menginginkan agar dihargai dan dihormati di atas tanah Papua.
Oleh karena itu, dialog menjadi salah satu solusi guna mengetahui tentang apa yang dimau oleh masyarakat Papua selama ini.
“Masyarakat kan tidak mengharapkan bapak Wapres harus kasih uang sekian, kan tidak. Mereka (masyarakat) itu mau diakui dan dihargai. Itu baru mereka akan kasih jempol,” ungkapnya.
“Lalu bisa menyelesaikan sejumlah hal yang dialami oleh masyarakat, tentunya bekerja sama dengan masyarakat,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Uskup Yanuarius menambahkan, Wapres Gibran tidak boleh hanya berkantor di Papua dan sehari-hari bekerja serta menjalankan tugas di kantor, tetapi harus mendengar langsung saran dan masukan dari masyarakat di Papua.
“Kami harapkan Wapres ada di tengah masyarakat. Jadi bukan keluar masuk di kantor saja dengan lapisan keamanan yang sangat ketat. Saya kira tidak demikian,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela kegiatan Launching Pesparani ke III Tingkat Kota Jayapura dan Pencanangan Sinode Keuskupan Jayapura yang berlangsung di Kota Jayapura, Papua, Sabtu (12/7/2025).
Sebelumnya, Wapres Gibran menegaskan kesiapannya untuk melaksanakan tugas memimpin percepatan pembangunan di Papua.
“Saya sebagai pembantu presiden siap ditugaskan ke mana pun dan ingin melanjutkan kerja keras dari Pak Wapres Ma’ruf Amin sebelumnya untuk menangani masalah Papua,” ujarnya di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/05/20/682c5a062329e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Polisi Ungkap Alasan Penjaga Kos Bolak-balik di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu Megapolitan 12 Juli 2025
Polisi Ungkap Alasan Penjaga Kos Bolak-balik di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Polisi mengungkap alasan
penjaga kos
mondar-mandir di depan kamar ADP, diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kosannya kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menyebut, penjaga kos tersebut sedang menindaklanjuti permintaan istri ADP.
“Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” kata Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
Dalam rekaman CCTV pada Selasa (8/7/2025) pukul 00.27 WIB, penjaga kos terlihat mondar-mandir di depan kamar ADP.
Ia bertelanjang dada, mengenakan sarung kotak-kotak, dan menyampirkan pakaian putih di pundak kiri. Ia tampak berbicara di telepon menggunakan mode speaker.
Penjaga itu sempat berhenti dan menoleh ke arah kamar korban, lalu berjalan kembali.
Beberapa saat kemudian, ia kembali berdiri cukup lama di depan kamar, sekitar 22 detik, diduga masih berbicara lewat telepon.
Pukul 05.20 WIB, ia kembali terlihat melintas, kali ini mengenakan kemeja putih dan celana pendek sambil membawa sapu.
Ia sempat mengintip ke arah jendela kamar ADP sebelum akhirnya berbalik arah.
Sebelumnya, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat sang istri mencoba menghubungi kembali keesokan paginya pukul 05.00 WIB, ponsel ADP sudah tak aktif.
Karena tak ada kabar hingga pukul 08.00 WIB, istri ADP meminta penjaga kos memeriksa ke kamar suaminya.
Penjaga kos
bersama satu orang lainnya lantas membuka paksa jendela kamar yang rupanya sudah dalam kondisi dicongkel.
Di dalam kamar, mereka menemukan ADP dalam keadaan tidak bernyawa, kepala terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.
Polisi menyatakan tak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang hilang dari lokasi.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan ada sidik jari ADP pada lakban, namun belum bisa dipastikan apakah ia memasangnya sendiri atau ada orang lain yang terlibat.
Diketahui, ADP adalah warga asal Sleman, DIY, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tinggal seorang diri di kamar kos. Sedangkan istrinya berada di Yogyakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/07/23/669f2b0c39433.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Polri Gelar Operasi Patuh 2025 Mulai 14 Juli, Simak Sasaran Pelanggarannya Megapolitan 12 Juli 2025
Polri Gelar Operasi Patuh 2025 Mulai 14 Juli, Simak Sasaran Pelanggarannya
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepolisian akan menggelar
Operasi Patuh 2025
secara serentak di seluruh Indonesia mulai 14 hingga 27 Juli 2025.
Operasi ini digelar untuk meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas di jalan raya.
Kabag Operasi
Korlantas Polri
, Kombes Pol Aries Syahbudin mengatakan, Operasi Patuh digelar usai pencanangan Hari Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh lima pilar keselamatan nasional.
“Operasi ini dilakukan serentak seluruh Indonesia mulai 14 sampai 27 Juli. Tujuannya untuk menciptakan keselamatan dan ketertiban lalu lintas,” kata Aries, dikutip dari situs resmi Korlantas Polri, Sabtu (12/7/2025).
Ada tiga pendekatan yang digunakan selama operasi berlangsung, yaitu tindakan preemtif (pencegahan), preventif (pengawasan), dan represif (penindakan).
Dalam kegiatan preventif, polisi akan melakukan edukasi langsung masyarakat, dengan cara berdialog dengan komunitas kendaraan roda dua dan empat, hingga kegiatan “ngopi bareng” dengan pengemudi untuk membahas
keselamatan berkendara
.
Sementara untuk penindakan, polisi akan menargetkan pelanggaran-pelanggaran yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Berikut beberapa pelanggaran yang disasar adalah:
“Fokus kami pada pelanggaran yang bisa berujung pada kecelakaan lalu lintas,” tegas Aries.
Untuk mempersiapkan pelaksanaan Operasi Patuh 2025, Korlantas Polri juga telah menggelar rapat virtual bersama seluruh jajaran Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) di Indonesia.
Rapat dipimpin oleh pejabat utama Korlantas dari Gedung NTMC Polri, Jakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/12/687247c4b93f2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
CCTV Rekam Penjaga Kos Intip Kamar Diplomat Kemlu dan Telepon Seseorang Megapolitan 12 Juli 2025
CCTV Rekam Penjaga Kos Intip Kamar Diplomat Kemlu dan Telepon Seseorang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
—
Penjaga kos
sempat beberapa kali melintas dan berhenti di depan kamar ADP (39), seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban, Selasa (7/7/2025) pagi.
Dalam rekaman CCTV yang terekam pada pukul 00.27 WIB,
penjaga kos
terlihat berjalan di lorong depan kamar ADP.
Ia terlihat tanpa mengenakan atasan, hanya memakai sarung bermotif kotak-kotak, dengan sehelai pakaian putih tersampir di pundak kirinya.
Penjaga itu memegang ponsel dekat mulutnya, seolah sedang berbicara melalui speaker.
Ia sempat berhenti, menoleh ke arah kamar ADP, lalu kembali berjalan.
Beberapa saat kemudian, ia berdiri selama sekitar 22 detik di depan kamar, masih dalam posisi berbicara melalui telepon.
Kemudian, pada pukul 05.20 WIB, penjaga kos kembali terlihat di depan kamar.
Kali ini, ia mengenakan kemeja putih, celana pendek, dan membawa sapu.
Ia berhenti sejenak, menatap ke arah jendela kamar, lalu berbalik arah.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, kehadiran penjaga kos ke kamar ADP dipicu oleh permintaan dari istri korban.
“Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” ujar Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
Sebelumnya, istri ADP terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Ia kembali mencoba menghubungi pada Selasa pukul 05.00 WIB, namun tidak mendapat respons hingga pukul 08.00 WIB.
Karena tak kunjung mendapat kabar, ia meminta penjaga kos memeriksa kamar suaminya.
Penjaga bersama satu orang lainnya kemudian membuka paksa jendela yang sudah dicongkel dan menemukan ADP dalam kondisi tidak bernyawa di atas kasur, dengan kepala terlilit lakban dan tubuh tertutup selimut.
Pihak kepolisian menyebut tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban dan tidak ditemukan barang yang hilang dari kamar.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sidik jari ADP pada lakban.
Namun, belum dapat dipastikan apakah korban melilitkan sendiri lakban tersebut atau melibatkan orang lain.
ADP diketahui merupakan warga asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia tinggal seorang diri di kamar kos tersebut, sementara sang istri berada di Yogyakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/12/687242c1e7182.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender Megapolitan 12 Juli 2025
Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Asmini (73), lansia sebatang kara, menjadi satu-satunya korban tewas dalam kebakaran di Rumah Susun Klender Blok 60, Malaka Sari, Duren Sawit,
Jakarta Timur
, Sabtu (12/7/2025) dini hari.
Korban ditemukan meninggal dunia setelah api membakar empat unit hunian di lantai empat rusun yang dibangun pada masa Presiden ke-2 RI, Soeharto, tersebut.
Dony (37), pemilik bengkel sekaligus penghuni lantai tiga
Rusun Klender
Blok 60, tak menyangka dini hari yang tenang berubah menjadi kepanikan.
Ketika hendak menutup bengkelnya di Jalan Dahlia, matanya menangkap nyala api yang mulai membesar dari rumah
Mbah Asmini
.
Lidah api merambat cepat, diiringi kepulan asap pekat yang mengepul ke langit, memecah ketenangan dini hari itu.
Dari tempatnya berdiri di Jalan Dahlia, Dony melihat korban sempat muncul di ambang pintu. Perempuan yang akrab disapa Ibu atau Mbah Asmini itu tampak membungkuk, seolah ingin mengambil sesuatu di dekat kakinya.
Namun, alih-alih menjauh dari kobaran api, Mbah Asmini justru melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya yang sudah mulai diselimuti asap.
“Dia keluar itu kayak mencari sesuatu. Apakah mau ambil ember atau gimana, mau menyiram ke dalam kali ya, atau gimana kan. Cuma pas dia masuk, udah enggak keluar lagi,” kata Dony saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (12/7/2025).
Dony pun berteriak sekuat tenaga, mencoba membangunkan warga yang masih terlelap. Suara lantangnya menggema di antara lorong-lorong rusun, “Kebakaran! Kebakaran!”.
Namun, raungan panik itu rupanya belum cukup untuk menyadarkan mereka dari tidur lelap di tengah malam.
Tak tinggal diam, Dony segera lari ke pinggir jalan dan memberhentikan setiap pengendara yang melintas di Jalan Dahlia.
Satu per satu warga mulai terbangun dan berhamburan keluar rumah, berlari menyelamatkan diri dengan wajah panik.
Suasana rusun yang semula hening seketika berubah riuh oleh teriakan dan langkah tergesa. Di tengah kekacauan itu, Dony bergegas naik ke lantai tiga menuju unit tempat tinggalnya.
Tanpa pikir panjang, ia mengambil selang air seadanya lalu kembali ke luar, menyemprotkan air ke arah api yang mulai merambat cepat ke bangunan lain di lantai empat.
“Sempat menyiram saya. Cuma sepang saya kecil. Jadi enggak sanggup. Di rumah ada selang, enggak sanggup, akhirnya saya tinggalin,” ucap Dony.
“Ya itu kurang tau juga saya (alasan Mbah Asimini kembali masuk ke rumah). Mungkin ya, disitulah tertimpa sama reruntuhan dan tewas,” tambah Dony.
Pantauan
Kompas.com
, Rusun Klender Blok 60 memiliki bangunan setinggi sekitar 12 hingga 15 meter. Setiap lantai terdiri dari empat unit hunian, sehingga total terdapat 16 unit di Blok 60.
Empat rumah yang terdampak akibat kebakaran ini seluruhnya berada di lantai empat. Tampak dari luar, kondisi lantai empat Blok 60 rusun tersebut mengalami kerusakan paling parah.
Seluruh bagian atap hangus terbakar, menyisakan rangka baja dan kayu yang gosong serta genting yang ambruk.
Jendela-jendela terlihat hangus dan kosong, tidak lagi berdaun maupun berjendela kaca.
Beberapa bekas kobaran api masih terlihat jelas di dinding luar, dengan noda hitam arang membekas hingga ke bagian bawah.
Kabel-kabel listrik terjuntai tak beraturan, sebagian tampak meleleh akibat suhu tinggi saat kebakaran.
Akses tangga untuk keluar dan masuk yang berada di sisi bangunan juga terlihat dipenuhi puing-puing dan abu sisa kebakaran.
Sementara itu, bagian lantai satu, dua, dan tiga, relatif tidak terdampak langsung, namun tetap menunjukkan tanda-tanda kerusakan ringan, seperti cipratan air dan jelaga.
Hingga saat ini, garis polisi masih membentang di sekitar area lantai empat, menandai lokasi kejadian yang tengah diselidiki oleh pihak berwenang.
Bagi warga Rusun Klender Blok 60, terutama yang telah lama menetap, sosok Mbah Asmini bukanlah wajah asing.
Ia adalah bagian dari lanskap sehari-hari rusun, seorang nenek berusia 73 tahun yang menjalani hari-harinya dalam kesunyian, dengan tubuh yang kian ringkih dan langkah yang makin lambat dari waktu ke waktu.
“Sudah nenek-nenek. Jalannya gimana sih. Iya sudah (renta) dan sudah ada penyakitnya juga,” ucap Dony.
Mbah Asmini sudah tinggal di rusun itu selama puluhan tahun. Meski tak tahu pasti sejak kapan, tapi rasanya sudah selama rusun itu berdiri.
Ia tinggal sendirian dua unit yang dijadikan satu pada lantai empat bangunan Blok 60. Mbah Asmini bertahan meski anak-anaknya berkali-kali mengajaknya pindah. Sementara sang suami telah lebih dulu meninggalkannya.
“Anaknya lima, sudah berkeluarga semua, mencar,” kata Dony.
Tetangga lainnya, Andi (57), yang tinggal di lantai satu Blok 60, juga masih lekat dengan gambaran keseharian Mbah Asmini.
Setiap pagi, perempuan tua itu turun dari lantai empat menuju pasar kecil di sekitar rusun. Meski langkahnya pelan, ia tetap berusaha mandiri.
“Dia kalau pagi, turun (dari lantai empat lewat tangga) ke pasar, beli makanan dan minuman. Makan Mie Joglo,” ungkap Andi.
Setelah itu, ia akan duduk di balai warga yang berada di pekarangan rusun, menyantap makanannya dalam diam. Tak banyak kata, tak banyak interaksi. Hanya dirinya, makanan, dan sudut kecil yang selalu sama.
“Nanti kalau sudah kenyang, dia naik lagi ke atas. Tapi ya gitu, timik-timik jalannya,” lanjut Andi.
Selain ke pasar, Mbah Asmini juga masih rutin ke masjid setiap kali azan berkumandang. Meski fisiknya sudah lemah, semangatnya untuk beribadah tidak pernah padam.
Anak-anaknya, kata Andi, sebenarnya beberapa kali mengajak tinggal bersama. Tapi Mbah Asmini selalu menolak.
“Paling betah dua malam. Terus balik lagi. Enggak mau, pengin di sini,” kata Andi.
Soal kebutuhan sehari-hari, tidak banyak yang tahu pasti. Namun, sesekali terlihat anaknya menitipkan makanan atau uang ke tetangga.
Listrik, air, dan gas di unit Mbah Asmini sudah lama tak aktif. Semua aliran diputus karena ia sudah tak mampu mengurusnya.
“Namanya orangtua, sudah pikun, masalah pembayaran-pembayaran sudah pikun. Jadi, diputus,” ujar Andi.
Lalu, bagaimana ia menjalani malam tanpa penerangan?
“Gelap. Rumahnya gelap kalau malam,” jawab Andi.
“Sudah hampir setahun begitu,” tambah Andi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/12/6872896f679af.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/03/02/65e2c4c64665d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/12/6871cd2f26ccd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)