Category: Kompas.com Metropolitan

  • Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya.
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Juli 2025

    Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya. Regional 13 Juli 2025

    Pria di Tuban Peragakan 38 Adegan Pembunuhan Terhadap Kekasihnya.
    Tim Redaksi
    TUBAN, KOMPAS.com –
    Sulton Farid (25), tersangka
    pembunuhan
    gadis muda
    Puji Rahayu
    (21), warga Dusun Tingkis, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten
    Tuban
    , Jawa Timur, melakukan 38 adegan reka ulang.
    Dengan pengawalan anggota kepolisian, tersangka memperagakan satu per satu adegan dirinya menghajar kekasihnya tersebut hingga membenamkan jasad korban ke dalam lumpur sawah.
    Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Dimas Robin Alexander, mengatakan bahwa
    rekonstruksi
    tersebut bertujuan untuk mengetahui rangkaian tindakan yang terjadi dan memperjelas motif tersangka.
    Reka ulang yang digelar di Mapolres Tuban, Kamis (10/7/2025), dimulai dari adegan tersangka mengurus perpindahan identitas kependudukan dari Kabupaten Tuban ke Kabupaten Sidoarjo, ikut alamat rumah saudaranya.
    Tersangka lalu menjemput korban di tempat kerjanya di toko buah di Kecamatan Singgahan menggunakan sepeda motor Honda Beat dan mengantarkannya pulang ke rumah korban sekitar pukul 20.45 WIB, Jum’at (20/6/2025).
    Setibanya di rumah, korban kembali meminta tersangka menjemputnya di dekat gang masuk rumahnya dan mengajaknya jalan-jalan ke arah Kecamatan Bangilan, Tuban.
    Saat perjalanan pulang dari jalan-jalan tersebut, keduanya terlibat cek-cok setelah korban menuntut tersangka untuk segera mempersuntingnya agar hubungannya lebih jelas.
    Namun, tersangka beralasan masih belum siap untuk menikahi korban dalam waktu dekat, lantaran belum memiliki pekerjaan tetap sebagai sumber ekonomi keluarga.
    Percekcokan keduanya semakin memanas hingga korban memukul tersangka beberapa kali, dan tersangka pun membalas pukulan tersebut yang mengenai leher belakang korban.
    “Tersangka memukul korban dua kali di bagian leher belakang dan sekali di bagian pipi kiri hingga korban terkapar di pinggir jalan,” kata AKP Dimas Robin Alexander, Sabtu (12/7/2025).
    Setelah korban terkapar tak sadarkan diri, tersangka pun secara beringas menginjak-injak punggung korban, lalu membuangnya ke sawah dan membenamkan kepala korban ke dalam lumpur.
    Selanjutnya, tersangka pergi meninggalkan jasad kekasihnya tersebut di lokasi kejadian sambil membawa handphone korban.
    Bahkan, tersangka sempat berpura-pura datang dan menanyakan keberadaan korban ke rumah orang tuanya dua hari setelah membunuh korban.
    “Pihak keluarga sendiri baru mengetahui anaknya tidak ada di rumah usai tersangka menanyakan keberadaan korban,” terangnya.
    Pihak keluarga korban pun berusaha mencarinya dan tidak juga ditemukan keberadaan anak perempuan semata wayang.
    Jasad korban baru ditemukan oleh warga di dekat Jalan arah menuju Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, dalam kondisi kepala terbenam di lumpur sawah, Senin (23/6/2025).
    Hasil reka ulang adegan pembunuhan terhadap Puji Rahayu (21) tersebut akan dilakukan pendalaman penyidikan terkait adanya unsur kesengajaan dalam tindakan tersangka.
    Adapun motifnya sementara adalah percekcokan masalah asmara, dan proses penyidikan saat ini masih terus berlanjut.
    “Saat ini tersangka masih dilakukan penahanan di Mapolres Tuban untuk keperluan penyidikan lebih lanjut,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 4
                    
                        Teka-teki 4 Rekaman CCTV Depan Kamar Diplomat Kemlu
                        Megapolitan

    4 Teka-teki 4 Rekaman CCTV Depan Kamar Diplomat Kemlu Megapolitan

    Teka-teki 4 Rekaman CCTV Depan Kamar Diplomat Kemlu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Rekaman kamera pengawas atau CCTV depan kamar indekos, ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih menyisakan teka-teki.
    Polda Metro Jaya
    masih menyelidiki penyebab pasti kematian ADP yang terjadi di indekos, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025) pagi.
    Sejumlah
    rekaman CCTV
    menjadi salah satu kunci penting dalam mengungkap kasus ini.
    Beberapa cuplikan memperlihatkan aktivitas mencurigakan, sementara sebagian lain menampilkan proses penjaga kos membuka kamar ADP atas permintaan istri korban.
    Rekaman CCTV
    pertama yang diperoleh Kompas.com menunjukkan ADP keluar dari kamar indekosnya pada Senin (7/7/2025) pukul 23.24 WIB.
    Ia terlihat membawa kantong kresek hitam di tangan kiri, lalu membungkuk mengambil sandal sebelum kembali masuk ke kamar.
    Namun tak lama berselang, ADP kembali keluar dari kamar, kali ini dengan kantong plastik di tangan kanan.
    Ia menyusuri lorong indekos menuju sebuah pintu di ujung koridor.
    Pada pukul 23.25 WIB, ADP terekam kembali, kini tanpa membawa kantong plastik.
    Ia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan kancing terbuka, lalu masuk ke kamar pada pukul 23.26 WIB.
    Dalam rekaman CCTV yang terekam pada pukul 00.27 WIB, penjaga kos terlihat berjalan di lorong depan kamar ADP.
    Ia terlihat tanpa mengenakan atasan, hanya memakai sarung bermotif kotak-kotak, dengan sehelai pakaian putih tersampir di pundak kirinya.
    Penjaga itu memegang ponsel dekat mulutnya, seolah sedang berbicara melalui speaker. Ia sempat berhenti, menoleh ke arah kamar ADP, lalu kembali berjalan.
    Beberapa saat kemudian, ia berdiri selama sekitar 22 detik di depan kamar, masih dalam posisi berbicara melalui telepon.
    Kemudian, pada pukul 05.20 WIB, penjaga kos kembali terlihat di depan kamar. Kali ini, ia mengenakan kemeja putih, celana pendek, dan membawa sapu.
    Ia berhenti sejenak, menatap ke arah jendela kamar, lalu berbalik arah.
    Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, kehadiran penjaga kos ke kamar ADP karena permintaan dari istri korban.
    “Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” ujar Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
    Sebelumnya, istri ADP terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
    Rekaman CCTV pada Selasa (8/7/2025) pukul 07.37 WIB, penjaga kos bersama seorang lainnya akhirnya membuka paksa jendela kamar ADP dengan dicongkel.
    Sementara itu, pria lain yang mendampinginya mengenakan jaket bomber hijau dan celana panjang hitam.
    Salah satu dari mereka merekam proses tersebut menggunakan ponsel sebagai dokumentasi.
    Setelah jendela berhasil dibuka, penjaga kos mencoba memasukkan tubuhnya melalui celah untuk menjangkau kunci dari dalam.
    Namun, upaya itu tidak langsung berhasil karena pintu kamar menggunakan sistem smart lock yang hanya bisa diakses oleh ADP.
    Keduanya sempat mencoba menggunakan kartu akses, namun tetap gagal membuka pintu.
    Setelah beberapa saat berjibaku, mereka akhirnya berhasil membuka pintu dari dalam.
    Begitu masuk ke kamar, mereka langsung keluar dalam kondisi panik dan bergegas mencari bantuan.
    Di dalam, mereka menemukan ADP dalam kondisi meninggal dunia, kepala terlilit lakban, dan tubuh tertutup selimut.
    Arah kamera CCTV bergeser pada Senin malam pukul 23.24–23.26 WIB.
    Tampak ADP keluar dan masuk kamar, namun pintu serta jendela tidak terekam jelas karena posisi kamera yang bergeser.
    Sebaliknya, dalam rekaman Selasa pagi pukul 07.37 WIB saat penjaga kos membuka paksa kamar, kamera justru menyorot jelas pintu dan jendela kamar ADP.
    Hal ini menimbulkan dugaan adanya perubahan arah kamera sebelum kejadian.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary mengatakan bahwa penyidik masih mendalami hal tersebut.
    “Untuk membuat peristiwa itu menjadi utuh, tentunya akan diurut, nanti dari ringnya diperbesar lagi, sehingga ceritanya menjadi utuh, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan,” ujar Ade Ary, Jumat (11/7/2025).
    Saat ditanya mengenai jenis atau model CCTV di lokasi, Ade Ary belum memberi kepastian.
    Ia menegaskan bahwa semua alat bukti akan diperiksa secara laboratoris untuk mendalami fakta-fakta yang ada.
    Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto menyatakan bahwa pihaknya menargetkan penyelidikan kasus kematian ADP rampung dalam waktu satu minggu.
    “Bukti-bukti yang ada perlu dipelajari oleh forensik, baik itu CCTV, hasil otopsi, dan juga termasuk digital seperti laptop. Mungkin seminggu lagi selesai, nanti akan ada kesimpulan. Insya Allah,” kata Karyoto, Kamis (10/7/2025) malam.
    Ia mengakui belum membaca hasil visum secara lengkap.
    Polisi juga berencana memanggil saksi ahli sesuai bidang untuk memperkuat proses penyelidikan.
    “Kalau visum itu bukan saksi, nanti ahli yang akan bicara,” katanya.
    Hingga saat ini, empat saksi telah diperiksa, yaitu pemilik indekos, penjaga, tetangga kamar, dan istri korban.
    Barang bukti yang diamankan meliputi lakban, kantong plastik, dompet, sarung, dan pakaian korban.
    Polisi juga menemukan sejumlah obat-obatan seperti obat sakit kepala dan obat lambung di dalam kamar ADP.
    Namun, belum ada indikasi kaitan obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian.
    Satu hal yang masih jadi tanda tanya adalah sidik jari ADP yang ditemukan pada permukaan lakban.
    Meski demikian, penyidik belum dapat memastikan apakah lakban itu dipasang sendiri oleh korban atau oleh pihak lain.
    Penyelidikan masih terus berjalan, dengan penyidik mengumpulkan bukti-bukti tambahan untuk memastikan penyebab pasti kematian sang diplomat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Istri Brigadir Nurhadi Bantah Terima Rp 400 Juta: Saya Tidak Akan Tukar Nyawa Suami dengan Uang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Juli 2025

    Istri Brigadir Nurhadi Bantah Terima Rp 400 Juta: Saya Tidak Akan Tukar Nyawa Suami dengan Uang Regional 13 Juli 2025

    Istri Brigadir Nurhadi Bantah Terima Rp 400 Juta: Saya Tidak Akan Tukar Nyawa Suami dengan Uang
    Penulis
    LOMBOK UTARA, KOMPAS.com —
    Elma Agustina (28), istri dari almarhum Brigadir Muhammad Nurhadi, membantah keras tudingan bahwa dirinya menerima uang sebesar Rp 400 juta untuk menutupi kasus kematian suaminya.
    Brigadir Nurhadi ditemukan tewas di dasar kolam renang di sebuah vila di Gili Trawangan,
    Lombok
    Utara, pada 16 April 2025.
    Dalam perkembangan kasus ini, dua mantan perwira Polri, yaitu Kompol Y dan Ipda HC, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Nusa Tenggara Barat (NTB).
    “Itu semua fitnah, saya tidak akan menukar nyawa suami saya dengan uang, tidak pernah ada uang Rp 400 juta itu demi Allah,” tegas Elma, Jumat (11/7/2025).
    “Seperti apa yang Rp 400 juta saja tidak pernah saya lihat,” tambahnya.
    Elma menyatakan dirinya hanya ingin keadilan, dan berharap kebenaran kematian suaminya segera terungkap.
    Kompol Y dan Ipda HC, yang sebelumnya menjabat sebagai atasan Nurhadi, ditahan setelah penyelidikan menunjukkan adanya dugaan penganiayaan.
    Awalnya, kedua perwira tersebut melaporkan bahwa Nurhadi tewas karena tenggelam, namun luka-luka lebam di tubuh korban menimbulkan kecurigaan keluarga.
    Reni (35), kakak ipar Brigadir Nurhadi, juga terlibat aktif dalam mengungkap fakta.
    Ia sempat membuka WhatsApp milik almarhum sebelum ponsel disita oleh penyidik.
    “Di WhatsApp itu terlihat percakapan tersangka HC yang memintanya (Nurhadi) diam saja. Itu di-screenshot oleh almarhum dan dikirim ke tersangka YG. Sayangnya saya tidak kirim hasil screenshot itu ke handphone saya,” kata Reni.
    Reni juga mengaku menemukan sejumlah ketidaksesuaian antara versi polisi dan keterangan dari saksi di lapangan.
    “Kami dikabari Nurhadi saat kritis dibawa ke Klinik Warna diantarkan YG, tetapi rekannya di klinik mengatakan tidak ada YG yang ikut mengantar,” tambahnya.
    Elma juga menegaskan bahwa Nurhadi bukan pengguna narkoba maupun peminum minuman keras.
    “Merokok saja dia tidak bisa, apalagi memakai obat-obatan dan minum minuman keras. Itu sama sekali tidak benar. Saya merasa dia dicekoki, dipaksa,” ujar Elma di rumahnya, Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Jumat (1/7/2025).
    Polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus ini, yakni Kompol I Made Yogi Purusa Utama (Kompol YG), Ipda Haris Sucandra (Ipda HC), dan Misri alias M
    Menurut pengakuan kuasa hukum Misri, Yan Mangandar, kliennya menyatakan bahwa saat kejadian, mereka mengonsumsi minuman beralkohol, pil riklona (obat penenang), dan ekstasi
    “Semua kumpul di Villa Tekek dan mengkonsumsi pil Riklona obat penenang dan ekstasi,” ujar Yan.
    Ia juga menyebut bahwa Riklona dibeli Misri atas perintah Kompol YG, yang memberikan uang sebesar Rp 2 juta, sementara ekstasi berasal langsung dari Kompol YG.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pesan Penting Uskup Jayapura untuk Wapres Gibran: Berdialog dengan KKB, Dengar Keluhan Mereka
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Juli 2025

    Pesan Penting Uskup Jayapura untuk Wapres Gibran: Berdialog dengan KKB, Dengar Keluhan Mereka Regional 13 Juli 2025

    Pesan Penting Uskup Jayapura untuk Wapres Gibran: Berdialog dengan KKB, Dengar Keluhan Mereka
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com –
    Presiden Prabowo Subianto dikabarkan telah memberikan tugas khusus kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menangani persoalan di Papua.
    Tak hanya itu,
    Wapres Gibran
    diwacanakan akan berkantor di wilayah Papua guna menjalankan tugas yang diberikan oleh Presiden Prabowo selama berada di Papua.
    Menanggapi Wapres Gibran yang akan berkantor di Papua, Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Matopai You, menyarankan agar kehadiran Wapres Gibran di Papua nanti bisa membuka ruang dialog bagi masyarakat dan kelompok-kelompok yang berseberangan, termasuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
    “Satu hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana berdialog dengan masyarakat. Bagaimana berdialog dengan kelompok-kelompok khusus,” ujarnya dalam keterangan kepada wartawan di sela-sela kegiatan Launching Pesparani ke III Tingkat Kota Jayapura dan Pencanangan Sinode Keuskupan Jayapura pada 2026 di Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Sabtu (12/7/2025).
    “Sekali pun juga dengan kelompok KKB. Kenapa tidak berdialog, dengar apa harapan mereka, apa derita mereka. Saya kira ini penting,” sambung dia menambahkan.
    Kata
    Uskup Yanuarius
    , berdialog dengan kelompok yang berseberangan, termasuk KKB, penting dilakukan, meskipun tak harus mengikuti kemauan mereka, tetapi mengetahui apa keinginan kelompok tersebut.
    Hal ini penting, kata Uskup Yanuarius, agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa mencari solusi guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tersebut.
    “Sebagai seorang bapak, mesti mendengarkan keluh kesah, harapan dari masyarakat,” ujarnya.
    Uskup Yanuarius menegaskan,
    masyarakat Papua
    pada umumnya menginginkan agar dihargai dan dihormati di atas tanah Papua.
    Oleh karena itu, dialog menjadi salah satu solusi guna mengetahui tentang apa yang dimau oleh masyarakat Papua selama ini.
    “Masyarakat kan tidak mengharapkan bapak Wapres harus kasih uang sekian, kan tidak. Mereka (masyarakat) itu mau diakui dan dihargai. Itu baru mereka akan kasih jempol,” ungkapnya.
    “Lalu bisa menyelesaikan sejumlah hal yang dialami oleh masyarakat, tentunya bekerja sama dengan masyarakat,” pungkasnya.
    Diberitakan sebelumnya, Uskup Yanuarius menambahkan, Wapres Gibran tidak boleh hanya berkantor di Papua dan sehari-hari bekerja serta menjalankan tugas di kantor, tetapi harus mendengar langsung saran dan masukan dari masyarakat di Papua.
    “Kami harapkan Wapres ada di tengah masyarakat. Jadi bukan keluar masuk di kantor saja dengan lapisan keamanan yang sangat ketat. Saya kira tidak demikian,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela kegiatan Launching Pesparani ke III Tingkat Kota Jayapura dan Pencanangan Sinode Keuskupan Jayapura yang berlangsung di Kota Jayapura, Papua, Sabtu (12/7/2025).
    Sebelumnya, Wapres Gibran menegaskan kesiapannya untuk melaksanakan tugas memimpin percepatan pembangunan di Papua.
    “Saya sebagai pembantu presiden siap ditugaskan ke mana pun dan ingin melanjutkan kerja keras dari Pak Wapres Ma’ruf Amin sebelumnya untuk menangani masalah Papua,” ujarnya di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 9
                    
                        Beras Oplosan Menghantui Pasar
                        Nasional

    9 Beras Oplosan Menghantui Pasar Nasional

    Beras Oplosan Menghantui Pasar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Fenomena pengoplosan bahan pangan kembali menyeruak, di mana makanan pokok masyarakat yang menjadi sasaran.
    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan,
    beras
    oplosan beredar bahkan sampai di rak supermarket dan minimarket, dikemas seolah-olah premium, tapi kualitas dan kuantitasnya menipu.
    Hal ini menjadi sebuah keprihatinan serius di sektor pangan nasional.
    Temuan tersebut merupakan hasil investigasi Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan yang menunjukkan 212
    merek beras
    terbukti tidak memenuhi standar mutu, mulai dari berat kemasan, komposisi, hingga label mutu.
    Beberapa merek tercatat menawarkan kemasan “5 kilogram (kg)” padahal isinya hanya 4,5 kg. Lalu banyak di antaranya mengklaim beras premium, padahal sebenarnya berkualitas biasa.
    Mentan Amran Sulaiman menegaskan, praktik semacam ini menimbulkan kerugian luar biasa hingga Rp 99 triliun per tahun, atau hampir Rp 100 triliun jika dipertahankan.
    “Contoh ada volume yang mengatakan 5 kilogram padahal 4,5 kg. Kemudian ada yang 86 persen mengatakan bahwa ini premium, padahal itu adalah beras biasa. Artinya apa? Satu kilo bisa selisih Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram,” ujarnya dalam video yang diterima Kompas.com, dikutip Sabtu (12/7/2025).
    “Ini kan merugikan masyarakat Indonesia, itu kurang lebih Rp 99 triliun, hampir Rp 100 triliun kira-kira, karena ini terjadi setiap tahun. Katakanlah 10 tahun atau 5 tahun, kalau 10 tahun kan Rp 1.000 triliun, kalau 5 tahun kan Rp 500 triliun, ini kerugian,” sambungnya.
    Pemerintah langsung menindaklanjuti isu tersebut dengan melaporkan kasus ke Kapolri dan Jaksa Agung, berharap proses penegakan hukum berjalan cepat dan memberi efek jera ke para pelaku.
    Saat ini, Satgas Pangan bersama aparat penegak hukum telah memanggil dan memeriksa produsen-produsennya.
    Dalam menangani kasus ini, Kementan dan Satgas Pangan mengoordinasikan langkah-langkah serius.
    Amran mengatakan bahwa temuan 212
    produsen beras nakal
    itu telah diserahkan kepada Kapolri, Satgas Pangan dan Jaksa Agung untuk segera diproses secara hukum agar tidak merugikan masyarakat luas dan petani Indonesia.
    Harapannya proses hukum terhadap pelanggaran tersebut berjalan cepat dan tegas, demi memberi efek jera kepada produsen beras nakal yang bermain di sektor pangan pokok nasional.
    “Mudah-mudahan ini diproses cepat. Kami sudah terima laporan tanggal 10 (Juli) dua hari yang lalu, itu telah dimulai pemeriksaan, kami berharap ini ditindak tegas,” kata Amran.
    Ketua Satgas Pangan Polri, Brigjen (Pol) Helfi Assegaf menegaskan, pihaknya bergerak cepat dalam memeriksa perusahaan-perusahaan produsen beras itu.
    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” ujar Helfi kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, baru didapati 26 merek beras diduga merupakan hasil praktik penipuan sebagaimana yang diungkapkan Mentan Amran.
    Sebanyak 26 merek beras itu berasal dari empat perusahaan besar produsen beras, yakni
    Wilmar Group
    , PT
    Food Station
    Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (
    Japfa Group
    ).
    Satgas Pangan mengumpulkan sampel produk beras keempat perusahaan dari berbagai daerah dan mendapati bahwa produk mereka tidak sesuai regulasi.
    Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta.
    PT
    Food Station Tjipinang Jaya
    dimintai keterangan terkait produk Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total sembilan sampel asal Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek.
    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek.
    Merespons temuan Satgas Pangan Polri itu, Kepala Divisi Unit Beras PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group), Carmen Carlo Ongko S tak membantah hal tersebut.
    Kendati begitu, ia memastikan bahwa seluruh proses produksi serta distribusi produk beras kemasannya sudah sesuai dengan standar perusahaan.
    “Dalam menjalankan operasional bisnis, kami memastikan seluruh proses produksi dan distribusi beras PT SUL dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku,” kata Carmen dalam pernyataan resminya, Sabtu.
    Pihaknya menghormati proses hukum yang ada. Hal itu disebutnya sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan publik terhadap rantai pasok pangan nasional.
    Sementara itu, Direktur Utama Food Station, Karyawan Gunarso memilih untuk tidak menjawab terlebih dahulu.
    Ia akan berkoordinasi dengan tim internal demi menanggapi kasus ini.
    Kompas.com juga telah berupaya menghubungi Wilmar Group dan PT Belitang Panen Raya, tetapi hingga artikel ini ditayangkan, belum mendapatkan respons.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 9
                    
                        Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos
                        Nasional

    9 Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos Nasional

    Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, dari Kurangi Takaran hingga Dioplos
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah produsen
    beras
    diduga melakukan praktik penipuan terhadap konsumen di Indonesia.
    Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, ada sekitar 212 merek beras yang tidak sesuai dengan aturan. Perbuatan mereka pun beragam.
    Ada yang mengurangi berat bersih dalam setiap kemasan. Ada pula yang mengoplos beras berkualitas premium dengan beras berkualitas di bawahnya lalu dijual mahal.
    “Contoh, ada volume yang mengatakan 5 kilogram, padahal 4,5 kilogram,” ungkap Amran melalui video yang diterima
    Kompas.com
    , Sabtu (12/7/2025).
    “Kemudian, ada yang mengatakan bahwa ini (produk) premium, padahal itu adalah beras biasa,” lanjut dia.
    Praktik mengoplos beras itu bisa menyebabkan selisih harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram lebih mahal dibandingkan harga asli.
    Amran pun geram dengan praktik penipuan yang disebutnya sudah merugikan rakyat sekitar Rp 100 triliun per tahunnya itu.
    “Ini kan merugikan masyarakat Indonesia. Itu kurang lebih Rp 99, hampir Rp 100 triliun terjadi setiap tahun,” ujar Amran.
    “Katakanlah 10 tahun (praktik penipuan dilakukan), Rp 1.000 triliun. Kalau 5 tahun Rp 500 triliun. Ini kerugian,” lanjut dia.
    Amran sudah melaporkan temuan tersebut ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin dan berharap para produsen beras yang melanggar mendapat tindakan tegas.

    Ia sekaligus mengimbau kepada seluruh produsen beras se-Indonesia untuk bersikap jujur.
    “Pengusaha beras seluruh Indonesia, jangan melakukan hal serupa. Tolong menjual beras sesuai standar yang sudah ditentukan,” tegas Amran.
    Ketua Satgas Pangan Polri, Brigjen (Pol) Helfi Assegaf menegaskan, pihaknya bergerak cepat dalam memeriksa perusahaan-perusahaan produsen beras itu.
    “Betul, masih dalam proses pemeriksaan,” ujar Helfi kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, baru didapati 26 merek beras diduga merupakan hasil praktik penipuan sebagaimana yang diungkapkan Mentan Amran.
    Sebanyak 26 merek beras itu berasal dari empat perusahaan besar produsen beras, yakni
    Wilmar Group
    , PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (
    Japfa Group
    ).
    Satgas Pangan mengumpulkan sampel produk beras keempat perusahaan dari berbagai daerah dan mendapati bahwa produk mereka tidak sesuai regulasi.
    Wilmar Group diperiksa terkait produk beras merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, berdasarkan 10 sampel dari wilayah Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta.
    PT Food Station Tjipinang Jaya dimintai keterangan terkait produk Alfamidi Setra Pulen,
    Beras
    Premium Setra Ramos, dan Setra Pulen, dari total 9 sampel asal Sulsel, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
    Sementara itu, PT Belitang Panen Raya diperiksa atas produk Raja Platinum dan Raja Ultima dari 7 sampel yang dikumpulkan di Sulsel, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, dan Jabodetabek.
    Sedangkan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) diperiksa atas produk beras Ayana yang sampelnya berasal dari Yogyakarta dan Jabodetabek.
    Merespons temuan Satgas Pangan Polri itu, Kepala Divisi Unit Beras PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group), Carmen Carlo Ongko S tidak membantah temuan itu.
    Tetapi, ia memastikan bahwa seluruh proses produksi serta distribusi produk beras kemasannya sudah sesuai dengan standar perusahaan.
    “Dalam menjalankan operasional bisnis, kami memastikan seluruh proses produksi dan distribusi beras PT SUL dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku,” kata Carmen dalam pernyataan resminya, Sabtu (12/7/2025).
    Meski demikian, pihaknya menghormati proses hukum yang ada. Hal itu disebutnya sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan publik terhadap rantai pasok pangan nasional.
    Sementara itu, Direktur Utama Food Station Karyawan Gunarso memilih untuk tidak menjawab terlebih dahulu. Ia akan berkoordinasi dengan tim internal demi menanggapi kasus ini.
    Kompas.com
    juga telah berupaya menghubungi Wilmar Group dan PT Belitang Panen Raya, tetapi hingga artikel ini ditayangkan, belum mendapatkan respons.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi Ungkap Alasan Penjaga Kos Bolak-balik di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juli 2025

    Polisi Ungkap Alasan Penjaga Kos Bolak-balik di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu Megapolitan 12 Juli 2025

    Polisi Ungkap Alasan Penjaga Kos Bolak-balik di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Polisi mengungkap alasan
    penjaga kos
    mondar-mandir di depan kamar ADP, diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kosannya kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menyebut, penjaga kos tersebut sedang menindaklanjuti permintaan istri ADP.
    “Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” kata Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
    Dalam rekaman CCTV pada Selasa (8/7/2025) pukul 00.27 WIB, penjaga kos terlihat mondar-mandir di depan kamar ADP.
    Ia bertelanjang dada, mengenakan sarung kotak-kotak, dan menyampirkan pakaian putih di pundak kiri. Ia tampak berbicara di telepon menggunakan mode speaker.
    Penjaga itu sempat berhenti dan menoleh ke arah kamar korban, lalu berjalan kembali.
    Beberapa saat kemudian, ia kembali berdiri cukup lama di depan kamar, sekitar 22 detik, diduga masih berbicara lewat telepon.
    Pukul 05.20 WIB, ia kembali terlihat melintas, kali ini mengenakan kemeja putih dan celana pendek sambil membawa sapu.
    Ia sempat mengintip ke arah jendela kamar ADP sebelum akhirnya berbalik arah.
    Sebelumnya, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
    Saat sang istri mencoba menghubungi kembali keesokan paginya pukul 05.00 WIB, ponsel ADP sudah tak aktif.
    Karena tak ada kabar hingga pukul 08.00 WIB, istri ADP meminta penjaga kos memeriksa ke kamar suaminya.
    Penjaga kos
    bersama satu orang lainnya lantas membuka paksa jendela kamar yang rupanya sudah dalam kondisi dicongkel.
    Di dalam kamar, mereka menemukan ADP dalam keadaan tidak bernyawa, kepala terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.
    Polisi menyatakan tak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang hilang dari lokasi.
    Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan ada sidik jari ADP pada lakban, namun belum bisa dipastikan apakah ia memasangnya sendiri atau ada orang lain yang terlibat.
    Diketahui, ADP adalah warga asal Sleman, DIY, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tinggal seorang diri di kamar kos. Sedangkan istrinya berada di Yogyakarta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polri Gelar Operasi Patuh 2025 Mulai 14 Juli, Simak Sasaran Pelanggarannya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juli 2025

    Polri Gelar Operasi Patuh 2025 Mulai 14 Juli, Simak Sasaran Pelanggarannya Megapolitan 12 Juli 2025

    Polri Gelar Operasi Patuh 2025 Mulai 14 Juli, Simak Sasaran Pelanggarannya
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepolisian akan menggelar
    Operasi Patuh 2025
    secara serentak di seluruh Indonesia mulai 14 hingga 27 Juli 2025.
    Operasi ini digelar untuk meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas di jalan raya.
    Kabag Operasi
    Korlantas Polri
    , Kombes Pol Aries Syahbudin mengatakan, Operasi Patuh digelar usai pencanangan Hari Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh lima pilar keselamatan nasional.
    “Operasi ini dilakukan serentak seluruh Indonesia mulai 14 sampai 27 Juli. Tujuannya untuk menciptakan keselamatan dan ketertiban lalu lintas,” kata Aries, dikutip dari situs resmi Korlantas Polri, Sabtu (12/7/2025).
    Ada tiga pendekatan yang digunakan selama operasi berlangsung, yaitu tindakan preemtif (pencegahan), preventif (pengawasan), dan represif (penindakan).
    Dalam kegiatan preventif, polisi akan melakukan edukasi langsung masyarakat, dengan cara berdialog dengan komunitas kendaraan roda dua dan empat, hingga kegiatan “ngopi bareng” dengan pengemudi untuk membahas
    keselamatan berkendara
    .
    Sementara untuk penindakan, polisi akan menargetkan pelanggaran-pelanggaran yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.
    Berikut beberapa pelanggaran yang disasar adalah:
    “Fokus kami pada pelanggaran yang bisa berujung pada kecelakaan lalu lintas,” tegas Aries.
    Untuk mempersiapkan pelaksanaan Operasi Patuh 2025, Korlantas Polri juga telah menggelar rapat virtual bersama seluruh jajaran Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) di Indonesia.
    Rapat dipimpin oleh pejabat utama Korlantas dari Gedung NTMC Polri, Jakarta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • CCTV Rekam Penjaga Kos Intip Kamar Diplomat Kemlu dan Telepon Seseorang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juli 2025

    CCTV Rekam Penjaga Kos Intip Kamar Diplomat Kemlu dan Telepon Seseorang Megapolitan 12 Juli 2025

    CCTV Rekam Penjaga Kos Intip Kamar Diplomat Kemlu dan Telepon Seseorang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com

    Penjaga kos
    sempat beberapa kali melintas dan berhenti di depan kamar ADP (39), seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban, Selasa (7/7/2025) pagi.
    Dalam rekaman CCTV yang terekam pada pukul 00.27 WIB,
    penjaga kos
    terlihat berjalan di lorong depan kamar ADP.
    Ia terlihat tanpa mengenakan atasan, hanya memakai sarung bermotif kotak-kotak, dengan sehelai pakaian putih tersampir di pundak kirinya.
    Penjaga itu memegang ponsel dekat mulutnya, seolah sedang berbicara melalui speaker.
    Ia sempat berhenti, menoleh ke arah kamar ADP, lalu kembali berjalan.
    Beberapa saat kemudian, ia berdiri selama sekitar 22 detik di depan kamar, masih dalam posisi berbicara melalui telepon.
    Kemudian, pada pukul 05.20 WIB, penjaga kos kembali terlihat di depan kamar.
    Kali ini, ia mengenakan kemeja putih, celana pendek, dan membawa sapu.
    Ia berhenti sejenak, menatap ke arah jendela kamar, lalu berbalik arah.
    Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, kehadiran penjaga kos ke kamar ADP dipicu oleh permintaan dari istri korban.
    “Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” ujar Ade Ary kepada wartawan, Sabtu (12/7/2025).
    Sebelumnya, istri ADP terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
    Ia kembali mencoba menghubungi pada Selasa pukul 05.00 WIB, namun tidak mendapat respons hingga pukul 08.00 WIB.
    Karena tak kunjung mendapat kabar, ia meminta penjaga kos memeriksa kamar suaminya.
    Penjaga bersama satu orang lainnya kemudian membuka paksa jendela yang sudah dicongkel dan menemukan ADP dalam kondisi tidak bernyawa di atas kasur, dengan kepala terlilit lakban dan tubuh tertutup selimut.
    Pihak kepolisian menyebut tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban dan tidak ditemukan barang yang hilang dari kamar.
    Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sidik jari ADP pada lakban.
    Namun, belum dapat dipastikan apakah korban melilitkan sendiri lakban tersebut atau melibatkan orang lain.
    ADP diketahui merupakan warga asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM).
    Ia tinggal seorang diri di kamar kos tersebut, sementara sang istri berada di Yogyakarta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juli 2025

    Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender Megapolitan 12 Juli 2025

    Mbah Asmini dan Api yang Mengakhiri Kesendiriannya di Rusun Klender
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Asmini (73), lansia sebatang kara, menjadi satu-satunya korban tewas dalam kebakaran di Rumah Susun Klender Blok 60, Malaka Sari, Duren Sawit,
    Jakarta Timur
    , Sabtu (12/7/2025) dini hari.
    Korban ditemukan meninggal dunia setelah api membakar empat unit hunian di lantai empat rusun yang dibangun pada masa Presiden ke-2 RI, Soeharto, tersebut.
    Dony (37), pemilik bengkel sekaligus penghuni lantai tiga
    Rusun Klender
    Blok 60, tak menyangka dini hari yang tenang berubah menjadi kepanikan.
    Ketika hendak menutup bengkelnya di Jalan Dahlia, matanya menangkap nyala api yang mulai membesar dari rumah
    Mbah Asmini
    .
    Lidah api merambat cepat, diiringi kepulan asap pekat yang mengepul ke langit, memecah ketenangan dini hari itu.
    Dari tempatnya berdiri di Jalan Dahlia, Dony melihat korban sempat muncul di ambang pintu. Perempuan yang akrab disapa Ibu atau Mbah Asmini itu tampak membungkuk, seolah ingin mengambil sesuatu di dekat kakinya.
    Namun, alih-alih menjauh dari kobaran api, Mbah Asmini justru melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya yang sudah mulai diselimuti asap.
    “Dia keluar itu kayak mencari sesuatu. Apakah mau ambil ember atau gimana, mau menyiram ke dalam kali ya, atau gimana kan. Cuma pas dia masuk, udah enggak keluar lagi,” kata Dony saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (12/7/2025).
    Dony pun berteriak sekuat tenaga, mencoba membangunkan warga yang masih terlelap. Suara lantangnya menggema di antara lorong-lorong rusun, “Kebakaran! Kebakaran!”.
    Namun, raungan panik itu rupanya belum cukup untuk menyadarkan mereka dari tidur lelap di tengah malam.
    Tak tinggal diam, Dony segera lari ke pinggir jalan dan memberhentikan setiap pengendara yang melintas di Jalan Dahlia.
    Satu per satu warga mulai terbangun dan berhamburan keluar rumah, berlari menyelamatkan diri dengan wajah panik.
    Suasana rusun yang semula hening seketika berubah riuh oleh teriakan dan langkah tergesa. Di tengah kekacauan itu, Dony bergegas naik ke lantai tiga menuju unit tempat tinggalnya.
    Tanpa pikir panjang, ia mengambil selang air seadanya lalu kembali ke luar, menyemprotkan air ke arah api yang mulai merambat cepat ke bangunan lain di lantai empat.
    “Sempat menyiram saya. Cuma sepang saya kecil. Jadi enggak sanggup. Di rumah ada selang, enggak sanggup, akhirnya saya tinggalin,” ucap Dony.
    “Ya itu kurang tau juga saya (alasan Mbah Asimini kembali masuk ke rumah). Mungkin ya, disitulah tertimpa sama reruntuhan dan tewas,” tambah Dony.
    Pantauan
    Kompas.com
    , Rusun Klender Blok 60 memiliki bangunan setinggi sekitar 12 hingga 15 meter. Setiap lantai terdiri dari empat unit hunian, sehingga total terdapat 16 unit di Blok 60.
    Empat rumah yang terdampak akibat kebakaran ini seluruhnya berada di lantai empat. Tampak dari luar, kondisi lantai empat Blok 60 rusun tersebut mengalami kerusakan paling parah.
    Seluruh bagian atap hangus terbakar, menyisakan rangka baja dan kayu yang gosong serta genting yang ambruk.
    Jendela-jendela terlihat hangus dan kosong, tidak lagi berdaun maupun berjendela kaca.
    Beberapa bekas kobaran api masih terlihat jelas di dinding luar, dengan noda hitam arang membekas hingga ke bagian bawah.
    Kabel-kabel listrik terjuntai tak beraturan, sebagian tampak meleleh akibat suhu tinggi saat kebakaran.
    Akses tangga untuk keluar dan masuk yang berada di sisi bangunan juga terlihat dipenuhi puing-puing dan abu sisa kebakaran.
    Sementara itu, bagian lantai satu, dua, dan tiga, relatif tidak terdampak langsung, namun tetap menunjukkan tanda-tanda kerusakan ringan, seperti cipratan air dan jelaga.
    Hingga saat ini, garis polisi masih membentang di sekitar area lantai empat, menandai lokasi kejadian yang tengah diselidiki oleh pihak berwenang.
    Bagi warga Rusun Klender Blok 60, terutama yang telah lama menetap, sosok Mbah Asmini bukanlah wajah asing.
    Ia adalah bagian dari lanskap sehari-hari rusun, seorang nenek berusia 73 tahun yang menjalani hari-harinya dalam kesunyian, dengan tubuh yang kian ringkih dan langkah yang makin lambat dari waktu ke waktu.
    “Sudah nenek-nenek. Jalannya gimana sih. Iya sudah (renta) dan sudah ada penyakitnya juga,” ucap Dony.
    Mbah Asmini sudah tinggal di rusun itu selama puluhan tahun. Meski tak tahu pasti sejak kapan, tapi rasanya sudah selama rusun itu berdiri.
    Ia tinggal sendirian dua unit yang dijadikan satu pada lantai empat bangunan Blok 60. Mbah Asmini bertahan meski anak-anaknya berkali-kali mengajaknya pindah. Sementara sang suami telah lebih dulu meninggalkannya.
    “Anaknya lima, sudah berkeluarga semua, mencar,” kata Dony.
    Tetangga lainnya, Andi (57), yang tinggal di lantai satu Blok 60, juga masih lekat dengan gambaran keseharian Mbah Asmini.
    Setiap pagi, perempuan tua itu turun dari lantai empat menuju pasar kecil di sekitar rusun. Meski langkahnya pelan, ia tetap berusaha mandiri.
    “Dia kalau pagi, turun (dari lantai empat lewat tangga) ke pasar, beli makanan dan minuman. Makan Mie Joglo,” ungkap Andi.
    Setelah itu, ia akan duduk di balai warga yang berada di pekarangan rusun, menyantap makanannya dalam diam. Tak banyak kata, tak banyak interaksi. Hanya dirinya, makanan, dan sudut kecil yang selalu sama.
    “Nanti kalau sudah kenyang, dia naik lagi ke atas. Tapi ya gitu, timik-timik jalannya,” lanjut Andi.
    Selain ke pasar, Mbah Asmini juga masih rutin ke masjid setiap kali azan berkumandang. Meski fisiknya sudah lemah, semangatnya untuk beribadah tidak pernah padam.
    Anak-anaknya, kata Andi, sebenarnya beberapa kali mengajak tinggal bersama. Tapi Mbah Asmini selalu menolak.
    “Paling betah dua malam. Terus balik lagi. Enggak mau, pengin di sini,” kata Andi.
    Soal kebutuhan sehari-hari, tidak banyak yang tahu pasti. Namun, sesekali terlihat anaknya menitipkan makanan atau uang ke tetangga.
    Listrik, air, dan gas di unit Mbah Asmini sudah lama tak aktif. Semua aliran diputus karena ia sudah tak mampu mengurusnya.
    “Namanya orangtua, sudah pikun, masalah pembayaran-pembayaran sudah pikun. Jadi, diputus,” ujar Andi.
    Lalu, bagaimana ia menjalani malam tanpa penerangan?
    “Gelap. Rumahnya gelap kalau malam,” jawab Andi.
    “Sudah hampir setahun begitu,” tambah Andi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.