BPBD Jateng Peringatkan Kabupaten/Kota Segera Buat Kajian Risiko Bencana
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah diminta untuk segera menyusun Kajian Risiko Bencana (KRB).
Hal ini bertujuan agar pemerintah dan pemangku kepentingan di daerah tidak gagap dalam menghadapi bencana alam.
Kepala
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi
Jawa Tengah
, Bergas Catursasi Penanggungan, menjelaskan bahwa kajian tersebut merupakan bekal penting untuk pencegahan bencana bagi pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah rawan bencana.
“Untuk daerah-daerah yang belum punya
kajian risiko bencana
, tentu harus membuat. Karena itu bagian dari upaya mitigasi daerah untuk mengetahui apa yang menjadi potensi ancaman bencana di wilayahnya. Maka perlu ada KRB. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, dokumen KRB harus dibuat atau diperbarui,” ucap Bergas saat dikonfirmasi pada Rabu (3/12/2025).
Bergas menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak ingin melihat pemkab atau pemkot yang tidak memiliki KRB justru panik dan bingung saat menghadapi bencana.
“Karena tidak tahu, akhirnya panik, tergagap-gagap,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa KRB wajib disusun oleh pemkab/pemkot dengan melibatkan BPBD provinsi.
Dalam proses penyusunannya, pemerintah daerah juga dapat mengajak ahli dan akademisi.
“Masa berlaku KRB adalah lima tahun. Tapi bisa diperbarui setiap dua tahun jika di daerah terkait ada pembangunan yang masif seperti pembangunan pabrik, perumahan, permukiman, atau pembangunan lahan produktif, itu kan perlu dikaji,” lanjutnya.
Selanjutnya, dengan bekal KRB, pemkot/pemkab diminta untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB).
Bergas mengingatkan bahwa beberapa daerah di Jawa Tengah belum menghadapi puncak musim penghujan, sehingga masyarakat perlu tetap waspada dan siap mengevakuasi diri jika terdapat indikasi risiko bencana seperti banjir atau tanah longsor.
Lebih lanjut, Bergas mengungkapkan bahwa bencana tanah longsor telah terjadi di Cilacap dan Banjarnegara, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa dan ratusan orang terdampak.
Sebanyak 21 orang meninggal dan dua lainnya hilang di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap pada 13 November 2025.
Sementara itu, longsor di Banjarnegara, yang terjadi di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum pada 15 November 2025, menelan 17 korban jiwa dan 11 orang lainnya hilang.
Sebelumnya, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati, menyatakan bahwa terdapat 10 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang tidak memiliki KRB, termasuk Kabupaten Cilacap.
“Ada beberapa daerah yang sudah tidak memiliki Kajian Risiko Bencana, termasuk Cilacap. Jadi Cilacap masa berlakunya (KRB) sudah habis karena 2014 sampai 2018. Kemudian Rencana Penanggulangan Bencana-nya juga sudah tidak berlaku,” kata Raditya saat menghadiri rapat koordinasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kantor Gubernur Jateng, (18/11/2025) lalu.
BNPB merinci bahwa per 4 Juni 2025, terdapat enam wilayah di Jateng yang masa berlaku KRB-nya telah habis, yaitu Cilacap, Purworejo, Wonogiri, Grobogan, Temanggung, dan Kota Semarang.
Selain itu, wilayah yang tidak memiliki KRB meliputi Klaten, Kota Surakarta, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Metropolitan
-
/data/photo/2024/12/20/67645bd695337.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
BPBD Jateng Peringatkan Kabupaten/Kota Segera Buat Kajian Risiko Bencana Regional 3 Desember 2025
-
/data/photo/2025/12/03/69306a4543abb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tak Ada Stok BBM, Warga Menginap untuk Antre di SPBU Humbang Hasundutan, Sumut Regional 3 Desember 2025
Tak Ada Stok BBM, Warga Menginap untuk Antre di SPBU Humbang Hasundutan, Sumut
Tim Redaksi
HUMBANG HASUNDUTAN , KOMPAS.com
— Kosongnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) membuat sejumlah warga di Kabupaten Humbang Hasundutan menginap di SPBU.
Pantauan Kompas.com di lokasi pada Rabu (3/12/2025) siang, warga Kecamatan Lintong,
Humbang Hasundutan
terlihat memenuhi area SPBU untuk menunggu pengisian ulang pasokan BBM.
Para warga terlihat duduk di sekitar area stasiun pengisian sambil membawa jerigen untuk mengisi bahan bakar.
Puluhan motor terparkir di area SPBU, menandai bahwa mereka sudah mengantre bensin di bagian depan.
Sebagian motor itu bahkan ditinggal pulang oleh pemiliknya dengan kondisi terparkir.
Hanya ada dua petugas SPBU yang juga ikut duduk bersama warga, karena tak bisa melakukan pengisian akibat kosongnya stok BBM, baik Pertalite, Pertamax, maupun Solar.
Sementara, antrean mobil, bus, dan truk tumpah ruah hingga mengular ke jalan raya hingga kurang lebih 500 meter.
Padahal, jalanan tersebut hanya memiliki dua lajur untuk dilewati dari dua arah berlawanan.
Panjangnya antrean yang mengular ke jalan raya pun membuat arus lalu lintas mengalami macet total.
Sejumlah warga pun harus membantu mengurai kemacetan agar lalu lintas dapat tetap berjalan, baik dari arah Silangit maupun ke arah Sibolga.
Anton (46) seorang sopir truk mengaku sudah lebih dari 24 jam memarkirkan kendaraannya di SPBU tersebut.
“Sudah mau dua hari kali ini nginap di sini, enggak ada ada stoknya, menginap di mobil jadinya,” kata Anton saat diwawancarai Kompas.com, Rabu.
Anton yang membawa sejumlah barang kiriman menuju Kota Medan menyebut sudah tak bisa lagi melanjutkan perjalanan karena bensin di mobilnya sudah menipis.
“Udah mau habisnya itu mobil, sepanjang jalan ini sama semua kosong, yasudah tunggu saja,” kata dia.
Menurutnya, mencari SPBU lain pun tak bisa karena hampir seluruh tempat yang ia lewati tak memiliki pasokan BBM.
“Kalau minggu lalu itu masih ada lah Pertamax yang berapa tempat. Tapi dari semalam, semua habis. Pertalite, Pertamax,” ucapnya.
Sementara, salah satu warga sekitar, Meli (50) mengaku telah mengantre sejak SPBU tersebut dibuka pada pagi hari.
“Sudah ada lah kali empat atau lima jam,” ucap Meli kepada Kompas.com, Rabu.
Ia terduduk di area taman SPBU dengan sebuah jerigen kosong di sampingnya, menanti untuk diisi agar motor di rumahnya bisa kembali digunakan.
“Ini mau isi jerigen ini. Soalnya kan kereta (motor)-ku di rumah habis minyaknya, aku menumpang sama tetangga ini untuk beli, nah di sini lah nanti isinya (jerigen),” ujarnya.
Menurutnya, sudah satu pekan terjadi kelangkaan BBM di kawasan Humbang Hasundutan, setelah banjir dan longsor menghantam kawasan tersebut.
“Sudah satu minggu lah, semenjak longsor itu. Untungnya listrik masih (nyala),” tutur dia.
Meli mengaku sengaja mengantre dan enggan meninggalkan SPBU sejak pagi hari, berharap agar dirinya bisa segera mendapat BBM setelah adanya pengisian ulang dari
Pertamina
.
Adapun, Anton mendesak pemerintah agar segera membenahi pasokan BBM agar semakin merata.
Pasalnya, apabila kebutuhan bensin tidak dipenuhi, dapat berujung protes besar dari masyarakat.
“Ya gimana, namanya minyak ini kan kebutuhan kita semua. Mau ngapain aja butuh, kalau kayak gini terus kan repot semua, nanti ujungnya diprotes sama warga kan, didemo,” kata dia.
“Tolong lah sampaikan ke bapak Presiden, bapak Gubernur, boleh lah BBM ini cepat diselesaikan masalahnya,” tutup dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/03/69302dbd482af.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Saat Pengungsi Semeru Minta Diberi Pekerjaan: Kita Masih Punya Tenaga Surabaya 3 Desember 2025
Saat Pengungsi Semeru Minta Diberi Pekerjaan: Kita Masih Punya Tenaga
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Para pengungsi erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, meminta diberi pekerjaan apabila hendak direlokasi ke tempat baru.
Hal ini disampaikan pengungsi kepada Bupati Lumajang
Indah Amperawati
saat menerima bantuan dana tunggu hunian di posko pengungsian SMP 2 Pronojiwo pada Rabu (3/12/2025).
Holil, salah satu pengungsi mengatakan, mau direlokasi ke hunian tetap asalkan diberi lapangan pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasalnya, lahan yang dulu jadi ladang rezekinya kini sudah tertimbun material abu Gunung
Semeru
.
“Kita mau tinggal di huntap, Bu. Kalau bisa sediakan sedikit lapangan kerja buat kami,” kata Holil kepada Indah di SMP 2 Pronojiwo, Rabu.
Holil bahkan memberi saran model lapangan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan oleh warga, yakni industri pengeleman kayu.
Menurut Holil, meski tidak memiliki nilai jual yang tinggi, pengeleman kayu diharapkan bisa menjadi penyambung hidupnya dan warga lain.
“Pandangan kami saat ini yang mudah dan murah itu pengeleman kayu, walaupun itu dijual murah setidaknya bisa menyambung hidup kami,” lanjutnya.
Holil mengaku tidak nyaman terus-menerus mengharapkan bantuan dari pemerintah maupun donatur.
“Kalau kami minta bantuan terus kan juga enggak enak, kami masih mempunyai tenaga untuk bekerja,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan, akan mempertimbangkan model pekerjaan yang diminta pengungsi.
Namun, ia menegaskan, pemerintah siap mengakomordasi keinginan masyarakat untuk bekerja.
“Kami pikirkan dulu pekerjaan apa yang bisa dilakoni oleh masyarakat, yang jelas pemerintah siap untuk mengakomordasi keinginan masyarakat,” kata Indah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/03/69302dbd482af.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Saat Pengungsi Semeru Minta Diberi Pekerjaan: Kita Masih Punya Tenaga Surabaya 3 Desember 2025
Saat Pengungsi Semeru Minta Diberi Pekerjaan: Kita Masih Punya Tenaga
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Para pengungsi erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, meminta diberi pekerjaan apabila hendak direlokasi ke tempat baru.
Hal ini disampaikan pengungsi kepada Bupati Lumajang
Indah Amperawati
saat menerima bantuan dana tunggu hunian di posko pengungsian SMP 2 Pronojiwo pada Rabu (3/12/2025).
Holil, salah satu pengungsi mengatakan, mau direlokasi ke hunian tetap asalkan diberi lapangan pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasalnya, lahan yang dulu jadi ladang rezekinya kini sudah tertimbun material abu Gunung
Semeru
.
“Kita mau tinggal di huntap, Bu. Kalau bisa sediakan sedikit lapangan kerja buat kami,” kata Holil kepada Indah di SMP 2 Pronojiwo, Rabu.
Holil bahkan memberi saran model lapangan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan oleh warga, yakni industri pengeleman kayu.
Menurut Holil, meski tidak memiliki nilai jual yang tinggi, pengeleman kayu diharapkan bisa menjadi penyambung hidupnya dan warga lain.
“Pandangan kami saat ini yang mudah dan murah itu pengeleman kayu, walaupun itu dijual murah setidaknya bisa menyambung hidup kami,” lanjutnya.
Holil mengaku tidak nyaman terus-menerus mengharapkan bantuan dari pemerintah maupun donatur.
“Kalau kami minta bantuan terus kan juga enggak enak, kami masih mempunyai tenaga untuk bekerja,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan, akan mempertimbangkan model pekerjaan yang diminta pengungsi.
Namun, ia menegaskan, pemerintah siap mengakomordasi keinginan masyarakat untuk bekerja.
“Kami pikirkan dulu pekerjaan apa yang bisa dilakoni oleh masyarakat, yang jelas pemerintah siap untuk mengakomordasi keinginan masyarakat,” kata Indah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/03/69303694f0ef4.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Perjuangan Penjual Kerupuk Keliling di Surabaya, Menolak Menyerah demi 3 Orang Anak Regional 3 Desember 2025
Perjuangan Penjual Kerupuk Keliling di Surabaya, Menolak Menyerah demi 3 Orang Anak
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Sudah selama dua tahun, Ion (53), mengadu nasib di Surabaya, dengan keliling menjajakan aneka macam kerupuk demi menghidupi istri dan ketiga anaknya.
“Tadi saya berangkat dari Probolinggo jam setengah empat pagi,” tuturnya pelan saat ditemui di sebuah gang ramai kawasan Lakarsantri,
Surabaya
, Rabu (3/12/2025).
“Naik angkutan, sampai Kenjeran sambung angkutan kuning, biru buat sampai di sini,” ujarnya melanjutkan.
Meski terlihat belum banyak kerupuk yang terjual pada siang itu, Ion mengaku tetap semangat.
“Rezeki sudah ada yang ngatur,” katanya.
Berjualan kerupuk di Surabaya, warga Desa Sumberwetan, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo ini mengaku, mengekos di daerah Kanjeran dan seminggu sekali pulang ke rumahnya.
“Saya ngekos daerah kenjeran, jadi kalau pulang ke Probolinggo-nya seminggu sekali saja” kata Ion.
Memanggul sejumlah plastik besar berisi aneka jenis kerupuk, Ion biasanya akan berkeliling kawasan permukiman warga area lakarsantri hingga pukul 13.00 WIB.
Kemudian, dia akan menaiki angkutan umum ke area rumah sakit Karangmenjangan Surabaya hingga sore hari. Dengan harapannya, dagangannya bisa habis.
Keliling menjajakan kerupuk akhirnya dilakoni Ion setelah mencoba berbagai macam usaha.
Dia menceritakan, dahulunya adalah seorang kuli bangunan di daerah Kenjeran, Surabaya.
Hidupnya berubah dalam sekejap saat mandor yang membawahi sekitar 20 pekerja menghilang tanpa jejak.
“Mandornya lari, kami semua enggak dibayar,” kenangnya.
Padahal, menurut Ion, upahnya sehari sebagai kuli sekitar Rp 70.000, jauh lebih baik daripada penghasilan yang kini diterima dari berjualan kerupuk.
Namun, dia tidak memiliki pilihan setelah mandornya kabur. Istri dan anaknya tidak bisa dibiarkan menahan lapar.
Ion menceritakan, pernah ada teman yang mengajaknya berjualan bakso di Probolinggo. Tetapi, usaha temannya tersebut ternyata tidak laku.
Hingga akhirnya, seorang teman yang lain mengajaknya mencoba berdagang kerupuk keliling.
“Ayo jual ini, paling enggak ada penghasilannya,” kata Ion menirukan ajakan temannya.
Memikirkan istri dan anaknya, Ion pun menerima ajakan sang teman meskipun dia hanya membawa pulang Rp 25.000 sampai Rp 50.000 per hari.
Penghasilannya itu masih harus dipotong ongkos angkutan setiap harinya.
“Yang penting sampai ke tempat jualan,” ujarnya sambil tersenyum.
Setiap hari, Ion memanggul sekitar 100 bungkus aneka kerupuk, yang dihargai antara Rp 12.000-Rp 20.000 per bungkus tergantung jenisnya.
Kehidupan Ion sempat makin berat ketika
handphone
satu-satunya hilang saat tengah beristirahat di sebuah masjid di Sidoarjo.
Tas berisi ponsel dan uang uang setoran dagangan senilai 150.000 raib dibawa seseorang yang terekam kamera CCTV.
“Itu saya pas capek, ketiduran. Pas bangun, tas sudah hilang,” ujarnya lirih.
Tanpa
handphone
, dia tak bisa menghubungi istrinya. Untuk memberi kabar, Ion harus meminjam telepon milik saudaranya yang tinggal dekat di sekitaran daerah kosannya.
Beruntungnya, saat kebingungan pulang, juragan dagangan kerupuknya yang berasal dari Sidoarjo memberinya uang Rp 50.000.
“Alhamdulillah, ada yang nolong. Katanya sabar, sabar,” katanya.
Juragan tersebut juga memaklumi kehilangan uang setoran itu.
“Yang penting jangan sampai kecelakaan,” pesan sang juragan kepadanya.
Ion mengaku, tidak menyerah. Apalagi, jika mengingat ketiga anaknya yang berusia 12 tahun, 6 tahun, dan 4 tahun.
Dia pun bersyukur, kedua anaknya bisa bersekolah di Probolinggo. Sedangkan, istrinya bekerja sebagai pencuci pakaian rumahan yang dibayar sekitar Rp 60.000 per minggu.
“Kadang saya cuma bisa kasih anak-anak uang sekolah Rp 3.000, Rp 5.000,” katanya.
“Yang penting mereka tetap sekolah. Saya ingin mereka bisa sekolah tinggi biar enggak kayak saya,” ujarnya lagi dengan mata yang mengawang ke langit Kota Surabaya yang cerah.
Tak banyak mimpi yang dia punya untuk dirinya sendiri. Ion hanya berharap memiliki pekerjaan halal dan penghasilan tetap.
“Kalau bisa, saya kerja bangunan lagi,” katanya.
Usai Lebaran nanti, dia bahkan mempertimbangkan tawaran seseorang untuk merantau ke Papua sebagai pekerja bangunan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/03/69302ae2e0421.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tim Relawan UNS Diberangkatkan ke Aceh, Asesmen Lokasi Bencana Guna Tentukan Bantuan Regional 3 Desember 2025
Tim Relawan UNS Diberangkatkan ke Aceh, Asesmen Lokasi Bencana Guna Tentukan Bantuan
Tim Redaksi
SOLO, KOMPAS.com
– Tim relawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, diberangkatkan pada Rabu (3/12/2025) ke lokasi terdampak bencana alam di Aceh.
Tim ini merupakan kelompok pendahulu yang bertugas melakukan penilaian awal (asesmen) di lokasi bencana.
“Ini tim pendahulu. Setiap ada bencana, respons kita mengirimkan tim untuk melakukan asesmen di lokasi kemudian memberikan laporan satu kali 24 jam di lapangan,” kata Rektor UNS, Hartono, di Solo, Rabu.
Hartono menjelaskan bahwa tim relawan akan melaporkan kondisi di lokasi bencana ke kampus.
Dari laporan tersebut, UNS akan menindaklanjuti dengan memberikan bantuan yang diperlukan.
“Termasuk barang kali tidak hanya
bantuan logistik
, bantuan bahan makanan, pakaian, dan sebagainya. Kalau memang betul-betul diperlukan, ya kita akan kirim bantuan tim medis dan sebagainya. Ini rutin SOP kita seperti itu, selalu kita melakukan respons,” ujarnya.
Pemberangkatan tim relawan pendahulu dilakukan karena informasi mengenai lokasi terdampak bencana yang cukup sulit dijangkau.
Setelah mendapatkan gambaran tentang situasi di lokasi bencana, tim relawan berikutnya akan segera diberangkatkan dari Solo.
“Sehingga tim SAR berangkat ke sana untuk melakukan pemetaan. Jadi nanti tim berikutnya akan kita susulkan dalam waktu sesegera mungkin,” ungkap Hartono.
Pemilihan Aceh sebagai lokasi bencana didasarkan pada jumlah korban yang cukup banyak, sehingga tim ini diharapkan dapat berkontribusi dalam penanganan.
“Kita akan fokus barangkali yang jumlah korban juga cukup banyak di Aceh,” imbuhnya.
Hartono menambahkan bahwa tim relawan akan melakukan survei di lokasi bencana selama tujuh hari sambil menunggu kedatangan tim berikutnya.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada target khusus pengiriman relawan ke lokasi terdampak bencana.
“Selama masih dibutuhkan, UNS akan mengirim tim relawan ke sana. Kita tidak punya target, sepanjang dibutuhkan dan sumber daya masih memenuhi, kita akan terus lakukan pengiriman sebisa mungkin. Sekarang ini, tim medis yang mendesak tentu juga kita siapkan bantuan logistik, sembako, dan lain sebagainya,” tandasnya.
Ketua Badan Koordinator Penanggulangan Bencana (BKPB) UNS, Titis Srimuda, menambahkan bahwa Aceh merupakan lokasi pertama pemberangkatan tim relawan karena aksesibilitasnya yang lebih memungkinkan.
“Setelah berkoordinasi dengan BPBD, ditetapkan bahwa Aceh menjadi lokasi pertama yang memungkinkan untuk dijangkau oleh tim SAR,” katanya.
Titis menjelaskan bahwa banyak jalur darat yang terputus pascabencana di Sumatera.
Saat ini, satu-satunya akses yang memungkinkan dan dapat dilalui menggunakan penerbangan komersial adalah ke Aceh. “Karena itu, tim kami berangkat menuju sana terlebih dahulu,” ungkapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/02/692eb1a436207.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jangan Biarkan Aceh Utara Berjuang Sendiri Menghadapi Dampak Banjir… Regional 3 Desember 2025
Jangan Biarkan Aceh Utara Berjuang Sendiri Menghadapi Dampak Banjir…
Tim Redaksi
ACEH UTARA, KOMPAS.com
– Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (3/12/2025) resmi menyatakan ketidaksanggupan daerah itu dalam menghadapi musibah banjir selama dua pekan terakhir.
Sebanyak 121 orang dilaporkan meninggal dunia di sana.
Jumlah itu dipastikan bertambah seiring dengan operasi pencarian korban yang terus berlangsung.
Ratusan ribu pengungsi dan ribuan rumah hancur. Saat ini, para pengungsi sangat membutuhkan
dukungan rakyat
Indonesia.
Mereka butuh bahan pangan, tenda tempat berteduh, pakaian, dan obat-obatan.
“Kami mohon dukungan rakyat Indonesia. Jangan biarkan kami sendiri berjuang melewati cobaan ini,” kata Bupati
Aceh Utara
,
Ismail A Jalil
yang akrab disapa Ayahwa.
Dia menyebutkan, fokus utama saat ini adalah memberi pangan dan obat-obatan serta memakamkan jenazah yang telah ditemukan.
“Saya minta kepada kepala desa untuk melakukan pemulasaraan jenazah dengan baik. Banyak korban yang tidak diketahui identitasnya,” ucap Ayahwa.
Saat ini, 27 posko bantuan tingkat kecamatan telah dibentuk.
Kepala desa dan camat diminta saling berkoordinasi untuk memproses bantuan.
“Seberapa ada bantuan, salurkan. Jangan lama-lama di posko. Rakyat kita lapar, butuh makan, butuh obat, butuh pakaian,” katanya.
Kesulitan lainnya, sinyal telekomunikasi belum pulih di kabupaten itu.
PT Telkomsel Lhokseumawe, kata Ayahwa, mengaku puluhan boks mereka terendam, ditambah dengan listrik yang belum menyala.
“Saya minta Telkom dan PLN secepatnya bisa memulihkan
Aceh Utara
. Bantu kami agar mudah koordinasi di seluruh pelosok Aceh Utara,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/02/692eb1a436207.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jangan Biarkan Aceh Utara Berjuang Sendiri Menghadapi Dampak Banjir… Regional 3 Desember 2025
Jangan Biarkan Aceh Utara Berjuang Sendiri Menghadapi Dampak Banjir…
Tim Redaksi
ACEH UTARA, KOMPAS.com
– Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (3/12/2025) resmi menyatakan ketidaksanggupan daerah itu dalam menghadapi musibah banjir selama dua pekan terakhir.
Sebanyak 121 orang dilaporkan meninggal dunia di sana.
Jumlah itu dipastikan bertambah seiring dengan operasi pencarian korban yang terus berlangsung.
Ratusan ribu pengungsi dan ribuan rumah hancur. Saat ini, para pengungsi sangat membutuhkan
dukungan rakyat
Indonesia.
Mereka butuh bahan pangan, tenda tempat berteduh, pakaian, dan obat-obatan.
“Kami mohon dukungan rakyat Indonesia. Jangan biarkan kami sendiri berjuang melewati cobaan ini,” kata Bupati
Aceh Utara
,
Ismail A Jalil
yang akrab disapa Ayahwa.
Dia menyebutkan, fokus utama saat ini adalah memberi pangan dan obat-obatan serta memakamkan jenazah yang telah ditemukan.
“Saya minta kepada kepala desa untuk melakukan pemulasaraan jenazah dengan baik. Banyak korban yang tidak diketahui identitasnya,” ucap Ayahwa.
Saat ini, 27 posko bantuan tingkat kecamatan telah dibentuk.
Kepala desa dan camat diminta saling berkoordinasi untuk memproses bantuan.
“Seberapa ada bantuan, salurkan. Jangan lama-lama di posko. Rakyat kita lapar, butuh makan, butuh obat, butuh pakaian,” katanya.
Kesulitan lainnya, sinyal telekomunikasi belum pulih di kabupaten itu.
PT Telkomsel Lhokseumawe, kata Ayahwa, mengaku puluhan boks mereka terendam, ditambah dengan listrik yang belum menyala.
“Saya minta Telkom dan PLN secepatnya bisa memulihkan
Aceh Utara
. Bantu kami agar mudah koordinasi di seluruh pelosok Aceh Utara,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/12/01/692d88afd5ab9.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Masa Tanggap Darurat Semeru Berakhir, Bupati Lumajang: Terima Kasih Sudah Membantu… Surabaya 3 Desember 2025
Masa Tanggap Darurat Semeru Berakhir, Bupati Lumajang: Terima Kasih Sudah Membantu…
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Bupati Lumajang Indah Amperawati menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu warga terdampak erupsi Gunung Semeru.
Ucapan terima kasih itu diunggah di akun media sosial pribadi Indah Amperawati.
“Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, saya dan seluruh masyarakat Lumajang mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh relawan, lembaga yang sudah memberikan bantuan baik doa, dukungan, maupun materiil,” kata Indah, Rabu (3/12/2025).
Indah menambahkan, Pemerintah Kabupaten Lumajang tidak bisa membalas kebaikan para relawan yang telah suka rela membantu warganya.
Ia berharap, semua kebaikan para relawan diganjar kebaikan oleh Tuhan.
“Mudah-mudahan seluruh amal baik bapak ibu sekalian mendapatkan balasan yang berlipat-lipat dari Allah Tuhan yang maha esa,” lanjutnya.
Adapun,
masa tanggap darurat
bencana
Gunung Semeru
telah berakhir sejak 2 Desember 2025.
Kini, Pemkab Lumajang menetapkan masa transisi pemulihan infrastruktur selama 90 hari mulai 3 Desember 2025 sampai 2 Maret 2026.
Diketahui, akibat bencana erupsi Gunung Semeru pada 19 November 2025, lebih dari 1.165 orang mengungsi, dan 182 ekor ternak warga mati.
3 orang mengalami luka bakar serius akibat terkena awan panas Gunung Semeru.
246 rumah warga di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, rusak.
Ditambah, satu bangunan sekolah dasar negeri (SDN) 2 Supiturang, hancur total usai diterjang banjir lahar hujan sesaat setelah awan panas melintas.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/12/03/693031ea9ed84.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)