Category: Kompas.com Metropolitan

  • 7
                    
                        Kisruh Donasi Rp 1,4 Miliar Versi Noviyanthi, Mulanya Keluarga Agus Salim Minta Diberikan Bantuan
                        Megapolitan

    7 Kisruh Donasi Rp 1,4 Miliar Versi Noviyanthi, Mulanya Keluarga Agus Salim Minta Diberikan Bantuan Megapolitan

    Kisruh Donasi Rp 1,4 Miliar Versi Noviyanthi, Mulanya Keluarga Agus Salim Minta Diberikan Bantuan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Yayasan Rumah Peduli Kemanusiaan,
    Pratiwi Noviyanthi
    , mengungkapkan bahwa W, keluarga korban
    penyiraman air keras
    Agus Salim (32) di Cengkareng, Jakarta Barat, pertama kali meminta penggalangan dana untuk biaya pengobatan Agus.
    Dalam konferensi pers di Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024), Noviyanthi mengatakan bahwa permintaan donasi tersebut disampaikan oleh W, salah satu anggota keluarga Agus, melalui pesan Instagram pada 5 September 2024.
    “Saudari W meminta saya dan tim, melalui
    direct message
    (DM) Instagram untuk di-
    up
    ke media terkait kasus penyiraman air keras, yang menjadi korban adalah Mas Agus,” ujar Noviyanthi.
    “Juga agar dibantunya
    open
    donasi ke yayasan kami,” lanjutnya.
    Noviyanthi menjelaskan bahwa satu hari setelah pesan pertama, W kembali menghubunginya untuk mengunjungi rumah Agus.
    Ia kemudian mendatangi kediaman Agus pada 12 September 2024 untuk melihat kondisi korban yang mengalami luka bakar parah akibat penyiraman air keras pada 1 September 2024.
    “Mas Agus secara gamblang meminta bantuan dan pendampingan dari yayasan kami terkait pengobatan dan juga keadilan. Keluarga juga meminta agar adanya
    open
    donasi yang diselenggarakan oleh yayasan,” ungkap Noviyanthi.
    Setelah pertemuan tersebut, Noviyanthi mulai menggalang dana melalui Instagram dan YouTube untuk biaya operasi Agus.
    “Karena kondisi Mas Agus pada saat itu membutuhkan penanganan yang cepat untuk operasi matanya,” tegas Noviyanthi.
    Penggalangan dana ini semakin meluas setelah Agus hadir sebagai narasumber dalam kanal YouTube milik artis Denny Sumargo.
    Di sana, diumumkan bahwa donasi untuk biaya operasi Agus bisa dikirimkan melalui rekening pribadinya, yang akhirnya berhasil mengumpulkan sekitar Rp 1,4 miliar.
    Namun, Noviyanthi menyebut bahwa Agus tidak amanah dalam menggunakan dana tersebut. Hal ini membuat Noviyanthi meminta agar uang donasi dikembalikan ke rekening yayasan.
    Noviyanthi menegaskan bahwa hingga kini dana donasi masih utuh.
    Perselisihan terkait dana donasi ini kini berujung pada jalur hukum. Agus melaporkan Noviyanthi ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran nama baik.
    Laporan itu tercatat dengan nomor LP/B/6330/X/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan bahwa dalam laporannya, Agus merasa mendapatkan ancaman, tuduhan, dan fitnah atas dugaan penyalahgunaan dana donasi.
    “Pelapor atau korban merasa mendapatkan ancaman, tuduhan, dan fitnah (yang) seolah-olah korban tidak amanah terhadap uang donasi tersebut,” jelas Ade.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1
                    
                        Aksi Heroik Serda Wahyu Gagalkan Penyanderaan Bocah di Pospol Pejaten
                        Megapolitan

    1 Aksi Heroik Serda Wahyu Gagalkan Penyanderaan Bocah di Pospol Pejaten Megapolitan

    Aksi Heroik Serda Wahyu Gagalkan Penyanderaan Bocah di Pospol Pejaten
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Serda Wahyu Hidayat, Babinsa Jati Padang dari Koramil 03 Pasar Minggu, berhasil menggagalkan
    penyanderaan
    bocah berinisial S (4) oleh pria berinisial IJ (54) di pos polisi perempatan The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024).
    Saat kejadian, IJ meminta Wahyu menjadi sopir setelah ia berada di kursi penumpang belakang mobil dinas berplat TNI yang sebelumnya dihentikan atas permintaan IJ.
    “Dia minta
    disopirin
    sama saya. Pada saat dia minta
    disopirin
    , saya pura-pura tidak bisa membawa mobil
    matic
    . Padahal, mobil apa saja saya bisa,” ujar Wahyu saat dihubungi
    Kompas.com
    .
    Menanggapi permintaan tersebut, Wahyu menyarankan agar petugas kepolisian menggantikan posisinya di kursi kemudi.
    Ketika sudah berada di samping pelaku yang masih memegang pisau, Wahyu langsung menarik S dari pelukan IJ.
    Sedangkan petugas polisi yang duduk di kursi kemudi langsung memutarbalikkan badan berupaya mengambil pisau dari tangan IJ
    “Saya ambil anaknya, saya tarik, saya keluarkan, saya tenangkan, saya kasih minum, lalu saya kasih ke Bu Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Yunita Rungkat,” ungkap Wahyu.
    Saat Wahyu keluar dengan menggendong S, massa yang menyaksikan aksi penyelamatan ini bersorak.
    Setelah itu, IJ dibawa ke Polres Metro Jakarta Selatan, sedangkan S dilarikan ke Rumah Sakit JMC untuk pemeriksaan.
    Wahyu sempat mengunjungi S di rumah sakit dan memastikan kondisinya baik.
    “Alhamdulillah enggak (terluka) ya. Saya
    bercandain
    , ‘Tadi kamu
    ngapain
    ?’. Dia jawab, ‘Mau jalan’. Syukur alhamdulillah, enggak terlalu trauma juga,” kata Wahyu.
    Pelaku kini diserahkan ke Polres Metro Jakarta Timur karena kejadian penyanderaan bermula di wilayah hukum tersebut.
    Sebelumnya, aksi penyanderaan ini terekam dalam video viral di media sosial yang memperlihatkan pelaku mengenakan jaket biru dan mengalungkan pisau di leher korban.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 8
                    
                        Tangis Guru Supriyani Cari Keadilan Usai Dituduh Pukul Siswa di Konawe Selatan
                        Regional

    8 Tangis Guru Supriyani Cari Keadilan Usai Dituduh Pukul Siswa di Konawe Selatan Regional

    Tangis Guru Supriyani Cari Keadilan Usai Dituduh Pukul Siswa di Konawe Selatan
    Editor
    KOMPAS.com
    – Saat ini kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan seorang
    guru honorer
    , Supriyani, terhadap anak seorang anggota
    polisi
    , Aipda WH, tengah jadi sorotan. Kasus tersebut saat telah memasuki babak pengadilan setelah upaya mediasi gagal. 
    Supriyani yang mengajar di SDN Baito, Konawe Selatan, memilih untuk melanjutkan proses hukum karena merasa tidak bersalah dan menyangkal tuduhan memukul muridnya yang berinisial M, anak Aipda WH.
    “Supriyani sangat yakin bahwa dirinya tidak bersalah, dan karena berkas perkara sudah masuk ke pengadilan, dia meminta kasus ini diselesaikan melalui persidangan,” ujar Samsuddin, kuasa hukum Supriyai, Kamis (24/10/2024).
    Menurut Samsuddin, keluarga Supriyani berharap pengadilan menjadi tempat untuk mengungkap fakta yang sebenarnya.
    Termasuk soal keluarga korban sempat disebut meminta uang mediasi agar menyelesaikan kasus itu secara damai.   
    “Ibu Supriyani berkeyakinan bahwa dirinya tidak melakukan perbuatan itu. Kami juga ingin pengadilan membuka fakta, termasuk soal permintaan damai sebesar Rp 50 juta dari pihak keluarga korban,” tambah Samsuddin.
    Seperti diberitakan sebelumnya, kasus itu berawal pada hari Rabu (24/4/2024). Saat itu Supriyani dituduh melakukan pemukulan terhadap M, seorang siswa kelas 1 SD. 
    Ibu dari M melaporkan kejadian ini ke kepolisian, mengklaim bahwa Supriyani telah menganiaya putranya di lingkungan sekolah. 
    Laporan tersebut menyebabkan Supriyani ditetapkan sebagai tersangka dan sempat ditahan di Lapas Perempuan Kendari pada 19 Oktober 2024 sebelum akhirnya penahanannya ditangguhkan pada 22 Oktober 2024.
    Dalam pertemuan yang diadakan di Polres Konawe Selatan, berbagai pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) dan Ketua PGRI Sulawesi Tenggara, mencoba mencari solusi melalui jalur mediasi. 
    Namun proses mediasi tidak tercapai adanya kesepakatan karena Supriyani bersikukuh tidak melakukan penganiayaan. 
    Tim dari Polda Sulawesi Tenggara melakukan pemeriksaan terhadap personel Polsek Baito, tempat Aipda WH bertugas, untuk memastikan bahwa proses hukum terhadap Supriyani sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). 
    Kabid Propam Polda Sultra, Kombes Pol Moch Sholeh, mengatakan, timnya sedang mengumpulkan keterangan dari anggota Polsek Baito dan pihak-pihak yang mengetahui kejadian tersebut. 
    “Kami masih mendalami informasi, semuanya sedang diperiksa,” jelas Sholeh pada Rabu (23/10/2024).
    Kasus ini turut menuai simpati dari rekan-rekan Supriyani di kalangan guru, yang merasa bahwa Supriyani sebagai guru honorer layak mendapatkan dukungan dan perlindungan hukum. Ketua PGRI Sulawesi Tenggara, Abdul Halim Momo, menyatakan keprihatinannya dan meminta agar proses hukum berjalan adil. 
    “Kami berharap guru-guru honorer, terutama yang berjuang di daerah terpencil, dilindungi dari ketidakadilan. Kami juga akan mendukung Ibu Supriyani dalam memperoleh keadilan,” ucap Abdul Halim.
     
     
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5
                    
                        Aksi Heroik Babinsa Jadi Negosiator Saat Bocah Disandera di Pospol Pejaten
                        Megapolitan

    5 Aksi Heroik Babinsa Jadi Negosiator Saat Bocah Disandera di Pospol Pejaten Megapolitan

    Aksi Heroik Babinsa Jadi Negosiator Saat Bocah Disandera di Pospol Pejaten
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ada sosok heroik di balik penyelamatan S (4), bocah perempuan yang disandera oleh pria berinisial IJ (54) di pos polisi (pospol) The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024).
    Babinsa Jati Padang dari Koramil 03 Pasar Minggu bernama Serda Wahyu Hidayat menjadi salah satu negosiator dalam penyelamatan sandera tersebut.
    Wahyu pertama kali mendapatkan laporan dari seorang warga Jati Padang melalui WhatsApp tentang adanya penyanderaan seorang bocah.
    Menurut laporan, tempat kejadian perkara (TKP) pertama berada di Mal The Park Pejaten.
    Wahyu yang saat itu tengah berbincang dengan salah satu warga langsung meluncur ke TKP.
    Hanya saja, setibanya dia The Park Pejaten, IJ telah membawa S ke bekas pospol yang lokasinya di seberang pusat perbelanjaan itu.
    Di area kamar mandi bekas pospol tersebut, IJ menyandera S sambil mengalungkan sebilah pisau pada leher korban.
    S hanya bisa menangis saat IJ memeluk dan mencengkeramnya dengan erat dalam kondisi nyawa tengah terancam.
    Pada pagi menuju siang hari itu, sejumlah warga dan pengguna jalan telah mengerubungi Pospol The Park Pejaten.
    Sebab, beberapa petugas keamanan sempat mengejar dari Mal The Park Pejaten hingga berakhir pada Pospol tersebut.
    Awalnya, Wahyu sangat khawatir dengan S. Dia tidak berani mendekatkan diri ke dekat pintu pospol tersebut.
    Pasalnya, satu kesalahan dalam mengambil keputusan bisa menentukan nyawa korban yang tengah berada di ujung tanduk.
    Hanya saja, pelaku memberikan atensi yang lebih terhadap kehadiran Wahyu.
    Dia mau membuka komunikasi dengan pria yang saat itu mengenakan pakaian loreng-loreng hijau.
    Bahkan, pelaku sempat memberikan sikap hormat seperti menghormati bendera Merah Putih kepada Wahyu.
    “Saya bilang, ‘
    sabar, Pak. Kasihan anak itu. Bapak ada masalah apa? Cerita sama saya
    ‘. Dia ngomong entah berantah, karena suaranya bising kendaraan, saya bilang, ‘
    Pak, saya tidak bisa dengar, boleh saya mendekat, Pak? Karena ini bising’,
    ” kata Wahyu saat berbincang dengan Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin.
    “Tidak ada suara terdengar jelas, dia hanya teriak-teriak. ‘
    Saya diperlakukan tidak adil, saya diperlakukan tidak baik’.
    Hanya itu saja yang saya dengar sekilas itu (sebelum diizinkan mendekat),” ujar dia.
    Entah apa yang membuat IJ luluh, pelaku mengizinkan Wahyu mendekat. Petugas kepolisian yang berada di TKP juga berupaya mendekatkan diri.
    Pada momen itu, Wahyu bernegosiasi dengan pelaku yang mengenakan jaket berwarna biru tersebut.
    Dia berupaya agar pelaku dalam kondisi tenang. Saat pertama kali, pelaku meminta dibawakan sebotol minuman. Wahyu pun mengaminkan.
    Setelahnya, pelaku meminta agar Wahyu mencarikan mobil. Dengan pertimbangan nyawa, dia mencarikannya.
    Namun, Wahyu sambil memikirkan strategi bagaimana upaya menyelamatkan nyawa anak di bawah umur tersebut.
    “Kalau di mobil, kan masih ada pintu kanan dan kiri. Kalau di dalam ruangan (pospol), kami masuk saja kelihatan. Kalau ini kan enggak, jadi ada kemungkinan dia terkecoh,” imbuh dia.
    “(Tapi) mobil tidak ada yang mau berhenti, takut semua mereka. Akhirnya ada mobil hitam berplat Mabes TNI yang mau berhenti, saya setop,” ujar Wahyu.
    Kepada pengendara mobil sedan berwarna hitam itu, Wahyu menyampaikan bahwa ada penyanderaan. Sang sopir pun bersedia.
    Wahyu dan petugas kepolisian sempat mengalami kendala karena pelaku ketakutan dihakimi massa yang menyaksikan proses evakuasi penyanderaan tersebut.
    Dengan tegas, Wahyu meminta agar warga dan pengguna jalan mundur sejenak demi keselamatan korban.
    Sambil berteriak ke arah warga, dia berkata, “Pak, tolong mundur! Mundur! Biar pelaku ini berani ke luar. Karena di dalam sulit untuk dievakuasi. Kasihan anaknya.”
    Setelah warga yang berkerumun mundur, Wahyu dan petugas polisi kembali bernegosiasi. Dia menyampaikan bahwa mobil telah tersedia untuk IJ dan S.
    Akhirnya, pelaku muncul. Sambil menggendong S, pelaku berlari kecil memasuki kursi penumpang yang berada di bagian tengah.
    Dalam perpindahan dari pospol menuju mobil yang jaraknya kurang dari lima meter ini, Wahyu berharap ada salah satu petugas yang menyergap pelaku.
    Hanya saja, belum ada petugas yang berani dengan pertimbangan keselamatan anak.
    “Posisi anaknya itu juga memang terlalu rapat juga, dipeluk sama si pelaku,” ujar Wahyu.
    Akhirnya, Wahyu, satu petugas kepolisian, IJ, dan S berada di dalam mobil. Saat itu, IJ meminta Wahyu mengemudikan kendaraan. Hanya saja, Wahyu beralasan ia tidak bisa mengendarai mobil berjenis
    matic.
    Sambil memikirkan strategi penyelamatan, Wahyu menawarkan IJ agar mobil dikendarai oleh petugas polisi, sedangkan Wahyu berada di samping pelaku.
    “Karena pelaku mau, tukarlah posisi saya sama pak polisi,” kata Wahyu.
    Saat semua pada posisi masing-masing, ada momen pelaku lengah.
    Wahyu pun berupaya merebut S, sedangkan petugas polisi berusaha mengambil pisau dari tangan IJ.
    “Saya ambil anaknya, saya tarik, saya keluarkan, saya tenangkan, saya kasih minum, lalu saya kasih ke Bu Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Yunita Rungkat,” ucap Wahyu.
    Saat Wahyu keluar mobil sambil menggendong S, massa bersorak atas keberhasilan petugas menyelamatkan nyawa korban yang sebelumnya berada di ujung tanduk.
    Setelahnya, polisi membawa IJ ke Polres Metro Jakarta Selatan. Sedangkan, S dilarikan ke Rumah Sakit JMC untuk pemeriksaan apakah ada luka serius atau tidak.
    Wahyu pun menyusul ke rumah sakit untuk memastikan keadaan S. Dia juga bertanya langsung kepada dokter yang menangani S.
    Di sela-sela momen besuk ini, Wahyu sempat mengajak S bercanda.
    “Alhamdulillah
    enggak (luka) ya. Saya bercandain, ‘
    Tadi kamu ngapain?’. ‘Mau jalan’, ‘Ya sudah, kalau kamu sudah sehat, jangan belanja lagi di mal ya’, ‘Iya’.
    Sahut dia. kondisinya baik. Syukur
    alhamdulillah,
    enggak terlalu trauma juga,” kata Wahyu.
    Wahyu mengaku, ini merupakan pengalaman pertama dia menyelamatkan sandera selama bertugas menjadi anggota TNI.
    “Saya syukur
    alhamdulillah,
    ada satu nyawa yang bisa diselamatkan,” ujar Wahyu.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 4
                    
                        Soal Pembagian Kuota Haji Tambahan, Nasaruddin Diminta Tak Bersikap Seperti Menag Sebelumnya
                        Nasional

    4 Soal Pembagian Kuota Haji Tambahan, Nasaruddin Diminta Tak Bersikap Seperti Menag Sebelumnya Nasional

    Soal Pembagian Kuota Haji Tambahan, Nasaruddin Diminta Tak Bersikap Seperti Menag Sebelumnya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid meminta Menteri Agama (
    Menag
    )
    Nasaruddin Umar
    tak bersikap sama seperti menteri agama sebelumnya, Yaqut Chilil Qoumas soal pembagian
    kuota haji
    tambahan.
    Ia mengungkapkan, Yaqut tak menghormati keputusan rapat bersama anggota Komisi VIII DPR RI tentang kuota haji tambahan yang sudah disepakati mestinya hanya untuk kuota program haji reguler.
    Namun, Kementerian Agama (Kemenag) saat itu akhirnya mengambil keputusan sendiri untuk juga mengalihkan kuota tambahan itu untuk program haji khusus.
    “Jadi terus terang ini kaitannya dengan masalah kuota jangan sampai terulang lagi. Kemarin, kenapa kami harus melakukan pansus dan angket dikarenakan komunikasi kita jelek dengan mitra,” ujar Abdul dalam rapat kerja (raker) dengan Kemenag di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (28/10/2024).
    Ia menyampaikan, saat itu para anggota dewan bisa saja bertindak lebih jauh pada sikap Kemenag yang sewenang-wenang.
    Namun, Abdul menyampaikan, langkah itu tak diambil karena masih mempertimbangkan Presiden ke 7 RI Joko Widodo.
    “Tidak ada yang namanya komunikasi yang baik. Kami dianggap ini, Komisi VIII ini, anak bawang semua. Kami kalau tidak melihat Pak Presiden, Pak Jokowi, sudah kita mau ramaikan sekalian,” tuturnya.
    “Sudah dari mulai (Yaqut) jadi menteri, kami sudah tidak dianggap. Sampai masalah haji kami juga tidak dianggap,” ujar dia. 
    DPR RI sempat membuat pansus untuk menyelidiki dugaan penyelewengan ibadah haji 2024.
    Mulanya, pembentukan pansus itu dipicu kebijakan Kemenag yang membagi rata kuota haji tambahan sebanyak 20.000 untuk haji reguler dan haji khusus atau furoda.
    Hal itu dianggap para anggota dewan menyalahi aturan dan kesepakatan dalam rapat dengan Komisi VIII DPR RI.
    Namun, sampai masa kerja DPR RI periode 2019-2024 berakhir, Yaqut tidak pernah memenuhi undangan pansus haji untuk dimintai keterangan.
    Saat ini, posisi Yaqut sudah digantikan oleh Nasaruddin Umar yang dipilih Presiden Prabowo Subianto untuk menjadi Menag.

    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 6
                    
                        Hindari Pejalan Kaki, Pengendara Motor di Ciputat Tertabrak dan Tewas di Tempat
                        Megapolitan

    6 Hindari Pejalan Kaki, Pengendara Motor di Ciputat Tertabrak dan Tewas di Tempat Megapolitan

    Hindari Pejalan Kaki, Pengendara Motor di Ciputat Tertabrak dan Tewas di Tempat
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Seorang pria berinisial AS (54) tewas usai terlibat kecelakaan di Jalan R.E. Martadinata, Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
    Warga bernama Dilla (21) menceritakan, kecelakaan itu bermula saat AS yang berkendara dengan sepeda motor melaju dari arah Bogor menuju Jakarta.
    AS tiba-tiba menghindari pejalan kaki yang sedang menyebrangi jalan.
    “Kejadiannya ini pas pukul 06.00 kebetulan. Jadi posisinya pagi-pagi ada orang yang mau berangkat kantor, dia mau naik Transjakarta (di terminal dekat TKP),” ujar Dilla saat ditemui di lokasi, Senin (28/10/2024).
    Akibatnya, AS kehilangan kendali dan masuk ke jalur arah Jakarta ke Bogor. Namun, saat masuk ke jalur tersebut, AS menabrak sepeda motor jenis sport yang dikendarai oleh RP (39) dengan membonceng JN (14).
    “Jadi posisinya (AS) sudah telentang kepalanya tuh, sudah menghadap kiri, terus juga sudah berdarah sebelah dahi, yang di bagian sini (kepala) tuh sudah ada pembocoran gitu,” kata dia.
    Dilla mengatakan AS langsung meninggal di tempat. Hal itu karena dia melihat AS langsung ditutupi dengan kardus oleh warga.
    “Langsung meninggal soalnya emang benar-benar enggak gerak sama sekali setelah jatuh,” kata dia.
    Tak berselang lama, pihak kepolisian pun langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengevakuasi korban.
    Kanit Gakum Satlantas Polres Tangsel IPDA Marulloh menyebut, pihaknya tiba di lokasi bersama dengan ambulan dan korban pun langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Fatmawati, Jakarta Selatan.
    “AS meninggal dunia di TKP kemudian dibawa ke RS. Fatmawati untuk dimintakan visum,” kata Marulloh saat dikonfirmasi, Senin.
    Sedangkan korban lainnya, yaitu RP dan JN mengalami luka-luka. Mereka dilarikan ke RS Sari Asih Ciputat.
    “Mereka mengalami luka-luka kemudian dibawa kerumah sakit Sari Asih Ciputat Kota Tangsel untuk mendapatkan pertolongan medis,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        Saking Padatnya Hunian di Tanah Tinggi Jakpus, Warga Terpaksa Tidur Bergantian
                        Megapolitan

    3 Saking Padatnya Hunian di Tanah Tinggi Jakpus, Warga Terpaksa Tidur Bergantian Megapolitan

    Saking Padatnya Hunian di Tanah Tinggi Jakpus, Warga Terpaksa Tidur Bergantian
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sejumlah warga RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, terpaksa tidur bergantian karena sempitnya hunian yang mereka tempati.
    “(Tidur)
    shift
    -nya ganti-gantian. Kenapa? Kalau bapaknya ada, anaknya ada, cucunya yang paling diprioritaskan,” ujar Ketua RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi, Imron Buchori, ketika ditemui
    Kompas.com
    di lokasi, Senin (28/10/2024).
    Imron mengungkapkan, terdapat satu rumah berukuran 2 x 3 meter di wilayahnya yang dihuni oleh 14 jiwa. Menurut dia, kondisi ini sangat jauh dari kata ideal.
    “Ini salah satu bentuk contoh, rumah ukuran 2 x 3 meter dihuni sampai 14 jiwa. Dari nenek sampai cucu,” kata dia.
    Dengan kondisi tersebut, banyak warga yang memanfaatkan halaman Balai Sekretariat RW 12 sebagai tempat istirahat mereka.
    Hal ini karena rumah mereka tak cukup menampung anggota keluarga untuk istirahat, sehingga mau tak mau mereka beristirahat di fasilitas sosial maupun fasilitas umum.
    “Banyak yang tidur di sini (balai RW). Mau pagi, mau siang, kadang-kadang mereka beragam. Kalau kerja malam, tidurnya pagi. Kalau kerja pagi, tidurnya sore di sini,” imbuh dia.
    Di Balai Sekretariat RW 12, mereka tidur dengan memanfaatkan sekitar empat kursi panjang sebagai alasnya.
    Selain kursi panjang, warga kerap tidur di lantai dengan terpal sebagai alas mereka untuk beristirahat.
     
    “Setiap malam ada, pagi, siang. Jadi memanfaatkan ruang-ruang yang ada,” kata dia.
    RW 12 merupakan satu di antara wilayah Kelurahan Tanah Tinggi yang masuk kategori permukiman padat penduduk.
    Kepadatan penduduk di RW 12 tersebar di enam RT dari total 11 RT di wilayah tersebut. Sebaran tersebut mencakup, RT 5, RT 6, RT 7, RT, 8, RT 9, dan RT 10.
    Secara keseluruhan, wilayah RW 12 mempunyai luas sekitar 3,5 hektar dengan jumlah penduduk mencapai 1.600 KK dan 2.200 jiwa.
    Lurah Tanah Tinggi Nino Ardiansyah mengatakan, wilayahnya termasuk daerah padat penduduk di Jakarta. Kepadatan penduduk di wilayahnya juga terbilang merata.
    “Pada prinsipnya merata. Ada di RW 7, RW 8, RW 12, dan RW 4,” kata Nino di kantornya.
    Nino mengungkapkan, warganya mempunyai latar belakang pekerjaan yang bermacam-macam, mulai dari tukang parkir, pedagang, hingga pekerja kantoran.
    Namun, rata-rata warga di wilayahnya merupakan penerima bantuan dari Pemerintah Provinsi Jakarta. Mulai dari Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
    “Semua jenis kartu manfaat. Cuman, tetap dirasa kurang karena jumlah mereka melebihi,” imbuh dia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Komisi III DPR Minta Kapolda NTT Evaluasi Pemecatan Ipda Rudy Soik
                        Nasional

    10 Komisi III DPR Minta Kapolda NTT Evaluasi Pemecatan Ipda Rudy Soik Nasional

    Komisi III DPR Minta Kapolda NTT Evaluasi Pemecatan Ipda Rudy Soik
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Komisi III DPR RI meminta agar
    Kapolda NTT
    Daniel Tahi Monang Silitonga mengevaluasi keputusan pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) atau pemecatan terhadap Ipda
    Rudy Soik
    .
    Hal ini menjadi keputusan Rapat Komisi III DPR RI bersama Kapolda NTT dan jajaran di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (28/10/2024).
    “Komisi 3 DPR RI menilai perlu dilakukan evaluasi terkait keputusan PTDH pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Rudy Soik,” kata Wakil Ketua Komisi III DPR RI Sari Yuliati membaca kan hasil rekomendasi rapat.
    Sari meminta Kapolda NTT untuk mempertimbangkan kembali keputusan pemecatan itu dengan tetap berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
    Dia juga meminta pertimbangan dilakukan dengan memperhatikan aspek keadilan dan kemanusiaan.
    Selanjutnya, Kapolda NTT juga diminta fokus melakukan proses penegakan hukum terhadap kasus TPPO dan BBM ilegal tanpa pandang bulu.
    “Dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan perkara,” ucap Sari.
    Dalam rapat ini, Kapolda NTT mengatakan pihaknya akan menggelar sidang banding terkait kasus Rudy.
    Daniel juga menegaskan komitmen untuk mengusut kasus BBM ilegal maupun TPPO di wilayahnya.
    “Jadi ini siapa saja yang mempunyai informasi ataupun cerita cerita maupun bahan bahan baik itu pemain TPPO maupun pemain bbm saya akan datang untuk menjemput bola. Saya akan bertekad,” kata dia. 

    Ipda Rudy Soik menjadi sorotan usai dipecat dari Polda NTT karena hendak membongkar kasus mafia bahan bakar minyak (BBM) di NTT.
    Polisi berdalih pemecatan Rudy adalah pelanggaran kode etik profesi Polri, yaitu ketidakprofesionalan dalam penyelidikan dugaan penyalahgunaan bahan bakar minyak dengan cara memasang garis polisi di lokasi milik Ahmad Anshar dan Algajali Munandar di Kelurahan Alak dan Kelurahan Fatukoa.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.