Category: Gelora.co

  • Gaji Rp 450.000 Per 4 Bulan, Guru Madrasah Didenda Rp 25 Juta Gegara Tampar Murid, Sampai Mau Jual Motor

    Gaji Rp 450.000 Per 4 Bulan, Guru Madrasah Didenda Rp 25 Juta Gegara Tampar Murid, Sampai Mau Jual Motor

    GELORA.CO –  Ahmad Zuhdi (63), guru Madrasah Diniyah (Madin) Roudhotul Mutaalimin, Desa Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, diminta membayar denda damai sebesar Rp 25 juta usai diduga menampar seorang murid.

    Ironisnya, Zuhdi yang telah mengabdi sebagai pengajar selama lebih dari 30 tahun ini hanya menerima gaji Rp 450.000 yang dibayar setiap empat bulan sekali.

    “Gajinya empat bulan sekali itu Rp 450.000, ada masalah pasti sedih. Tapi bagaimana lagi,” ujar Zuhdi dalam konferensi pers di Mushola Desa Jatirejo, Jumat (18/7/2025) sore.

    Kronologi guru Madin tampar murid

    Kasus bermula pada Rabu (30/4/2025), saat Zuhdi sedang mengajar di kelas 5.

    Ia mengaku tiba-tiba dilempar sandal oleh murid dari kelas lain. Peci yang ia kenakan ikut terlempar.

    Saat menanyakan siapa pelaku, salah satu siswa menunjuk murid berinisial D.

    Zuhdi pun menampar murid tersebut. Ia mengaku tidak berniat melukai, melainkan mendidik.

    “Nampar saya itu nampar mendidik. 30 tahun itu tidak pernah ada yang luka sama sekali,” katanya.

    Namun, orangtua murid menuntut uang damai sebesar Rp 25 juta. Setelah negosiasi, jumlahnya diturunkan menjadi Rp 12,5 juta.

    “Aslinya mintanya Rp 25 juta, saya nego, akhirnya Rp 12,5 juta. Saya teman banyak ada satu juta, itu utang,” ucap Zuhdi.

  • Bejat! Niat Melepas Rindu, Si Anak Malah Dicabuli Ayah Kandungnya di Semarang

    Bejat! Niat Melepas Rindu, Si Anak Malah Dicabuli Ayah Kandungnya di Semarang

    GELORA.CO – Miris, nasib seorang anak berinsial C (17) di Semarang. Pasalnya, ia yang ingin melepas rindu kepada sang ayah karena telah bercerai dengan ibunya, malah dicabuli sang ayah di Semarang.

    Dalam hal ini, Kapolres Semarang, AKBP Ratna Quratul Ainy mengatakan pelaku KY (38) yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang keliling tinggal di wilayah Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

    “Sementara anaknya yang masih sekolah tinggal bersama ibunya di Kabupaten Kendal,” bebernya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

    “KY merupakan ayah kandung dari C atau yang kita sebut Anak Korban sesuai sistem peradilan anak. KY dan ibu dari anak korban sudah bercerai sejak 2009 atau saat anak korban berusia 1 tahun,” kata Ratna.

    Pada 5 Juni 2025, C meminta izin ke ibunya untuk merayakan Idul Adha di rumah ayahnya.

    Namun, bukan mendapatkan perlakuan yang baik dari ayahnya, C justru dicabuli saat ibu tirinya sedang tidak berada di rumah.

    “Saat istirahat siang, pelaku KY mendekati anak korban dan melakukan pencabulan. Ini dilakukan saat rumah dalam keadaan sepi, istri pelaku juga sedang tidak berada di rumah,” kata Ratna

    C sempat mendapat ancaman dari pelaku untuk tidak melaporkan kepada ibu kandungnya. Menurut pengakuan anak korban dirinya sempat takut untuk menceritakan kejadian yang dialaminya.

    “Namun karena sudah terdesak dan tertekan, akhirnya bercerita pada ibu kandungnya yang lalu melaporkan ke Polres Semarang,” paparnya.

    Ratna mengatakan, berdasar laporan tersebut pelaku ditangkap pada 10 Juli 2025 di rumahnya.

    “Pelaku sudah ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ungkapnya.

  • Bisnis Telepon Operator Seluler Tak Diuntungkan, Komdigi Bakal Batasi Panggilan Video Whatsapp

    Bisnis Telepon Operator Seluler Tak Diuntungkan, Komdigi Bakal Batasi Panggilan Video Whatsapp

    GELORA.CO –  Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana untuk membatasi beberapa fitur platform over the top (OTT) seperti telepon dan panggilan video WhatsApp di Indonesia.

    Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Denny Setiawan mengatakan kalau wacana ini berangkat dari keluhan para operator seluler seperti Telkomsel dan lain-lain.

    Menurut Denny, para platform OTT ini tidak berkontribusi langsung ke para operator. Sebab mereka menggunakan fasilitas dari infrastruktur jaringan yang dibangun operator lokal.

    “Masih wacana ya, masih diskusi. Intinya kan cari jalan tengah lah, bagaimana layanan masyarakat tetap berjalan,” kata Denny saat ditemui di sela-sela acara Selular Business Forum di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

    “Karena kan masyarakat memang butuh WA. Tetapi untuk layanan yang membutuhkan kapasitas besar, ini kan butuh kontribusi,” lanjut dia.

    Ia bercerita kalau selama ini para operator seluler lokal membangun banyak infrastruktur jaringan di Indonesia. Namun mereka tak mendapatkan kontribusi apapun dari para OTT seperti WhatsApp hingga YouTube.

    “Operator yang bangun kapasitas besar, tapi kok enggak dapat apa-apa,” imbuhnya.

    Denny menuturkan kebijakan yang diberlakukan di negara lain seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Ia mengaku kalau di sana pengguna WhatsApp hanya bisa mengirim pesan teks, namun tak bisa melakukan panggilan telepon atau video call.

    Jika pengguna mau melakukan panggilan telepon atau panggilan video, mereka harus menggunakan aplikasi lain, bukan WhatsApp.

    “Kalau sudah pernah main ke Arab, atau Uni Emirat Arab, Saya di sana cuma bisa WA text, enggak bisa WA call,” aku dia.

    Kendati begitu ia menegaskan kalau ini pembatasan ini masih bersifat wacana. Menurutnya, banyak pertimbangan seperti bentuk kontribusi ke operator hingga faktor geopolitik.

    “Belum, masih jauh, masih awal. Karena kan detailingnya itu akan sangat kompleks,” ujarnya.

    Ia kembali menyinggung kalau wacana pembatasan fitur OTT ini bertujuan untuk menyenangkan semua pihak.

    “Tujuannya itu kan win-win, kan sekarang enggak ada kontribusi dari teman-teman OTT itu kan? Ada yang berdarah-darah bangun investasi itu kan mereka (operator: red) juga. Kira-kira itu sih,” jelasnya.

  • Tom Lembong Menteri yang Awalnya Paling Banyak Bantu Jokowi, Beda Politik Langsung Dihajar

    Tom Lembong Menteri yang Awalnya Paling Banyak Bantu Jokowi, Beda Politik Langsung Dihajar

    GELORA.CO – Innalillahi, demikian tweet X Muhammad Said Didu.

    Hanya karena beda politik, Tom langsung “dihajar”, vonis 4,6 tahun penjara.

    “Innalillahi.”

    Menurut mantan Menteri BUMN ini, Tom Lembong dihukum 4 tahun 6 bulan, hanya dengan alasan.

    1. Melanggar hukum karena BUMN bekerjasama dengan swasta dalam melaksanakan impor gula.

    “Maka siap2lah semua pjbt yg menugaskan BUMN dan BUMN tsb kerjasama dg swasta masuk penjara.”

    “Padahal kerja dan dg swasta adalah sah dan merupakan kewenangan BUMN, tapi yg disalahkan Tom Lembong padahal bukan kewenangannya dan bukan keputusannya.”

    2. Keuntungan swasta dari kerjasama dg BUMN dianggap kerugian negara.

    3. Tidak melaksanakan pemberian penugasan ke BUMN tentang impor gula jangka panjang, padahal tidak ada kaitan dengan kasus ini.

    4. Tidak ada sama sekali menerima kick back dari kebijakan tersebut.

    5. Tidak ditemukan mensrea (niat jahat).

    Menurut Said Didu, agar publik tahu Tom Lembong adalah Menteri yang awalnya sangat disayangi dan paling banyak membantu kesuksesan Jokowi.

    Seperti halnya dengan Anies Baswedan, serta Hasto Kristiyanto.

    “Tapi karena beda politik langsung “dihajar.”

    Hakim menjatuhkan vonis kepada Menteri Perdagangan periode 2015–2016 Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong, 4 tahun dan 6 bulan penjara.

    Tom dinilai terbukti melakukan korupsi dalam kasus importasi gula di Kementerian Perdagangan pada tahun 2015–2016.

    Selain pidana penjara, Tom Lembong juga dijatuhkan pidana denda sebesar Rp750 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar, maka diganti (subsider) dengan pidana kurungan selama 6 bulan.

    “Menyatakan Terdakwa Tom Lembong telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama,” kata Hakim Ketua Dennie Arsan Fatrika saat membacakan putusan majelis hakim dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat.

    Akibat perbuatan Tom Lembong, Hakim Ketua menyatakan telah terjadi kerugian negara sebesar Rp194,72 miliar dalam kasus itu.

    Dengan demikian, perbuatan Tom Lembong telah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

    Sebelum menjatuhkan pidana, Majelis Hakim mempertimbangkan hal meringankan dan memberatkan.

    Hal memberatkan, yakni saat membuat kebijakan importasi gula, Tom Lembong terkesan lebih mengedepankan ekonomi kapitalis dibanding sistem demokrasi dan sistem ekonomi Pancasila.

    Kemudian, Hakim Ketua berpendapat Tom Lembong tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab, berdasarkan asas kepastian hukum serta tidak melaksanakan tugas secara akuntabel serta bertanggungjawab, bermanfaat, dan adil dalam pengendalian stabilitas harga gula yang murah dan terjangkau bagi masyarakat.

    Hal memberatkan lainnya, yakni Tom Lembong dinilai telah mengabaikan kepentingan masyarakat sebagai konsumen akhir atas gula kristal putih, untuk mendapatkannya dengan harga yang stabil dan terjangkau.

    Sementara hal meringankan yang dipertimbangkan Majelis Hakim meliputi Tom Lembong belum pernah dihukum, tidak menikmati hasil tindak pidana korupsi yang dilakukan, serta bersikap sopan dan tidak mempersulit jalannya persidangan.

    “Selain itu telah ada pula penitipan sejumlah uang kepada Kejaksaan Agung saat penyidikan sebagai pengganti kerugian negara,” ucap Hakim Ketua.***

  • Roy Suryo Yakin Prof Sofian Effendi Dibungkam Geng Solo

    Roy Suryo Yakin Prof Sofian Effendi Dibungkam Geng Solo

    GELORA.CO –  Mantan Menpora sekaligus praktisi telematika, Roy Suryo yakin betul bahwa perubahan sikap Prof Sofian Effendi terkait dugaan Ijazah Palsu Jokowi (Joko Widodo) adalah bentuk pembungkaman. Sebab ia mengaku mendapatkan kabar sendiri soal operasi tersebut.

    “Baru saja saya dapat kabar dari Jogja, bahwa sedang ada upaya membungkam Prof Sofian Effendi karena berani buka suara soal ijazah Jokowi,” kata Roy Suryo dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Jumat (18/7/2025).

    Ia pun memaklumi ketika publik akhirnya bertanya-tanya tentang perubahan sikap Sofian Effendi tersebut, apalagi perubahan terbilang mendadak dan sangat drastis.

    “Sehari sebelumnya bicara terang soal skandal ijazah palsu, sehari kemudian berubah drastis. Wajar publik bertanya, ada apa di balik ini?,” ujarnya.

    Sepengetahuan dirinya, Sofian Effendi bukan orang yang mudah mencla-mencle dalam menyampaikan sebuah argumentasi dan pendapat. Terlebih selain ia merupakan mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) di mana ia masih menjadi civitas akademika di kampus tempat Jokowi kabarnya pernah kuliah. Sofian juga merupakan seorang peneliti yang pernah dipercaya menjadi tim utama riset di Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) di era order baru.

    “Dia Guru Besar Ilmu Administrasi Negara, eks Kepala BKN, lulusan Pittsburgh AS dengan gelar PhD. Sosok yang sangat kredibel,” tukas Roy.

    Termasuk ketika bicara soal sejarah ijazah Jokowi yang sempat diklaim mencurigakan. Mulai dari diduga pernah dicetak di percetakan umum yang ada di Pasar Pramuka Pojok Jakarta Pusat, hingga soal kripsi Jokowi yang aneh di UGM.

    “Orang seperti beliau bukan tipe yang asal bicara. Kalau sudah menyampaikan sesuatu, biasanya sudah paripurna. Pasti sudah dikaji dan diyakini kebenarannya,” sebutnya.

    Oleh sebab itulah, ia meyakini betul bawah ada operasi Geng Solo yang tengah berjalan dan sedang membidik Prof Sofian Effendi, sehingga akhirnya mengeluarkan statemen yang sangat kontraproduktif dari keyakinan sebelumnya.

    “Perubahan beliau itu bukan tidak mungkin ada tangan-tangan jahat yang masih bermain dan cawe-cawe,” pungkas Roy.

    Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa pada hari Kamis, 17 Juli 2025, Rektor UGM periode 2002-2007 Prof Sofian Effendi menyampaikan surat pernyataan yang berisi penarikan ucapan atas apa yang telah ia sampaikan dalam sebuah podcast yang dihadiri Rismon Sianipar.

    Bahkan Prof Sofian meminta secara khusus kepada channel “Langkah Update” untuk menurunkan video yang menampilkan dirinya itu.

    “Sehubungan dengan itu, saya menarik semua pernyataan saya di dalam video tersebut dan memohon agar wawancara dalam kanal Youtube tersebut ditarik dari peredaran,” kata Sofian Efffendi.

    Lebih lanjut, ia pun menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada siapa pun yang merasa tersinggung dengan ucapannya di dalam video tersebut.

    “Saya mohon maaf setulus-tulusnya kepada semua pihak yang saya sebutkan pada wawancara tersebut. Demikian pernyataan saya dan sangat berharap wacana tentang ijazah tersebut dapat diakhiri. Terima kasih,” pungkas Prof Sofian.

  • Tragis, Bripka Cecep Saeful Bahri jadi Korban Pesta Maut Anak Dedi Mulyadi, Sempat Angkat Warga Pingsan

    Tragis, Bripka Cecep Saeful Bahri jadi Korban Pesta Maut Anak Dedi Mulyadi, Sempat Angkat Warga Pingsan

    GELORA.CO – Bripka Cecep Saeful Bahri bisa dikatakan sosok polisi berdedikasi tinggi. Bintara polisi ini meninggal dunia usai kelelahan membantu warga yang terhimpit dan berdesakan di alun-alun Garut.

    Pesta rakyat anak Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (KDM) di alun-alun Garut berujung maut, tiga orang tewas, dua warga sipil dan satu aparat polisi.

    Dua warga sipil yang meninggal diduga karena terinjak dan kehabisan oksigen akibat terhimpit. Sementara anggota Polres Garut Bripka Cecep diduga kelelahan usai menolong para korban.

    Bripka Cecep sehari-hari bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Polsek Garut Kota.

    Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan mengungkapkan bahwa Bripka Cecep sempat terlihat sibuk membantu warga yang terhimpit dalam kerumunan besar. Ia bahkan ikut mengangkat warga yang pingsan karena kehabisan oksigen saat terhimpit.

    “Yang bersangkutan terlihat membantu mengatur jalur masuk tamu undangan, termasuk mengangkat orang yang pingsan karena dorong-dorongan di pintu masuk ke pendopo,” ujar Kombes Hendra.

    Setelah situasi relatif terkendali dan arus tamu mulai tertib, Bripka Cecep mengambil waktu sejenak untuk duduk beristirahat di sekitar alun-alun.

    Namun secara mendadak dia pingsan dan tak sadarkan diri. Belum diketahui apa penyebab pasti Bripka Cecep meninggal apakah serangan jantung atau karena kelelahan.

    “Ketika sedang duduk istirahat, Bripka Cecep tiba-tiba pingsan. Beliau dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian sebelum sempat dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.

    Berikut identitas tiga orang yang meninggal di pesta rakyat Garut anak KDM.

    1. Vania Aprilia (8) warga Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Garut.

    2. Dewi Jubaeda (61) nenek lansia warga Garut.

    3. Bripka Cecep Saeful Bahri (39) anggota Polres Garut.

    Pernikahan anggota DPRD Jawa Barat Maula Akbar akan KDM dengan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, salah satu rangkaiannya adalah acara makan gratis dan hiburan di Alun-alun Kabupaten Garut, Jumat, 18 Juli 2025.

    Maula Akbar merupakan putra tertua Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM). Sedangkan Putri Karlina adalah putri dari Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Karyoto.***

  • Pengendali dan Penyandang Dana Perdagangan Bayi ke Singapura Ditangkap, Ini Namanya!

    Pengendali dan Penyandang Dana Perdagangan Bayi ke Singapura Ditangkap, Ini Namanya!

    GELORA.CO – Penyidik Subdit IV Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar, menangkap tersangka pelaku utama sindikat perdagangan bayi asal Jawa Barat.

    Tersangka bernama Lie Siu Luan alias Lily S alias Popo alias Ai (69), ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) saat tiba dari luar negeri. Saat ini, penyidik Subdit IV Ditreskrimum Polda Jabar tengah menjemput tersangka Lily di bandara untuk dibawa ke Mapolda Jabar.

    Peran Lily dalam sindikat ini sebagai agen Indonesia yang mengendalikan bisnis gelap perdagangan bayi asal Indonesia ke Singapura. Lily juga diduga sebagai penyandang dana sindikat perdagangan bayi ini.

    Lily S sempat dinyatakan buron sepekan pascapenangkapan 13 anak buahnya oleh penyidik Ditreskrimum Polda Jabar. Selain Lily, polisi juga menetapkan Siu Ha alias Lai Siu Ha alias Aha (58) dan Wiwit sebagai buron dalam kasus ini.

    Direktur Ditreskrimum Polda Jawa Barat, Kombes Surawan membenarkan penangkapan tersebut. Lily yang diketahui tengah berada di luar negeri, diringkus saat tiba di Indonesia via Bandara Soetta.

    “Betul (Lily S, tersangka utama sindikat perdagangan bayi), ditangkap di Bandara Soekarno Hatta. Pas turun dari pesawat diamankan sama petugas imigrasi karena Ditreskrimum Polda Jabar telah berkoordinasi dengan imigrasi untuk mencekal ketiga DPO tersebut,” kata Dirreskrimum saat dikonfirmasi wartawan.

    Kombes Surawan menyatakan, saat ini penyidik Subdit IV tengah menjemput pelaku di Bandara Soetta. Setelah itu pelaku akan di bawa ke Mapolda Jabar untuk diperiksa.

    “Anggota PPA berangkat selepas Jumatan untuk menjemput pelaku. Mudah mudahan magrib sudah tiba di Bandung,” ujar Kombes Surawan.

    Diberitakan sebelumnya, sebanyak 13 dari 16 pelaku telah ditangkap lebih dulu. Sedangkan tiga lainnya masuk dalam DPO atau buron.

    Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Barat, Kombes Pol Surawan mengatakan ketiga DPO merupakan WNI. Untuk menemukan Lily S, Ditreskrimum Polda Jabar melalui Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri bekerja sama dengan Interpol. 

  • Sosok Arif Purnama Oktora, Polisi yang Diduga Selingkuh dengan Iris Wullur: Pernah Terima Rekor MURI

    Sosok Arif Purnama Oktora, Polisi yang Diduga Selingkuh dengan Iris Wullur: Pernah Terima Rekor MURI

    GELORA.CO – Skandal perselingkuhan antara Iris Wullur dan perwira menengah polisi, Arif Purnama Oktora terungkap. 

    Sang istri Arif, Kusuma Anggraini atau dikenal dengan nama Ninik yang membongkar sendiri perselingkuhan itu. 

    Ninik, yang juga merupakan cucu pendiri Mustika Ratu itu, mengunggah berbagai informasi seputar dugaan perselingkuhan sang suami di Insta Story akun Instagramnya.

    Sontak, isu dugaan perselingkuhan ini menjadi konsumsi publik.

    Adapun wanita yang namanya terseret dalam prahara rumah tangga Kompol Arif Purnama Oktora tak lain bernama Iris Wullur.

    Meski begitu, belum ada sanggahan atau keterangan dari Kompol Arif Purnama Oktora.

    Informasi yang beredar masih sebatas berita viral yang berangkat dari insta story Kusuma Anggraini.

    Publik semakin heboh saat mengetahui sosok selebgram yang dimaksud adalah Iris Wullur.

    Kini, nama Kompol Arif Purnama Putra, Ninik dan Iris Wullur dicari-cari warganet.

    Profil Kompol Arif Purnama Oktora

    Arif Purnama Oktora merupakan salah satu polisi muda yang cukup berprestasi.

    Dia mengawali karier di Polres Metro Jakarta Barat sebagai Kanit Krimsus Polres Metro Jakarta Barat pada awal 2018 lalu.

    Kariernya kian moncer saat berpindah menjadi Kanit Narkoba Polres Metro Jakarta Barat.

    Sejumlah pengungkapan narkoba berskala besar mulai dari jaringan nasional sampai internasional pernah dilakukannya.

    Dia pun sudah cukup sering menerima penghargaan atas keberhasilannya di bidang pemberantasan narkoba.

    Sejumlah publik figur yang nekat menggunakan barang haram narkoba juga pernah diciduknya.

    Sebut saja mulai dari presenter Reza Bukan, fotografer yang juga mantan suami Denada, Jerry Aurum, Ridho Ilahi, Jeff Smith hingga Jennifer Jill.

    Sedangkan saat menjabat Wakasat Narkoba, AKP Arif terlibat dalam penanganan kasus musisi Anji yang terbukti mengonsumsi ganja.

    Pernah terima rekor MURI

    Selain menangkap sejumlah publik figur yang melanggar, Arif juga pernah mengungkap narkoba berskala besar.

    Kegigihannya dalam mengintai penyelundupan narkoba hingga ke pelosok dan ditopang kekompakan tim menjadi keandalan yang dimiliki Arif dalam mengungkap kasus.

    Bahkan, dia berhasil mengungkap peredaran 120 kilogram sabu saat masih menjabat Kanit 1 Satresnarkoba Polres Metro Jakarta Barat pada tahun 2019.

    Pengungkapan sabu di Lampung itu mengantarkan Arif dan timnya mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

    Saat itu, 120 kilogram sabu itu berasal dari Myanmar yang masuk ke Indonesia dari Sumatera hingga akhirnya digagalkan olehnya di Lampung.

    Tidak lama dari pengungkapan itu, Arif juga berhasil membongkar pabrik pembuatan sabu di Kalideres, Tangerang.

    Pabrik yang berdiri sejak tahun 2017 itu dapat memproduksi sabu sebanyak satu kilogram setiap minggunya.

    Setelah pengungkapan itu, Arif juga berhasil mengungkap 30 kg sabu yang rencananya akan didistribusikan ke kawasan Jakarta Barat.

    “Jadi tahun 2019 sangat berkesan untuk saya. Karena total ada 200 kg sabu yang berhasil dicegah beredar di Indonesia,” cerita Arif kepada TribunJakarta.com saat masih berpangkat Ajun Komisaris Polisi dan menjabat sebagai Wakasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, Sabtu (18/9/2021) silam.

    Lewat pengungkapan itu, Arif juga berhasil mendapatkan satu pin emas dari Kapolri.

    Selain itu empat anggota di unitnya juga berkesempatan mendapatkan promosi sebagai perwira.

    Arif mengaku tidak memiliki target tertentu untuk karirnya di kepolisian.

    Dari segudang prestasi yang pernah ditorehkannya, Arif mengaku hanya ingin mengikuti arahan dari pimpinannya.

    “Jadi dimanapun saya dipercaya saya selalu berupaya lakukan terbaik dan tetap amanah dalam emban tugas sebagai perwira di Kepolisian,” ujarnya.

    Karier di kepolisian

    Saat lulus dari Akpol pada tahun 2010 berpangkat Letda, Arif Oktora memulai karirnya di Brigade Mobile (Brimob) di Polresta Depok.

    Setelah itu, dia ditugaskan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai Komandan Kompi Gegana.

    Hingga akhirnya Arif memutuskan sekolah kembali di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di tahun 2013.

    Di tahun 2016, Arif ditugaskan di Polda Metro Jaya dan selanjutnya menjabat Kapolsek Teluk Naga, Polresta Tangerang.

    Setelah dari Polsek Teluk Naga, Arif mendapatkan kesempatan berdinas Polres Metro Jakarta Barat hingga saat ini.

    Nilai cemerlang

    Tak hanya sangar di lapangan saat memberantas narkoba, sosok Arif juga ciamik di dunia pendidikan.

    Di sela kesibukannya menjadi polisi pemberantas narkoba, Arif sukses meraih dua gelar magister sekaligus di tahun ini dari sebuah perguruan tinggi swasta dan dari Universitas Indonesia.

    Tak tanggung-tanggung, Arif berhasil meraih IPK sempurna yakni 4 dari Universitas Indonesia di bidang hukum.

    Sedangkan untuk tesis penelitian, Arif mengambil contoh kasus dari pengungkapan narkoba yang pernah dibongkarnya.

    “Yakni saya mengangkat tesis tentang penyelundupan 120 kilogram sabu yang saya ungkap,” kata Arif.

    Sudah meraih dua titel magister, Arif tak mau berpuas diri.

    Dalam waktu dekat, lulusan Akpol 2010 ini juga berencana mengambil gelar doktor.

    “Selanjutnya akan melanjutkan untuk mengambil doktor,” kata Arif.

  • Ngaku Hamil di Luar Nikah, Ini Deretan Mantan Kekasih Erika Carlina, Siapa Sosok Ayah Sang Anak?

    Ngaku Hamil di Luar Nikah, Ini Deretan Mantan Kekasih Erika Carlina, Siapa Sosok Ayah Sang Anak?

    GELORA.CO –  Erika Carlina, aktris sekaligus selebgram yang kerap dijuluki “Ratu Party”, kembali mencuri perhatian publik. Bukan karena aksi glamornya di dunia hiburan, melainkan pengakuannya yang mengejutkan: dirinya tengah hamil dan akan segera melahirkan pada 8 Agustus 2025.

    Kabar mengejutkan ini disampaikan langsung oleh Erika dalam podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier, yang tayang pada Jumat (18/7/2025). Dalam perbincangan terbuka itu, Erika dengan tenang mengungkap bahwa dirinya akan menjadi ibu, meski tanpa kehadiran sosok suami.

    “Sebenarnya dulu sempat ada rencana menikah,” ucap Erika. Namun, hubungan dengan pria yang kini menjadi ayah dari anak yang dikandungnya, menurutnya, tidak bisa dipertahankan. Ia menyebut adanya perselingkuhan dan sifat yang tak bisa ditoleransi, membuatnya memilih untuk membesarkan anaknya sendiri.

    Pengakuan itu sontak memicu kehebohan di media sosial. Nama Erika langsung jadi trending topic, sementara warganet mulai berspekulasi mengenai siapa sosok pria yang dimaksud.

    Riwayat Asmara Sang Ratu Party

    Erika memang dikenal sebagai sosok yang terbuka dalam membagikan kehidupan pribadinya, termasuk urusan asmara. Berikut adalah daftar pria yang pernah dikaitkan dengannya:

    DJ Bravy (2025)

    Erika dan DJ Bravy mulai terlihat dekat sejak April 2025, usai tampil bersama dalam sebuah live TikTok. Hubungan mereka dikonfirmasi melalui beberapa unggahan manis di media sosial. Namun, keduanya disebut baru menjalin hubungan selama satu bulan.

    Kaesar Akbar (2023)

    Pemain bulu tangkis nasional ini juga pernah disebut dekat dengan Erika. Mereka bahkan pernah terlihat menghadiri acara keluarga Kaesar. Namun, hubungan keduanya tidak pernah dikonfirmasi secara resmi.

    Arthur Irawan (2021)

    Pesepak bola Arthur Irawan masuk dalam daftar pria yang sempat dekat dengan Erika. Namun kedekatan mereka tak bertahan lama dan tidak banyak terekspos.

    Darrel Jowono (2020)

    Adik aktor Zack Lee, Darrel Jowono, juga sempat menjalin hubungan dengan Erika. Kala itu, keduanya kerap tampil mesra di media sosial, meski akhirnya kandas beberapa bulan kemudian.

    Aldy Maldini (2019–2020)

    Salah satu hubungan Erika yang paling disorot adalah dengan mantan personel CJR, Aldy Maldini. Perbedaan usia 8 tahun sempat menjadi perbincangan hangat publik. Erika akhirnya mengakhiri hubungan karena merasa Aldy belum cukup dewasa.

    Gavin Kwan Adsit (2017–2019)

    Hubungan Erika dengan pesepak bola Gavin Kwan merupakan salah satu yang cukup lama bertahan. Namun, kesibukan masing-masing akhirnya membuat mereka berpisah.

    Ryuji Utomo (2017)

    Nama Ryuji Utomo juga pernah dikaitkan dengan Erika, terutama setelah sang pesepak bola baru saja berpisah dari Ariel Tatum. Namun hubungan mereka tidak bertahan lama.

    Rizky Effendi (2016)

    Salah satu kisah cinta awal Erika adalah dengan atlet basket Rizky Effendi. Namun kini Rizky telah menikah dan fokus pada kehidupannya sendiri.

    Sosok yang Apa Adanya, Tetap Dicintai

    Di balik citra seksinya dan gelar “Ratu Senoparty” yang melekat karena sering terlihat menikmati malam di kawasan elite Jakarta, Erika tetap menunjukkan sisi kejujurannya yang membuat banyak pengikutnya merasa dekat. Ia tidak segan membagikan soal kesehatan mental, pengalaman percintaan, hingga tantangan sebagai perempuan di dunia hiburan.

    Keputusan Erika untuk terbuka mengenai kehamilan di luar nikah menuai berbagai reaksi. Namun banyak pula yang mengapresiasi keberaniannya berbicara jujur di tengah stigma masyarakat.

    Kini publik menantikan kelahiran bayi dari sosok yang tak pernah takut untuk tampil otentik ini—baik di layar maupun di kehidupan nyata. 

  • Gerakan Rakyat sedang Menghukum Jokowi

    Gerakan Rakyat sedang Menghukum Jokowi

    GELORA.CO – Dalam bincang-bincang bersama mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto, Syahganda Nainggolan menyebut bahwa saat ini Jokowi dan keluarganya sedang kena karma.

    Hal ini bisa dilihat dari polemik keabsahan ijazah Jokowi.

    “Mantan rektor menjelaskan Bapak Jokowi itu memang enggak tamat [kuliah], itu insinyurnya atau doctorandus-nya tipu-tipu. Kalau dengar penjelasan itu, kita bisa menyimpulkan gimana?” tanya Bambang Widjojanto.

    “Kalau soal keluarga Jokowi ini kan memang namanya karma ya buat dia. Iya kan? Pembalasan,” kata Syahganda, dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube Bambang Widjojanto Official, Jumat (18/7/2025).

    “Ketika dia masih hidup, dia melihat bahwa gerakan rakyat ini sedang menghukum dia secara pribadi langsung dengan kasus ijazah palsu,” jelasnya.

    Syahganda menilai, pernyataan Sofian Effendi tidak perlu diragukan lantaran informasi yang didapat pasti dari pihak yang kredibel, mengingat statusnya sebagai mantan petinggi kampus.

    “Sampai Prof. Sofian Effendi, mantan rektor [yang] meskipun rektornya tidak bersamaan dengan masa periode dia, tapi dia adalah orang lama UGM, profesor di UGM. Jejaring dia jejaring kredibel,” papar Syahganda.

    “Jadi ketika dia mengatakan bahwa Jokowi hanya BSC yang kita lihat pada podcast teman-teman TPUA itu kan menunjukkan ada sosok yang sangat kredibel yang sudah memberikan kesaksian, bahwa Jokowi itu tidak pernah sarjana di UGM,” jelasnya.