Category: Gelora.co

  • BPS Klaim Angka Kemiskinan Cuma 23 Juta, Bank Dunia Bilang 194 Juta, Data Pemerintah Diragukan?

    BPS Klaim Angka Kemiskinan Cuma 23 Juta, Bank Dunia Bilang 194 Juta, Data Pemerintah Diragukan?

    GELORA.CO –  Publik dibuat bingung dengan data kemiskinan terbaru.

    Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan resmi Jumat, 25 Juli 2025, bahwa jumlah penduduk miskin per Maret 2025 turun menjadi 23,85 juta jiwa atau 8,74 persen dari total populasi.

    Penurunan ini disebut 0,1 persen poin dari September 2024.

    Namun di sisi lain, Bank Dunia melaporkan 68,2 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan internasional—sekitar 194 juta orang.

    Angka ini delapan kali lipat dari data resmi pemerintah, memicu tanda tanya besar: mana yang benar?

    CELIOS: Data BPS Tidak Realistis

    Perbedaan tajam ini menjadi sorotan Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, menilai angka BPS tidak realistis dan bisa menyesatkan kebijakan negara, terutama dalam penyusunan RAPBN 2026.

    “Dengan data kemiskinan yang terlihat rendah, kebijakan perlindungan sosial bisa tidak meningkat signifikan. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.

    CELIOS menilai perbedaan terjadi karena definisi kemiskinan pemerintah terlalu sempit, hanya berdasar pengeluaran per kapita.

    Padahal, realitas harga pangan dan biaya hidup terus melonjak, membuat garis kemiskinan BPS dianggap tidak relevan.

    Garis Kemiskinan Rp 20 Ribuan Sehari

    BPS menetapkan garis kemiskinan Maret 2025 sebesar Rp 609.160 per kapita per bulan, setara Rp 20.305 per hari.

    Kota: Rp 629.561 per kapita/bulan

    Desa: Rp 580.349 per kapita/bulan

    CELIOS menilai angka ini terlalu rendah untuk menggambarkan kebutuhan hidup layak.

    Banyak warga hidup sedikit di atas garis tersebut, namun tetap kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, hingga tidak tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan kehilangan akses bantuan.

    Penurunan kemiskinan 0,1 persen poin juga dinilai tidak layak dibanggakan.

    Indonesia masih menghadapi masalah besar:

    Ketimpangan pendapatanInflasi panganAkses terbatas pekerjaan layakMobilitas kemiskinan pun tinggi: banyak orang keluar dari status miskin, namun jumlah yang jatuh kembali tak kalah besar.Tuntutan Revisi dan Transparansi

    CELIOS mendesak pemerintah memperbarui metodologi penghitungan kemiskinan dan meningkatkan transparansi data.

    “Definisi kemiskinan yang ketinggalan zaman dan terlalu sempit membuat banyak warga yang seharusnya dibantu malah terabaikan. Ini ironis di tengah janji pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan,” tegas Media.

    Perdebatan ini pun mengundang satu pertanyaan besar: apakah angka resmi kemiskinan Indonesia benar-benar mencerminkan realitas di lapangan?

  • Viral Dokter di India Diminta Periksa Patung Dewa gegara Pemuja Dengar Detak Jantung

    Viral Dokter di India Diminta Periksa Patung Dewa gegara Pemuja Dengar Detak Jantung

    GELORA.CO –  Sebuah video viral dari India sukses mencuri perhatian publik dunia maya. Video tersebut memperlihatkan momen tak biasa ketika seorang dokter dipanggil untuk memeriksa patung Dewa Krishna menggunakan stetoskop, layaknya pasien sungguhan.

    Peristiwa unik ini terjadi usai ritual Pran Pratishtha—upacara sakral dalam agama Hindu yang dipercaya “menghidupkan” arca dewa. Salah satu pemuja mengklaim mendengar suara detak jantung dari dalam patung setelah ritual berlangsung.

    Antara Keyakinan dan Logika

    Meski belum ada penjelasan ilmiah yang mendukung klaim tersebut, tindakan medis terhadap patung itu langsung menuai perdebatan luas. Beberapa menganggapnya sebagai benturan menarik antara spiritualitas dan ilmu kedokteran, sementara lainnya menyebutnya sebagai bentuk fanatisme berlebihan.

    Netizen Geleng-Geleng Kepala

    Warganet tak kalah heboh menanggapi video ini. Kolom komentar pun dibanjiri berbagai reaksi kocak dan sindiran:

    “Satu hal yang paling sering luput dari rasa syukur adalah bahwa kita masih diberikan akal yang sehat.”

    “Dokternya serba salah, periksa warga yang manggilnya dok dulu aja.”

    “Mungkin efek sound horeg.”

    “Dokter: Kalau gue jujur, abis nih digebukin.”

    “Setidaknya mereka nggak ganggu dan gusur warga.”

    Beberapa lainnya justru membandingkan kejadian ini dengan kondisi di Indonesia:

    “Nggak jauh beda sama Indo.”

    Hiburan, Kepercayaan, atau Kritik Sosial?

    Fenomena seperti ini seringkali mencerminkan kerentanan antara kepercayaan dan logika modern, apalagi saat sudah dikonsumsi secara masif lewat media sosial. Terlepas dari pro dan kontra, momen ini menunjukkan betapa luas dan beragamnya cara manusia memahami “keajaiban”

  • Bunuh Diri di Kalangan Tentara Israel Melonjak, Sebulan 6 yang Mati

    Bunuh Diri di Kalangan Tentara Israel Melonjak, Sebulan 6 yang Mati

    GELORA.CO – Kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel (IDF) melonjak seiring berlanjutnya agresi militer ke Jalur Gaza. Pada bulan Juli ini saja, tercatat enam kasus bunuh diri.

    Kasus bunuh diri terbaru menimpa Ariel Meir Taman, seorang tentara cadangan IDF yang pernah bertugas di Rabbinate IDF. Rabbinate adalah  lembaga keagamaan Yahudi yang berperan sebagai otoritas agama di lingkungan militer.

    Taman juga terlibat dalam mengindentifikasi jenazah tentara Israel yang tewas di Gaza.

    Taman tewas karena bunuh diri pada Minggu (27/7/2025) di rumahnya di Ofakim, Israel bagian selatan.

    “Kematian Taman menjadikan jumlah tentara yang bunuh diri bulan ini menjadi enam orang,” lapor media Israel, Haaretz, Selasa (29/7).

    Media Israel lainnya, Ynet, melaporkan awal bulan ini, hanya dalam rentang 1,5 minggu, tiga tentara IDF mengakhiri hidup mereka sendiri.

    “Peristiwa ini menyoroti persoalan yang menyakitkan dan kompleks. Banyak tentara, terutama yang masih muda, mengalami tekanan berat. Mereka harus menyaksikan kekejaman di medan perang. Tak jarang, mereka juga kehilangan rekan-rekan seperjuangan. Semua itu meninggalkan luka psikologis yang dalam,” lapornya.

    Menurut media tersebut, lonjakan kasus bunuh diri di kalangan militer mulai terlihat sejak awal tahun 2024. IDF tidak merilis data bunuh diri secara berkala kecuali melalui laporan tahunan, “sehingga sulit untuk memahami sepenuhnya sejauh mana krisis ini berlangsung.”

    IDF hanya melansir data resmi bahwa tahun 2024 ada 21 kasus bunuh diri, tertinggi sejak tahun 2011. Sedang pada 2023 ada 17 kasus.

    Sementara Haaretz menghitung sejak agresi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih 40 tentara Israel mengakhiri hidupnya sendiri.

    Sedangkan France24 melaporkan, mayoritas kasus bunuh diri menimpa tentara cadangan. IDF mengakui ribuan tentara cadangan telah berhenti bertugas di medan tempur. Alasannya: tekanan mental yang berat.

    Ahli kesehatan mental Israel, Profesor Yossi Levi-Belz, memperingatkan bahwa gelombang bunuh diri mungkin masih akan terjadi.

    Laporan berbagai media internasional, sejauh ini Israel telah membunuh hampir 60.000 warga Jalur Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Serangan brutal Israel telah menghancurkan wilayah Palestina itu, melumpuhkan sistem kesehatan, dan menyebabkan krisis pangan yang parah.

  • DPR Tolak PPATK Blokir Rekening Nganggur, Dianggap Terlalu Jauh Masuk ke Ranah Pribadi Orang

    DPR Tolak PPATK Blokir Rekening Nganggur, Dianggap Terlalu Jauh Masuk ke Ranah Pribadi Orang

    GELORA.CO – Anggota Komisi XI DPR RI Melchias Marcus Mekeng mengaku tidak setuju dengan langkah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk memblokir rekening pasif (dormant) dalam upaya mencegah kejahatan keuangan. Menurutnya, upaya PPATK itu sama saja dengan mengatur penggunaan uang pribadi orang. PPATK harus memiliki landasan hukum yang kuat untuk melakukan kebijakan itu.

    “Saya belum tahu landasan apa yang dipakai oleh PPATK untuk mengatakan begitu. Jadi, menurut saya tidak setuju dengan itu,” ujar Mekeng di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    Sebagian orang, kata dia, memiliki alasan tertentu jika menaruh uang di rekening pribadi dan tidak dipakai. Mungkin orang-orang sengaja untuk menabung di rekening yang pasif tersebut.

    “Menurut saya, PPATK sudah terlalu jauh masuk ke dalam ranah pribadi orang yang mau punya rekening,” kata politikus Partai Golkar ini.

    Di sisi lain, Mekeng juga meminta kepada PPATK untuk menjelaskan ketentuan soal rekening yang tidak aktif hingga harus diblokir tersebut.

    Sebelumnya, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memastikan dana masyarakat di rekening pasif (dormant) yang dihentikan sementara tetap aman dan tidak hilang.

    “Nasabah tidak akan kehilangan haknya sedikit pun atas dana yang dimiliki di perbankan,” tulis PPATK dalam pengumumannya melalui akun resmi Instagram @ppatk_indonesia, dikutip Senin.

    PPATK menjelaskan bahwa penghentian sementara rekening dormant dilakukan untuk mencegah kejahatan keuangan.

    Hasil analisis menunjukkan banyak rekening hasil jual beli yang digunakan untuk tindak pidana pencucian uang, termasuk reaktivasi rekening secara masif untuk menampung dana hasil tindak pidana.

  • Pastikan Mulyono Teman Jokowi Alumni UGM Bukan Calo Tiket Terminal, Dian Sandi: Mereka Sedang Fitnah

    Pastikan Mulyono Teman Jokowi Alumni UGM Bukan Calo Tiket Terminal, Dian Sandi: Mereka Sedang Fitnah

    GELORA.CO – Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dian Sandi Utama, memastikan Mulyono, teman Presiden ke-7 RI Joko Widodo yang datang di reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan tahun 1980, bukanlah seorang calo tiket terminal.

    Baru-baru ini, Mulyono sedang menjadi sorotan. Ia disebut oleh pegiat media sosial Tifauzia Tyassuma alias dokter Tifa sebagai calo tiket terminal di Tirtonadi Solo, Jawa Tengah, dan bukan alumni UGM.

    Mulyono hadir dalam acara reuni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 dengan Jokowi di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025).

    Kehadiran Mulyono menyita perhatian publik karena namanya sama seperti nama masa kecil Jokowi.

    Tuduhan yang dilontarkan oleh dokter Tifa itu dibantah oleh Dian Sandi dan Mulyono.

    “Ini dia Pak Mulyono, yang dibilang sebagai calo tiket terminal,” kata Dian Sandi, dikutip dari akun Intagramnya, Selasa (29/7/2025).

    “Dijawab sama orang terminal, ‘saya tidak pernah melihat orang ini’ begitu dilihatkan foto,” lanjutnya.

    Dian Sandi menyebut dokter Tifa dan kawan-kawan melakukan fitnah terhadap Mulyono.

    “Mereka sedang fitnah-fitnah aja,” ujar Dian.

    Sementara itu, Mulyono hanya bisa tertawa lepas saat dituduh sebagai calo tiket.

    Ia menegaskan, dirinya setelah lulus kuliah dari UGM pada 1987, langsung merantau ke sejumlah wilayah di Indonesia.

    “Saya selesai kuliah langsung di Pulau Mentawai, dari Mentawai keliling sampai Maluku, Sulawesi, Papua, dan terakhir di Jambi,” tegasnya. 

    Saat ditanya apakah pernah menjadi calo tiket seperti yang dituduhkan, Mulyono tertawa. 

    “Hahaha, kalau beli (tiket) pernah,” jawabnya.

    Mulyono adalah teman satu angkatan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1980 Jokowi.

    Nomor mahasiswa milik Mulyono saat itu yakni 1684.

    Saat ini, ia bekerja di bidang swasta di sektor kehutanan.

    Pria asal Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, itu lulus dari UGM pada 1987.

    Ia menghadiri acara reuni alumni angkatan 1980 Fakultas UGM yang juga dihadiri oleh Jokowi.

    Mulyono menyebut Jokowi lebih dulu lulus dari UGM dibanding dirinya.

    Pasalnya, nilai dari eks Gubernur Jakarta itu lebih bagus dibanding nilanya.

    “Saya lulus tahun 1987, wisudanya bulan Februari,” kata dia di Yogyakarta, Sabtu.

    Mulyono tidak terlalu ingin ikut campur soal ijazah milik Jokowi.

    Menurutnya, ijazah adalah urusan masing-masing pribadi.

    “Saya punya Ijazah yang dikeluarkan dari kampus, itu yang saya punya. Saya nggak pernah lihat punya Pak Jokowi,” ujarnya.

    “Kalau yang jelas, kuliah bareng dengan sendirinya ijazahnya sama,” tuturnya.

    Roy Suryo: Reuni Jokowi sangat lucu

    Pakar telematika sekaligus mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, menyebut bahwa acara reuni Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dengan alumnus Fakultas Kehutanan UGM angkatan tahun 1980 menjadi bahan tertawaan.

    Jokowi dan Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 mengadakan reuni yang digelar di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025).

    Para peserta reuni dengan tajuk “Spirit 80 Guyub Rukun Migunani” itu kompak mengenakan seragam berwarna biru, kecuali Jokowi yang memakai kemeja putih.

    Roy Suryo menilai acara reuni tersebut dilakukan secara mendadak karena adanya kekhawatiran terakait isu ijazah palsu Jokowi.

    Pria berusia 57 tahun itu juga menyebut acara reuni tersebut merupakan hal yang sangat lucu.

    “Bahkan acara hari ini yang diselenggarakan pun di Jogja, reuni dadakan yang sangat lucu itu, itu juga menunjukkan kekhawatiran luar biasa, dan dia sangat kelihatan post power syndrome,” kata Roy Suryo, dikutip dari kanal YouTube Official iNews, Sabtu (26/7/2025).

    Roy Suryo menyebut, acara reuni ini juga menjadi bahan tertawaan di seluruh kalangan grup UGM.

    “Dan menjadi bahan tertawaan. Itu menjadi bahan tertawaan di semua grup UGM,” kata dia.

    “Jadi reuni-reunian itu jadi bahan tertawaan. jadi kan makin menunjukkan kelasnya ini,” sambungnya.

    Kasus tudingan ijazah palsu Jokowi

    Jokowi sudah melaporkan kasus dugaan pencemaran nama baik terkait tudingan ijazah palsu ke Polda Metro Jaya pada 30 April 2025.

    Kasus ini terus berkembang dan memunculkan 5 orang terlapor hingga kini menjadi 12 orang terlapor.

    Dari 12 orang terlapor itu, ada juga nama mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, dalam daftar 12 orang terlapor itu.

    Status kasus ijazah Jokowi sudah dinaikkan ke penyidikan.

    Jokowi telah menjalani pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya di Mapolresta Solo pada Rabu (23/7/2025).

    Berikut daftar 12 terlapor kasus tudingan ijazah palsu Jokowi:

    Eggi Sudjana

    M. Rizal Fadillah

    Kurnia Tri Royani

    Ruslam Effendi

    Damai Hari Lubis

    Roy Suryo

    Rismon Sianipar

    Tifauzia Tyassuma (Dr. Tifa)

    Abraham Samad

    Michael Benyamin Sinaga

    Nurdian Noviansyah Susilo

    Ali Ridho (Aldo

  • KPK Segera Proses Hukum Donny Tri Istiqomah Usai Hasto Dinyatakan Bersalah

    KPK Segera Proses Hukum Donny Tri Istiqomah Usai Hasto Dinyatakan Bersalah

    GELORA.CO -Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan secepatnya memproses hukum advokat sekaligus kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Donny Tri Istiqomah yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait pergantian anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024.

    Hal itu dipastikan langsung Jurubicara KPK, Budi Prasetyo setelah Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto divonis bersalah dalam perkara suap dan dihukum 3,5 tahun penjara.

    “Secepatnya kami akan proses untuk tahap berikutnya, juga dengan melihat fakta-fakta dalam persidangan dalam perkara dugaan suap tersebut,” kata Budi kepada wartawan, Selasa, 29 Juli 2025.

    Namun demikian, Budi belum bisa memberi informasi kapan Donny akan diperiksa dan dilakukan penahanan.

    Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa Hasto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan tindak pidana korupsi berupa pemberian suap secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dalam dakwaan kedua alternatif pertama.

    Di mana, Hasto terbukti menyediakan dana Rp400 juta dari total Rp1,25 miliar untuk operasional suap kepada Wahyu Setiawan selaku mantan Komisioner KPU dalam rangka pergantian anggota DPR periode 2019-2024.

    Namun, Hasto tidak terbukti melakukan perintangan penyidikan perkara Harun Masiku, sehingga Hasto dibebaskan dari dakwaan Kesatu.

    “Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Hasto Kristiyanto dengan pidana penjara selama 3 tahun dan 6 bulan,” kata Hakim Ketua, Rios Rahmanto, Jumat, 25 Juli 2025.

    Selain itu, Majelis Hakim juga menjatuhkan pidana denda kepada Hasto sebesar Rp250 juta subsider 3 bulan kurungan.

    “Menetapkan masa penangkapan dan Penahanan yang dijalankan terdakwa dikurangi. Menetapkan terdakwa tetap ditahan,” pungkas Hakim Ketua Rios.

    Putusan itu diketahui lebih ringan dari tuntutan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK yang menuntut agar Hasto dipidana penjara selama 7 tahun dan denda Rp600 juta subsider 6 bulan kurungan

  • Polemik Ijazah Palsu Jokowi Menyentuh Partai Demokrat, Kaesang Ingin Temui AHY

    Polemik Ijazah Palsu Jokowi Menyentuh Partai Demokrat, Kaesang Ingin Temui AHY

    GELORA.CO  – Saat ini publik disajikan berita dugaan ijazah palsu milik mantan Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.

    Polemik ijazah itu pun kian melebar, membuat publik semakin gemas.

    Terbaru, nama Partai Demokat pun ikut terseret, karena sang pelapor ijazah palsu itu adalah Roy Suryo, mantan Walil Ketua Umum Partai Demokrat.

    Apakah benar demikian? Fungsionaris Partai Demokrat sudah membantahnya, dan dianggap sebagai fitnah.

    Untuk lebih jelas, kita coba memahami dulu soal ijazah palsu.

    Ijazah palsu merupakan ijazah yang bentuk, ciri, dan isinya tidak sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendidikan. 

    Aturan itu dikeluarkan oleh sekolah atau perguruan tinggi atau yang sederajat, baik negeri maupun swasta.

    Terkait polemik ijazah palsu Jokowi yang melebar, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menyatakan dirinya ingin bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

    Menurut Kaesang, komunikasi antar-partai penting dilakukan demi kepentingan bangsa. 

    “Dan saya pun juga ingin berencana ketemu dengan Pak Ketum Demokrat, Mas AHY. Semuanya untuk bangsa ini, tidak ada yang saling menjatuhkan juga,” ucap dia dikutip dari Kompas.com. 

    Menurut Kaesang, sang ayah yakni Jokowi tidak pernah menyebut dan menuduh “partai biru” sebagai dalang isu ijazah palsu yang belakangan mencuat. 

    Hal itu disampaikan Kaesang menanggapi spekulasi publik yang mengaitkan Partai Demokrat sebagai pihak di balik isu tersebut. 

    “Sebenarnya kan kalau yang saya lihat, ketika Bapak berbicara, kan tidak ada menuduh yang Partai Biru. Saya juga melihat kemarin dari Partai Demokrat bersuara juga,” ujar Kaesang.

    Menurut putra bungsu Jokowi itu, hubungan keluarganya dengan keluarga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama ini berjalan baik. 

    Bahkan, kata Kaesang, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang juga kakak kandungnya, sempat menjenguk SBY ketika sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). 

    “Tapi kita semua harus tahu hubungan kami dengan keluarganya Bapak SBY sangat baik. Kemarin juga Pak Wapres juga bertemu dengan beliau menjenguk di RSPAD,” kata Kaesang. 

    Sebelumnya, Partai Demokrat secara tegas membantah tuduhan bahwa mereka berada di balik isu ijazah palsu Presiden Jokowi. 

    “Partai Demokrat sama sekali tidak terlibat dan tidak ingin melibatkan diri soal kasus ijazah palsu,” kata Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Panjaitan di Gedung DPR RI, Senin (28/7/2025). 

    Menurut Hinca, tuduhan tersebut sebagai fitnah besar. 

    Dia juga menegaskan bahwa seluruh kader Demokrat tidak terlibat dalam isu tersebut. 

    “Sama sekali tidak ada keterlibatan Partai Demokrat dan kami semua kadernya terhadap itu,” tegas Hinca. 

    Eks Sekretaris Jenderal Demokrat itu juga memastikan bahwa Roy Suryo, salah satu pihak yang kerap menyuarakan isu ijazah palsu Jokowi, sudah tidak lagi menjadi anggota partainya. 

    “Jadi, tidak ada hubungan Roy Suryo dengan Partai Demokrat. Sama sekali tidak ada,” ujarnya. 

    “Mungkin orang menarik-narik, karena ada Roy Suryo yang pernah punya pengalaman bersama kami,” imbuhnya. 

    “Saya tegaskan sekali lagi, saya Sekjen Partai Demokrat waktu itu,” lanjut Hinca. 

    “Dan memastikan di era saya, Roy Suryo bukan lagi anggota Partai Demokrat. Karena itu, tidak ada hubungan antara apa yang dilakukan Roy Suryo dengan Partai Demokrat. Sama sekali tidak ada. Itu tanggung jawab pribadi dia,” tambahnya. 

    “Partai Biru” dan orang besar Isu soal “partai biru” mencuat setelah Jokowi menyebut ada pihak besar yang berada di balik serangan politik terhadap dirinya dan keluarganya, termasuk di antaranya soal tuduhan ijazah palsu dan wacana pemakzulan Wakil Presiden Gibran. 

    “Feeling saya mengatakan ada agenda besar politik dalam tuduhan ijazah palsu maupun pemakzulan,” kata Jokowi, saat ditemui di Solo, Jawa Tengah. 

    “Artinya memang ada orang besar, ada yang back up, ya itu saja,” ujar Jokowi, tanpa menyebutkan nama maupun partai tertentu. 

    Namun, dugaan soal “partai biru” mulai mencuat usai Sekjen Peradi Bersatu Ade Darmawan selaku pelapor Roy Suryo memberikan pernyataan dalam wawancara di Kompas TV. 

    Saat itu, Ade menyatakan dirinya tidak bisa mengungkapkan secara langsung siapa dalang di balik isu ijazah Jokowi, tapi dia meminta publik memperhatikan warna bajunya. 

    Dalam tayangan wawancara tersebut, Ade tampak mengenakan baju berwarna biru. 

    “Nah, ini kalau ini kita tidak bisa langsung menuduh ya, mungkin di sini dugaan-dugaan saja,” ujarnya. 

    “Tetapi saya tidak bisa langsung menjurus ke sana, tetapi dengan tampilan saya, mungkin teman-teman Kompas TV dan teman-teman pemirsa dari Kompas seluruh Indonesia sudah melihat saya tampilan hari ini saya berbaju apa,” kata Ade, seperti dikutip dari Kompas TV pada Senin (28/7/2025) dini hari. 

    “Sisa men-challenge saja, mencari pemikiran sendiri, berpikir masyarakat sendiri, bahwa siapa kira-kira dalangnya,” ucapnya lagi. 

    “Saat ini saya berbaju apa? Nah, itu mungkin salah satu clue yang bisa saya sampaikan,” tandas Ade.

  • Sosok Mulyono Disebut Dokter Tifa Cuma Calo Tiket yang Mengaku Teman Jokowi

    Sosok Mulyono Disebut Dokter Tifa Cuma Calo Tiket yang Mengaku Teman Jokowi

    GELORA.CO – Sosok Mulyono yang mengaku teman kuliah Presiden ketujuh Jokowi diragukan, terutama oleh Muhammad Taufiq (pengacara senior di Surakarta) dan dokter Tifa (Pegiat Media Sosial) aktif

    Keduanya mengatakan Mulyono bukalah teman di Universitas Gajah Mada, melainkan hanya calo tiket terminal yang bernama asli Wakidi.

    Namun tudingan ini dibantah langsung Mulyono didampingi kader Partai Solidaritas Indonesia, Dian Sandi Utama. 

    “Nah ini dia Pak Mulyono, yang dibilang sebagai calo tiket terminal, sampai Pak Taufiq itu pergi cari tahu ke terminal,”  kata Dian Sandi seperti dikutip dari Instagramnya yang tayang pada Senin (28/7/2025). 

    “Ternyata, dijawab sama orang terminal, saya tidak pernah melihat orang ini begitu dilihatkan foto. Karena mereka sedang fitnah-fitnah aja,” sambungnya.

    Dian Sandi meminta Mulyono menjelaskan sedikit terkait dengan kegiatan yang dilakukannya selepas menamatkan kuliah. 

    Selepas kuliah, Mulyono mengatakan dirinya merantau ke sejumlah wilayah di Indonesia.

    “Saya selesai kuliah tuh langsung di Pulau Mentawai, dari Mentawai ya keliling lah sampai Maluku, Sulawesi, Papua dan terakhir di Jambi,” ujarnya. 

    Dian lalu bertanya kepada Mulyono apakah pernah menjadi calo tiket seperti yang dituduhkan. 

    Mendengar pertanyaan itu, Mulyono tertawa lepas. 

    “Ha..ha..ha.. Kalau beli (tiket) pernah pak,” katanya diikuti dengan tawa. 

    Sebelumnya, Mulyono juga sempat diwawancarai oleh awak media pada saat acara reunian terkait kesibukannya setelah lulus. 

    Mulyono kala itu menjawab bahwa dirinya bekerja berpindah-pindah wilayah dari Sumatera, Maluku, Sulawesi hingga Papua. Terakhir, berpindah tempat ke Jambi. 

    Ia mengaku sebagai pekerja swasta yang tidak pernah pensiun. 

    “Saya kan orang swasta jadi enggak pernah pensiun. Saya kerja di bidang kehutanan, saya di lapangan seperti survey, inventarisasi area-area,” pungkasnya seperti dikutip dari Kompas TV. 

    Dokter Tifa Bersuara Beri Tuduhan

    Dokter Tifa menyebut nama asli Mulyono adalah Wakidi, calo di Terminal Tirtonadi, Solo.

    Pernyataan itu diungkap dr Tifa di akun X miliknya, yang ramai dikomentari warganet.

    Namun, Dokter Tifa mendapatkan informasi Wakidi ini bukan seorang Insinyur.

    Hal lain yang membuat Dokter Tifa terheran-heran adalah bagaimana seorang lulusan Insinyur tak mampu membeli gigi palsu.

    “Ada lagi ‘Alumni UGM Angkatan 80’ yang mengaku bernama Mulyono, dan skripsinya ambil bidang Ekonomi Manajemen.”

    “Setelah BIN bekerja, bukan BIN yang itu tetapi Badan Intelijen Netizen, ketahuan, ternyata Mulyono ‘Alumni UGM bidang Ekonomi Manajemen’ ini nama aslinya Wakidi, calo Terminal Bus Tirtonadi Solo.”

    “Pantessaan, kok saya ragu ya, ada Alumni UGM seperti ini, masa Insinyur beli gigi palsu ngga sanggup?” cuit Dokter Tifa pada Minggu.

    Dokter Tifa juga menyinggung sistem pendidikan Indonesia yang terasa mudah untuk dimanipulasi.

    “Betul-betul UGM dibuat nyungsep ke comberan sama si Mukidi, temennya si Wakidi”

    “Renungan, betapa mudahnya di Indonesia ini, orang ngaku-ngaku lulusan Universitas ini dan itu, apalagi kalau sudah berbekal “Ijazah” walau bikinan pasar Pramuka bukan bikinan Universitas. Sedihnya negeriku,” lanjut Dokter Tifa.

    Tudingan Serupa

    Seorang pengacara senior di Surakarta, Muhammad Taufiq mengklaim telah melakukan investigasi mengenai sosok yang mengaku sebagai Mulyono itu. 

    Ia mendapatkan informasi bahwa Mulyono bernama asli Wakidi. 

    “Saya sudah investigasi, jadi saya sudah ketemu sama pentolan terminal, saya itu punya akses ke mana-mana karena maklum saya pernah menjadi anggota DPR termuda Surakarta dua periode dan komisi saya adalah komisi kesejahteraan rakyat membidangi antara lain, perguruan, tenaga kerja, pendidikan dan sebagainya. Singkat kata, saya sudah ketemu dan yang bersangkutan namanya adalah Wakidi,” ujar Taufiq dikutip dari YouTube Hersubeno Point yang tayang pada Senin (28/7/2025).

    Taufiq membongkar profesi sebenarnya yang dilakoni oleh Wakidi.

    Wakidi ternyata bekerja sebagai calo tiket. 

    “Itu (yang teriak) Madiun-madiun, Surabaya-surabaya, Sidoarjo-sidoarjo,” kata Taufiq sembari menirukan suara teriakan yang biasa dilakukan calo terminal. 

    “Wakidi bukan Mulyono, dia lima tahun yang lalu itu adalah calo tiket terminal, ada yang memang bagian dari bus. Tapi, kalau dia ini bebas (tak terikat),” tambahnya. 

    Ia pun menantang kepada publik, terutama pihak yang pro terhadap Jokowi, untuk bisa membantah tuduhannya itu. 

    “Silakan kalian bantah, kalian bantah, aku ini wong Solo, lahir di Solo menyelesaikan S1, S2, S3 di Solo. (Kuliah) UNS 11 Maret. Enggak usah didebat ijazah ku asli. Temen-temennya asli semua, ada semua. Kalau ditanya disertasi ya ngerti,” pungkasnya.

    Mulyono mengaku teman Jokowi saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).

    Mulyono mengatakan, Jokowi salah satu mahasiswa berprestasi di Fakultas Kehutanan UGM saat itu.

    Menurutnya, justru Jokowi lulus lebih dulu daripada Mulyono dan beberapa temannya yang lain.

    Mulyono juga hadir di acara reuni Fakultas Kehutanan UGM, di Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025).

    Jokowi saat itu memberikan sambutan di depan teman-temannya.

    Saat itu, teman-teman Jokowi menunjuk seorang alumni bernama Mulyono.

    “Ini Mulyono asli, Pak,” kata rekan Jokowi sambil menunjuk seorang pria bertopi hitam.

    Melihat temannya itu, Jokowi pun langsung berkelakar.

    “Jangan nambah masalah lagi. Hari Mulyono sudah almarhum, ini tambah lagi,” kata Jokowi disambut tawa oleh rekan-rekannya.

    Rupanya Mulyono merupakan teman satu angkatan Jokowi di tahun 1980. 

    “Saya Mulyono, masuk kehutanan tahun 1980 di Fakultas Kehutanan UGM dengan nomor mahasiswa 1684,” kata Mulyono dikutip dari Kompas TV, Sabtu (26/7/2025).

    Menurut Mulyono, ia tidak pernah mau tahu soal sosok Hari Mulyono yang dikaitkan dengan Jokowi.             

    “Saya Mulyono, kalau Pak Jokowi saya tahunya namanya Joko Widodo, pernah sama-sama kuliah, pernah satu kampus, pernah ngobrol,” bebernya.

    “Satu angkatan, dulu gak ada kelas, masuk bareng tahun 80. Dulu gak ada jurusan,” kata Mulyono lagi.

    Berbeda dengan Jokowi yang mengambil skripsi soal teknologi hasil hutan, Mulyono justru menyusun skripsi soal ekonomi management.

    “Saya Fakultas Kehutanan cuma dulu ambil skripsinya bidang ekonomi management.

    Saat itu tidak ada jurusan, hanya Fakultas Kehutanan.

    Ada ekonomi management, ada teknologi hasil hutan,” bebernya.

    Menurut Mulyono, ia lulus dari UGM lebih lama dari Jokowi.

    Jokowi lulus dari Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985.

    “(Mulyono) Lulus tahun 1987, wisudanya bulan Februari. Pak Jokowi memang nilainya lebih bagus dari saya,” ungkapnya.

    Mulyono menuturkan, saat kuliah Jokowi merupakan sosok yang biasa saja.

    “Dia sih biasa-biasa saja, selalu inget kalau ketemu selalu sapa sebelum jadi pejabat.

    Pas jadi wali kota kalo ketemu selalu nyapa juga,” ungkapnya

  • Respon Mulyono Teman Kuliah Jokowi Setelah Dituding sebagai Wakidi Calo Tiket Terminal

    Respon Mulyono Teman Kuliah Jokowi Setelah Dituding sebagai Wakidi Calo Tiket Terminal

    GELORA.CO –  Mulyono akhirnya memberi klarifikasi atau meluruskan tudingan  Muhammad Taufiq (pengacara senior di Surakarta) dan dokter Tifa (Pegiat Media Sosial).

    Teman kuliah Mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) tersebut dituding sebagai calo tiket terminal.

    Tudingan tersebut muncul setelah Mulyono dan Jokowi menghadiri reuni Fakultas Kehutanan UGM.

    Sebelumnya, Mulyono jadi sorotan setelah dituding cuma calo tiket terminal dan bukan teman kuliah Mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) di Universitas Gadjah Mada (UGM). 

    Keduanya kompak menyebut bila sosok Mulyono merupakan seorang calo tiket di terminal dengan nama asli Wakidi. 

    Namun nyatanya, tuduhan yang diutarakan keduanya kini langsung dibantah oleh yang bersangkutan.

    Mulyono didampingi Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dian Sandi Utama memberikan klarifikasinya. 

    “Nah ini dia Pak Mulyono, yang dibilang sebagai calo tiket terminal, sampai Pak Taufiq itu pergi cari tahu ke terminal,”  kata Dian Sandi seperti dikutip dari Instagramnya yang tayang pada Senin (28/7/2025). 

    “Ternyata, dijawab sama orang terminal, saya tidak pernah melihat orang ini begitu dilihatkan foto. Karena mereka sedang fitnah-fitnah aja,” sambungnya.

    Dian Sandi meminta Mulyono menjelaskan sedikit terkait dengan kegiatan yang dilakukannya selepas menamatkan kuliah.  

    Selepas kuliah, Mulyono mengatakan dirinya merantau ke sejumlah wilayah di Indonesia.

    “Saya selesai kuliah tuh langsung di Pulau Mentawai, dari Mentawai ya keliling lah sampai Maluku, Sulawesi, Papua dan terakhir di Jambi,” ujarnya. 

    Dian lalu bertanya kepada Mulyono apakah pernah menjadi calo tiket seperti yang dituduhkan. 

    Mulyono Tertawa Lepas

    Mendengar pertanyaan itu, Mulyono tertawa lepas. 

    “Ha..ha..ha.. Kalau beli (tiket) pernah pak,” katanya diikuti dengan tawa. 

    Sebelumnya, Mulyono juga sempat diwawancarai oleh awak media pada saat acara reunian terkait kesibukannya setelah lulus. 

    Mulyono kala itu menjawab bahwa dirinya bekerja berpindah-pindah wilayah dari Sumatera, Maluku, Sulawesi hingga Papua. Terakhir, berpindah tempat ke Jambi. 

    Ia mengaku sebagai pekerja swasta yang tidak pernah pensiun. 

    “Saya kan orang swasta jadi enggak pernah pensiun. Saya kerja di bidang kehutanan, saya di lapangan seperti survey, inventarisasi area-area,” pungkasnya seperti dikutip dari Kompas TV. 

  • Apa yang Dikeruk dari Republik Ini sehingga Kaya Raya?

    Apa yang Dikeruk dari Republik Ini sehingga Kaya Raya?

    GELORA.CO – Pernyataan Luhut Pandjaitan mengenai dugaan ijazah palsu mantan Presiden Jokowi mendadak ramai diperbincangkan.

    Bagaimana tidak, mantan Menko Bidang Kemaritiman ini mengatakan bahwa membahas ijazah Jokowi merupakan sesuatu hal yang tidak penting.

    Tidak berhenti di situ, Kepala Dewan Ekonomi Nasional Indonesia ini mempertanyakan kontribusi kepada negara oleh pihak yang selalu mempersoalkan ijazah Jokowi.

    Menanggapi hal tersebut, Aktivis Kolaborasi Rakyat Jakarta, Andi Sinulingga, memberikan komentar menohok kepada orang dekat Jokowi ini.

    “Lalu apa yang dikeruk dari negara ini sehingga kaya raya?,” kata Andi di X @AndiSinulingga (29/7/2025).

    Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan punya pandangan berbeda soal polemik dugaan ijazah palsu mantan Presiden Jokowi.

    Mantan Menko Kemaritiman itu menilai bahwa membahas persoalan ijazah bukan hal esensial untuk kemajuan bangsa.

    Ia menegaskan bahwa yang lebih penting adalah kontribusi nyata terhadap negara, bukan sekadar memperdebatkan latar belakang administratif seseorang.

    Hal ini diungkapkan Luhut saat menghadiri peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/7/2025).

    Alih-alih mempermasalahkan hal yang baginya kurang signifikan, Luhut justru mendorong agar perhatian masyarakat dialihkan ke hal-hal yang lebih substansial, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

    Baginya, mendirikan sekolah unggulan dan memperkuat pendidikan jauh lebih bermanfaat daripada larut dalam polemik yang berulang dan tak produktif.

    Bahkan, pria yang kini menjabat sebagai Kepala Dewan Ekonomi Nasional Indonesia itu mengaku tak ingat di mana ijazahnya disimpan.

    “Apa sih ijazah itu? Saya pun enggak tahu ijazah saya di mana saya taruh, dan saya pikir tidak relevan. Yang paling relevan itu apa yang kau berikan, kontribusikan pada negara ini,” tegasnya.

    Luhut juga mengimbau agar publik tetap berpikir jernih dan tidak memperkeruh suasana, apalagi di tengah upaya kolektif menuju kemajuan.

    “Kau tanya pada dirimu, apa yang sudah kau berikan pada negara ini? Apakah kau memberikan keributan atau pikiran-pikiran untuk membuat Indonesia lebih bagus?,” tandasnya.