Category: elshinta.com Politik

  • Menko PM terima doktor kehormatan dari Universitas Bodhisastra Florida

    Menko PM terima doktor kehormatan dari Universitas Bodhisastra Florida

    Mantan anggota DPR RI Luluk Nur Hamidah (kanan) saat menerima penghargaan mewakili Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jakarta, Sabtu (31/5/2025). (ANTARA/HO-PKB)

    Menko PM terima doktor kehormatan dari Universitas Bodhisastra Florida
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 02 Juni 2025 – 12:51 WIB

    Elshinta.com – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menerima gelar doktor kehormatan honoris causa dari Universitas Bodhisastra, Florida, Amerika Serikat. Mantan anggota DPR RI Luluk Nur Hamidah saat menerima penghargaan mewakili Cak Imin, mengatakan pemberian gelar tersebut merupakan bentuk penghormatan sekaligus pengakuan internasional kepada Menko PM.

    “Ini merupakan penghormatan sekaligus pengakuan internasional atas kerja-kerja, dedikasi, loyalitas, dan juga energi Muhaimin dalam hal kepemimpinan maupun komitmen terhadap kesejahteraan, pemberdayaan, serta kebijakan yang inklusif dan berkeadilan untuk masyarakat,” kata Luluk dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

    Menurut dia, pemberian gelar kehormatan tersebut juga merupakan pengakuan terhadap manajemen perubahan sosial yang berdampak langsung terhadap masyarakat luas di masa kepemimpinan Menko PM Cak Imin.

    “Kepemimpinan Cak Imin merupakan sesuatu yang bermakna menurut mereka, yakni kepemimpinan politik dan juga di pemerintahan yang memadukan idealisme serta dedikasi untuk membuat perubahan yang terbaik bagi rakyat Indonesia,” ujarnya.

    Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa Menko PM sangat layak mendapatkan penghargaan tersebut. Selain Cak Imin, pemberian gelar doktor kehormatan juga diberikan kepada Wakil Perdana Menteri Timor Leste Francisco Kalbuadi Lay, dan Duta Besar Timor Leste untuk Kamboja Ermenegildo Kupa Lopes.

    Sumber : Antara

  • Kehadiran Megawati hingga Try Sutrisno perkuat nilai Pancasila

    Kehadiran Megawati hingga Try Sutrisno perkuat nilai Pancasila

    Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia saat menyampaikan tanggapan terkait Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 di Lapangan Upacara Gedung Pancasila, Jakarta, Senin (2/6/2025). (ANTARA/Andi Firdaus)

    Bahlil: Kehadiran Megawati hingga Try Sutrisno perkuat nilai Pancasila
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 02 Juni 2025 – 14:35 WIB

    Elshinta.com – Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menilai peringatan Hari Lahir Pancasila yang dihadiri sederet tokoh nasional, seperti Megawati Soekarnoputri hingga Try Sutrisno, menjadi momentum memperkuat komitmen dalam menjalankan pemerintahan yang berpihak pada Pancasila.

    Bahlil, seusai menghadiri Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 di Gedung Pancasila, Jakarta, Senin, mengatakan kehadiran tokoh nasional itu menunjukkan semangat kebangsaan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

    “Saya pikir, ini sebuah hal yang positif ya. Jadi tidak hanya kita merayakan secara seremoni, tapi kita harus memaknai hari lahirnya Pancasila sebagai pedoman untuk mengurus rakyat dengan baik,” katanya.

    Turut hadir memenuhi undangan Upacara Hari Lahir Pancasila 2025, di antaranya Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla, serta Wakil Presiden Ke-6 RI Try Sutrisno.

    Menanggapi perubahan jadwal upacara yang dimajukan ke hari kerja, Bahlil menilai hal tersebut bukan hal yang perlu diperdebatkan.

    “Yang penting adalah esensinya, nilai-nilainya yang kita harus jaga,” ujarnya.

    Bahlil yang juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menyoroti arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pemerintahan bersih dari korupsi, pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, serta posisi negara yang tidak tunduk pada intervensi asing atau kepentingan pengusaha.

    “Pengusaha tidak boleh mengatur negara. Tetapi negara juga tidak boleh memusuhi pengusaha. Kita butuh kerja sama yang baik,” ujarnya.

    Sumber : Antara

  • GenEtika Nusantara di era simulakra

    GenEtika Nusantara di era simulakra

    Sejumlah peserta mengikuti Karnaval Pancasila di Denpasar, Bali, Minggu (1/6/2025). Karnaval Pancasila diikuti puluhan peserta dari berbagai paguyuban tersebut digelar untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan memperkuat toleransi dalam menjaga keberagaman. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa. (ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO)

    Pancasila 5.0: GenEtika Nusantara di era simulakra
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 02 Juni 2025 – 11:47 WIB

    Elshinta.com – Setiap 1 Juni, bangsa Indonesia berdiri dalam momen transenden; menoleh ke masa lalu, menghadap masa depan. Setiap 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila. 

    Tapi Pancasila bukan sekadar dokumen sakral dari masa 1945. Ia bukan fosil ideologis yang disembah, tanpa dipahami, melainkan merupakan dokumen hidup, yang terus tumbuh dalam denyut zaman, dalam interaksi antara adat, teknologi, spiritualitas, dan kecerdasan kolektif.

    Hari kelahiran Pancasila bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan juga sebagai  event ontologis, momen ketika bangsa Indonesia menyatakan eksistensinya, bukan hanya secara geografis, tetapi juga secara filosofis. Di sinilah kita memahami Pancasila bukan sebagai lima kalimat normatif, tetapi sebagai genom kebudayaan, kode-kode nilai yang mengatur kerja kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam bentuk yang terus mengalami ekspresi baru, seiring waktu.

    Jika kita membaca Pancasila dengan pendekatan filologi, antropologi, dan bahkan neurofilsafat, maka kita akan menemukan bahwa ia merupakan sulaman dari lapisan-lapisan sejarah panjang Nusantara. Dari mantra dalam Kakawin Sutasoma, ke arsitektur sosial Minangkabau, hingga naskah-naskah kuno Bugis dan Bali, nilai-nilai yang kini kita kenal sebagai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan telah lama hidup dalam bentuk adat dan laku.

    Soekarno pada 1 Juni 1945 bukan menciptakan Pancasila dari kekosongan, melainkan mengekstraknya dari roh bangsa, dari nadi peradaban yang mengalir di tubuh Indonesia. Di sinilah Pancasila memiliki sifat fenomenologis, ia bukan ide asing, tetapi artikulasi dari pengalaman batin kolektif bangsa.

    Namun, hari ini, kita hidup dalam zaman yang tidak lagi linier. Dunia sedang bergerak menuju technological singularity, sebuah titik kritis di mana kecerdasan buatan, bioteknologi, dan quantum computing melampaui batas kendali manusia. Di tengah laju eksponensial ini, Pancasila harus melakukan mutasi etik: dari teks statis menjadi meta-framework (kerangka makna) yang mampu menavigasi manusia melintasi etika teknologi.

    Etikopoliteknologi

    Kita hidup dalam dunia yang didominasi oleh biopolitik, kebijakan tentang tubuh, data, gen, dan jiwa. Negara hari ini tidak hanya mengatur batas teritorial, tetapi juga algoritma AI, rekayasa genetik (CRISPR), pengumpulan data biometrik, hingga jaringan sosial yang mempengaruhi persepsi kebenaran.

    Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, harus diredefinisi bukan semata doktrin agama, melainkan sebagai prinsip transendental etik, nilai moral universal yang menjadi pagar bagi eksploitasi kehidupan oleh teknologi. Kita butuh etika spiritual untuk menjawab pertanyaan, bolehkah manusia “mendesain” manusia lain, dengan rekayasa genetika? Apakah kecerdasan buatan boleh mengambil alih keputusan medis, hukum, atau bahkan spiritual?

    Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, kini menjadi dasar bagi humanisme algoritmik. Dunia algoritma tidak netral. AI bisa bias, diskriminatif, bahkan represif bila tidak dikawal. Maka, Pancasila bukan hanya alat moral, tetapi firewall sosial yang mencegah otoritarianisme digital.

    Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, kini bermakna simbiosis digital, penyatuan keragaman dalam arsitektur teknologi yang inklusif dan etis. Di era simulakra dan algoritma, persatuan bukan keseragaman, melainkan harmoni empatik dalam interkoneksi sosial. Dalam geopolitik digital, ia menjadi tameng kedaulatan siber dan identitas nasional dari kolonialisme data.

    Sila Keempat mencerminkan demokrasi deliberatif, musyawarah berbasis hikmah, bukan sekadar suara mayoritas. Di era digital, kita butuh sistem e-deliberasi dan AI yang etis, reflektif, serta memahami konteks budaya. Melalui teknologi, seperti web3 dan blockchain, rakyat bisa turut serta membentuk kebijakan secara inklusif, adil, dan transparan.

    Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, menjadi sangat relevan ketika kita bicara distribusi kekayaan di era ekonomi digital. Siapa yang mendapat akses terhadap energi terbarukan, pendidikan AI, dan pelayanan nanomedicine? Di sinilah Pancasila harus menjadi prinsip dasar untuk mewujudkan ekonomi etis berbasis solidaritas, bukan sekadar pasar bebas.

    Collaborative Intelligence

    Gotong royong bukan nostalgia kampung, tetapi formasi epistemik yang sangat futuristik. Di dunia yang semakin kompleks, problem global, seperti pandemi, perubahan iklim, dan disinformasi tidak bisa diselesaikan oleh individu, negara, atau satu sektor saja. Diperlukan collective problem-solving, yang dalam bahasa Bung Karno dan bahasa budaya masyarakat kita disebut “gotong royong.”

    Gotong royong dalam konteks ini adalah collaborative intelligence, kecerdasan kolektif yang terdistribusi antaraktor negara dan non-negara, seperti ilmuwan, seniman, pelaku startup, komunitas adat, hingga AI itu sendiri. Prinsip deliberasi dalam sila keempat harus diterjemahkan ke dalam sistem digital deliberative democracy, di mana keputusan publik tidak dibuat oleh segelintir elite, tetapi melalui partisipasi yang luas dan etis, termasuk di dunia maya.

    Pendidikan Pancasila tidak bisa lagi mengandalkan metode hafalan dan ceramah moral. Kita butuh pendekatan transdisipliner dan eksperiensial, di mana Pancasila bukan hanya diajarkan, tapi dialami dalam kehidupan sehari-hari, melalui project-based learning, kerja sosial digital, serta eksperimen kewarganegaraan di ruang virtual.

    Kurikulum 6.0 berpotensi menantang siswa untuk merumuskan “Keadilan Sosial” dalam ekosistem kripto, atau mendiskusikan “Ketuhanan” dalam konteks metaverse. Di sini, Pancasila menjadi filsafat hidup yang tidak hanya menjawab masa kini, tetapi mengantisipasi masa depan.

    Genom kebangsaan

    Di ranah bioteknologi, kita mengenal istilah genome editing, proses mengubah cetak biru genetik untuk memperbaiki penyakit atau meningkatkan kapasitas biologis. Maka mari kita gelorakan dengan bangga bahwa Pancasila adalah genom sosial Indonesia, DNA kolektif yang membentuk siapa kita, dan ke mana kita menuju.

    Namun, seperti halnya genom biologis, genom Pancasila juga rentan terhadap mutasi. Ideologisasi sempit, reduksi simbolik, dan distorsi kekuasaan. Tugas kitalah menjadi etika rekayasa bagi Pancasila, menjaganya agar tetap adaptif, namun tidak kehilangan identitasnya.

    Di tengah dunia yang tercerai oleh konflik, krisis iklim, dan perang narasi, Pancasila dapat menjadi tawaran etis dari Selatan Global (Global South). Suatu filosofi kebangsaan yang spiritual, namun rasional, nasional namun kosmopolit, tradisional namun sangat futuristik. Di sinilah Pancasila berperan sebagai soft power global.

    Indonesia amat berpotensi memimpin forum internasional, bukan dengan kekuatan militer atau ekonomi, tetapi dengan kekuatan nilai, yakni mendamaikan konflik berbasis identitas, menawarkan platform dialog antaragama, dan menjadi laboratorium bagi demokrasi partisipatif berbasis adat dan AI.

    Menuju Nusantara 5.0

    Jika Jepang mengenalkan Society 5.0, sebuah tatanan sosial berbasis AI dan IoT, maka Indonesia bisa membangun Nusantara 5.0, yakni peradaban digital yang mengakar pada kearifan lokal dan spiritualitas ekologis. Di sinilah Pancasila menjadi operating system dari tatanan itu, mengatur bagaimana manusia, mesin, dan makhluk hidup lain berinteraksi dalam kesetimbangan.

    Pancasila 5.0 bukan ide utopis. Ia adalah kerja harian; dalam desain kebijakan publik yang adil, dalam teknologi yang humanistik, dalam media yang edukatif, dan dalam ruang sosial yang terbuka bagi keberagaman. Dalam metafora Whitehead tentang proses menjadi (process philosophy), realitas adalah sungai yang tidak pernah diam. Maka Pancasila pun bukan monumen, tetapi sungai yang mengalir dari masa lalu, melintasi kini, menuju cakrawala.

    Hari ini, kita bukan hanya memperingati kelahiran Pancasila, tapi membidani kelahiran barunya. Dalam bahasa genetik, dalam sistem digital, dalam bentuk diplomasi budaya, dan dalam laku harian masyarakat. Tugas kita bukan membekukan Pancasila dalam keabadian simbolik, tetapi memastikan ia terus berdenyut sebagai jiwa zaman. Ia adalah benih nilai yang tumbuh dari akar leluhur, dan kini bersiap menjulang menjadi pohon peradaban masa depan.

    Selama Pancasila hidup dalam nalar, nurani, dan tindakan kolektif bangsa, Indonesia bukan sekadar akan bertahan, melainkan bangkit sebagai poros kemajuan global. Pancasila adalah kode genetik Nusantara. Masa depan adalah manifestasi luhur dari nilai-nilai itu yang menjelma dalam teknologi, budaya, dan kebijakan dunia.

    Sumber : Antara

  • Survei IPO catat 81 persen publik puas atas kinerja Presiden Prabowo

    Survei IPO catat 81 persen publik puas atas kinerja Presiden Prabowo

    Presiden Prabowo Subianto. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc/aa.

    Survei IPO catat 81 persen publik puas atas kinerja Presiden Prabowo
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 16:29 WIB

    Elshinta.com – Survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO) mencatat 81 persen masyarakat puas atas kinerja Presiden RI Prabowo Subianto. Sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu, berdasarkan survei tersebut sebanyak 81 persen responden menyatakan puas dengan kinerja Presiden, sementara 19 persen merasa tidak puas.

    Dari total 1.200 responden, 13 persen menyatakan sangat puas, 46 persen puas, 22 persen cukup puas, 15 persen tidak puas, dan 4 persen sangat tidak puas.

    “Angka kepuasan yang tinggi ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki harapan terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo, meskipun tantangan besar di bidang ekonomi dan lapangan pekerjaan masih harus dihadapi,” kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah.

    Survei ini juga mengidentifikasi beberapa alasan di balik kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Prabowo. Sebanyak 19,5 persen menilai Prabowo tegas dan berwibawa, 16,7 persen mengapresiasi dukungannya terhadap pemberantasan korupsi, dan 11,5 persen menyoroti pengalamannya di pemerintahan.

    Selain itu, 9,4 persen menilai program-program Presiden memihak rakyat, 6,2 persen memuji bantuan sosial, dan 5,9 persen mengakui manfaat program makan bergizi gratis. Faktor lain seperti ketertarikan pada sosok presiden (3,6 persen), kepedulian terhadap rakyat kecil (3,4 persen), dan kecepatan kerja (2,5 persen) turut berkontribusi.

    Sebagian kecil responden juga menyebutkan kemampuan menyejahterakan masyarakat (2,5 persen), jaminan keamanan (2,4 persen), dihormati negara lain (1,8 persen). Berikutnya, pembelaan terhadap Palestina (0,9 persen), menstabilkan harga sembako (0,7 persen), dan tokoh paling ikhlas (0,50 persen) sebagai alasan kepuasan mereka. Namun, 12,5 persen responden memilih tidak tahu atau tidak menjawab.

    Dalam survei tersebut, masyarakat juga menyampaikan masalah paling penting yang harus segera ditangani Pemerintah. Sebanyak 31,8 persen menuntut harga sembako yang lebih terjangkau, 12,5 persen memprioritaskan lapangan kerja, dan 9,6 persen menginginkan keamanan yang lebih baik.

    Isu lainnya mencakup kesejahteraan rakyat (7,9 persen), pemberantasan korupsi (7,4 persen), serta jaminan kesehatan (7,1 persen), pembangunan infrastruktur (4,5 persen), biaya pendidikan murah (3,5 persen). Selanjutnya penegakan hukum (2 persen), tidak menambah utang negara (1,9 persen), pemberantasan amoral, kriminal, dan premanisme (1,5 persen), jaminan kebebasan berpendapat (1,1 persen), dan lainnya (7,1 persen).

    “Pemerintah harus fokus kebijakan pro-rakyat agar stabilitas ekonomi dan sosial terjaga,” ucap dia.

    Survei IPO ini dilaksanakan antara tanggal 22 hingga 28 Mei 2025, melibatkan 1.200 responden melalui wawancara langsung. Margin of error yang diperoleh adalah 2,90 persen, dengan tingkat akurasi data mencapai 95 persen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling (MRS) untuk menjamin representativitas data.

    Sumber : Antara

  • Koruptor hingga perusak lingkungan bukan Pancasilais

    Koruptor hingga perusak lingkungan bukan Pancasilais

    Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat (tengah) bertindak sebagai inspektur upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (1/6/2025). (ANTARA/HO-PDIP)

    PDIP: Koruptor hingga perusak lingkungan bukan Pancasilais
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 17:53 WIB

    Elshinta.com – Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa koruptor hingga perusak lingkungan bukan termasuk penganut nilai-nilai Pancasila atau Pancasilais karena perbuatannya tidak selaras dengan ideologi dasar negara.

    “Mereka-mereka yang korupsi sampai miliaran dan puluhan miliar, bahkan ratusan miliar, itu adalah mereka-mereka bukan seorang Pancasilais. Dialah pengkhianat dari Pancasila,” kata Djarot dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Jakarta Selatan, Minggu.

    Adapun perusak lingkungan yang dimaksud Djarot ialah oknum penguasa tambang yang merugikan masyarakat.

    “Mereka-mereka yang menguasai tambang beribu-ribu hektare, menyengsarakan rakyat, dan merusak lingkungan itu adalah pengkhianat Pancasila,” ucapnya.

    Oleh sebab itu, menurut Djarot, koruptor hingga perusak lingkungan harus dilawan dengan semangat jiwa Pancasila.

    “Saudara-Saudara, banyak sekali ketimpangan-ketimpangan yang ada di antara kita sehingga itulah yang menjadi dasar kita untuk selalu berjuang, berjuang, dan berjuang,” seru Djarot.

    Ia pun menyampaikan bahwa Pancasila bukan azimat dan sekadar jargon. Lebih dari itu, sebagaimana yang diinginkan Bapak Proklamator Soekarno, Pancasila mesti diperjuangkan agar menjadi realitas.

    Menurut Djarot, orang yang berjiwa Pancasila selalu bersemayam nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam jiwanya serta senantiasa dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab ketika bertindak.

    “Mereka-mereka yang dijiwai oleh Pancasila adalah mereka-mereka yang gandrung akan persatuan, mereka-mereka yang benar-ò menghindari fitnah dan adu domba sesama warga bangsa,” ujarnya.

    Selain itu, Djarot menyebut orang yang berjiwa Pancasila akan menjunjung demokrasi yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dan musyawarah untuk mufakat.

    Pada akhirnya, kata dia, para Pancasilais mendambakan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

    “Masih banyak yang harus kita kerjakan, tapi percayalah, Pancasila akan selalu abadi, Pancasila akan selalu jaya, dan Pancasila selalu akan bersemayam di dalam jiwanya

     bangsa Indonesia untuk tetap tegaknya NKRI,” tuturnya.

    Sumber : Antara

  • Pancasila perkokoh moral bangsa di tengah tantangan zaman

    Pancasila perkokoh moral bangsa di tengah tantangan zaman

    Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (ANTARA/HO-Biro Adpim Jatim)

    Khofifah: Pancasila perkokoh moral bangsa di tengah tantangan zaman
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 14:07 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa Pancasila memiliki peran sentral dalam memperkokoh moral bangsa di tengah gempuran tantangan zaman, baik dari dalam negeri maupun dari dinamika global yang terus berkembang.

    Khofifah menekankan bahwa tema nasional peringatan tahun ini, “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya”, merupakan panggilan sejarah untuk menjaga arah kebangsaan Indonesia agar tetap kokoh di tengah dinamika zaman.

    “Pancasila adalah kompas moral bangsa. Di tengah disrupsi teknologi, krisis iklim, dan polarisasi geopolitik dunia, kita harus kembali pada akar nilai-nilai kebangsaan yang telah dirumuskan para pendiri bangsa,” ujar Khofifah dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Minggu.

    Khofifah mengingatkan bahwa tantangan terhadap keutuhan bangsa tidak hanya berasal dari luar, melainkan juga dari dalam, seperti menguatnya sentimen identitas sempit, rendahnya literasi digital yang memicu penyebaran hoaks dan disinformasi, serta meningkatnya kesenjangan sosial.

    Menurutnya, Pancasila bukan hanya sekadar ideologi negara, melainkan juga kekuatan hidup yang membimbing masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menjadi benteng dari ekstremisme dan pragmatisme yang merusak nilai-nilai luhur.

    “Tantangan ideologis saat ini bersifat cair dan masif, termasuk infiltrasi budaya global yang berpotensi mengikis semangat gotong royong dan meningkatkan individualisme serta konsumerisme, terutama di kalangan generasi muda,” katanya.

    Untuk menghadapi hal tersebut, Khofifah mendorong penguatan nilai-nilai Pancasila secara sistematis melalui berbagai sektor, seperti pendidikan karakter di sekolah, narasi kebangsaan di ruang digital, hingga afirmasi kebijakan yang mengedepankan keadilan sosial.

    “Jika kita ingin mewujudkan Indonesia Raya sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa, kita harus mulai dari hal-hal mendasar, seperti membangun keadilan, menghargai perbedaan, dan memperkuat solidaritas. Nilai-nilai tersebut merupakan ruh dari Pancasila,” ucapnya.

    Sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama, Khofifah juga menekankan pentingnya peran kaum ibu dan generasi muda dalam mentransmisikan nilai-nilai Pancasila, mulai dari lingkungan keluarga hingga ruang-ruang publik, termasuk media sosial.

    “Pancasila bukan hanya menjadi urusan negara, tetapi juga tanggung jawab seluruh warga negara. Nilai-nilai Pancasila harus hidup di tengah keluarga, sekolah, tempat ibadah, hingga dunia maya,” ujar mantan Menteri Sosial itu.

    Di akhir pernyataannya, Khofifah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus merawat semangat kebangsaan sebagai bagian dari upaya menjaga martabat dan kekuatan bangsa di tengah percaturan global.

    “Jayalah Pancasila, jayalah Indonesia,” tutur Khofifah.

    Sumber : Antara

  • Generasi emas garda terdepan penjaga nilai Pancasila

    Generasi emas garda terdepan penjaga nilai Pancasila

    Tangkapan layar – Unggahan ilustrasi Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 yang diposting melalui akun Instagram @presidenrepublikindonesia di Jakarta, Minggu (1/6/2025). ANTARA/HO-PCO

    Prabowo: Generasi emas garda terdepan penjaga nilai Pancasila
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 14:39 WIB

    Elshinta.com – Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa anak-anak generasi emas adalah garda terdepan dalam menjaga Pancasila tetap hidup, bukan sekadar dalam hafalan, tetapi dalam sikap, karya, dan karakter. Pernyataan itu disampaikan Presiden Prabowo melalui Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) di Jakarta, Minggu, dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila 2025.

    “Anak Generasi Emas merupakan garda terdepan dalam menjaga Pancasila tetap hidup dalam karya dan karakter. Bukan hanya hafalan, namun dihayati untuk menjadi cahaya dan pedoman yang membimbing langkah mereka menuju masa depan,” demikian petikan pernyataannya melalui akun Instagram @Presidenrepublikindonesia.

    Presiden Prabowo juga mengajak seluruh elemen bangsa, terutama generasi muda, untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata. Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk terus mengokohkan ideologi Pancasila sebagai fondasi dalam membangun masa depan bangsa.

    Dalam semangat menuju Indonesia Emas 2025, Presiden memandang Pancasila sebagai titik temu dan kekuatan pemersatu bangsa di tengah kemajuan zaman.

    “Mari terus kokohkan ideologi Pancasila, untuk wujudkan Indonesia Emas 2025 yang kuat dan bersatu. Selamat Hari Lahir Pancasila!” kata Presiden.

    Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menetapkan penyesuaian pelaksanaan Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025 melalui Surat Edaran Kepala BPIP Nomor 5 Tahun 2025. Penyesuaian ini merupakan hasil koordinasi dengan Kementerian Sekretariat Negara guna menyempurnakan rangkaian peringatan nasional tersebut.

    Upacara tingkat pusat digelar pada Senin (2/6) pukul 10.00 WIB di halaman Gedung Pancasila, Jakarta, dan dihadiri Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta pejabat tinggi negara lainnya. Seluruh instansi pemerintah, perwakilan RI di luar negeri, dan satuan pendidikan diminta melaksanakan upacara serupa secara luring pukul 07.00 waktu setempat. Pengibaran bendera Merah Putih juga diwajibkan selama dua hari, yaitu 1-2 Juni 2025.

    Peringatan tahun ini mengangkat tema “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya” dengan visual utama Burung Garuda Pancasila, sebagai simbol karakter bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

    Sumber : Antara

  • PDIP gelar upacara Hari Lahir Pancasila, kenang jasa Soekarno

    PDIP gelar upacara Hari Lahir Pancasila, kenang jasa Soekarno

    PDI Perjuangan menggelar upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (1/6/2025). ANTARA/HO-PDIP.

    PDIP gelar upacara Hari Lahir Pancasila, kenang jasa Soekarno
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 15:41 WIB

    Elshinta.com – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu, sekaligus mengenang jasa-jasa presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Upacara tampak dihadiri oleh jajaran DPP PDIP, seperti Ganjar Pranowo, Rano Karno, Tri Rismaharini, Kris Dayanti, Adian Napitupulu, dan Djarot Saiful Hidayat. Sementara itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghadiri upacara secara daring.

    Adapun Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, selaku inspektur upacara, mengatakan dalam amanatnya bahwa bulan Juni merupakan bulan yang identik dengan Bung Karno karena Bapak Proklamator itu lahir dan wafat di bulan ini. Selain itu, kata dia, pada bulan Juni 80 tahun yang lalu, Bung Karno menjawab pertanyaan Ketua BPUPKI Radjiman Wedyodiningrat perihal dasar yang akan digunakan ketika Indonesia merdeka. Bung Karno lantas mengemukakan ihwal Pancasila.

    “Bung Karno menjelaskan dengan sangat gamblang dan sangat rinci bahwa kelak ketika Indonesia merdeka, kita harus mendasarkan diri, kita harus berdasarkan kepada filosofi grondslag, yaitu dasar filsafat yang sedalam-dalamnya yang kita sebut dengan Pancasila,” tutur Djarot.

    Bung Karno meyakini Pancasila merupakan landasan ideologi yang dapat menyatukan masyarakat yang beragam. Oleh sebab itu, Djarot menyebut bulan Juni tidak hanya bersejarah bagi PDIP, tetapi juga bagi bangsa Indonesia dan dunia.

    “Kita sadar bahwa Bung Karno itu bukan hanya milik PDI Perjuangan, Bung Karno adalah milik bangsa Indonesia dan pemikiran-pemikirannya adalah milik dunia,” ujarnya.

    Pada kesempatan itu, Djarot juga mengajak kader-kader PDIP untuk memaknai Pancasila dengan cara turun ke masyarakat, mendengarkan aspirasi, dan berjuang meluruhkan penderitaan rakyat. Ia mengimbau kader PDIP di seluruh Indonesia untuk membantu rakyat dalam mendapatkan kebebasan, kemakmuran, kesehatan, dan meningkatkan pendidikannya, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam butir-butir Pancasila.

    “Itulah lautan pengabdian kita. Jiwa-jiwa Pancasila itulah yang sekarang dituntut untuk benar-benar diaplikasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari,” ucap Djarot.

    Selain jajaran DPP, upacara Hari Lahir Pancasila tersebut juga diikuti oleh pengurus dewan pimpinan cabang dan pengurus anak cabang PDIP se-Jakarta, serta Satgas PDIP dari wilayah Jakarta dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Sumber : Antara

  • Hari Lahir Pancasila momentum refleksi peran jaga persatuan

    Hari Lahir Pancasila momentum refleksi peran jaga persatuan

    Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo. ANTARA/HO-MPR/aa.

    Bamsoet: Hari Lahir Pancasila momentum refleksi peran jaga persatuan
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 13:03 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan agar perayaan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni tidak hanya menjadi seremoni belaka, tetapi menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran setiap individu dalam menjaga persatuan bangsa.

    “Perayaan hari lahir Pancasila tidak boleh hanya menjadi seremoni belaka. Tetapi harus menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran setiap individu dalam menjaga persatuan bangsa, terutama di ruang digital yang kini menjadi medan baru perjuangan nilai,” kata Bamsoet, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

    Dia menyebut merayakan Pancasila berarti menanamkan semangat persatuan dalam algoritma kehidupan sehari-hari, meskipun berbeda suku, agama, pilihan politik, atau preferensi budaya.

    “Kita tetap satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa: Indonesia,” ujarnya.

    Mantan Ketua DPR dan MPR itu juga mengatakan perayaan hari lahir Pancasila merupakan momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk merenungkan kembali nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi bangsa tersebut. Terlebih, lanjut dia, tantangan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi semakin kompleks di tengah era informasi yang bergerak cepat melalui media digital.

    Untuk itu, dia menyebut nilai-nilai dalam lima sila Pancasila yang menyatukan seluruh elemen masyarakat Indonesia harus diinternalisasikan dalam setiap interaksi di ruang digital.

    “Fenomena ‘echo chamber’ dan algoritma yang hanya menyajikan informasi sesuai preferensi pengguna telah mempersempit ruang dialog dan memperlebar jurang perbedaan. Dalam hal ini, nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ketiga yaitu ‘Persatuan Indonesia’, menjadi sangat relevan untuk kembali ditegakkan, terutama di dunia digital,” katanya.

    Dia menjelaskan tantangan lain yang perlu dicermati ialah ancaman disinformasi yang datang dari luar negeri dan dimanfaatkan untuk mengganggu stabilitas nasional. Menurut dia, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia memiliki posisi strategis dalam konteks geopolitik global, dan ruang digital Indonesia bukanlah ruang yang steril.

    Oleh sebab itu, dia menekankan meneguhkan nilai-nilai Pancasila, khususnya semangat persatuan, juga menjadi bagian dari ketahanan nasional di era digital.

    “Ketahanan ini hanya akan kuat jika masyarakat memiliki kesadaran kolektif bahwa identitas digital kita adalah bagian dari identitas kebangsaan,” tuturnya.

    Dia pun menambahkan bahwa seluruh elemen bangsa memiliki peran vital sebagai penjaga nilai Pancasila sehingga harus berperan aktif dalam merajut persatuan di era digital, khususnya generasi muda yang mendominasi demografi pengguna internet.

    “Dalam setiap unggahan, komentar, dan interaksi daring, ada ruang untuk merefleksikan apakah tindakan tersebut memperkuat atau justru merusak nilai-nilai persatuan,” ucapnya.

    Sebab, sambung dia, nasionalisme era digital bukan lagi soal berdiri di medan perang, melainkan menjaga ruang digital dari perpecahan, menjaga wacana dari kebencian, serta merawat kebhinekaan melalui literasi dan etika bermedia.

    Selain itu, dia mengingatkan agar pengajaran Pancasila tidak cukup hanya lewat buku teks dan hafalan sila, melainkan melalui pendekatan yang kontekstual dan kreatif. Misalnya, melalui film pendek, vlog edukatif, atau kampanye media sosial yang memuat narasi kebangsaan.

    “Sejumlah komunitas daerah telah memulai ini dengan memproduksi konten edukatif berbahasa daerah untuk memperkuat jati diri lokal sambil menjembatani rasa kebangsaan. Inilah bentuk nyata dari semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang hidup di dunia maya,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Danantara sebut BUMN perkuat hubungan Indonesia-Prancis

    Danantara sebut BUMN perkuat hubungan Indonesia-Prancis

    Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). ANTARA/HO-Danantara Indonesia

    Danantara sebut BUMN perkuat hubungan Indonesia-Prancis
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 01 Juni 2025 – 08:37 WIB

    Elshinta.com – Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria menyebutkan perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Prancis menjadi momentum penting bagi badan usaha milik negara (BUMN) di bawah pengelolaan Danantara untuk memperkuat diplomasi budaya.

    Menurutnya, dukungan BUMN dalam rangkaian kunjungan kenegaraan ini berlangsung secara profesional dan mencerminkan semangat Indonesian hospitality to the world atau keramahan Indonesia untuk dunia.

    “Kami ingin memastikan bahwa setiap aspek dari kunjungan kenegaraan ini mencerminkan keunggulan Indonesia dalam menyambut tamu negara. Diplomasi budaya adalah bagian penting dari hubungan internasional, dan kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya ini,” ujar Dony dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

    Melalui sinergi antara InJourney Destination Management dan InJourney Airports, kata Dony, BUMN mendukung kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Candi Borobudur, Jawa Tengah, untuk menghadirkan pengalaman kenegaraan yang berkelas di situs warisan dunia tersebut.

    Danantara Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung diplomasi budaya sebagai bagian dari strategi penguatan hubungan internasional dan perluasan ruang kolaborasi lintas sektor, demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan rasa hormat dan kekagumannya terhadap Candi Borobudur. Pada kesempatan itu, Presiden Macron menyebut bangunan bersejarah tersebut sebagai bukti kekayaan budaya Indonesia.

    “Jadi, di tempat inilah saya ingin menyampaikan rasa hormat kami yang mendalam serta rasa kagum terhadap kekayaan sejarah artistik dan budaya Indonesia,” ucap Macron dalam pernyataan di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025).

    Presiden Macron mengatakan Candi Borobudur merupakan tempat ibadah dan merupakan adikarya spiritual arsitektur yang menjadi bukti keunggulan Indonesia. Menurut dia, Borobudur merupakan wujud dari multilateralisme dan semangat kemitraan.

    Hal ini tercermin dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dan UNESCO yang telah berhasil melestarikan dan mendaftarkan candi ini sebagai warisan budaya dunia.

    Sumber : Antara