Category: Detik.com

  • KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    Jakarta

    Pemerintah baru saja meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Bali. Inisiatif ini layak diapresiasi sebagai langkah nyata menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional di Tanah Air sekaligus strategi jitu untuk mengurangi kebocoran devisa yang setiap tahun menggerus cadangan negara. Tidak kurang dari Rp100 triliun devisa “terbang” ke luar negeri lantaran warga Indonesia berobat ke Malaysia, Singapura, bahkan Jepang dan Korea.

    Hadirnya KEK Sanur menjadi jawaban strategis atas tantangan tersebut. Dengan fasilitas rumah sakit modern seperti Bali International Hospital dan Ngoerah Sun Wellness & Aesthetic Center, masyarakat kini memiliki alternatif layanan kesehatan berkualitas tinggi tanpa harus ke luar negeri. Dari sisi ekonomi, kawasan ini menjadi katalis baru bagi tumbuhnya sektor pariwisata medis, mendorong investasi, membuka lapangan kerja, serta menghidupkan rantai pasok industri kesehatan berbasis domestik.

    Namun, sebaik apa pun infrastruktur yang dibangun, ia tidak akan berdaya guna tanpa sumber daya manusia medis yang kompeten dan merata. Dalam konteks inilah pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat peresmian KEK Sanur perlu digarisbawahi:

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien, dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno.”

    Pendidikan dokter spesialis memang menjadi titik lemah dalam ekosistem kesehatan nasional. Prosedur yang berbelit, kuota terbatas, dan birokrasi yang tidak adaptif membuat distribusi dokter spesialis tidak merata. Beban terberat dirasakan daerah-daerah di luar Jawa yang hingga kini kekurangan tenaga medis berkualitas. Pernyataan Presiden yang secara terbuka menyoroti persoalan ini adalah sinyal penting. Transformasi sistem kesehatan tidak hanya soal infrastruktur megah atau peralatan tercanggih, tetapi juga pembenahan tata kelola dan reformasi kebijakan SDM.

    Reformasi pendidikan kedokteran harus menitikberatkan pada efisiensi dan relevansi tanpa mengorbankan mutu. Prosedur-prosedur yang sudah tidak sesuai perkembangan zaman harus dikaji ulang. Indonesia tidak bisa terus-menerus terpaku pada skema lama yang kurang responsif terhadap krisis kekurangan tenaga medis. Kita memerlukan pendekatan berbasis data, kebutuhan, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat luas.

    Di tengah upaya tersebut, kebijakan penguatan peran kolegium melalui regulasi terbaru, di mana kolegium menjadi bagian dari Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) yang dikoordinasikan Kementerian Kesehatan, juga patut dicermati. Di satu sisi, kebijakan ini bisa menjadi langkah tepat untuk memastikan akuntabilitas, transparansi, dan integrasi kebijakan pendidikan dengan arah pembangunan kesehatan nasional. Namun di sisi lain, pemerintah perlu memastikan independensi akademik kolegium tetap terjaga agar proses penjaminan mutu pendidikan dokter spesialis tidak dipengaruhi pertimbangan politis atau birokrasi yang tidak relevan dengan profesionalisme kedokteran.

    Sebagai saran, pemerintah dapat mempertimbangkan model kemitraan seimbang: Kemenkes sebagai pengarah kebijakan publik, kolegium sebagai pemegang standar akademik dan profesi, serta organisasi profesi dan perguruan tinggi sebagai mitra aktif dalam proses evaluasi dan pengawasan. Dengan demikian, reformasi sistem pendidikan dokter spesialis tidak hanya lebih efisien dan terbuka, tetapi juga tetap berbasis ilmu dan menjaga integritas profesi.

    “Sistem asuransi kita harus kita perkuat, tidak hanya untuk kalangan atas, tapi juga agar orang yang kurang mampu dari segi ekonomi dapat punya akses.”

    Pernyataan ini amat relevan agar layanan kelas dunia di KEK Sanur dan kawasan sejenis di masa depan tidak menjadi eksklusif hanya untuk segelintir masyarakat mampu. Sebaliknya, harus dirancang agar inklusif dan menjangkau kelompok rentan.

    KEK Kesehatan Sanur adalah langkah besar dan progresif. Namun, agar benar-benar menjadi tonggak transformasi sistem kesehatan nasional, inisiatif ini harus diikuti reformasi menyeluruh di sektor pendidikan spesialisasi, kebijakan pembiayaan, penguatan peran kolegium yang akuntabel namun tetap independen, serta distribusi tenaga medis yang lebih adil. Jika semuanya berjalan beriringan, Indonesia bukan hanya akan berhenti kehilangan devisa, tetapi juga berpeluang menjadi pusat layanan kesehatan unggulan di Asia Pasifik.

    Pentingnya perubahan paradigma dalam perlindungan kesehatan kepada masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat kurang mampu telah menjadi perhatian sungguh-sungguh pemerintah Prabowo. Oleh karena itu pelaksanaan pelayanan publik di sektor kesehatan harus bertumpu pada kesederajatan dan keadilan layanan, sehingga kebijakan yang diambil pemerintah telah menempatkan pengarusutamaan sinergitas kesehatan dari hulu ke hilir tanpa membedakan kelas-kelas layanan.

    Trubus Rahardiansah. Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti.

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Jakarta

    Salah satu pertanyaan paling umum saat ganti smartphone adalah: ‘Apakah saya masih bisa pakai semua aplikasi favorit saya?’ Dengan HUAWEI nova 13 Pro, permasalahan tersebut bisa diatasi.

    Bahkan dalam situasi langka saat aplikasi belum tersedia langsung di AppGallery, pengguna tetap bisa mengaksesnya melalui GBox, solusi fleksibel dan aman dari Huawei.

    AppGallery sudah menyediakan mayoritas aplikasi favorit di Indonesia, seperti YouTube, Gmail, WhatsApp, Shopee, dan Instagram. Tapi kalau butuh aplikasi seperti Netflix, Genshin Impact, atau Halodoc, GBox siap bantu.

    Cara pakainya mudah:

    1. Cari ‘GBox’ di AppGallery dan install
    2. Buka GBox dan cari aplikasi yang dibutuhkan (misalnya Netflix atau Play Store)
    3. Klik install seperti biasa
    4. Masuk dengan akun Google-langsung bisa digunakan.

    Dengan kombinasi AppGallery dan GBox, pengguna bisa menikmati aplikasi seperti:

    – Streaming: Netflix, YouTube, Disney+, WeTV, Vidio
    – Game: Genshin Impact, PUBG Mobile, Mobile Legends
    – Gaya Hidup: Kopi Kenangan, Halodoc, Traveloka
    – Utilitas: Google Maps, Google Drive, YouTube Music
    – Produktivitas: Gmail, Google Meet, Google Docs, Google Photos.

    Aman dan Andal

    AppGallery dan GBox sama-sama mengutamakan keamanan. Setiap aplikasi melalui:

    – Pemindaian malware
    – Deteksi perilaku mencurigakan
    – Verifikasi keamanan dan privasi

    GBox juga tersedia langsung di AppGallery, jadi pengguna tak perlu unduh dari pihak ketiga.

    HUAWEI nova 13 Pro hadir dengan kamera selfie 60MP Dual Front dan kamera utama 50MP dengan aperture yang bisa disesuaikan dan 3x optical zoom. Layarnya 6,76 inci quad-curve, tampil elegan dengan desain Plaid-Rhythm dan warna Loden Green yang ikonik.

    Ditenagai oleh 100W HUAWEI SuperCharge Turbo, perangkat ini menyatu sempurna antara gaya dan performa.

    Dengan HUAWEI nova 13 Pro, tak perlu kompromi antara desain, performa, atau akses aplikasi. Semuanya lengkap dan mudah diakses-cukup beberapa langkah saja.

    Jika membutuhkan bantuan, bisa menghubungi Hotline di 0078 0308 520888 atau WhatsApp +62 881-0808-88320. Selain itu, pengguna juga bisa melihat panduan app di Huawei Community atau gabung ke Fans Club.

    (anl/ega)

  • Mobil Paket Amazon di Jerman Sudah Full Listrik, Total Punya 5.000 Van Mercy

    Mobil Paket Amazon di Jerman Sudah Full Listrik, Total Punya 5.000 Van Mercy

    Jakarta

    Perusahaan-perusahaan besar di Eropa makin serius beralih ke kendaraan listrik, termasuk di sektor logistik. Salah satu contohnya adalah Amazon yang kini mengandalkan ribuan van listrik Mercedes-Benz untuk pengiriman paket.

    Mercedes-Benz Vans resmi menyerahkan hampir 5.000 unit kendaraan listrik kepada mitra pengiriman Amazon. Dari total itu, lebih dari 2.500 unit akan beroperasi di Jerman, sedangkan sisanya tersebar di empat negara Eropa lainnya.

    “Pengoperasian 5.000 van listrik ini semakin menegaskan upaya kami untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional. Dari sepeda listrik, van, truk, hingga infrastruktur, kami berada di jalur yang tepat untuk mentransformasi seluruh jaringan transportasi kami,” ujar Neil Emery, Direktur Global Armada dan Produk Amazon.

    Kendaraan yang digunakan terdiri dari eSprinter dan eVito, dua model van listrik yang memang dirancang khusus untuk kebutuhan pengiriman. Sekitar 75 persen armada merupakan eSprinter, sedangkan 25 persen sisanya adalah eVito panel van.

    Langkah ini menjadi pemesanan kendaraan listrik terbesar yang pernah diterima Mercedes-Benz, sekaligus memperkuat kolaborasi kedua perusahaan dalam mendorong elektrifikasi logistik di Eropa.

    “(Mercedes-Benz) eVito dan eSprinter kami dirancang dengan sempurna untuk memenuhi tuntutan pelanggan komersial kami terkait efisiensi dan jangkauan. Keduanya menunjukkan bahwa berkendara bebas emisi CO2 secara lokal, performa yang mengagumkan, kenyamanan, dan biaya pengoperasian yang rendah dapat dipadukan dengan sempurna,” kata Sagree Sardien, Head of Sales & Marketing Mercedes-Benz Vans.

    Dari sisi teknis, eSprinter tersedia dalam beberapa pilihan baterai. Namun di tipe yang paling jauh jarak tempuhnya, van listrik ini bisa menempuh jarak 484 km dalam satu kali pengecasan penuh. Mercedes-Benz juga mengklaim eSprinter dapat membawa kargo hingga 4,25 ton.

    Mercedes-Benz eSprinter dan eVito digunakan oleh Amazon untuk mobil paketnya. Foto: Mercedes-Benz AG/Amazon

    Sementara itu, eVito bisa dibilang van listrik yang lebih ramah untuk dipakai di jalanan yang lebih padat seperti perkotaan atau daerah rumah tinggal. Van listrik ini membawa baterai berkapastias maksimal 90 kWh dan bisa menempuh jarak 480 km sekali cas penuh.

    Keduanya dilengkapi sistem infotainment MBUX dan fitur keselamatan canggih. eVito diproduksi di Spanyol, sementara eSprinter dibuat di Jerman.

    Amazon memperkirakan, armada ini akan mengantarkan lebih dari 200 juta paket per tahun, sekaligus mempercepat target netral karbon di lini pengiriman mereka.

    (mhg/rgr)

  • Komunikasi Sosial Manusia dengan AI dalam Smartwatch

    Komunikasi Sosial Manusia dengan AI dalam Smartwatch

    Jakarta

    Dalam era digital, komunikasi antara manusia dan kecerdasan buatan (AI) tidak lagi sekadar berada pada perangkat seperti komputer atau ponsel pintar. Kini, AI hadir lebih personal melalui smartwatch, perangkat kecil di pergelangan tangan yang bukan hanya mencatat detak jantung, tetapi juga menyampaikan rekomendasi kesehatan, notifikasi emosional, hingga prediksi perilaku. Relasi ini bukan semata relasi teknologis, tetapi juga sosial.

    Smartwatch bertransformasi menjadi medium komunikasi dua arah. Pengguna tidak hanya menerima informasi, melainkan juga secara sadar maupun tidak sadar memberikan data secara terus-menerus. Dalam komunikasi ini, AI tidak sekadar menjadi alat, melainkan aktor yang berpartisipasi aktif dalam membentuk makna sosial dan keputusan personal.

    Sosiologi melihat komunikasi bukan hanya sebagai pertukaran pesan, tetapi juga sebagai arena pembentukan identitas, norma, dan relasi kekuasaan. Ketika AI dalam smartwatch mulai memberi saran seperti “saatnya tidur” atau “kamu tampak stres hari ini”, maka AI telah masuk dalam wilayah sosial yang sebelumnya eksklusif milik manusia: pengaturan diri dan interpretasi emosi.

    Fenomena self-tracking lewat smartwatch menunjukkan bagaimana individu menjadi subjek sekaligus objek dalam ekosistem data. Dalam kerangka Gilbert Simondon, proses individuasi-pembentukan diri-tidak hanya berasal dari lingkungan sosial, tetapi kini juga dimediasi oleh algoritma yang mendefinisikan normalitas: berapa langkah yang “cukup sehat”, atau pola tidur yang “ideal”.

    Smartwatch menghadirkan tekanan sosial dalam bentuk yang lebih halus namun konsisten. Rekomendasi AI, meski berbasis statistik, menciptakan norma-norma baru yang memengaruhi perilaku. Hal ini menghasilkan “panoptikon algoritmik”, pengawasan yang tidak lagi kasat mata tetapi diterima sebagai bantuan. Kita ingin sehat, tetapi apakah kita sedang mengatur hidup kita atau sedang diatur?

    Dilema etis muncul ketika smartwatch tidak lagi sekadar mencatat, tetapi memengaruhi. Apakah AI adalah mitra yang membantu individu memahami diri? Atau, justru menjadi pengatur tak terlihat yang membentuk identitas berdasarkan skrip algoritmik? Komunikasi manusia-AI dalam smartwatch menunjukkan pergeseran kontrol dari otonomi ke automasi.

    Dari sudut sosiologis, komunikasi dengan AI dalam smartwatch juga memperlihatkan ketimpangan kelas. Hanya mereka yang mampu membeli dan memahami teknologi ini yang dapat terlibat dalam “percakapan algoritmik”. Hal ini menciptakan jurang baru antara “yang terhubung” dan “yang tidak” – bukan sekadar digital divide, tetapi juga data divide.

    Smartwatch memfasilitasi representasi diri berbasis angka dan grafik. Kita menjadi terbiasa mengidentifikasi diri sebagai “kurang tidur”, “kegiatan cukup”, atau “jantung stabil” – sebuah versi diri yang direduksi dalam angka. Apakah ini membebaskan atau mereduksi kompleksitas eksistensial manusia?

    Meskipun banyak pengguna menerima peran AI dalam smartwatch sebagai “asisten personal”, ada pula yang mulai mempertanyakan relasi ini. Beberapa individu menunjukkan resistensi dengan mematikan fitur tertentu, menolak notifikasi, atau bahkan kembali ke jam analog. Ini menunjukkan bahwa komunikasi manusia dengan AI tidak selalu harmonis, melainkan juga menjadi arena tawar-menawar makna.

    Penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi digital yang tidak hanya teknis, tetapi juga sosiologis – memahami bagaimana teknologi memengaruhi relasi sosial, nilai-nilai, dan pembentukan identitas. Tanpa literasi ini, masyarakat berisiko menjadi subjek pasif dari desain teknologi yang tak selalu netral.

    Komunikasi antara manusia dan AI dalam smartwatch merupakan fenomena sosioteknis yang kompleks. Ia mencerminkan pergeseran besar dalam relasi sosial: dari interaksi antar manusia ke interaksi manusia-algoritma. Dalam dunia yang semakin algoritmis, tugas kita bukan hanya menguasai teknologi, tetapi juga mengkritisi bagaimana teknologi menguasai kita.

    Dalam praktik sehari-hari, komunikasi antara manusia dan AI dalam smartwatch tampak sederhana: notifikasi kesehatan, saran aktivitas, atau pengingat waktu tidur. Namun, di balik kesederhanaan itu terdapat struktur komunikasi kompleks berbasis responsif. Ketika seseorang menerima notifikasi “Anda terlalu lama duduk, silakan berdiri”, itu merupakan bentuk komunikasi instruktif yang dihasilkan dari pemrosesan data real-time. AI bertindak sebagai penyampai pesan, sekaligus penafsir perilaku tubuh manusia berdasarkan parameter algoritmik.

    Komunikasi AI dalam smartwatch

    Ilustrasi smartwatch (Foto: Shutterstock)

    AI dalam smartwatch mengembangkan pola komunikasi yang bersifat personal. Misalnya, melalui riwayat tidur pengguna, AI belajar preferensi dan pola unik setiap individu untuk kemudian menyesuaikan saran yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak bersifat generik, tetapi adaptif dan berbasis konteks. Semakin lama digunakan, AI mengembangkan ‘gaya komunikasi’ yang terasa lebih akrab dan intuitif, yang dalam sosiologi bisa disebut sebagai bentuk relasi interpersonal semu (pseudo-interpersonal relationship).

    Komunikasi AI dalam smartwatch juga terjadi dalam bentuk nonverbal, seperti getaran lembut saat mencapai target langkah, warna indikator stres, atau grafik yang memberi kepuasan visual. Bentuk-bentuk ini menyampaikan pesan emosional yang memotivasi atau memperingatkan pengguna, tanpa harus menggunakan bahasa verbal. Dalam konteks ini, AI telah mengadopsi bahasa afeksi digital-mengomunikasikan emosi melalui simbol, ritme, dan warna-yang berdampak pada psikologis dan keputusan harian penggunanya.

    Esensi komunikasi AI dalam smartwatch juga terletak pada siklus feedback yang berkelanjutan. Ketika pengguna merespons notifikasi-misalnya memilih untuk beristirahat atau menolak saran AI-maka AI menyimpan data tersebut sebagai preferensi baru. Hal ini menciptakan relasi komunikasi interaktif yang bersifat mutual: pengguna memengaruhi AI, dan AI memengaruhi pengguna. Dalam jangka panjang, komunikasi ini berpotensi membentuk pola kebiasaan dan bahkan gaya hidup baru yang sepenuhnya ditata dalam logika algoritmik.

    Teori individuasi Gilbert Simondon menekankan bahwa individu bukanlah entitas yang sudah selesai, melainkan entitas yang selalu dalam proses menjadi, melalui relasi dengan lingkungan, teknologi, dan situasi sosialnya. Dalam konteks smartwatch, pengguna tidak hanya menjadi subjek yang menggunakan teknologi, tetapi justru mengalami proses individuasi bersama teknologi itu sendiri. AI dalam smartwatch menjadi salah satu “medan” yang turut memediasi pembentukan diri, kebiasaan, dan bahkan kesadaran tubuh.

    Smartwatch tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, melainkan sebagai agen teknikal yang mendorong individu untuk merefleksikan dirinya secara terus-menerus. Ketika pengguna melihat grafik tidur dan menyadari pola hidupnya tidak teratur, kemudian mencoba memperbaikinya karena masukan dari AI, maka ia sedang berada dalam proses individuasi. Teknologi menjadi ekstensi kognitif sekaligus pemicu perubahan diri, bukan hanya pengawas pasif.

    Contoh paling nyata dari proses individuasi ini dapat dilihat dalam kebiasaan olahraga. Seseorang yang semula tidak aktif fisik, mulai bergerak karena smartwatch secara konsisten memberikan notifikasi “ayo bergerak” atau “target langkah belum tercapai”. Dalam waktu tertentu, individu tidak lagi bergerak karena smartwatch, tetapi karena kesadaran baru bahwa aktivitas fisik penting bagi kesehatannya. Dalam proses ini, hubungan antara AI dan manusia telah menghasilkan transformasi identitas dan gaya hidup.

    Simondon juga menekankan bahwa individuasi mencakup dimensi afektif-emosi dan perasaan. Saat AI dalam smartwatch memberikan umpan balik positif berupa badge atau notifikasi pencapaian, individu merasakan afeksi, yaitu perasaan senang atau bangga. Ini memicu relasi emosional yang mengikat pengguna dan teknologi dalam siklus positif, sehingga AI tidak lagi menjadi mesin netral, tetapi “partner” yang memengaruhi perkembangan psikologis individu.

    Lebih jauh, proses individuasi melalui AI dalam smartwatch tidak hanya bersifat personal, tetapi juga kolektif. Ketika komunitas pengguna saling membandingkan hasil tracking olahraga atau tidur, terbentuklah norma sosial baru tentang gaya hidup sehat. Di sinilah teknologi berperan dalam membentuk individu bukan hanya secara personal, tetapi juga sebagai bagian dari jaringan sosial yang lebih luas. Konvergensi antara individuasi personal dan kolektif ini memperkaya makna komunikasi sosial di era AI.

    Meski tampak positif, proses individuasi yang dimediasi AI memiliki tantangan: individu bisa terjebak pada ketergantungan atau ilusi kontrol diri. Ketika pengguna merasa tidak lengkap tanpa validasi smartwatch, proses individuasi bisa terhambat dan berubah menjadi konformitas terhadap logika algoritma. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesadaran kritis atas peran teknologi dalam membentuk diri, agar komunikasi AI-manusia tetap berada dalam relasi yang setara dan sehat.

    Komunikasi antara AI dan manusia dalam smartwatch bukan sekadar pertukaran data, melainkan bagian dari proses sosial dan psikologis yang dalam. Melalui lensa teori individuasi Simondon, kita memahami bahwa manusia tidak hanya menggunakan smartwatch untuk mencapai tujuan praktis, tetapi juga menjalani transformasi diri melalui interaksi yang terus berlangsung. AI menjadi mitra dalam membentuk kesadaran diri, membangun kebiasaan baru, dan memperluas makna sosial tubuh dan waktu. Namun, di tengah manfaat tersebut, tetap dibutuhkan literasi kritis agar individu tidak kehilangan agensinya. Komunikasi dengan AI harus dipandang sebagai medan dinamis yang mencerminkan proses individuasi yang belum selesai-selalu terbuka, adaptif, dan penuh potensi sosial. Dalam smartwatch, kita tidak hanya membaca data tentang diri kita; kita sedang membentuk siapa diri kita sebenarnya.

    Ditulis oleh Ressa Uli Patrissia, Business Support Manager Provisio Consulting dan Mahasiswa Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Skill Kuasai AI Kini Jadi Pertimbangan Perusahaan Rekrut Karyawan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (fay/fay)

  • Kemenkes Catat 8 Kasus Virus Hanta, Waspadai Tempat Berisiko Tinggi Penularan

    Kemenkes Catat 8 Kasus Virus Hanta, Waspadai Tempat Berisiko Tinggi Penularan

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengidentifikasi sedikitnya delapan kasus virus Hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS). Pasien dengan kondisi tersbut mengeluhkan demam, sakit kepala, nyeri badan, malaise (lemas), dan ikterik jaundice atau tubuh menguning.

    Adapun delapan kasus virus Hanta tersebar di empat provinsi yakni DI Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Kasus tersebut ditemukan berdasarkan surveilans hingga 19 Juni 2025, pasca semula ramai laporan virus Hanta di warga Bandung Barat yang tengah dirawat di RSUP Hasan Sadikin 20 Mei 2025.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan RI drg Widyawati memastikan seluruh pasien saat ini sudah sembuh. “Kondisinya seluruh pasien sudah sembuh dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) 0 persen,” tegasnya saat dihubungi Senin (30/6/2025).

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman menyebut total kasus virus Hanta bisa jadi lebih banyak dari yang terlaporkan. Surveilans yang dilakukan di Indonesia menurutnya relatif masih rendah. Terlebih, gejala virus Hanta relatif mirip dengan sejumlah penyakit lain.

    “Salah satu masalahnya adalah gejala virus Hanta mirip dengan gejala leptospirosis, demam berdarah, dan sepsis, dan ini dapat menjadi penghalang untuk diagnosis dan pengobatan. Virus Hanta belum banyak diteliti di Indonesia, tetapi beberapa penelitian kecil terhadap sampel darah menunjukkan antibodi virus Hanta, yang menunjukkan bahwa beberapa orang di Indonesia sebelumnya telah terinfeksi,” kata Dicky saat dihubungi terpisah, Senin (30/6).

    “Kemampuan kita untuk mendeteksi virus masih terbatas, begitu pula literasi masyarakat tentang penyakit ini. Penyakit ini endemik di beberapa negara dan, menurut pendapat saya, kemungkinan besar akan endemik di Indonesia,” jelasnya.

    Menurutnya, penularan di perumahan padat penduduk relatif lebih mungkin terjadi, terutama pasar yang memiliki sanitasi buruk hingga area pertanian yang tidak dikelola dengan baik. Indonesia juga menghadapi banjir meluas selama musim hujan, yang dapat memicu peningkatan populasi tikus dan penularan hantavirus melalui hewan pengerat.

    “Namun, yang terpenting sekarang adalah meyakinkan masyarakat bahwa ini belum sampai pada tahap yang memungkinkan terjadinya pandemi. Ini bukan pandemi baru, tetapi penyakit yang kemungkinan sudah ada sejak lama, seperti leptospirosis, dan kemungkinan hanya akan menyerang penduduk lokal,” pungkas dia.

    Pada 20 Mei, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melaporkan temuan satu kasus penyakit virus Hanta di Kabupaten Bandung Barat, kasus ditemukan di RSUP Hasan Sadikin, Kota Bandung. Saat ini pasien sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja.

    Kementerian Kesehatan bersama dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kab Bandung Barat, Puskesmas Ngamprah, dan perangkat Desa Bojongkoneng telah melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengendalian binatang pembawa penyakit.

    (naf/kna)

  • Memimpin di Awal Balapan, Kenapa Bagnaia Melorot Lagi?

    Memimpin di Awal Balapan, Kenapa Bagnaia Melorot Lagi?

    Jakarta

    Francesco ‘Pecco’ Bagnaia lagi-lagi harus kehilangan takhta di sirkuit favoritnya. Bagnaia harus puas di posisi ketiga di MotoGP Belanda 2025. Padahal, rider Italia itu sempat memimpin balapan.

    Sirkuit Assen sebenarnya menjadi sirkuit favorit Bagnaia. Di sana tempat Bagnaia meraih kemenangan grand prix pertamanya di kelas Moto3 dan menang di kelas MotoGP sejak 2022. Bagnaia pun mencetak tato sirkuit Assen di lengannya. Namun tahun ini sirkuit Assen bukan lagi miliknya.

    Pada lap pertama, Francesco Bagnaia bisa memimpin di depan, diikuti Marc Marquez, Alex Marquez, dan Marco Bezzecchi. Namun, seperti di MotoGP Italia sepekan sebelumnya, begitu cengkeraman depan mulai menurun, Bagnaia tidak dapat menahan Marc Marquez. Pecco sempat tergeser ke posisi empat. Pada akhirnya, Pecco lagi-lagi harus puas finis di tempat ketiga.

    “Saya merasa bahwa untuk pertama kalinya musim ini, kecepatan saya adalah salah satu yang terkuat sepanjang akhir pekan. Tetapi kemudian dalam balapan saya finis di tempat yang sama seperti biasanya!” kata Bagnaia seperti dikutip Crash.

    “Saya berjuang kurang lebih dengan cara yang sama. Saya bisa bertarung dan menyerang di lap pertama, tetapi kemudian saya merasa seperti sedikit penurunan (pada cengkeraman depan) yang merugikan saya sedikit di tengah balapan, dan kemudian saya mampu menjadi cepat lagi,” ujarnya.

    “Tetapi bagaimanapun juga, Marc melakukan pekerjaan yang fantastis dengan motor (GP25) ini. Saya lebih berjuang untuk menemukan keseimbangan saya pada motor ini, mengetahui dengan tepat seperti apa motor tahun lalu…”

    Bagnaia 9,524 detik lebih lambat selama 26 lap dibandingkan dengan yang ia catat di MotoGP Assen tahun lalu dengan motor GP24, meskipun suhu trek dan udaranya sama.

    “Kami hanya perlu mengambil sisi positifnya. Untuk minggu kedua berturut-turut saya cukup cepat untuk bertarung dan menyerang di lap pertama. Saya cukup yakin bahwa kami tidak terlalu jauh dan kami semakin dekat,” sebut Bagnaia.

    Bagnaia mengatakan, masalah stabilitas pada motor Ducati Desmosedici GP25 telah mengganggunya. Dia merasa kesulitan dalam hal pengereman dan masuk tikungan dengan motor tunggangannya itu.

    “Saya tidak bisa menghentikan motor kapan dan di mana saya mau. Saya melaju agak melebar, lalu saya tidak berada di tempat yang tepat untuk berakselerasi. Memang benar bahwa kami meningkatkannya dari sesi ke sesi. Namun setelah 10 balapan (masalah itu) selalu ada. Jadi kami perlu melakukan langkah lain selama balapan,” katanya.

    (rgr/din)

  • Bos Meta Tuding Bos OpenAI Bohong Soal Pembajakan Karyawan

    Bos Meta Tuding Bos OpenAI Bohong Soal Pembajakan Karyawan

    Jakarta

    Meta tak tinggal diam atas tuduhan CEO OpenAI Sam Altman yang menyebut Meta menggelontorkan banyak uang untuk membajak engineer OpenAI.

    Altman, dalam podcast yang dibuat oleh saudaranya, menyebut Meta menawarkan hingga USD 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun ke engineer OpenAI agar pindah ke Meta. Tudingan ini dijawab CTO Meta Andrew Bosworth dalam town hall meeting dengan para pegawai Meta.

    Dalam pertemuan itu, Bosworth menyebut Altman tak jujur dan Meta tidak menawarkan bonus menggiurkan ataupun tawaran yang tak masuk akal demi membajak pegawai OpenAI.

    “Ia mengatakan seolah-olah kami melakukan hal ini ke semua pegawainya. Begini teman-teman, pasar (untuk talenta AI) memang panas, namun tidak sepanas itu,” kata Bosworth saat menjawab salah satu pertanyaan dari pegawainya.

    Bosworth memastikan kalau tawaran bonus yang menggiurkan itu tidak diberikan untuk semua talenta AI. Ditambah lagi, Altman juga ternyata memberikan tawaran tandingan untuk semua tawaran Meta ke pegawai OpenAI.

    “Hal yang tak disebutkan oleh Sam adalah ia memberikan penawaran tandingan, menciptakan pasar tersendiri untuk segelintir pegawai senior. Ini bukan hal yang umum di ranah AI,” jelas Bosworth.

    Ia juga menyebut Altman dikenal suka melebih-lebihkan masalah tertentu, termasuk juga pada kasus ini, demikian dikutip detikINET dari MSN, Senin (30/6/2025).

    “Saya tahu persis kenapa ia melakukan hal ini, yaitu karena kita sukses merekrut talenta dari OpenAI. Dia tidak suka hal itu,” tutup Bosworth.

    Diberitakan sebelumnya, CEO OpenAI Sam Altman mengeluhkan kalau para pegawainya didekati oleh Meta untuk diajak pindah. Hal ini diutarakan Altman dalam sebuah podcast yang dibuat oleh saudaranya sendiri, Jack Altman.

    “Meta memulai hal ini, seperti, tawaran sangat besar untuk sejumlah orang di tim kami. Ya, seperti bonus kepindahan sebesar USD 100 juta, dan lebih banyak lagi dalam bentuk kompensasi per tahun,” keluh Altman.

    Namun ia bersyukur karena sampai saat ini tidak ada dari pegawai terbaiknya yang memutuskan untuk pindah ke Meta.

    (asj/fay)

  • Mayoritas Responden Puas Kinerja Prabowo

    Mayoritas Responden Puas Kinerja Prabowo

    Jakarta

    Lembaga survei Median merilis hasil survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintahan Prabowo Subianto. Hasilnya, mayoritas responden puas dengan kinerja Presiden Prabowo.

    Survei ini digelar pada 12 hingga 18 Juni 2025. Ada 907 responden dari 38 provinsi yang dilibatkan dalam survei tersebut.

    Metode survei dilakukan dengan kuesioner berbasis Google Form yang disebar ke para responden. Hasil survei dimaksudkan untuk menggali persepsi pengguna medsos di Indonesia.

    Para responden diberi pertanyaan ‘seberapa puas anda dengan kinerja Pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini?’. Hasilnya, hanya 31 persen yang tidak puas.

    Berikut ini rinciannya:

    Sangat puas 20,8%
    Puas 44,3%
    Tidak puas 24,8%
    Sangat tidak puas 6,2%
    TT/TJ 3,9%

    Rico lalu merinci alasan publik puas dengan kinerja Pemerintahan Prabowo. Menurutnya, alasan yang paling tinggi karena pemberantasan korupsi.

    “Ternyata alasan yang paling besar itu 12,6 persen menyatakan puas karena bayak kasus korupsi terungkap, jadi kinerja masifnya pengungkapan kasus-kasus korupsi pada akhir akhir ini memberi sentimen positif terhadap Pemerintahan Prabowo,” kata Rico.

    (maa/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Main DANA Squid Game Run Bisa Dapat iPhone 16-Samsung S25, Mau?

    Main DANA Squid Game Run Bisa Dapat iPhone 16-Samsung S25, Mau?

    Jakarta

    Kabar gembira buat para pencinta drama Korea Squid Game! Pasalnya, Squid Game Season 3 sebentar lagi akan dimulai.

    Dalam series season terakhir garapan Hwang Dong Hyuk, karakter Seong Gi Hun (Lee Jung Jae) akan berhadapan dengan Front Man (Lee Byung Hun). Sang sutradara pun memastikan cerita dari babak terakhir ini akan semakin intens dan menegangkan.

    Episode pertamanya pun baru aja diputar perdana secara global dalam acara premiere yang digelar di Paris Theater, New York, pada Selasa (18/6). Kira-kira, bagaimana nasib permainan Squid Game?

    Hype Squid Game Season 3 ini pun akan makin meriah buat kamu dengan main game DANA Squid Game Run di aplikasi DANA. Bukan sekadar permainan biasa, game ini memberikan kesempatan bagi para pemain untuk memenangkan hadiah fantastis, termasuk iPhone 16 dan Samsung Galaxy S25!

    Cukup menukarkan 30 DANA Points yang bisa didapatkan dengan melakukan berbagai macam transaksi pakai DANA untuk bermain game-nya. Kamu juga bisa membeli DANA Points di DANA Deals dengan harga mulai dari Rp 700 saja.

    Untuk bisa mendapatkan hadiah, kamu harus mengumpulkan banyak bintang saat bermain DANA Squid Game Run pada tanggal 25 Jun – 3 Jul 2025. Misalnya untuk mendapatkan iPhone 16, kamu harus mengumpulkan 4.000 bintang.

    Sementara untuk Samsung S25 harus mengumpulkan 3.500 bintang, dan juga banyak voucher lainnya. Untuk detail lebih lengkap bisa cek di sini (please provide).

    Yang harus diingat, untuk iPhone 16 dan Samsung S25 hanya dapat ditukarkan di tanggal yang telah ditentukan yakni tanggal 25 Juni & 3 Juli untuk iPhone 16, dan tanggal 25 Juni, 27 Juni, & 1 Juli untuk Samsung S25, dan pastinya selama persediaan masih ada.

    Jadi jangan sampai ketinggalan. Yuk, segera perbanyak transaksi di DANA dan tukarkan DANA Points-mu sekarang!

    (prf/ega)

  • Segini Pajak Progresif Mitsubishi Xpander Kepemilikan Kedua

    Segini Pajak Progresif Mitsubishi Xpander Kepemilikan Kedua

    Jakarta

    Pajak tahunan Mitsubishi Xpander kepemilikan kedua nyaris Rp 6 juta. Berikut ini rincian Xpander kepemilikan kedua yang terdaftar di wilayah Jawa Barat.

    Pajak tahunan setiap model mobil berbeda-beda. Sebab, besar pajak itu juga mengacu pada Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dengan besaran berbeda. Tak cuma itu, jumlah kepemilikan kendaraan juga berpengaruh terhadap besaran pajak.

    Pajak Tahunan Mitsubishi Xpander Kepemilikan Kedua

    Contohnya untuk Mitsubishi Xpander kepemilikan kedua, pajaknya ternyata Rp 5,7 jutaan. Ditelusuri detikOto dalam laman Bapenda Jabar, Mitsubishi Xpander tipe Ultimate lansiran tahun 2025 yang terdaftar sebagai kendaraan milik ke-2 itu pajak tahunannya Rp 5.742.200. Rinciannya pajak tahunannya sebagai berikut:

    PKB Pokok: Rp 3.373.000
    Opsen PKB Pokok: Rp 2.226.200
    Total: Rp 5.742.200

    Perlu dicatat, pajak di atas berlaku untuk Xpander Ultimate yang berlaku di Jawa Barat. Bisa jadi besar pajak di wilayah lain dan varian lainnya berbeda.

    Sebagai pengingat, buat kamu yang baru mau beli mobil, jangan cuma pertimbangkan harga ya. Pajak juga tak kalah penting untuk diketahui karena dibayarkan setiap tahun sekali. Kalau nggak bayar pajak siap-siap bisa ditilang dan denda Rp 500 ribu menanti.

    Spesifikasi Mitsubishi Xpander

    Bicara spesifikasi, Xpander versi 2023 itu dibekali dengan mesin 1.5L MIVEC DOHC 16 valve bertenaga 105 PS dan torsi 141 Nm pada 6.000 rpm. Di varian ultimate, mesin Xpander itu dikawinkan dengan transmisi CVT.

    Mitsubishi Xpander dibekali beberapa fitur unggulan seperti cruise control, kunci keyless dengan start stop button, tilt & telescopic steering, serta power outlet yang tersedia dari baris depan hingga belakang.

    Ada juga tombol pengaturan pada setir kemudi, headlight auto off saat mesin mati, dan auto lock yang dapat membuat mobil mengunci secara otomatis dalam waktu 30 detik. Ditambah, terdapat rem parkir yang sudah menggunakan Electric Parking Brake (EPB) dan Brake Auto Hold (BAH).

    (dry/rgr)