Category: Detik.com

  • Drone Canggih Super Ngebut, Nyaris Tembus Kecepatan Suara

    Drone Canggih Super Ngebut, Nyaris Tembus Kecepatan Suara

    Jakarta

    Startup asal Houston, Amerika Serikat bernama Venus Aerospace sukses melakukan uji terbang perdana drone canggih yang dilengkapi mesin roket detonasi berputar (rotating detonation rocket engine/RDRE).

    Drone dengan mesin RDRE ini bisa terbang dengan kecepatan nyaris menyamai kecepatan suara. Mesin RDRE ini nantinya diharapkan bisa dipakai di pesawat jet komersial.

    Dalam uji terbang yang digelar pada 24 Februari 2024 itu, drone sepanjang 2,4 meter dan bobot 136 kg itu diterbangkan ke ketinggian 3.658 m menggunakan pesawat Aero L-29 Delfin, kemudian dilepaskan dan RDRE-nya dinyalakan.

    Kemudian, drone itu terbang sejauh 16km dengan kecepatan mach 0,9 yang bisa dicapai hanya dengan 80% daya dorong RDRE.

    Kemudian dalam pengujian terbaru yang digelar pada 14 Mei 2025 di Spaceport America, New Mexico, Venus menerbangkan sebuah roket kecil yang dilengkapi RDRE.

    “Pengujian ini membawa Venus selangkah lebih dekat untuk membuat penerbangan kecepatan tinggi lebih aksesibel, terjangkau, dan berkelanjutan,” tulis Venus dalam keterangannya.

    “Ini adalah momen yang kami tunggu setelah mengerjakannya selama lima tahun,” tulis CEO Venus Sassie Duggleby, dalam pernyataannya.

    Pengujian ini menjadi bukti kalau RDRE buatan Venus menjaga posisi mereka dalam penerbangan kecepatan tinggi berbasis landasan.

    “Kami membuktikan kalau teknologi ini bisa berfungsi, bukan hanya dalam simulasi ataupun di laboratorium, melainkan juga di udara,” tambahnya.

    RDRE ini nantinya diharapkan bisa membuat pesawat terbang dengan kecepatan hingga Mach 6, atau enam kali kecepatan suara, dan tetap bisa lepas landas dari landasan konvensional.

    Berbeda dengan roket konvensional, RDRE beroperasi dengan gelombang detonasi yang terus berputar di sekitar ruang annulus, atau berbentuk cincin. Bahan bakarnya, hidrogen peroksida, diinjeksikan ke dalam annulus dan ledakan yang berulang-ulang menjadi berkelanjutan setelah penyalaan awal. Dalam uji terbang RDRE, anulus berdiameter sekitar 25,4 cm dan menghasilkan daya dorong 544 kg.

    (asj/asj)

  • Batik Air Tergelincir Karena Crosswind, Apa Itu?

    Batik Air Tergelincir Karena Crosswind, Apa Itu?

    Jakarta

    Video yang memperlihatkan pesawat Batik Air mendarat dalam kondisi miring viral di media sosial. Ahli menjelaskan, pesawat tersebut tergelincir dan menjadi miring karena crosswind.

    Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro mengatakan pendaratan pesawat sudah sesuai prosedur.

    “Pendaratan pesawat berlangsung dalam kondisi aman dan telah mengikuti seluruh prosedur operasional standar penerbangan. Berdasarkan hasil pengecekan dan koordinasi dengan tim operasional, diketahui bahwa terjadi peningkatan kecepatan angin dari arah samping (crosswind) saat fase pendekatan ke landasan pacu,” ujar Danang dalam keterangan resminya, dikutip dari detikNews, Senin (30/6/2025).

    Pengertian Crosswind atau Angin Silang

    Dalam kajian ilmiah terkait ilmu penerbangan, Crosswind adalah arah angin yang tegak lurus terhadap landasan. Keadaan tersebut biasanya mengganggu kestabilan pesawat saat mendarat atau lepas landas, demikian dikutip dari laman STMKG.

    Pendaratan saat ada angin silang (crosswind) ini cukup diatur ketat. Ada batasan nilai angin silang tertentu dan pendaratannya memerlukan izin dari air traffic control.

    Efek dari crosswind bisa dirasakan berbeda karena perbedaan besar pesawat, sebagaimana dijelaskan dalam studi Identifikasi Angin Silang (Cross Wind) di Sekitar New Yogyakarta International Airport Memakai Plot Wind Rose oleh Fatkhuroyan dan Bambang Wijayanto dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya (SNFA) 2020.

    Dalam satu kasus crosswind di landasan terbang yang punya kecepatan 20 knot, mungkin dapat menimbulkan bahaya bagi pesawat kecil saat mendarat. Namun, pengaruhnya bisa jadi tidak terasa pada pesawat besar atau modern.

    Pengaruh Crosswind terhadap Pesawat Udara

    Dilansir dari detikEdu, fenomena crosswind tidak bisa dihindari dan cukup sering terjadi di dunia penerbangan. Beberapa kasus crosswind pun bahkan menimbulkan kecelakaan.

    Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), komponen crosswind yang bisa menghalangi take off dan landing pesawat pada umumnya jika kecepatan angin melebihi:

    37 km/jam (20 knot) untuk pesawat dengan ARFL (Aeroplane Reference Field Length) 1.500 meter atau lebih, kecuali jika tindakan pengereman pada landasan pacu buruk (dikarenakan koefisien gesek longitudinal yang tidak mencukupi), maka komponen crosswind lebih dari 24 km/jam (13 knot) dapat menghalangi takeoff dan landing pesawat24 km/jam (13 knot) untuk pesawat dengan ARFL (Aeroplane Reference Field Length) 1.200 meter sampai19 km/jam (10 knot) untuk pesawat dengan ARFL (Aeroplane Reference Field Length)

    Dalam kasus Batik Air, Danang menyebut pihaknya mengatakan tidak melanggar batas maksimal kecepatan angin. Karena itu, pesawat dapat mendarat dengan selamat.

    “Arah angin tidak berubah, namun kecepatannya bertambah. Perlu kami sampaikan bahwa secara limitasi (batas maksimal) kecepatan angin, tidak ada yang dilanggar sehingga pesawat tetap dalam kondisi aman untuk mendarat,” katanya.

    (rns/fay)

  • Kenali Modus Penipuan ‘Fake BTS’ yang Catut Nama Shopee

    Kenali Modus Penipuan ‘Fake BTS’ yang Catut Nama Shopee

    Jakarta

    Modus penipuan digital mengatasnamakan perusahaan besar baru-baru ini beredar di masyarakat. Penipu mengaku dari perusahaan e-commerce, Shopee.

    Modus penipuan melalui SMS ini memanfaatkan Base Transceiver Station (BTS) palsu atau Fake BTS.

    Adapun modus ini dijalankan oleh para pelaku penipuan dengan memanfaatkan perangkat ilegal untuk memancarkan sinyal menyerupai BTS resmi milik operator seluler. Para pelaku membobol protokol keamanan enkripsi operator seluler.

    Setelah itu, penipu dapat mengirim SMS ke banyak pengguna di sekitar lokasi menggunakan nama instansi tertentu. Sehingga, calon korban penipuan bisa mendapat SMS dengan nama dan nomor pengirim yang terlihat resmi. Padahal, isi SMS tersebut palsu berisi link mencurigakan yang bisa membobol data pribadi mereka.

    Menyikapi modus penipuan tersebut, Shopee mengajak para pengguna untuk terus berhati-hati. Dikutip dari website Pusat Bantuan Shopee, biasanya para penipu menggunakan modus Fake BTS untuk mencoba melakukan penipuan berkedok Shopee dengan mengirimkan pesan penipuan seperti:

    1. Pembatalan transaksi bank tertentu yang disertai dengan link phising yang akan mengarahkan Anda ke website palsu.

    2. Pengumuman pemenang undian atau klaim hadiah dengan mengisi data pribadi di link yang mencurigakan.

    3. Memberikan informasi tentang status pesanan Shopee dengan mengirimkan link mencurigakan.

    Untuk terhindar dari modus penipuan tersebut, Shopee membagikan 5 tips aman bertransaksi di aplikasi.

    1. Jangan terpengaruh dengan nama dan nomor pengirim yang terlihat resmi, tapi fokus pada isi SMS yang dikirimkan.

    2. Selalu verifikasi link yang dikirimkan oleh pengirim atas nama Shopee. Domain resmi Shopee hanya shopee.co.id atau id.shp.ee.

    3. Jika menerima informasi terkait bank tertentu, pastikan untuk selalu cek mutasi rekening bank terlebih dahulu.

    4. Jangan pernah memberikan nomor kartu, CVV/CVC, dan kode verifikasi OTP ke siapa pun atau mengisi informasi tersebut tanpa melakukan verifikasi di situs yang menyerupai website atau aplikasi Shopee.

    5. Jangan mudah tergiur SMS berkedok informasi undian atau giveaway palsu. Pengumuman pemenang program Shopee hanya melalui kanal resmi Shopee seperti notifikasi aplikasi, landing page aplikasi, WhatsApp bisnis, dan Instagram Shopee bercentang biru.

    Terakhir, jika menerima informasi mengatasnamakan pihak Shopee, pengguna bisa segera gunakan fitur Cek Fakta di pusat bantuan aplikasi Shopee untuk melakukan validasi informasi.

    (prf/ega)

  • Aprilia Tak Segan Seret Jorge Martin ke Meja Hijau

    Aprilia Tak Segan Seret Jorge Martin ke Meja Hijau

    Jakarta

    Bos Aprilia Racing Massimo Rivola dengan tegas mengatakan Jorge Martin tidak akan bergabung dengan tim pabrikan lain untuk musim MotoGP 2026. Perselisihan kontrak ini bahkan bisa ke tahap yang lebih serius, yaitu pengadilan.

    Jorge Martin tampaknya ingin menyudahi kontrak bersama Aprilia lebih cepat. Manajernya, Albert Valera, menyebut Martin berpotensi bebas kontrak musim depan, walaupun durasi kerja sama Aprilia tercantum selama dua tahun, namun terdapat klausul yang memperbolehkan Martin hengkang dari Aprilia lebih cepat.

    Rider Spanyol tersebut tidak pernah balapan karena absen sejak awal musim. Sebenarnya Jorge Martin sempat comeback di MotoGP Qatar 2025, namun dia kembali terjatuh dan gagal mencetak poin

    Martin diketahui memiliki klausul kontrak khusus dengan Aprilia, di mana Martin bisa mengakhiri kontrak di tahun keduanya alias tahun 2026, jika Martin tidak berada di posisi tiga besar klasemen MotoGP 2025 setelah balapan berjalan enam seri. Namun hingga saat ini, Martin jauh dari posisi tiga besar.

    “Jelas, dia [Martin] tidak akan bebas sampai 2026,” ujar CEO Aprilia Racing, Rivola, kepada stasiun televisi Inggris, TNT Sports, pada hari Minggu.

    “Jika kami harus pergi ke pengadilan, hakim akan mengambil keputusan.”

    “Tapi kami cukup, katakanlah, santai tentang hal itu,” tambah dia.

    Komentar Rivola muncul setelah Manajer Tim Honda HRC Alberto Puig menegaskan tidak akan mengontrak Martin untuk MotoGP tahun depan hingga ada kepastian rider Spanyol itu sudah menyelesaikan perjanjiannya dengan Aprilia.

    Martin diperkirakan akan menjalani tes medis minggu depan, dan Rivola menyebut Aprilia berencana untuk mengetes Martin dengan RS-GP menjalani tes privat di Misano sebelum kembali berlaga di Grand Prix Ceko pada tanggal 18-20 Juli.

    “Jika ia siap dari segi medis, kami berencana untuk mengujinya [Martin] di Misano pada tanggal [9 Juli],” ujar Rivola.

    “Jika dia baik-baik saja, kami akan duduk dan memeriksa kapan dia akan siap untuk balapan.”

    “Saya pikir Brno bisa menjadi target yang layak, tetapi pertama-tama kami harus melakukan satu langkah demi satu langkah – lalu kita lihat saja nanti. Memiliki satu balapan sebelum jeda [musim panas] akan bagus untuk mental, fisik, dan mulai mendapatkan sedikit ritme, dan kemudian dia tahu bahwa dia harus mendorong.”

    “Panggilannya untuk melakukan sesuatu yang cukup istimewa, untuk bertahan di sini, kemudian mendapatkan hasil akan menjadi langkah kedua,” tambah Rivola.

    (riar/rgr)

  • Komdigi Blokir Ecommerce hingga Maskapai Ini Karena Langgar Aturan

    Komdigi Blokir Ecommerce hingga Maskapai Ini Karena Langgar Aturan

    Jakarta

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bertindak tegas dengan melakukan pemutusan akses terhadap tiga Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat, yakni bathandbodyworks, eBay, hingga situs maskapai penerbangan KLM.

    Pemblokiran tiga website PSE Lingkup Privat tersebut dilakukan Komdigi karena mereka belum menunjukkan komitmen nyata untuk memenuhi kewajiban pendaftaran.

    Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar mengatakan pemutusan akses merupakan sanksi administratif terhadap PSE yang tidak menaati aturan yang berlaku.

    “Pemutusan akses terhadap sistem elektronik atau access blocking ini merupakan bentuk sanksi administratif yang dikenakan oleh Menteri Komunikasi dan Digital kepada PSE Lingkup Privat yang belum melakukan upaya pendaftaran,” jelasnya dikutip Senin (30/6/2025).

    Sesuai Pasal 7 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, Kementerian Komdigi telah mengenakan sanksi administratif berupa pemutusan akses kepada tiga PSE, yaitu PT Dunia Luxindo (bathandbodyworks), eBay Inc. (eBay) dan KLM Royal Dutch Airlines (KLM).

    Alexander menjelaskan sebelum dilakukan tindakan pemutusan akses terhadap sistem elektronik, Komdigi telah memberikan surat notifikasi, surat peringatan, dan siaran pers terkait kewajiban pendaftaran.

    “Namun, hingga batas waktu yang telah ditentukan setelah pengiriman surat peringatan, tiga PSE tersebut tetap tidak menunjukkan upaya untuk memenuhi kewajiban pendaftaran,” tuturnya.

    Langkah pemutusan akses ini merupakan komitmen penegakan hukum agar ruang digital nasional lebih tertib dan bertanggung jawab. Selain itu, Komdigi berupaya menciptakan kesetaraan kewajiban antar penyelenggara sistem elektronik.

    “Ini juga upaya melindungi masyarakat sebagai pengguna layanan digital dari potensi risiko akibat layanan yang tidak terdaftar secara resmi,” ungkap Alexander.

    Komdigi mendorong seluruh PSE untuk mendaftarkan sistem elektronik melalui sistem OSS sebelum digunakan di Indonesia.

    “Dan secara aktif memperbarui informasi pendaftaran apabila terdapat perubahan,” pungkasnya.

    (fyk/fay)

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa, membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Pria yang kini berusia 46 tahun itu mengaku terkena serangan stroke akibat tekanan darah atau hipertensi tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Saat itu, Alfa menolak mengonsumsi obat yang direkomendasikan dokter karena merasa sudah menjalani pola hidup sehat. Ia rutin berolahraga dan menjaga asupan makanannya dengan menghindari makanan yang bisa memicu kolesterol maupun gula darah tinggi.

    Meski begitu, ia mengaku masih sering mengonsumsi makanan asin, yang sebenarnya dapat memicu tekanan darah tinggi.

    “Sudah mengurangi risiko kolesterol, gula darah tinggi, itu sejak umur 30 itu sudah mengurangi jeroan dan daging. Tetapi yang tidak lakukan adalah diet garam, suka makan asin. Bahkan kalau makan soto, atau bakso, suka menambahkan garam lagi, padahal itu salah besar,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Dokter kemudian menyarankan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi.

    Alfa kemudian disarankan untuk mengonsumsi obat hipertensi secara rutin untuk mengontrol tekanan darahnya. Akan tetapi, Alfa justru mengabaikannya. Ia juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu tensinya naik.

    “Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Adapun serangan stroke terjadi saat Alfa sedang melakukan aktivitas. Pada saat pandemi, ia berlari sekitar tiga hingga lima kilometer di sekitar rumah. Tanpa jeda, ia langsung melanjutkan dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya melonjak hingga 160 bpm.

    Tak lama setelah itu, Alfa mendadak mengalami pusing hebat seperti vertigo. Ia juga menyadari sisi kiri tubuhnya tidak dapat digerakkan. Tangan dan kaki kirinya lumpuh, disertai gangguan bicara dan mulut yang perot.

    Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya untuk menjalani MRI. Hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter.

    Awalnya, dokter menyarankan Alfa untuk menjalani operasi. Namun, karena ia masih mampu merespons pemeriksaan memori dan kesadaran dengan baik, dokter memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi. Alfa menjalani proses pemulihan dengan dirawat di ICU selama tiga minggu.

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari keluarga dan sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    Terkait kejadian yang dialami Alfa, terlalu banyak mengonsumsi makanan asin bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Ketika tekanan darah tinggi tidak terkontrol, komplikasinya bisa memunculkan penyakit lain mulai dari stroke sampai gagal ginjal.

    “Kalau garam hubungannya itu ke hipertensi. Dengan garam yang banyak tinggi, kandungan garam di dalam pembuluh darah akan menarik air. Cairan akan lebih banyak di pembuluh darah, tekanan darah menjadi meningkat,” ujar spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dr dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenapa Banyak Kasus Stroke Terjadi Saat di Kamar Mandi? Ini Penyebabnya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    Jakarta

    Pemerintah baru saja meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Bali. Inisiatif ini layak diapresiasi sebagai langkah nyata menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional di Tanah Air sekaligus strategi jitu untuk mengurangi kebocoran devisa yang setiap tahun menggerus cadangan negara. Tidak kurang dari Rp100 triliun devisa “terbang” ke luar negeri lantaran warga Indonesia berobat ke Malaysia, Singapura, bahkan Jepang dan Korea.

    Hadirnya KEK Sanur menjadi jawaban strategis atas tantangan tersebut. Dengan fasilitas rumah sakit modern seperti Bali International Hospital dan Ngoerah Sun Wellness & Aesthetic Center, masyarakat kini memiliki alternatif layanan kesehatan berkualitas tinggi tanpa harus ke luar negeri. Dari sisi ekonomi, kawasan ini menjadi katalis baru bagi tumbuhnya sektor pariwisata medis, mendorong investasi, membuka lapangan kerja, serta menghidupkan rantai pasok industri kesehatan berbasis domestik.

    Namun, sebaik apa pun infrastruktur yang dibangun, ia tidak akan berdaya guna tanpa sumber daya manusia medis yang kompeten dan merata. Dalam konteks inilah pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat peresmian KEK Sanur perlu digarisbawahi:

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien, dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno.”

    Pendidikan dokter spesialis memang menjadi titik lemah dalam ekosistem kesehatan nasional. Prosedur yang berbelit, kuota terbatas, dan birokrasi yang tidak adaptif membuat distribusi dokter spesialis tidak merata. Beban terberat dirasakan daerah-daerah di luar Jawa yang hingga kini kekurangan tenaga medis berkualitas. Pernyataan Presiden yang secara terbuka menyoroti persoalan ini adalah sinyal penting. Transformasi sistem kesehatan tidak hanya soal infrastruktur megah atau peralatan tercanggih, tetapi juga pembenahan tata kelola dan reformasi kebijakan SDM.

    Reformasi pendidikan kedokteran harus menitikberatkan pada efisiensi dan relevansi tanpa mengorbankan mutu. Prosedur-prosedur yang sudah tidak sesuai perkembangan zaman harus dikaji ulang. Indonesia tidak bisa terus-menerus terpaku pada skema lama yang kurang responsif terhadap krisis kekurangan tenaga medis. Kita memerlukan pendekatan berbasis data, kebutuhan, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat luas.

    Di tengah upaya tersebut, kebijakan penguatan peran kolegium melalui regulasi terbaru, di mana kolegium menjadi bagian dari Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) yang dikoordinasikan Kementerian Kesehatan, juga patut dicermati. Di satu sisi, kebijakan ini bisa menjadi langkah tepat untuk memastikan akuntabilitas, transparansi, dan integrasi kebijakan pendidikan dengan arah pembangunan kesehatan nasional. Namun di sisi lain, pemerintah perlu memastikan independensi akademik kolegium tetap terjaga agar proses penjaminan mutu pendidikan dokter spesialis tidak dipengaruhi pertimbangan politis atau birokrasi yang tidak relevan dengan profesionalisme kedokteran.

    Sebagai saran, pemerintah dapat mempertimbangkan model kemitraan seimbang: Kemenkes sebagai pengarah kebijakan publik, kolegium sebagai pemegang standar akademik dan profesi, serta organisasi profesi dan perguruan tinggi sebagai mitra aktif dalam proses evaluasi dan pengawasan. Dengan demikian, reformasi sistem pendidikan dokter spesialis tidak hanya lebih efisien dan terbuka, tetapi juga tetap berbasis ilmu dan menjaga integritas profesi.

    “Sistem asuransi kita harus kita perkuat, tidak hanya untuk kalangan atas, tapi juga agar orang yang kurang mampu dari segi ekonomi dapat punya akses.”

    Pernyataan ini amat relevan agar layanan kelas dunia di KEK Sanur dan kawasan sejenis di masa depan tidak menjadi eksklusif hanya untuk segelintir masyarakat mampu. Sebaliknya, harus dirancang agar inklusif dan menjangkau kelompok rentan.

    KEK Kesehatan Sanur adalah langkah besar dan progresif. Namun, agar benar-benar menjadi tonggak transformasi sistem kesehatan nasional, inisiatif ini harus diikuti reformasi menyeluruh di sektor pendidikan spesialisasi, kebijakan pembiayaan, penguatan peran kolegium yang akuntabel namun tetap independen, serta distribusi tenaga medis yang lebih adil. Jika semuanya berjalan beriringan, Indonesia bukan hanya akan berhenti kehilangan devisa, tetapi juga berpeluang menjadi pusat layanan kesehatan unggulan di Asia Pasifik.

    Pentingnya perubahan paradigma dalam perlindungan kesehatan kepada masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat kurang mampu telah menjadi perhatian sungguh-sungguh pemerintah Prabowo. Oleh karena itu pelaksanaan pelayanan publik di sektor kesehatan harus bertumpu pada kesederajatan dan keadilan layanan, sehingga kebijakan yang diambil pemerintah telah menempatkan pengarusutamaan sinergitas kesehatan dari hulu ke hilir tanpa membedakan kelas-kelas layanan.

    Trubus Rahardiansah. Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti.

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Jakarta

    Salah satu pertanyaan paling umum saat ganti smartphone adalah: ‘Apakah saya masih bisa pakai semua aplikasi favorit saya?’ Dengan HUAWEI nova 13 Pro, permasalahan tersebut bisa diatasi.

    Bahkan dalam situasi langka saat aplikasi belum tersedia langsung di AppGallery, pengguna tetap bisa mengaksesnya melalui GBox, solusi fleksibel dan aman dari Huawei.

    AppGallery sudah menyediakan mayoritas aplikasi favorit di Indonesia, seperti YouTube, Gmail, WhatsApp, Shopee, dan Instagram. Tapi kalau butuh aplikasi seperti Netflix, Genshin Impact, atau Halodoc, GBox siap bantu.

    Cara pakainya mudah:

    1. Cari ‘GBox’ di AppGallery dan install
    2. Buka GBox dan cari aplikasi yang dibutuhkan (misalnya Netflix atau Play Store)
    3. Klik install seperti biasa
    4. Masuk dengan akun Google-langsung bisa digunakan.

    Dengan kombinasi AppGallery dan GBox, pengguna bisa menikmati aplikasi seperti:

    – Streaming: Netflix, YouTube, Disney+, WeTV, Vidio
    – Game: Genshin Impact, PUBG Mobile, Mobile Legends
    – Gaya Hidup: Kopi Kenangan, Halodoc, Traveloka
    – Utilitas: Google Maps, Google Drive, YouTube Music
    – Produktivitas: Gmail, Google Meet, Google Docs, Google Photos.

    Aman dan Andal

    AppGallery dan GBox sama-sama mengutamakan keamanan. Setiap aplikasi melalui:

    – Pemindaian malware
    – Deteksi perilaku mencurigakan
    – Verifikasi keamanan dan privasi

    GBox juga tersedia langsung di AppGallery, jadi pengguna tak perlu unduh dari pihak ketiga.

    HUAWEI nova 13 Pro hadir dengan kamera selfie 60MP Dual Front dan kamera utama 50MP dengan aperture yang bisa disesuaikan dan 3x optical zoom. Layarnya 6,76 inci quad-curve, tampil elegan dengan desain Plaid-Rhythm dan warna Loden Green yang ikonik.

    Ditenagai oleh 100W HUAWEI SuperCharge Turbo, perangkat ini menyatu sempurna antara gaya dan performa.

    Dengan HUAWEI nova 13 Pro, tak perlu kompromi antara desain, performa, atau akses aplikasi. Semuanya lengkap dan mudah diakses-cukup beberapa langkah saja.

    Jika membutuhkan bantuan, bisa menghubungi Hotline di 0078 0308 520888 atau WhatsApp +62 881-0808-88320. Selain itu, pengguna juga bisa melihat panduan app di Huawei Community atau gabung ke Fans Club.

    (anl/ega)

  • Mobil Paket Amazon di Jerman Sudah Full Listrik, Total Punya 5.000 Van Mercy

    Mobil Paket Amazon di Jerman Sudah Full Listrik, Total Punya 5.000 Van Mercy

    Jakarta

    Perusahaan-perusahaan besar di Eropa makin serius beralih ke kendaraan listrik, termasuk di sektor logistik. Salah satu contohnya adalah Amazon yang kini mengandalkan ribuan van listrik Mercedes-Benz untuk pengiriman paket.

    Mercedes-Benz Vans resmi menyerahkan hampir 5.000 unit kendaraan listrik kepada mitra pengiriman Amazon. Dari total itu, lebih dari 2.500 unit akan beroperasi di Jerman, sedangkan sisanya tersebar di empat negara Eropa lainnya.

    “Pengoperasian 5.000 van listrik ini semakin menegaskan upaya kami untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional. Dari sepeda listrik, van, truk, hingga infrastruktur, kami berada di jalur yang tepat untuk mentransformasi seluruh jaringan transportasi kami,” ujar Neil Emery, Direktur Global Armada dan Produk Amazon.

    Kendaraan yang digunakan terdiri dari eSprinter dan eVito, dua model van listrik yang memang dirancang khusus untuk kebutuhan pengiriman. Sekitar 75 persen armada merupakan eSprinter, sedangkan 25 persen sisanya adalah eVito panel van.

    Langkah ini menjadi pemesanan kendaraan listrik terbesar yang pernah diterima Mercedes-Benz, sekaligus memperkuat kolaborasi kedua perusahaan dalam mendorong elektrifikasi logistik di Eropa.

    “(Mercedes-Benz) eVito dan eSprinter kami dirancang dengan sempurna untuk memenuhi tuntutan pelanggan komersial kami terkait efisiensi dan jangkauan. Keduanya menunjukkan bahwa berkendara bebas emisi CO2 secara lokal, performa yang mengagumkan, kenyamanan, dan biaya pengoperasian yang rendah dapat dipadukan dengan sempurna,” kata Sagree Sardien, Head of Sales & Marketing Mercedes-Benz Vans.

    Dari sisi teknis, eSprinter tersedia dalam beberapa pilihan baterai. Namun di tipe yang paling jauh jarak tempuhnya, van listrik ini bisa menempuh jarak 484 km dalam satu kali pengecasan penuh. Mercedes-Benz juga mengklaim eSprinter dapat membawa kargo hingga 4,25 ton.

    Mercedes-Benz eSprinter dan eVito digunakan oleh Amazon untuk mobil paketnya. Foto: Mercedes-Benz AG/Amazon

    Sementara itu, eVito bisa dibilang van listrik yang lebih ramah untuk dipakai di jalanan yang lebih padat seperti perkotaan atau daerah rumah tinggal. Van listrik ini membawa baterai berkapastias maksimal 90 kWh dan bisa menempuh jarak 480 km sekali cas penuh.

    Keduanya dilengkapi sistem infotainment MBUX dan fitur keselamatan canggih. eVito diproduksi di Spanyol, sementara eSprinter dibuat di Jerman.

    Amazon memperkirakan, armada ini akan mengantarkan lebih dari 200 juta paket per tahun, sekaligus mempercepat target netral karbon di lini pengiriman mereka.

    (mhg/rgr)

  • Komunikasi Sosial Manusia dengan AI dalam Smartwatch

    Komunikasi Sosial Manusia dengan AI dalam Smartwatch

    Jakarta

    Dalam era digital, komunikasi antara manusia dan kecerdasan buatan (AI) tidak lagi sekadar berada pada perangkat seperti komputer atau ponsel pintar. Kini, AI hadir lebih personal melalui smartwatch, perangkat kecil di pergelangan tangan yang bukan hanya mencatat detak jantung, tetapi juga menyampaikan rekomendasi kesehatan, notifikasi emosional, hingga prediksi perilaku. Relasi ini bukan semata relasi teknologis, tetapi juga sosial.

    Smartwatch bertransformasi menjadi medium komunikasi dua arah. Pengguna tidak hanya menerima informasi, melainkan juga secara sadar maupun tidak sadar memberikan data secara terus-menerus. Dalam komunikasi ini, AI tidak sekadar menjadi alat, melainkan aktor yang berpartisipasi aktif dalam membentuk makna sosial dan keputusan personal.

    Sosiologi melihat komunikasi bukan hanya sebagai pertukaran pesan, tetapi juga sebagai arena pembentukan identitas, norma, dan relasi kekuasaan. Ketika AI dalam smartwatch mulai memberi saran seperti “saatnya tidur” atau “kamu tampak stres hari ini”, maka AI telah masuk dalam wilayah sosial yang sebelumnya eksklusif milik manusia: pengaturan diri dan interpretasi emosi.

    Fenomena self-tracking lewat smartwatch menunjukkan bagaimana individu menjadi subjek sekaligus objek dalam ekosistem data. Dalam kerangka Gilbert Simondon, proses individuasi-pembentukan diri-tidak hanya berasal dari lingkungan sosial, tetapi kini juga dimediasi oleh algoritma yang mendefinisikan normalitas: berapa langkah yang “cukup sehat”, atau pola tidur yang “ideal”.

    Smartwatch menghadirkan tekanan sosial dalam bentuk yang lebih halus namun konsisten. Rekomendasi AI, meski berbasis statistik, menciptakan norma-norma baru yang memengaruhi perilaku. Hal ini menghasilkan “panoptikon algoritmik”, pengawasan yang tidak lagi kasat mata tetapi diterima sebagai bantuan. Kita ingin sehat, tetapi apakah kita sedang mengatur hidup kita atau sedang diatur?

    Dilema etis muncul ketika smartwatch tidak lagi sekadar mencatat, tetapi memengaruhi. Apakah AI adalah mitra yang membantu individu memahami diri? Atau, justru menjadi pengatur tak terlihat yang membentuk identitas berdasarkan skrip algoritmik? Komunikasi manusia-AI dalam smartwatch menunjukkan pergeseran kontrol dari otonomi ke automasi.

    Dari sudut sosiologis, komunikasi dengan AI dalam smartwatch juga memperlihatkan ketimpangan kelas. Hanya mereka yang mampu membeli dan memahami teknologi ini yang dapat terlibat dalam “percakapan algoritmik”. Hal ini menciptakan jurang baru antara “yang terhubung” dan “yang tidak” – bukan sekadar digital divide, tetapi juga data divide.

    Smartwatch memfasilitasi representasi diri berbasis angka dan grafik. Kita menjadi terbiasa mengidentifikasi diri sebagai “kurang tidur”, “kegiatan cukup”, atau “jantung stabil” – sebuah versi diri yang direduksi dalam angka. Apakah ini membebaskan atau mereduksi kompleksitas eksistensial manusia?

    Meskipun banyak pengguna menerima peran AI dalam smartwatch sebagai “asisten personal”, ada pula yang mulai mempertanyakan relasi ini. Beberapa individu menunjukkan resistensi dengan mematikan fitur tertentu, menolak notifikasi, atau bahkan kembali ke jam analog. Ini menunjukkan bahwa komunikasi manusia dengan AI tidak selalu harmonis, melainkan juga menjadi arena tawar-menawar makna.

    Penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi digital yang tidak hanya teknis, tetapi juga sosiologis – memahami bagaimana teknologi memengaruhi relasi sosial, nilai-nilai, dan pembentukan identitas. Tanpa literasi ini, masyarakat berisiko menjadi subjek pasif dari desain teknologi yang tak selalu netral.

    Komunikasi antara manusia dan AI dalam smartwatch merupakan fenomena sosioteknis yang kompleks. Ia mencerminkan pergeseran besar dalam relasi sosial: dari interaksi antar manusia ke interaksi manusia-algoritma. Dalam dunia yang semakin algoritmis, tugas kita bukan hanya menguasai teknologi, tetapi juga mengkritisi bagaimana teknologi menguasai kita.

    Dalam praktik sehari-hari, komunikasi antara manusia dan AI dalam smartwatch tampak sederhana: notifikasi kesehatan, saran aktivitas, atau pengingat waktu tidur. Namun, di balik kesederhanaan itu terdapat struktur komunikasi kompleks berbasis responsif. Ketika seseorang menerima notifikasi “Anda terlalu lama duduk, silakan berdiri”, itu merupakan bentuk komunikasi instruktif yang dihasilkan dari pemrosesan data real-time. AI bertindak sebagai penyampai pesan, sekaligus penafsir perilaku tubuh manusia berdasarkan parameter algoritmik.

    Komunikasi AI dalam smartwatch

    Ilustrasi smartwatch (Foto: Shutterstock)

    AI dalam smartwatch mengembangkan pola komunikasi yang bersifat personal. Misalnya, melalui riwayat tidur pengguna, AI belajar preferensi dan pola unik setiap individu untuk kemudian menyesuaikan saran yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak bersifat generik, tetapi adaptif dan berbasis konteks. Semakin lama digunakan, AI mengembangkan ‘gaya komunikasi’ yang terasa lebih akrab dan intuitif, yang dalam sosiologi bisa disebut sebagai bentuk relasi interpersonal semu (pseudo-interpersonal relationship).

    Komunikasi AI dalam smartwatch juga terjadi dalam bentuk nonverbal, seperti getaran lembut saat mencapai target langkah, warna indikator stres, atau grafik yang memberi kepuasan visual. Bentuk-bentuk ini menyampaikan pesan emosional yang memotivasi atau memperingatkan pengguna, tanpa harus menggunakan bahasa verbal. Dalam konteks ini, AI telah mengadopsi bahasa afeksi digital-mengomunikasikan emosi melalui simbol, ritme, dan warna-yang berdampak pada psikologis dan keputusan harian penggunanya.

    Esensi komunikasi AI dalam smartwatch juga terletak pada siklus feedback yang berkelanjutan. Ketika pengguna merespons notifikasi-misalnya memilih untuk beristirahat atau menolak saran AI-maka AI menyimpan data tersebut sebagai preferensi baru. Hal ini menciptakan relasi komunikasi interaktif yang bersifat mutual: pengguna memengaruhi AI, dan AI memengaruhi pengguna. Dalam jangka panjang, komunikasi ini berpotensi membentuk pola kebiasaan dan bahkan gaya hidup baru yang sepenuhnya ditata dalam logika algoritmik.

    Teori individuasi Gilbert Simondon menekankan bahwa individu bukanlah entitas yang sudah selesai, melainkan entitas yang selalu dalam proses menjadi, melalui relasi dengan lingkungan, teknologi, dan situasi sosialnya. Dalam konteks smartwatch, pengguna tidak hanya menjadi subjek yang menggunakan teknologi, tetapi justru mengalami proses individuasi bersama teknologi itu sendiri. AI dalam smartwatch menjadi salah satu “medan” yang turut memediasi pembentukan diri, kebiasaan, dan bahkan kesadaran tubuh.

    Smartwatch tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, melainkan sebagai agen teknikal yang mendorong individu untuk merefleksikan dirinya secara terus-menerus. Ketika pengguna melihat grafik tidur dan menyadari pola hidupnya tidak teratur, kemudian mencoba memperbaikinya karena masukan dari AI, maka ia sedang berada dalam proses individuasi. Teknologi menjadi ekstensi kognitif sekaligus pemicu perubahan diri, bukan hanya pengawas pasif.

    Contoh paling nyata dari proses individuasi ini dapat dilihat dalam kebiasaan olahraga. Seseorang yang semula tidak aktif fisik, mulai bergerak karena smartwatch secara konsisten memberikan notifikasi “ayo bergerak” atau “target langkah belum tercapai”. Dalam waktu tertentu, individu tidak lagi bergerak karena smartwatch, tetapi karena kesadaran baru bahwa aktivitas fisik penting bagi kesehatannya. Dalam proses ini, hubungan antara AI dan manusia telah menghasilkan transformasi identitas dan gaya hidup.

    Simondon juga menekankan bahwa individuasi mencakup dimensi afektif-emosi dan perasaan. Saat AI dalam smartwatch memberikan umpan balik positif berupa badge atau notifikasi pencapaian, individu merasakan afeksi, yaitu perasaan senang atau bangga. Ini memicu relasi emosional yang mengikat pengguna dan teknologi dalam siklus positif, sehingga AI tidak lagi menjadi mesin netral, tetapi “partner” yang memengaruhi perkembangan psikologis individu.

    Lebih jauh, proses individuasi melalui AI dalam smartwatch tidak hanya bersifat personal, tetapi juga kolektif. Ketika komunitas pengguna saling membandingkan hasil tracking olahraga atau tidur, terbentuklah norma sosial baru tentang gaya hidup sehat. Di sinilah teknologi berperan dalam membentuk individu bukan hanya secara personal, tetapi juga sebagai bagian dari jaringan sosial yang lebih luas. Konvergensi antara individuasi personal dan kolektif ini memperkaya makna komunikasi sosial di era AI.

    Meski tampak positif, proses individuasi yang dimediasi AI memiliki tantangan: individu bisa terjebak pada ketergantungan atau ilusi kontrol diri. Ketika pengguna merasa tidak lengkap tanpa validasi smartwatch, proses individuasi bisa terhambat dan berubah menjadi konformitas terhadap logika algoritma. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesadaran kritis atas peran teknologi dalam membentuk diri, agar komunikasi AI-manusia tetap berada dalam relasi yang setara dan sehat.

    Komunikasi antara AI dan manusia dalam smartwatch bukan sekadar pertukaran data, melainkan bagian dari proses sosial dan psikologis yang dalam. Melalui lensa teori individuasi Simondon, kita memahami bahwa manusia tidak hanya menggunakan smartwatch untuk mencapai tujuan praktis, tetapi juga menjalani transformasi diri melalui interaksi yang terus berlangsung. AI menjadi mitra dalam membentuk kesadaran diri, membangun kebiasaan baru, dan memperluas makna sosial tubuh dan waktu. Namun, di tengah manfaat tersebut, tetap dibutuhkan literasi kritis agar individu tidak kehilangan agensinya. Komunikasi dengan AI harus dipandang sebagai medan dinamis yang mencerminkan proses individuasi yang belum selesai-selalu terbuka, adaptif, dan penuh potensi sosial. Dalam smartwatch, kita tidak hanya membaca data tentang diri kita; kita sedang membentuk siapa diri kita sebenarnya.

    Ditulis oleh Ressa Uli Patrissia, Business Support Manager Provisio Consulting dan Mahasiswa Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Skill Kuasai AI Kini Jadi Pertimbangan Perusahaan Rekrut Karyawan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (fay/fay)