Category: Detik.com Tekno

  • Alasan Valid Kenapa Perikanan Butuh Dijamah Teknologi

    Alasan Valid Kenapa Perikanan Butuh Dijamah Teknologi

    Lampung Selatan

    Sektor perikanan yang sedang digenjot di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga tak lepas dari kebutuhan penggunaan teknologi. Sebab, digitalisasi perikanan akan menguntungkan pelaku usahanya, termasuk pembudidaya, dalam banyak hal.

    Hal ini yang menjadi perhatian BAKTI Komdigi yang juga bertanggung jawab dalam hal digitalisasi. Karenanya, BAKTI menggandeng eFishery untuk melakukan program digitalisasi perikanan di Palas, Lampung Selatan, selama tiga bulan. Selain penyuluhan, BAKTI mendukung hingga 15 perangkat IoT Smart autofeeder untuk kolam-kolam di sana. Alat ini dapat membantu efisiensi pakan yang kemudian berdampak pada perbaikan ekonomi pembudidaya.

    “Output yang BAKTI harapkan adalah budidaya yang berkelanjutan dan memiliki efek buat si farmer. Kami bantu adaptasi teknologi ini ke farmer, yang dari awalnya masih tradisional, untuk mengarah ke modern,” kata Ade Setiawan L. Tobing Project Manager dari eFishery.

    Apalagi, teknologi di bidang perikanan terbilang masih minim bila disandingkan dengan sektor lain. Karena itu, BAKTI dan eFishery datang untuk memberi bukti nyata bahwa perikanan dapat diarahkan ke teknologi.

    Untungnya, penerimaan masyarakat di sekitaran daerah Kalianda tersebut terbilang sangat bagus. Meski pada awalnya masih mempertanyakan manfaat digitalisasi, tapi begitu diuji coba baru lah mereka merasa terbantu dengan sentuhan teknologi.

    “Sedikit cerita, ya. Saya sarjana perikanan yang dibilang bahwa, “buat apa sih lu kuliah jauh-jauh?” karena saya kuliahnya di Malang, saya aslinya Pekanbaru, “pada akhirnya orang SD aja bisa budidaya”, Karena dulu kita tuh nggak pernah ada teknologi yang menyentuh gitu kan,” kisahnya.

    BAKTI Komdigi berkolaborasi dengan eFishery dalam mendorong digitalisasi sektor perikanan. Digitalisasi tersebut berupa alat pakan otomatis yang didukung internet. Foto: Tripa Ramadhan

    “Akhirnya dengan adanya teknologi ini, kita membuktikan bahwa hal dasar pun sekarang tuh bisa bergerak di teknologi. Bisa tersentuh dengan teknologi. Karena harapannya pun eFishery nanti di satu lingkung ekosistemnya bakal diisi semua dengan teknologi,” sambungnya.

    Sejalan dengan BAKTI, eFishery menginginkan digitalisasi masuk ke hal-hal terkecil dan terpenting dalam sektor perikanan. Misalnya, teknologi yang digunakan pembudidaya bisa langsung menyasar masyarakat terdekat untuk membeli ikan di tambak. Atau bahkan, target skala besarnya adalah pembudidaya dapat langsung jual ke pasar.

    “Mungkin, ya. Mungkin juga bisa ke Jakarta, kalau harganya masih oke penjualannya. Nanti bakal ada bakul (tengkulak) sendiri yang jemput, ngambil satu kali pengambilan itu 1 ton, nanti jual,” inginnya.

    Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari salah satu pembudidaya dari Kelompok Budidaya Ikan (POKDAKAN) Margo Rejo Semarang Jaya di Kecamatan Palas, Kampung Bangunan, Dusun 008, Lampung Selatan. Beliau bernama Jasmo (53).

    Kata Jasmo, ada sekitar 20-an pembudidaya di daerah Palas. Namun, yang aktif sekitar 11 pembudidaya.

    “Ya itu permasalahannya pakan mahal. Kalau orangnya sudah ngerti (eFeeder dapat efisiensi pakan), ya kalau belum ngerti mikirnya gitu terus, “Mahal, mahal”,” ungkapnya.

    Jasmo mengakui bahwa butuh waktu untuk masyarakat menyesuaikan diri. Tapi, karena manfaat dari perangkat IoT ini mulai terasa, Jasmo dan penduduk Desa Palas akhirnya memutuskan terus menggunakan eFeeder.

    “Yang dulunya itu dalam empat bulan itu sekilo masih ada yang isinya lima ikan. Kalau ini udah nggak. Paling tiga, paling kecil. Empatnya ada, cuma nggak banyak,” kata soal perubahan positif sejak pemakaian eFeeder.

    Dari situs eFishery, ada beberapa fitur unggulan antara lain Lapak Ikan untuk jual hasil panen ke eFishery dengan harga adil dan langsung bayar, Beli Pakan yang memfasilitasi pembudidaya untuk melakukan transaksi pakan dengan dua opsi pembayaran: transfer atau Kabayan.

    Kabayan adalah fitur yang memberikan akses ke institusi finansial yang terdaftar dan diawasi OJK untuk beli pakan dengan waktu pembayaran hingga 6 bulan yang bisa dibayar melalui Fitur Tagihan.

    (ask/afr)

  • Duh, Lumba-lumba di Teluk Meksiko Positif Terkena Fentanyl

    Duh, Lumba-lumba di Teluk Meksiko Positif Terkena Fentanyl

    Jakarta

    Hanya beberapa bulan setelah penemuan kokain terdeteksi di tubuh hiu di lepas pantai Amerika Selatan, penelitian menemukan fentanyl dan obat-obatan lainnya pada puluhan lumba-lumba di Teluk Meksiko. Temuan ini menambah catatan pencemaran laut oleh obat-obatan.

    “Obat-obatan telah menjadi polutan mikro baru dan menjadi perhatian global yang berkembang karena keberadaannya mulai banyak dilaporkan di ekosistem air tawar, sungai, dan lautan di seluruh dunia,” kata ahli mammologi Dara Orbach dari Texas A&M University-Corpus Christi (TAMU-CC).

    Pada 2020, para peneliti TAMU-CC yang rutin menguji kadar hormon pada lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) terkejut menemukan banyak kandungan obat-obatan dalam sampel jaringan lemak cetacea.

    Ahli biologi TAMU-CC Anya Ocampos dan rekan-rekannya telah memeriksa sampel jaringan dari 89 lumba-lumba melalui spektrometer massa untuk melihat seberapa luas kontaminasi ini.

    Para peneliti menemukan fentanyl, jenis obat penghilang rasa sakit yang 100 kali lebih kuat daripada morfin dalam 24 sampel, termasuk semua spesimen post-mortem yang diambil dari enam lumba-lumba yang telah mati. Obat penenang meprobamate dan relaksan otot rangka carisoprodol juga ditemukan dalam lemak mamalia laut tersebut.

    Karena lumba-lumba tidak minum air laut, predator puncak ini mungkin terpapar zat kimia tersebut melalui makanan atau menyerapnya melalui kulit mereka. Terlebih lagi, beberapa sampel jaringan yang mengandung obat diambil dari lumba-lumba hidup pada 2013, yang menunjukkan bahwa hal ini telah terjadi selama beberapa waktu.

    “Lumba-lumba sering digunakan sebagai bioindikator kesehatan ekosistem dalam penelitian kontaminan karena lemaknya yang kaya akan lipid dapat menyimpan kontaminan dan diambil sampelnya dengan cara yang relatif minimal invasif pada hewan hidup,” jelas Orbach seperti dikutip dari Science Alert.

    “Kami menemukan seekor lumba-lumba mati di Teluk Baffin di Texas Selatan dalam kurun waktu satu tahun sejak penggerebekan narkoba fentanyl cair terbesar dalam sejarah AS di wilayah yang berdekatan. Dan lumba-lumba Mississippi mencakup 40% dari total deteksi farmasi kami, yang membuat kami yakin bahwa ini adalah masalah yang sudah berlangsung lama di lingkungan laut,” jelasnya.

    Lebih dari seperempat sungai di Bumi juga ditemukan mengandung bahan farmasi pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dianggap aman bagi organisme akuatik, yang airnya berkontribusi terhadap konsentrasi polutan di lingkungan laut.

    Metode pengumpulan sampel jaringan lumba-lumba. Foto: iScience via Science Alert

    Meskipun kita belum mengukur secara langsung dampak ekologis dari jejak farmasi, keberadaannya hanya menambah masalah yang lebih luas dari stresor yang disebabkan manusia, mencakup plastik, tumpahan bahan kimia, pengerukan, lalu lintas kapal, polusi suara, dan perubahan iklim.

    Pada 2021, lumba-lumba Teluk Meksiko ditemukan menderita konsekuensi kesehatan dan reproduksi yang berkelanjutan dari dampak bencana tumpahan minyak Deepwater Horizon BP di 2010.

    Paparan kronis terhadap berbagai pemicu stres lingkungan diketahui dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh lumba-lumba dan paus. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mereka, menyebabkan masalah pada reproduksi mereka, atau berujung pada kematian.

    “Paparan kronis terhadap obat-obatan dan efek kumulatifnya pada mamalia laut belum sepenuhnya dipahami, namun keberadaannya pada tiga populasi lumba-lumba di Teluk Meksiko menggarisbawahi perlunya studi skala besar untuk menilai tingkat dan sumber kontaminasi,” desak Orbach.

    (rns/rns)

  • Indonesia Juara Dunia FIFAe World Cup 2024 eFootball, Menang Lawan Brasil

    Indonesia Juara Dunia FIFAe World Cup 2024 eFootball, Menang Lawan Brasil

    Jakarta

    Timnas eFootball Indonesia berhasil menjadi juara FIFAe World Cup 2024 kategori konsol. Gelar ini didapatkan, setelah Indonesia mengalahkan Brasil di babak grand final.

    Pertandingannya diselenggarakan di Riyadh, Arab Saudi, pada pukul 18.30 waktu setempat atau sekitar 22.30 WIB. Adapun atlet esports yang mewakili Tanah Air ialah Elga Cahya, Rizky Faidan, dan Akbar Paudie.

    Mereka bermain dalam format pertandingan yang sama dengan quarterfinal dan semifinal. Aturan main yang dipakai adalah best of 3 (Bo3).

    Dalam hal ini Indonesia menurunkan sang kapten Rizky yang berpasangan dengan Elga. Keduanya pun memberikan penampilan ciamik, mengandalkan beragam taktik.

    Kendati demikian pertandingan di game pertama babak pertama tak berjalan mulus. Mereka harus bersusah payah menahan segala gempuran Brasil, hingga akhirnya kebobolan duluan di menit ke-19.

    Timnas pun berupaya membalasnya. Sayang peluang yang tercipta di menit ke-28 belum bisa membuahkan hasil memuaskan. Skor 0-1 bertahan hingga babak pertama usai.

    Di babak kedua, Indonesia tak tinggal diam. Rizky-Elga mencoba membombardir garis pertahanan Brasil. Namun memang sulit dilakukan, karena permainan lawannya cukup solid.

    Indonesia berulang kali mendapatkan peluang. Terhitung ada enam peluang yang tercipta, tapi belum bisa merobek jala gawang lawan.

    Gol penyama kedudukan pun terjadi di menit ke-87, setelah tendangan dari luar kotak penalti yang dilakukan atlet esports Tanah Air tak bisa dihalau.

    Tak lama dari situ, menjelang berakhirnya game pertama, Indonesia berhasil mencetak gol kedua di menit ke-91. Alhasil skor 2-1 bertahan hingga game babak kedua berakhir untuk kemenangan Indonesia.

    Game kedua jual beli serangan terjadi, tapi Indonesia bisa lebih mendominasi. Bahkan Rizky-Elga mencetak gol duluan di menit ke-8.

    Trend positif yang dibuat Rizky-Elga tak disia-siakan. Mereka terus melancarkan gempuran, dan membuahkan hasil di menit ke-18. Indonesia memperbesar keunggulan menjadi 2-0 dan bertahan sampai babak pertama usai.

    Sayangnya di babak kedua, Brasil memberikan tekanan cukup besar. Mereka tak ingin kesalahan di babak pertama terulang kembali.

    Victor dan Guefara yang mewakili Brasil di kompetisi ini akhirnya menemukan cara untuk menjebol gawang Indonesia. Pada menit ke 72, gol untuk mempersempit keunggulan timnas tercipta.

    Namun dengan waktu yang tersisa, Brasil gagal membuat gol penyama kedudukan. Indonesia berhasil bertahan hingga pluit tanda berakhirnya babak kedua dibunyikan. Skor akhir pun serupa dengan game pertama, yakni 2-1 untuk kemenangan Timnas eFootball Indonesia.

    Hasil ini menambah trend positif Indonesia di skena kompetitif eFootball. Sebab pada Februari 2024, Elga, Rizky, dan Akbar juara AFC eAsian Cup 2023 yang saat itu diselenggarakan di Qatar..

    Tambahan informasi, di kategori mobile FIFAe World Cup 2024 eFootball, Malaysia sukses mernjadi juaranya. Mereka berhasil meraih gelar negara dengan pemain eFootball mobile terbaik di dunia, setelah mengalahkan Maroko di grand final.

    (hps/fyk)

  • Dicari 9 Juta Talenta Digital Jadi ‘Penyelamat’ Indonesia

    Dicari 9 Juta Talenta Digital Jadi ‘Penyelamat’ Indonesia

    Yogyakarta

    Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara bersaing di era digital, dibutuhkan sebanyak sembilan juta talenta digital di berbagai bidang. Itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

    “Setelah dihitung-hitung, tentu ini berdasarkan hitungan bersama ya, bahwa kita kalau mau menguasai teknologi digital, kita perlu sembilan juta talenta digital hingga 2030. Sekarang sudah 2024, PR kita banyak,” ungkap Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid saat menghadiri acara di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).

    Untuk mencetak talenta digital mumpuni, sejumlah langkah dilakukan pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dengan menggandeng perusahaan teknologi global, mulai dari AWS dan Microsoft.

    “Kita sudah melakukan dengan beberapa, tidak sendirian ya, perusahaan teknologi global, AWS misalnya, sudah punya komitmen hampir satu juta. Kalau nggak salah 800 ribu atau 900 ribu talenta digital,” ucapnya.

    “Microsoft kemarin menyatakan siap untuk tahun ini bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk melahirkan satu juta (talenta digital-red),” sambung Menkomdigi.

    Sebagai informasi, Komdigi dan Microsoft bekerja sama mencanangkan program ElevAIte untuk pelatihan keterampilan Artificial Intelligence (AI) sebanyak satu juta talenta digital. Di dalam kerja sama ini menghasilkan komitmen investasi Microsoft sebesar Rp 27,6 Triliun

    Lebih lanjut, Meutya mengatakan, jumlah talenta digital tersebut akan bertambah yang bersumber dari perguruan tinggi, salah dua di antaranya berasal Universitas Gadjah Mada, kemudian Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menjadi Politeknik Digital (Poldigi).

    Indonesia membutuhkan 9 Juta Talenta Digital sampai tahun 2030. Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET

    Jika Indonesia belum memiliki talenta digital mumpuni hingga batas waktu tersebut, Meutya mengkhawatirkan Indonesia akan menjadi negara tertinggal.

    “Artinya, sembilan juta (talenta digital-red) itu perlu bersama-sama, kementerian tidak bisa sendiri membiayai pelatihan khusus sembilan juta juga. Saya rasa kita harus rame-rame, kampus, perusahaan swasta besar, kemudian pemerintah tentu dan lain-lain,” tutur Meutya.

    (agt/fyk)

  • Video: Melihat Fosil Stegosaurus ‘Apex’ di New York

    Video: Melihat Fosil Stegosaurus ‘Apex’ di New York

    Video: Melihat Fosil Stegosaurus ‘Apex’ di New York

  • Ini Cara BAKTI Dukung Digitalisasi Perikanan Indonesia

    Ini Cara BAKTI Dukung Digitalisasi Perikanan Indonesia

    Lampung Selatan

    BAKTI menunjukkan komitmennya dalam digitalisasi masyarakat, tak terkecuali para pembudidaya tambak di Lampung, khususnya di Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Tak bisa dimungkiri, peranan teknologi dalam membangun Indonesia sangat besar dan mendasar.

    Project Manager Pilot Project Digitalisasi Perikanan BAKTI Ali Farzah mengatakan kepada detikINET bahwa pelaksanaan program investasi perangkat smart autofeeder kepada para pembudidaya ini salah satunya bertujuan untuk mengangkat perekonomian masyarakat.

    “Sebenarnya, BAKTI itu sudah menggelar akses telekomunikasi yang cukup masif di daerah-daerah rural ya, terutama di 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Nah dengan adanya akses telekomunikasi ini, itu harapannya adalah potensi masyarakat baik sosial dan ekonomi itu bisa kita angkat. Tentunya potensi ekonomi ini salah satunya adalah sektor perikanannya,” kata Ali.

    Dengan hadirnya akses telekomunikasi, BAKTI berharap bisa menciptakan smart system untuk digitalisasi di sisi sektor perikanan. Nah, program ini menjadi pilot project digitalisasi perikanan guna menciptakan dan menggerakkan potensi-potensi daerah, terutama perekonomian masyarakat.

    Untuk memenuhi infrastruktur pendukung atau saranan-saranan pendukungnya dari smart system auto feeder ini standardnya ada di catu daya dan juga internet. Oleh karena itu, dengan terbangunnya infrastruktur BAKTI dari sisi akses telekomunikasi, baik BTS atau akses internet, tentunya ini menjadi solusi.

    BAKTI menunjukkan komitmennya dalam digitalisasi masyarakat, tak terkecuali para pembudidaya tambak di Lampung, khususnya di Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Tak bisa dimungkiri, peranan teknologi dalam membangun Indonesia sangat besar. Foto: Aisyah/detikINET

    “Ekosistem yang kami desain yang mana bisa mendukung potensi-potensi ekonomi yang berjalan di situ dengan adanya jangkauan internet dan listrik. Jadi, memang untuk saat ini program yang berjalan masih membutuhkan catu daya dan juga internet yang tersedia. Seperti itu,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Ali menekankan pentingnya peranan teknologi dalam sektor ini. Apalagi, saat ini perikanan ini menjadi sektor yang cukup masif. Mengingat, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan juga keberagaman hewani.

    “Dari perjalanan 2 bulan ini, teknologi sangat mempengaruhi ketepatan dan efisiensi budidaya ya. Dari 2 bulan ini kita juga sudah melihat bahwa adanya angka kenaikan dari sisi gramasi ikan,” ujarnya.

    Kemudian faktor lainnya adalah efisiensi pakan. Sehingga pembudidaya selama 2 bulan terakhir ini telah menikmati ekspektasi mereka yaitu bahwa dengan pakan yang sama dan alat bantu tambahan dapat mempercepat pertumbuhan dari ikan mereka.

    Alat bantu smart autofeeder itu merupakan kreasi anak bangsa eFishery. Dari dua mitra yang mengusulkan program dengan autofeeder, sisi biaya dan keunggulan fitur dari eFishery lebih unggul.

    BAKTI melanjutkan bahwa pemerintah sangat mengapresiasi startup uang mempunyai inisiasi di bidang sektor unggulan seperti agrikultur dan perikanan di Indonesia. Akan tetapi, BAKTI berharap mereka dapat menyediakan solusi jangka panjang

    “Tidak hanya solusi-solusi jangka pendek yang tentunya ini kita bisa terapkan untuk kemudian hari dengan jangka waktu yang cukup lama, sehingga sustainability itu bisa menciptakan perekonomian untuk masyarakat yang berkelanjutan. BAKTI tentunya siap dukung,” tegasnya.

    (ask/ask)

  • Sharp Ingin Bendung Gempuran Brand China di Indonesia

    Sharp Ingin Bendung Gempuran Brand China di Indonesia

    Jakarta

    Di Indonesia Sharp tak hanya ingin dikenal sebagai brand produk elektronik rumah tangga saja. Produsen asal Jepang ini pun mencoba untuk berinovasi dengan lini produk lainnya yakni dengan meluncurkan smartphone.

    Di sisi lain, seperti kita ketahui brand smartphone di Indonesia didominasi oleh merek asal China seperti Oppo, Vivo, Xioami, Realme. Hal ini pun membuat Sharp memiliki strategi baru untuk ‘melawan’.

    “Kita (Sharp) sudah berbisnis di Indonesia sudah 55 tahun dan Sharp sebagai brand Jepang saat ini kompetisi begitu hebat, di mana barang-barang impor dari China masuk Indonesia dengan brutalnya. Kita ingin mencoba cari strategi baru membendung brand-brand China yang sudah masuk di Indonesia,” ujar Andri Adi Utomo, National Sales Senior GM, PT Sharp Electronics Indonesia saat peluncuran Sharp Aquos R9, Rabu (11/12/2024) di Jakarta.

    Andri pun mengatakan saat ini hal yang paling disukai masyarakat Indonesia adalah barang-barang yang berkaitan dengan gadget. Sebab itu Sharp terus berupaya untuk mengikuti pasar smartphone di Indonesia.

    “Kami tidak pernah menyerah mengikuti pasar smartphone. Karena terus terang brand Sharp untuk smartphone ini belum begitu kinclong dibandingkan dengan produk Sharp lain seperti lemari es, mesin cuci, AC, TV yang notabenenya sudah cukup kuat brandnya di Indonesia,” ujarnya.

    “Nah, kita mau pakai brand Sharp ini untuk mencoba menghadirkan barang-barang flagship (smartphone),” lanjutnya.

    Strategi Sharp untuk dikenal luas sebagai brand smartphone adalah dengan mencoba untuk meluncurkan smartphone dengan mengisi semua segmen yang ada.

    “Sharp ini bukan ada di brand medium seterusnya, kita juga punya barang-barang high-end barang-barang flagship dengan teknologi-teknologi yang luar biasa khususnya di smartphone,” pungkasnya.

    (jsn/fay)

  • Dulu Panggul Karung 30 Kg, Petambak di Lampung Berubah Karena Teknologi

    Dulu Panggul Karung 30 Kg, Petambak di Lampung Berubah Karena Teknologi

    Lampung Selatan

    Teknologi dapat mengubah dan mengurangi beban seseorang. Para petambak ikan di Lampung misalnya, mereka dibantu teknologi autofeeder untuk memberi makan ikan.

    Dalam perjalanan kali ini, detikcom diajak BAKTI Komdigi untuk menjelajah sekitar 86 km dari Kota Bandar Lampung. Selama 1 jam 40 menit, kami tiba di Dusun 008, Desa Bangunan, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Kami disambut langsung oleh perwakilan Kelompok Budidaya Ikan (POKDAKAN) Margo Rejo Semarang Jaya. Salah satu yang menemani kami adalah Jasmo (53).

    “Dulunya ya cuma kebun, cuma untuk penghasilan kan kurang. Perkebunan satu lokasi paling dapatnya sekitar Rp 2 juta per tahun,” kata Jasmo.

    Sampai suatu ketika, pemerintah daerah membantu untuk membuat kolam tambak. Awalnya mereka mulai dari kolam kecil-kecilan yang diisi lele. Syukurnya, lele berhasil tumbuh dengan baik di Desa Palas.

    Namun, tidak mudah untuk menjaga tambak. Ternak harus diberi pakan 2-3 kali dalam sehari. Bahkan terkadang harus tengah malam ketika masuk pendekatan panen. Pernah juga Jasmo dan kawan-kawan memberi pakan sembari diguyur hujan.

    “Tapi setelah ada feeder ini ya, kita terbantu lah untuk tenaganya. Alhamdulillah. Dari tenaga kita kan udah nggak kayak dulu lagi,” ujarnya sambil tersenyum.

    Jasmo, petambak di Palas, Lampung Selatan. Foto: Aisyah Kamaliah

    Bukan masalah hujan dan panas terik saja, pembudidaya juga harus mengangkat karung puluhan kilo berisi pakan untuk disebar ke kolam. Tiga kolam disebutnya butuh sekitar tiga karung besar.

    “Itu pagi sama sore. Karung yang (beratnya) 30-an kilo. Padahal kita tuh (pembudidaya) ada yang punya tujuh, ada yang punya enam lubang,” kisahnya.

    Nah, BAKTI menjadikan bidang perikanan sebagai salah satu prioritas dan hadir membantu pembudidaya di sana dengan menghadirkan smart autofeeder dari eFishery. Bersama eFishery, BAKTI berkomitmen mencari solusi mendasar dari para pelaku usaha di bidang tersebut.

    Smart autofeeder adalah perangkat yang terhubung dengan listrik dan internet (Intenet of Things atau IoT). Alat ini digunakan menggunakan aplikasi dari eFishery. Jadwal memberi pakan bisa langsung dibuat. Tak cuma asal memberi, pendataan sehingga efisiensi pakan dapat tercapai.

    Jasmo menyebut butuh waktu untuk masyarakat menyesuaikan diri. Tapi, karena manfaat dari perangkat IoT ini mulai terasa, Jasmo dan penduduk Desa Palas akhirnya memutuskan terus menggunakan eFeeder.

    “Yang dulunya itu dalam empat bulan itu sekilo masih ada yang isinya lima ikan. Kalau ini udah nggak. Paling tiga, paling kecil. Empatnya ada, cuma nggak banyak,” katanya.

    Sejauh ini, sudah ada 15 alat eFeeder yang diinvestasikan BAKTI untuk pembudidaya di Desa Palas. Dia berharap perhatian dari pemerintah untuk pembudidaya dapat terus ditingkatkan berupa harga pakan ikan yang lebih terjangkau.

    “Pakan kalau bisa itu ya tolonglah. Bantulah kami, (harganya) jangan segitunya. Keberatan di pakan kita itu,” tandasnya.

    (ask/fyk)

  • Jalan Terjal Teknisi BTS Hadirkan Sinyal, Dihadang Parang-Ketemu Ular

    Jalan Terjal Teknisi BTS Hadirkan Sinyal, Dihadang Parang-Ketemu Ular

    Konawe Kepulauan

    Di balik sinyal yang memudahkan komunikasi sehari-hari, terdapat perjuangan para teknisi yang siap siaga memastikan jaringan tetap lancar. Jalan terjal, cuaca ekstrem, hingga ancaman hewan liar menjadi tantangan yang harus mereka hadapi demi menyediakan konektivitas bagi masyarakat.

    Hal inilah yang dirasakan teknisi Base Transceiver Station (BTS) milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital atau Komdigi Achmad Nivan Adi Santoso.

    Adi bercerita telah menjadi teknisi BTS milik BAKTI Komdigi di Wawonii, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013. Hingga kini, total ada 23 menara BTS yang ia pantau di Wawonii.

    “Tugas sebagai seorang engineer itu memperbaiki jaringan mobile. Kalau untuk di BAKTI, area Wawonii Konkep itu yang saya tangani ada 23 BTS, 20 microwave, 3 BTS VSAT,” ujar Adi kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    “Kalau untuk pengecekan, itu satu bulan kita keliling setiap satu site itu satu kali, untuk mengecek semua perangkat. Ada yang rusak atau enggak, itu satu bulan sekali kita ada pengecekan,” lanjutnya.

    Teknisi BTS di Konawe Kepulauan/Foto: dok. Rafida Fauzia/detikcom

    Dihadang Parang hingga Ketemu Ular

    Selama 11 tahun menjadi teknisi BTS, Adi mengaku banyak suka duka yang dialaminya. Selain harus jauh dari keluarga, ia juga pernah mengalami berbagai ancaman, termasuk dihadang parang.

    “Di suatu tempat, itu pas waktu saya mau mengerjakan maintenance, di situ saya dihadang sama dua orang membawa parang. Karena saya tidak tahu informasi (di sana) gimana, saya ditahan dilarang masuk, tapi saya tetap masuk karena sudah tugas saya untuk memperbaiki,” ungkapnya.

    “Saya tidak sampai dipukul, cuma saya minta keringanan bahwa banyak yang memakai (sinyal), dan minta tolong untuk dikasih satu kesempatan masuk untuk memperbaiki. Akhirnya, dengan kepala dingin saya diperbolehkan masuk,” sambungnya.

    Tak sampai di situ, Adi mengaku sering bertemu hewan liar saat melakukan pengecekan di site. Pasalnya, lokasi site yang berada dekat dengan hutan membuat hewan liar sering kali muncul.

    “Di saat saya memperbaiki, membuka rak (jaringan), itu biasanya di dalam rak ada ular. Kadang juga ada tikus, cicak, yang paling berbahaya ular. Kita harus tetap hati-hati, karena apa? Salah sedikit bisa kena ular,” ucapnya.

    Teknisi BTS di Konawe Foto: dok. Rafida Fauzia/detikcom

    Meski sering mengalami banyak rintangan, Adi mengaku senang dengan pekerjaannya. “Saya nikmati proses saya sebagai engineer, dan saya suka itu karena menantang,” katanya.

    Ia pun berharap jalan terjal yang harus dilaluinya dalam menjaga sinyal dan konektivitas dapat memberi manfaat bagi masyarakat, khususnya di Wawonii.

    “Harapan saya ya semoga yang saya perbaiki bermanfaat untuk masyarakat dan semoga masyarakat juga senang perjuangan anak telekomunikasi itu,” paparnya.

    Kepada generasi muda, Adi pun berpesan agar dapat memanfaatkan kehadiran sinyal dan internet sebaik mungkin untuk memajukan bangsa.

    “Untuk anak-anak bangsa generasi penerus, alhamdulillah sudah ada jaringan internet, diharapkan untuk belajar lebih giat dan pintar. Semoga internet di kampung-kampung sini bermanfaat untuk semua rakyat yang sudah mendapatkan internet,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, hingga saat ini terdapat total 35 stasiun pemancar atau tower BTS yang dibangun di Konawe Kepulauan sejak tahun 2018 hingga 2022. Sebanyak 119 layanan BAKTI AKSI (Akses Internet) juga telah dihadirkan BAKTI Komdigi dalam mendukung pemerataan akses informasi dan teknologi.

    detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengadakan program Tapal Batas untuk mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Ikuti terus berita informatif, inspiratif, unik dan menarik dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

    (prf/ega)

  • Ini Dia Sharp Aquos R9, Smarpthone Rp 9 Jutaan

    Ini Dia Sharp Aquos R9, Smarpthone Rp 9 Jutaan

    Ini Dia Sharp Aquos R9, Smarpthone Rp 9 Jutaan