Category: Detik.com Tekno

  • Era Karyawan Virtual Dimulai, Didukung Ledakan Inovasi AI

    Era Karyawan Virtual Dimulai, Didukung Ledakan Inovasi AI

    Jakarta

    Tren ‘karyawan virtual’ mulai masuk arus utama di Indonesia seiring dengan berkembangnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

    Di tengah kebutuhan bisnis yang makin menuntut kecepatan, efisiensi, dan minim pekerjaan repetitif, Cekat AI memperkenalkan ekosistem teknologi baru yang memadukan chatbot natural, automation agent, hingga sistem CRM yang saling terhubung dalam satu platform.

    EO Cekat AI, Matthew Sebastian, menyebut bahwa era AI hari ini bukan lagi sekadar membuat chatbot, tetapi membangun rangkaian ‘karyawan virtual’ yang bisa mengambil alih pekerjaan lintas departemen.

    “Setiap modul didesain untuk memenuhi kebutuhan tiap departemen, sehingga perusahaan tidak perlu lagi menggunakan banyak platform terpisah,” ujar Matthew dikutip Sabtu (22/11/2025).

    Konsep karyawan virtual ini diwujudkan lewat serangkaian modul AI yang saling terhubung, seperti Chatbot generasi baru dengan percakapan lebih natural, Automation agent untuk tugas operasional berulang, Sistem CRM berbasis AI, Tools customer service otomatis, Sales assistant bertenaga AI, dan Marketing analytics dan pemetaan customer journey otomatis.

    Seluruhnya bergerak sebagai satu ekosistem yang bekerja mirip staf digital, seperti bertugas untuk menjawab, mencatat, menganalisis, menyarankan, hingga mengambil keputusan dasar.

    Kuncinya ada pada dua peningkatan besar, yakni kemampuan percakapan yang lebih natural dan tingkat halusinasi yang sangat rendah berkat fine-tuning internal. Akurasi ini penting, terutama di sektor yang berhubungan dengan layanan publik dan pelanggan.

    Pada bidang pemasaran, ekosistem ini memungkinkan pemetaan perjalanan pelanggan secara otomatis – tanpa input manual berjam-jam seperti metode lama. Perusahaan dapat langsung melihat pola perilaku pelanggan, memantau efektivitas kampanye, serta mengoptimalkan biaya iklan secara real-time.

    Di sisi penjualan, asisten AI membantu tim sales merespons, membuat rekomendasi, hingga melakukan tindak lanjut secara otomatis. Sementara itu, modul automation agent mengambil alih pekerjaan administratif yang biasanya menyita waktu.

    Cekat AI kini digunakan oleh sekitar 3.000 perusahaan dari berbagai sektor di Indonesia. Lonjakan adopsi AI ini sejalan dengan tren nasional, di mana banyak bisnis mulai mengalihkan pekerjaan repetitif ke sistem otomatis demi mengurangi beban tenaga kerja manual.

    Perusahaan juga menyebutkan pertumbuhan 20 kali lipat tahun ini sebagai cerminan meningkatnya kebutuhan pelaku industri terhadap solusi berbasis AI terintegrasi.

    Untuk mendukung adopsi lebih luas, mereka menyediakan rentang harga fleksibel mulai dari paket Rp1 juta hingga opsi enterprise bernilai ratusan juta, tergantung kebutuhan dan modul.

    (agt/agt)

  • Serangan Siber Meningkat, Sistem Keamanan Nasional Masih Terfragmentasi

    Serangan Siber Meningkat, Sistem Keamanan Nasional Masih Terfragmentasi

    Jakarta

    Lonjakan ancaman siber yang terus terjadi di Indonesia kian menegaskan urgensi percepatan pembahasan Rancangan Undang-Undang Keamanan dan Ketahanan Siber (RUU KKS).

    Di saat serangan digital makin masif dan kompleks, sistem keamanan siber nasional dinilai belum siap karena masih terfragmentasi dan belum memiliki kerangka hukum yang menyatukan seluruh elemen pertahanan siber.

    Pakar pertahanan dan kebijakan publik Andi Widjajanto menyebut tanpa RUU KKS, Indonesia belum memiliki satu sistem pertahanan siber nasional yang solid. Menurut dia, ekosistem digital Indonesia berkembang jauh lebih cepat dibanding kesiapan regulasi yang menopangnya.

    “Tanpa regulasi ini, bisa dikatakan pertahanan siber kita masih lemah dan belum ada satu sistem nasional,” kata Andi dalam keterangan yang diterima detikINET.

    Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lebih dari 403 juta anomali trafik terjadi sepanjang 2024. Di saat yang sama, laporan internasional menunjukkan serangan siber global tumbuh lebih dari 20 persen setiap tahun, dan Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat paparan serangan tertinggi di Asia Tenggara.

    Namun, menurut Andi, ancaman yang meningkat itu belum diimbangi dengan sistem pertahanan yang terkoordinasi. Saat ini, pengamanan ruang siber masih berjalan sendiri-sendiri di masing-masing kementerian, lembaga, maupun sektor industri, tanpa satu standar nasional yang mengikat.

    “Itu masalah utama kita. Sudah ada banyak inisiatif, tapi tidak terintegrasi. RUU KKS dibutuhkan untuk menyatukan, bukan menggantikan,” ujarnya.

    Ketua Badan Legislasi DPR RI, Bob Hasan, juga menilai ancaman siber kini bukan lagi sekadar persoalan teknis, melainkan menyangkut langsung kedaulatan negara, stabilitas ekonomi, dan keberlanjutan layanan publik. Serangan terhadap infrastruktur informasi kritikal, seperti perbankan, energi, transportasi, hingga sistem pemerintahan, bisa berdampak sistemik jika tidak ditangani secara terpadu.

    RUU KKS dirancang untuk memperkuat tata kelola keamanan siber nasional, termasuk mekanisme penanganan insiden, penguatan ketahanan siber, perlindungan infrastruktur kritikal, serta peningkatan koordinasi lintas sektor. Regulasi ini juga diharapkan bisa menjadi pelengkap UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) dan UU ITE yang selama ini lebih fokus pada aspek hukum data dan konten digital.

    Pemerintah melalui Kemenko Polhukam menegaskan RUU KKS tidak bertujuan membentuk lembaga superbody baru, melainkan memperkuat fungsi koordinasi nasional. Di tengah peningkatan intensitas serangan maupun kompleksitas ancaman, negara dinilai tak bisa lagi menunda pembenahan sistem pertahanan digitalnya.

    Jika tidak ada langkah cepat dan terstruktur, Indonesia berisiko terus berada dalam posisi reaktif: sibuk menangani insiden satu per satu, tanpa fondasi sistemik yang kuat untuk mencegah dan menanggulanginya secara nasional.

    (asj/asj)

  • Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Jakarta

    Saat ini teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk dalam melakukan transaksi ekonomi. Dari berbagai penggunaan digital ekonomi, satu yang terlihat menonjol dan berkembang sangat pesat adalah penggunaan teknologi tersebut dalam transaksi keuangan. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) melesat menjadi Rp 659,93 triliun dari 6,24 miliar transaksi di tahun 2024 dari hanya Rp 8,21 triliun yang berasal dari 124,11 juta transaksi di tahun 2020. Sementara transaksi uang elektronik naik 34,62 persen menjadi Rp 2,5 kuadriliun di tahun 2024 dari Rp 1,85 kuadriliun di tahun sebelumnya.

    Tetapi, selalu ada dua sisi dari kemajuan teknologi. Seiring masifnya transaksi keuangan digital, praktek-praktek penipuan atau scam menggunakan platform digital juga mengalami peningkatan tajam. Berdasarkan laporan Indonesia Anti-Scam Center (IASC), terdapat 323.841 laporan terkait penipuan yang dihimpun selama satu tahun sejak peluncurannya pada November 2024. Besarnya permasalahan ini tentu saja perlu ditangani secara tepat agar berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan mendapatkan perlindungan yang mencukupi, tanpa memberatkan semua pihak, dan dapat diterapkan secara efektif.

    Dalam rangka memberikan perlindungan tersebut, Undang-Undang No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang baru saja direvisi tahun lalu, mengharuskan setiap transaksi elektronik yang memiliki risiko tinggi untuk menggunakan tanda tangan elektronik tersertifikasi (TTET). Apa yang dimaksud dengan transaksi berisiko tinggi? Ternyata dalam penjelasan UU tersebut, definisinya adalah “transaksi keuangan yang tidak dilakukan dengan tatap muka secara fisik”. Definisi yang sangat luas ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai implikasi kepada seluruh pemangku kepentingan.

    Satu hal yang pasti adalah akan adanya tambahan biaya operasional dari kewajiban tersebut. Kewajiban ini bukan saja membebani pelaku industri, tetapi juga bisa menjadi biaya tambahan kepada pengguna. Bila hal tersebut terjadi, maka kebijakan yang diambil menjadi kontradiktif terhadap upaya peningkatan inklusi keuangan, terutama di daerah area tertinggal. Padahal peningkatan inklusi keuangan, dengan target 93 persen pada 2029 telah menjadi indikator Sasaran Utama Prioritas Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

    Dari sisi industri keuangan, kewajiban ini juga tentunya akan menimbulkan tambahan beban biaya. Ini dapat memberikan disinsentif bagi industri untuk melakukan berbagai inovasi yang diperlukan, bukan hanya dalam pelayanan, tetapi juga inovasi dalam pengamanan. Sebenarnya, sudah banyak invoasi yang diterapkan untuk meningkatkan pengamanan dan perlindungan, seperti know your customer (KYC), one-time password (OTP), biometrik, dan two-factor authentification (2FA). Berbagai inovasi tersebut juga sudah diakui oleh lembaga regulator terkait, seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

    Patut juga dipertanyakan efektifitas dari aturan ini. Kejahatan siber yang sering terjadi di Indonesia bukanlah pemalsuan identitas data pribadi, tapi lebih sering dalam bentuk social engineering untuk mengelabui korban dalam melakukan pembayaran secara legal dan terotorisasi. Titik paling rentan bagi keamanan pengguna layanan keuangan digital adalah literasi digital dan keuangan masyarakat Indonesia yang belum memadai, bukan penggunaan data pribadi secara ilegal. Kewajiban penggunaan TTET ini tidak akan efektif menyelesaikan permasalahan yang ada, karena memang permasalahan utama bukanlah hal yang akan diselesaikan oleh kebijakan tersebut.

    Mengingat bahwa kebijakan tersebut memberikan beban tambahan kepada pengguna maupun industri, sementara efektifitasnya masih diragukan, pemerintah perlu menetapkan batasan yang lebih jelas bagi transaksi elektronik berisiko tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkannya dalam rencana revisi Peraturan Pemerintah No. 71/2019.

    Tanpa adanya kebijakan yang memberikan batasan, maka keharusan penggunaan TTET justru dapat menjadi bumerang dan kontra produktif terhadap inklusi keuangan. Ini juga memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap perkembangan ekonomi digital secara keseluruhan dan berpotensi menganggu pencapaian pertumbuhan ekonomi 8% seperti yang direncanakan.

    Sebenarnya ada beberapa alternatif solusi yang lebih efektif dalam memitigasi risiko penggunaan transaksi elektronik. Yang utama dan paling penting adalah memperkuat sosialisasi dan edukasi literasi keuangan di Indonesia. Upaya ini perlu ditingkatkan secara terstruktur, konsisten, dan berkelanjutan, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap penipuan.

    Selain itu, kolaborasi dan sinergi lintas sektor dalam melawan penipuan/scam pada transaksi elektronik perlu dilakukan melalui fraud detection system maupun fraud database yang dapat menindak secara cepat para pelaku kejahatan elektronik. Inisiatif yang diluncurkan OJK melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC) menjadi sebuah refleksi dari kolaborasi antara regulator dan industri keuangan pada 2024 untuk berbagi informasi daftar hitam secara real-time. Selain itu, IASC juga dapat menjadi acuan upaya anti scam berbasis prinsip ekonomi di sektor jasa keuangan.

    State of Scams in Indonesia 2025 Report yang diterbitkan oleh Global Anti Scam Alliance (GASA) mencatat bahwa 66 persen orang dewasa di Indonesia terpapar upaya scam setiap bulannya, dengan total 55 upaya scam per orang per tahun. Hal ini mencerminkan betapa masif dan terorganisasinya pola scam saat ini. Dalam konteks ini, kehadiran IASC menjadi sebuah tonggak penting yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai membangun sistem pertahanan digital yang lebih terintegrasi.

    Dalam penerapan kewajiban TTET, pemerintah juga perlu menggunakan cost-benefit analysis dalam menajamkan definisi transaksi berisiko tinggi yang akan menggunakan TTET melalui revisi PP No. 71/2019. Ini juga perlu diikuti dengan proses benchmarking secara sistematis untuk memutuskan kebijakan yang tepat terhadap pengamanan transaksi elektronik. Tidak ada satu negara pun yang mewajibkan penggunaan TTET sebagai cara untuk terhadap risiko penipuan/scam.

    Pengaturan teknis lanjutan mengenai transaksi berisiko tinggi sebaiknya ditetapkan regulator dengan kewenangan paling sesuai, misalnya BI dan OJK pada sektor keuangan. Ini dilakukan agar penerapan kebijakan menjadi lebih kontekstual, sehingga memastikan keseimbangan pengendalian risiko dan keberlanjutan inovasi di industri transaksi elektronik, serta menghidari dampak kontraproduktif terhadap pencapaian perkembangan ekonomi digital dan inklusi keuangan di Indonesia.

    Ditulis oleh Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan master The Australian National University ini juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

    (asj/asj)

  • LG Pasang Jurus Kualitas Tanpa Kompromi di Indonesia

    LG Pasang Jurus Kualitas Tanpa Kompromi di Indonesia

    Jakarta

    LG Electronics Indonesia menegaskan fokus barunya pada peningkatan kualitas produk dan layanan melalui strategi “kualitas tanpa kompromi”. Pendekatan ini menjadi langkah penting perusahaan dalam memperkuat kepercayaan konsumen Indonesia, sekaligus memastikan setiap perangkat LG memenuhi standar global sejak tahap pengembangan hingga layanan purna jual.

    Dalam keterangan resminya, Ha Sang-chul, President of LG Electronics Indonesia, menekankan bahwa konsistensi kualitas menjadi fondasi utama yang terus dijaga perusahaan. “Dengan semangat Uncompromising Quality Control, kami menerapkan infrastruktur dan standar global LG di seluruh dunia untuk memastikan setiap produk yang hadir di Indonesia memiliki kualitas terbaik,” ujarnya dikutip dari keterangan resmi.

    Salah satu pilar strategi ini adalah keberadaan pusat Riset dan Pengembangan (R&D) LG di Indonesia yang mulai beroperasi sejak 2023. Fasilitas tersebut melakukan pengembangan dan pengujian berbagai teknologi layar premium seperti OLED, QNED, hingga Ultra HD.

    Setiap prototipe menjalani serangkaian uji ketat, termasuk peningkatan kualitas gambar, kecerahan, reproduksi warna, simulasi penggunaan jangka panjang, uji suhu dan kelembapan ekstrem, serta tes ketahanan benturan.

    Seluruh proses ini dirancang agar produk LG tetap andal dalam iklim tropis Indonesia. Di samping itu, setiap perangkat wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan persyaratan ramah lingkungan sebelum dipasarkan.

    Di lini manufaktur, LG mengoperasikan fasilitas produksi di Tangerang dan Cibitung untuk perangkat rumah tangga, commercial display, serta AC. Kedua pabrik menerapkan LG Korean Quality Control System, standar kendali mutu global yang digunakan di seluruh fasilitas LG dunia.

    Setiap unit produk diuji berlapis mengacu pada standar ISO 9001 dan regulasi keselamatan internasional. Selain mendeteksi cacat, tim Quality Control juga melakukan analisis akar masalah dan menerapkan langkah-langkah pencegahan agar gangguan yang sama tidak terulang. Pengendalian kualitas bahkan diterapkan pada proses pengiriman agar produk tetap prima saat sampai ke tangan konsumen.

    Ha Sang-chul, President of LG Electronics Indonesia (tengah) Foto: LG Indonesia

    Komitmen kualitas LG turut diwujudkan melalui layanan purna jual yang kini mencakup lebih dari 190 pusat layanan resmi di seluruh Indonesia. Dukungan ini diperkuat dengan unit layanan bergerak, hotline 24 jam, serta akses digital melalui WhatsApp Call. Program layanan Evening Service menjadi salah satu inovasi yang banyak mendapat respons positif karena memungkinkan teknisi datang pada sore hingga malam hari, menyesuaikan jadwal para pengguna di kota besar yang umumnya padat.

    Untuk memenuhi kebutuhan instalasi dan perawatan AC komersial, LG juga mengoperasikan LG HVAC Academy, pusat pelatihan teknisi yang memberikan pembekalan komprehensif mulai dari dasar refrigerasi hingga penguasaan teknologi terkini.

    Langkah LG mendapat apresiasi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Ketua Umum YLKI, Niti Emiliana, menyampaikan bahwa konsumen saat ini semakin mengutamakan nilai jangka panjang dan memerlukan bukti nyata dari konsistensi kualitas serta layanan yang akuntabel.

    “Perusahaan harus membuktikan kualitas konsisten, layanan akuntabel, dan komunikasi transparan agar kepercayaan benar-benar terbangun,” ujarnya.

    Ha Sang-chul menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa strategi kualitas tanpa kompromi yang diterapkan LG bukan hanya soal pertumbuhan bisnis, tetapi juga kontribusi terhadap industri dan konsumen Indonesia. Ia menyebut bahwa pendekatan menyeluruh dari pengembangan hingga layanan purna jual merupakan cara perusahaan menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat Indonesia.

    (afr/afr)

  • Awas! Radikalisme Menyusup Lewat Konten Medsos

    Awas! Radikalisme Menyusup Lewat Konten Medsos

    Direktur Eksekutif ICT Watch, Indriyatno Banyumurti menyoroti fenomena terorisme dan kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta beberapa waktu lalu. Dari kejadian yang menyebabkan sekitar 50-an orang terluka itu, Indriyatno menekankan satu hal yang perlu digarisbawahi yakni bahayanya pola asuh algoritma media sosial.

    Pasalnya di tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan sejumlah barang bukti berupa benda mirip senjata yang dicoreti kalimat-kalimat atau slogan-slogan dari pelaku terorisme dunia. Dimana semua itu bisa sangat dimudah diketahui terduga pelaku dari mengakses media sosial. Berbicara soal terorisme, Indriyatno menambahkan bahwa kini pola perekrutan maupun penyebaran ideologi terorisme dan gerakan radikalisme tak lagi dilakukan lewat perantara langsung secara per-orangan, melainkan lewat konten-konten yang bisa dengan mudah diakses di media sosial.

    Klik di sini untuk menonton video lainnya!

  • Electronic Arts Sesumbar, Klaim Battlefield 6 Game Shooter Terlaris 2025

    Electronic Arts Sesumbar, Klaim Battlefield 6 Game Shooter Terlaris 2025

    Jakarta

    Electronic Arts dengan percaya diri menjuluki Battlefield 6 sebagai game shooter terlaris pada 2025. Hal itu berarti menempatkannya di atas game keren lain seperti Call of Duty: Black Ops 7 dan ARC Raiders.

    Battlefield 6 merupakan lanjutan dari Battlefield 2042, sebuah game yang tidak mendapatkan sambutan positif dari para gamer. Berbeda dengan dirinya yang memperoleh ulasan lebih baik di angka persentase 71% dengan predikat Mostly Positive di Steam.

    Dalam banyak hal Battlefield 6 sebenarnya mendapatkan banyak keluhan dari para pemainnya, yang beberapa menilai kehadiran battle pass dan transaksi mikro di dalamnya tidak mencerminkan game seharga USD 70. Namun dalam laporan terbaru Electronic Arts, sederet kekecewaan game itu tidak menghambat langkah Battlefield 6, khususnya dari segi pendapatan.

    Saat ini, apabila gamer menyambangi situs resmi Battlefield 6, ada banner kecil bertuliskan “Terima kasih telah menjadikan Battlefield 6 sebagai game tembak-menambak terlaris tahun ini”. Tentunya pernyataan itu merupakan penegasan dari Electronic Arts kalau game-nya mengungguli pesaingnya.

    Saat berita ini dibuat, Battlefiled 6 dilaporkan sudah terjual lebih dari 10 juta copy di semua platform. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh The Games Business, yang menunjukkan game tembak-menambak garapan DICE ini memiliki peluncuran yang jauh lebih kuat daripada Call of Duty: Black Ops 7 di Inggris. Mereka menyatakan, Black Ops 7 terjual lebih dari 60% tapi tidak sebanyak seri sebelumnya.

    Bahkan kabarnya game ini terjual lebih dari tujuh juta unit di semua platform hanya dalam waktu lima hari. Perusahaan analisis data yang mengamati industri game, Alinea Analytic, memproyeksi bahwa Battlefield 6 sudah menghasilkan pendapatan kotor sebesar USD 350 juta atau sekitar Rp 5,5 triliun selama periode tersebut. Data ini berasal dari berbagai macam platform gaming, seperti Steam, Xbox, dan PlayStation.

    Harga jual Battlefield 6 pun berbeda-beda di setiap platform. Untuk penawaran paling rendahnya ada di PC. Berikut daftar harganya di PlayStation, Xbox, dan PC.

    PC: Standard Edition Rp 799 ribu dan Phantom Edition Rp 1.139.000PlayStation: Standard Edition Rp 1.009.000 dan Phantom Edition Rp 1.409.000Xbox: Standard Edition USD 69,99 dan Phantom Edition USD 99,99

    Jika penasaran dan ingin memainkannya, pastikan gamer memiliki perangkat yang mampu menjalankan game ini. Informasi mengenai spesifikasi PC yang wajib dimiliki untuk menikmati Battlefield 6 adalah sebagai berikut.

    Spesikasi PC Battlefield 6 MinimumSistem operasi: Windows 10Prosesor: AMD Ryzen 5 2600 atau Intel Core i5-8400RAM: 16GBGPU: AMD Radeon RX 5600 XT 6GB atau Nvidia RTX 2060Direct X: Versi 12Ruang penyimpanan: 55GB (HDD)Spesikasi PC Battlefield 6 RekomendasiSistem operasi: Windows 11Prosesor: AMD Ryzen 7 3700X atau Intel Core i7-10700RAM: 16GBGPU: AMD Radeon RX 6700-XT atau Nvidia RTX 3060TiDirect X: Versi 12Ruang penyimpanan: 80GB (SSD)

    (hps/rns)

  • Roblox Pasang Kamera untuk Deteksi Usia Pengguna Sesuai Aturan Komdigi

    Roblox Pasang Kamera untuk Deteksi Usia Pengguna Sesuai Aturan Komdigi

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkap platform gim Roblox kini sudah dilengkapi fitur kamera yang bisa mendeteksi usia penggunanya. Kebijakan ini dilakukan sebagai komitmen mereka untuk mewujudkan ruang digital yang aman untuk anak, sesuai dengan aturan PP TUNAS tentang tata kelola penyelenggaraan sistem elektronik dalam perlindungan anak.

    Menteri Komdigi, Meutya Hafid, berharap platform-platform lain bisa segera menerapkan kebijakan serupa.

    “Komitmen yang baru saya lihat tertulis dari Roblox dan nanti akan disusul oleh yang lain-lain ini. Mudah-mudahan kemudian bisa betul-betul. Jadi artinya bukan hanya basa-basi saja mengikuti aturan tapi betul-betul bisa mematuhi aturan yang baru kita keluarkan,” ujar Meutya

    Klik di sini untuk menonton video-video lainnya!

  • Ilmuwan Temukan 7 Spesies Baru yang Unik, Serangga Tapi Mirip Katak

    Ilmuwan Temukan 7 Spesies Baru yang Unik, Serangga Tapi Mirip Katak

    Jakarta

    Jauh di hutan hujan tinggi Uganda, tujuh serangga berwujud mirip katak kecil telah menambahkan bab tak terduga untuk kisah kehidupan di Bumi.

    Tubuh mereka hanya beberapa milimeter panjangnya, tetapi penemuan ini mengungkap pengetahuan yang jauh melampaui kanopi hutan. Ekspedisi dimulai di lereng yang tertutup hutan di dalam Taman Nasional Kibale, tempat peneliti Alvin Helden dari Anglia Ruskin University mengatur perangkap cahaya di ketinggian melebihi 1.500 meter.

    Lembaran bercahaya itu menarik puluhan ratus serangga setiap malam. Sebagian besar spesimen adalah spesies yang sebelumnya dipelajari, namun beberapa adalah penemuan tak terduga, yakni genus Batracomorphus.

    Genus ini dikenal memiliki tubuh seperti katak, mata besar yang menghadap ke depan, dan kaki belakang panjang yang dapat dilipat dekat sisi tubuh.

    Karakteristik ini memungkinkan mereka untuk melompat dari bahaya dengan kecepatan yang mengejutkan, sebanding dengan kemampuan katak hijau kecil. Karenanya, nama taksonomi mereka berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘bentuk katak’, menggambarkan morfologi mereka.

    Sebelum penelitian ini, dua spesies dalam takson tersebut ditemukan di Inggris, dan tidak ada yang baru didokumentasikan di Afrika dalam 40 tahun sebelumnya.

    Batracomorphus eusemos. Foto: Dr. Alvin Helden/Anglia Ruskin UniversityBukan sembarang serangga

    Bagi Dr. Helden yang merupakan peneliti di Anglia Ruskin University Ecology, Evolution, and Environment Research Centre, penemuan spesies baru bukan hanya pertukaran ilmiah, namun punya kisah personal.

    “Leafhoppers adalah makhluk yang sangat indah, dan mereka adalah sumber makanan penting bagi burung dan serangga lainnya, dan kehadiran mereka menunjukkan ekosistemnya sehat,” katanya.

    “Pekerjaan lapangan sangat menantang dan menuntut secara fisik, panas dan kelembaban, dan jam kerja yang panjang bahkan sulit pada peneliti yang paling berpikiran klinis. Dalam semua kasus, Ketika akhirnya dapat mengamati spesies baru, ini menjadi hadiah tersendiri. Sangat memuaskan untuk menemukan spesies baru. Rasanya semua pekerjaan itu sepadan,” kenangnya.

    Enam dari leafhoppers atau wereng daun baru ini diberi nama Yunani yang terkait dengan penampilan mereka atau lokasi mereka ditemukan. Yang ketujuh, yang menjadi ‘kapten’ bernama Batracomorphus ruthae, memiliki makna yang lebih personal bagi Dr. Helden karena mengabadikan mendiang ibunya, Ruth, yang meninggal pada 2022.

    Batracomorphus ruthae. Foto: Dr. Alvin Helden/Anglia Ruskin University

    Dr. Helden menyebutkan bahwa ibunya adalah seorang ilmuwan laboratorium yang mendorongnya menjadi peneliti. Ia mengenang bagaimana ibunya membelikan mikroskop pertama untuknya, dan masih digunakan hingga sekarang.

    “Saya pikir spesies ini patut menyandang nama ibu saya, sebagai bentuk penghargaan terbaik atas pengaruhnya di hidup saya,” tutur Dr. Helden dengan bangga.

    Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Zootaxa ini mendukung kesimpulan yang sangat signifikan serta biologis tentang berapa banyak spesies yang tidak terlihat di ladang atau daerah hutan belantara di sekitar daerah terpencil.

    Wereng daun juga berfungsi sebagai sumber makanan untuk burung, laba-laba, dan serangga lainnya. Dalam beberapa kasus, beberapa spesies wereng daun memakan tanaman berharga seperti jagung dan beras. Namun, sebagian besar dari serangga ini bermanfaat untuk memantau kesehatan lingkungan sekitarnya.

    (rns/rns)

  • Mengamankan 60% Pengguna Internet Muda Indonesia

    Mengamankan 60% Pengguna Internet Muda Indonesia

    Jakarta

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa tantangan terbesar ekosistem digital Indonesia bukan lagi semata soal pembangunan infrastruktur teknologi, melainkan keselamatan manusia yang menggunakannya.

    Dengan lebih dari 220 juta pengguna internet, Meutya menyoroti bahwa sekitar 60% di antaranya adalah anak muda, menjadikan kelompok ini sebagai pihak paling rentan terhadap risiko di dunia digital.

    “Kalau kita menjaga 60% ini dengan baik, maka Insya Allah keseluruhan ekosistem digitalnya akan baik,” ujar Meutya saat acara penandatanganan kerja sama literasi digital bersama 35 organisasi dan asosiasi masyarakat, di Jakarta, Jumat (21/11/2025).

    Komdigi mencatat telah menurunkan lebih dari 3 juta konten negatif dalam setahun terakhir, termasuk konten pornografi, eksploitasi seksual, kekerasan, penipuan, hoaks, hingga judi online. Namun Meutya mengakui bahwa ritme produksi konten negatif jauh lebih cepat daripada kapasitas penindakan pemerintah.

    “Pendekatan teknologi penting, tetapi tidak akan cukup. Fondasi utama melawan konten negatif adalah edukasi digital yang dilakukan secara masif,” tegasnya.

    Komdigi menilai bahwa upaya menjaga keselamatan ruang digital harus dimulai dari pemahaman dan literasi pengguna, terutama generasi muda yang menggunakan internet sejak usia dini dan kerap tanpa pendampingan.

    Banyak Manfaat, Banyak Jebakan

    Meutya menggambarkan dunia digital sebagai ruang yang penuh peluang sekaligus jebakan.

    “Anak-anak kita itu bukan berjalan, mereka berlari di ruang yang indah tapi penuh ranjau,” ujarnya.

    Menkomdigi Meutya Hafid Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Tanpa pendampingan orang tua atau orang dewasa, anak-anak dapat terpapar risiko seperti eksploitasi seksual online, kekerasan digital, perundungan, grooming, hingga manipulasi dan penipuan.

    Meutya menekankan bahwa banyak kasus kejahatan digital berawal dari aplikasi atau game yang tampak “tidak berbahaya”. Tanpa pengawasan, anak bisa berpindah dari konten positif ke zona berbahaya hanya dengan satu sentuhan jari.

    Menkomdigi menilai bahwa Indonesia sedang berpacu dengan waktu. Anak muda menghabiskan waktu berjam-jam per hari di media sosial, sementara orang tua sering kali tidak memiliki kapasitas pendampingan digital yang memadai.

    Jika dibiarkan, Indonesia berisiko menghadapi hilangnya kepercayaan publik terhadap platform digital dan meningkatnya kasus penipuan dan kekerasan daring. Selain itu merosotnya minat generasi muda pada organisasi dan komunitas yang membutuhkan proses panjang, serta kerentanan mental akibat paparan konten tidak layak usia.

    “Kalau kita membiarkan anak-anak terkoneksi tanpa pendampingan, itu sama saja membiarkan mereka berlari sendiri,” kata Meutya.

    Lebih lanjut ditekankan bahwa perlindungan anak di ruang digital adalah investasi jangka panjang.

    “Siapa yang akan melindungi mereka kalau bukan kita mulai dari sekarang? Generasi ini berlari cepat menuju masa depan, tapi tugas kita memastikan mereka tidak tersandung ranjau di jalannya,” ujarnya.

    (afr/rns)

  • Bahtera Nuh Diduga Terdampar di Sini, Terungkap dari Prasasti Babilonia

    Bahtera Nuh Diduga Terdampar di Sini, Terungkap dari Prasasti Babilonia

    Jakarta

    Para ilmuwan telah menguraikan peta tertua di dunia, dan mereka yakin peta itu dapat mengarahkan mereka ke lokasi Bahtera Nuh.

    Artefak Babilonia berusia 3.000 tahun itu telah membingungkan para arkeolog selama berabad-abad, tetapi dalam beberapa minggu terakhir, para ahli telah mengungkap maknanya.

    Prasasti berupa lempengan tanah liat itu ditemukan di Timur Tengah sebelum diakuisisi oleh British Museum pada tahun 1882. Sejak ditemukan, para ahli telah mencoba menguraikan apa arti simbol-simbol seperti peta yang terukir pada artefak itu.

    Lempengan itu memiliki beberapa paragraf tulisan paku di bagian belakangnya dan di atas diagram peta yang menggambarkan penciptaan Bumi dan apa yang ada di baliknya.

    Ukiran-ukiran itu disebut Imago Mundi oleh para ilmuwan. Mereka mengatakan bahwa ukiran itu menunjukkan Mesopotamia Kuno, yang sekarang dikenal sebagai Irak modern, dikelilingi oleh ‘Sungai Pahit’, sebuah cincin ganda yang menandai batas-batas dunia Babilonia yang dikenal.

    Tetapi setelah lebih dari sebulan menganalisis simbol-simbol pada lempengan itu, para peneliti yakin bahwa itu adalah referensi yang jelas untuk cerita-cerita dalam Alkitab. Mereka mengklaim bagian belakang artefak tersebut berfungsi sebagai kunci rahasia untuk menunjukkan kepada para penjelajah rute yang akan mereka ambil dan apa yang harus mereka perhatikan di sepanjang jalan.

    Satu bagian dilaporkan mengatakan bahwa mereka yang melakukan perjalanan harus melewati tujuh liga untuk melihat sesuatu yang setebal kapal ‘parsiktu’.

    Kata ‘parsiktu’ dimaksudkan untuk membantu menjelaskan ukuran kapal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dari peristiwa banjir besar berdasarkan kitab suci Babilonia kuno lainnya.

    Para peneliti akhirnya berhasil memecahkan kode yang terukir di prasasti Babilonia yang diperkirakan sebagai peta dunia tertua. Foto: British Museum

    Bagian lain diyakini menunjukkan jalan dan petunjuk untuk sampai ke ‘Urartu’, lokasi yang diyakini sebagai tempat seorang pria dan keluarganya mendaratkan bahtera raksasa yang mereka buat, menurut puisi Mesopotamia kuno, yang lebih umum disebut sebagai Bahtera Nuh.

    “Karena itu adalah deskripsi Bahtera yang secara teoritis dibangun oleh Nuh versi Babilonia,” kata ahli tulisan paku British Museum Dr. Irving Finkel, dikutip dari The Sun.

    Urartu, yang juga dikenal sebagai Ararat, berada di puncak gunung di Turki, dan para peneliti mengatakan bahwa konon di sanalah bahtera itu berada setelah banjir selama 150 hari.

    “Itu menunjukkan bahwa ceritanya sama, dan tentu saja yang satu mengarah ke yang lain, tetapi juga, dari sudut pandang Babilonia, ini adalah hal yang nyata. Jika Anda melakukan perjalanan ini, Anda akan melihat sisa-sisa kapal bersejarah ini,” jelas Finkel.

    Kisah Alkitab tentang Bahtera Nuh mengikuti versi Babilonia dengan cermat. Dalam versi Babilonia, dewa Ea mengirimkan banjir ke Bumi untuk menghancurkan seluruh umat manusia kecuali satu keluarga. Utnapishtim membangun bahtera besar setelah diperintahkan dan mengisinya dengan hewan.

    Foto: British Museum

    Enam bulan berikutnya terjadi banjir yang mengerikan sehingga hanya Utnapishtim, keluarganya, dan semua hewan di bahtera yang selamat. Saat banjir berakhir, mereka ditempatkan dengan aman di salah satu puncak Urartu.

    “Dalam kisah ini, perinciannya diberikan dan Tuhan berkata, ‘Kamu harus melakukan ini, ini dan ini’ dan kemudian Nuh dari Babilonia berkata, ‘Aku melakukan ini, ini dan ini. Aku sudah melakukannya! Dan aku membuat struktur-struktur ini seperti bejana parsiktu yang tebal’,” Finkel menjelaskan.

    Kisah Banjir Gilgamesh telah diceritakan oleh beberapa lempengan tanah liat yang berasal dari lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Banjir Alkitab, dikatakan terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Apakah gunung Ararat di Turki yang disebutkan dalam kisah Babilonia itu ada, saat ini masih menjadi perdebatan luas.

    (rns/rns)