Category: Detik.com Tekno

  • Brasil Punya Aplikasi Buat Rating Menu MBG, Indonesia Bisa Contoh?

    Brasil Punya Aplikasi Buat Rating Menu MBG, Indonesia Bisa Contoh?

    Jakarta

    Sebelum Indonesia, sudah ada beberapa negara yang menerapkan program makan siang gratis, contohnya Brasil. Brasil pun terbilang sukses dalam menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut.

    Salah satu hal yang menarik, Brasil juga memanfaatkan teknologi untuk melakukan evaluasi bahkan peningkatan kualitas programnya. Misalnya dengan ePNAE App yang diluncurkan.

    “ePNAE adalah aplikasi pemantauan sosial dari Program Pemberian Makanan Sekolah Nasional (National School Feeding Program), yang memungkinkan orang tua, siswa, guru, ahli gizi, konselor gizi sekolah, dan seluruh masyarakat untuk memantau dan mengevaluasi makanan sekolah yang ditawarkan di sekolah negeri di seluruh negeri,” jelas situs resmi Pemerintah Brasil.

    Di aplikasi ini, pengguna dapat mengakses peta interaktif untuk menemukan sekolah. Di samping itu, pengguna dapat menilai makanan, memberikan komentar, dan mengunggah foto sebagai umpan balik.

    Untuk menikmati semua fiturnya, pengguna harus mengunduh aplikasi dari Apple Store (iOS) atau Google Store (Android), memberikan profil, dan melakukan autentikasi dengan akun Brasil Cidadão (Warga Negara Brasil) mereka, yang disediakan oleh Pemerintah Federal.

    Aplikasi ePNAE. Foto: ePNAE

    Selain ePNAE, ada pula aplikasi Fominha. Aplikasi ini dibuat oleh siswa sekolah menengah dari Sekolah Negeri Dr Sebastião Paraná di Paraná, Brasil. Aplikasi ini merupakan platform yang memungkinkan siswa untuk mengevaluasi dan memilih menu makanan sekolah. Mirip dengan jejaring sosial, pengguna dapat menyetujui atau menolak hidangan yang disajikan setiap hari.

    Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam menyusun menu yang lebih menarik dan bergizi, serta membantu staf dapur memahami preferensi mereka dengan lebih baik. Akses diberikan dengan memindai kode QR di sekolah, yang mengarahkan pengguna ke halaman login dengan kredensial institusi.

    Sebelumnya, memang sering digaungkan Presiden Prabowo Subianto bahwa pemerintah mempelajari skema MBG dari Negeri Samba. Prabowo bahkan mengirim tim untuk belajar langsung di Brasil guna keberhasilan di sana juga dapat dirasakan di Indonesia.

    Saat ini, program MBG di Indonesia masih mendapatkan reaksi beragam. Disebutkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN), hingga sekitar 8 September 2025, jumlah penerima program ini sudah menyentuh angka 22,7 juta orang.

    (ask/ask)

  • Pengguna Galaxy AI di Indonesia Lebih Tinggi dari Rata-rata ASEAN

    Pengguna Galaxy AI di Indonesia Lebih Tinggi dari Rata-rata ASEAN

    Jakarta

    Artificial Intelligence (AI) tidak hanya diadopsi di Indonesia, tapi semakin menjadi gaya hidup. Hal itu pun tercermin dari penggunaan Samsung Galaxy AI.

    Hal ini menjadi atensi dari Presiden dan CEO Samsung Electronics Asia Tenggara dan Oseania, Changup Kim. Dalam wawancara via email kepada detikINET dia melihat tren adopsi AI di Asia Tenggara dan Oseania untuk kehidupan sehari-hari.

    “Berdasarkan data kami, saat ini 77% pengguna Samsung di kawasan tersebut sudah menggunakan Galaxy AI, dan di Indonesia angkanya sedikit lebih tinggi yaitu 78%,” kata Kim, Senin (19/9/2025).

    Kim mengatakan populasi anak muda yang melek teknologi, berada di garis depan dalam mengadopsi teknologi AI. Samsung memperkirakan konsumen Indonesia akan terus semakin mengadopsi fitur AI sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Itu sebabnya Samsung serius mengembangkan AI dalam 1 dekade terakhir.

    “Kami berkomitmen untuk menghadirkan 1 miliar perangkat berkemampuan AI kepada pengguna dalam tiga tahun ke depan,” jelasnya.

    Target tersebut kata Kim, diikuti pula dengan komitmen Samsung untuk melindungi keamanan, privasi, dan ketenangan pengguna. Dengan Samsung Knox, data pribadi pengguna terlindungi mulai dari smartphone hingga TV dan perangkat rumah tangga. Menurut Samsung, inovasi harus cerdas sekaligus bertanggung jawab, menyeimbangkan teknologi mutakhir seperti AI dengan penggunaan etis dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar lokal.

    “Saat kami berupaya menghadirkan Galaxy AI ke lebih dari 400 juta perangkat pada akhir 2025, kami membuktikan bahwa skala besar AI tidak berarti harus mengorbankan privasi, performa, atau personalisasi,” ucap Kim.

    Teknologi AI yang dikembangkan Samsung mulai dari Galaxy AI, Bespoke AI hingga Vision AI. Samsung ingin meningkatkan komunikasi, kreativitas, pemantauan kesehatan, dan kehidupan yang saling terhubung mulai dari genggaman tangan hingga setiap sudut rumah.

    Kebutuhan konsumen terhadap smart appliances menurut Kim juga meningkat signifikan. Kesadaran konsumen soal perlunya produk berkemampuan AI di rumah disambut Samsung dengan visi ‘AI Home: Future Living, Now’ dalam pameran IFA 2025 di Berlin, Jerman. Visi Samsung adalah kecerdasan yang tidak terpusat pada satu perangkat, tetapi dibagikan secara mulus di setiap layar, peralatan dan layanan, serta memahami dan menyesuaikan diri terhadap kebutuhan masing-masing konsumen.

    “Selain itu, perangkat dengan fitur cerdas seperti SmartThings Connectivity juga dapat diprogram untuk memberikan pembaruan mengenai orang-orang terdekat misalnya, memicu notifikasi saat tidak ada aktivitas pada orang tua lanjut usia yang mungkin membutuhkan perhatian,” pungkasnya.

    (fay/fyk)

  • Oppo Find X9 Series Meluncur Bulan Depan, Spesifikasinya Terungkap

    Oppo Find X9 Series Meluncur Bulan Depan, Spesifikasinya Terungkap

    Jakarta

    Oppo sudah mengonfirmasi peluncuran Find X9 series yang akan digelar di China pada 16 Oktober 2025. Menjelang peluncurannya, spesifikasi salah satu variannya yaitu Oppo Find X9 reguler sudah terungkap.

    Bocoran terbaru dari Digital Chat Station mengungkap Oppo Find X9 akan mengusung display OLED berukuran 6,59 inch dengan resolusi 1,5K dan refresh rate 120Hz.

    Oppo Find X9 akan dilengkapi tiga kamera 50 MP di belakang yang terdiri dari kamera utama dengan sensor Sony LYT-808, kamera ultrawide dengan sensor ISOCELL JN5, dan kamera periskop telephoto dengan sensor LYT-600. Oppo juga menambahkan sensor True Chroma 2 MP yang dirancang untuk mengambil gambar dengan warna lebih akurat.

    Di bagian depan terdapat kamera selfie 32 MP yang ditempatkan di punch-hole. Tentu saja kamera Oppo Find X9 mendapatkan sentuhan dari Hasselblad.

    Oppo Find X9 disebut akan mengusung baterai besar berkapasitas 7.025 mAh. Baterai tersebut akan dipasangkan dengan pengisian cepat 80W dan wireless charging 50W.

    Selain Find X9 reguler, Oppo juga akan meluncurkan Find X9 Pro. Versi Pro-nya akan hadir dengan layar 6,78 inch yang lebih besar dan kamera periskop telephoto 200 MP.

    Oppo sebelumnya sudah mengonfirmasi Find X9 series akan meluncur dengan chipset flagship MediaTek Dimensity 9500 yang baru saja diumumkan. Chipset ini diklaim memberikan peningkatan kinerja single-core hingga 32% dan multi-core 17% dengan konsumsi daya inti yang 55% lebih hemat.

    Oppo Find X9 Foto: Oppo

    Desain Oppo Find X9 juga sudah terungkap, dengan modul kamera baru berbentuk persegi yang susunannya mirip Reno 14 series. Ponsel ini akan hadir dalam tiga pilihan warna yaitu Matte Titanium, Frost White, dan Matte Black.

    Fitur unggulan lainnya termasuk sensor sidik jari ultrasonik yang lebih cepat dan akurat dan rating IP69 untuk melindungi ponsel dari air dan debu. Oppo Find X9 series akan jadi ponsel pertama yang menjalankan ColorOS 16 berbasis Android 16, seperti dikutip dari Gizmochina, Senin (29/9/2025).

    Oppo juga telah mengonfirmasi Find X9 series akan diluncurkan secara global, namun mereka tidak menyebutkan tanggal spesifiknya. Laporan terbaru mengklaim peluncuran global Oppo Find X9 series akan diadakan pada 28 Oktober.

    (vmp/vmp)

  • Drone Misterius Bikin Eropa Kalang Kabut, Denmark: Pelaku Profesional

    Drone Misterius Bikin Eropa Kalang Kabut, Denmark: Pelaku Profesional

    Jakarta

    Penampakan drone misterius membuat beberapa negara di Eropa kalang kabut. Terbaru, bandara Aalborg di Denmark ditutup menyusul kedatangan drone yang belum jelas asal muasalnya ke wilayah udaranya. Drone tak berawak juga dilaporkan terlihat di bandara Esbjerg, Sonderborg, dan Skrydstrup.

    Awal pekan ini, penampakan drone menyebabkan penangguhan sementara penerbangan di bandara Kopenhagen. Menteri Pertahanan Denmark Troels Lund Poulsen mengatakan kejadian ini ulah aktor profesional. “Ini jelas bukan kebetulan. Ini terlihat sistematis. Inilah yang saya definisikan sebagai serangan hibrida,” cetusnya.

    Menteri Kehakiman Peter Hummelgaard mengatakan tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun terkait siapa dalang di balik ini. Meskipun tidak ada konfirmasi bahwa Rusia terlibat, selama sebulan terakhir drone Rusia telah melanggar wilayah udara Polandia, Rumania, dan mungkin juga Belanda, Finlandia, dan Denmark.

    Menanggapi pesawat drone Rusia yang memasuki wilayah udara Polandia awal September, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengumumkan pihaknya meluncurkan operasi untuk melindungi sisi timurnya.

    Adapun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding armada bayangan kapal tanker minyak Rusia digunakan untuk meluncurkan dan mengendalikan drone Rusia di atas kota-kota Eropa. “Ini adalah bukti lebih lanjut Laut Baltik dan laut lainnya harus ditutup untuk tanker Rusia, setidaknya untuk armada bayangan,” cetusnya.

    Armada bayangan tersebut mencakup ratusan tanker tua, seringkali tidak diasuransikan atau dirawat seadanya. Kapal-kapal ini biasanya beroperasi di bawah bendera negara lain sehingga menyulitkan regulator untuk menegakkan sanksi.

    Drone, atau beberapa jenis kendaraan udara tempur nirawak, telah digunakan oleh militer sejak tahun 1970-an, dan sekarang menjadi andalan peperangan modern, khususnya dalam perang Rusia di Ukraina. Teknologinya juga telah berkembang pesat di pasar komersial,

    “Drone lebih mudah didapat dan digunakan. Dan harganya pun turun drastis. Orang-orang kini dapat melakukan hal-hal di gudang kebun mereka yang hanya dapat dilakukan dengan kemampuan militer canggih 10 atau 15 tahun yang lalu,” sebut Richard Gill, pendiri dan CEO Drone Defence yang dikutip detikINET dari Duetsche Welle.

    Dalam peperangan, drone sering ditembak jatuh. Namun di perkotaan, seringkali mustahil untuk menentukan dari jauh apakah sebuah drone militer atau rekreasi dari warga sipil. Ancaman drone di area seperti bandara pun jadi sulit diantisipasi.

    “Tak mudah mengenai drone dengan proyektil kinetik, jadi Anda harus menembakkan banyak untuk mengenai sasaran. Bahkan jika berhasil mengenai, sebagian besar proyektil akan jatuh setelah ditembakkan. Jadi, saya tak menyarankan menembak di area padat penduduk, kecuali drone tersebut dianggap sebagai sumber ancaman langsung dan berbahaya,” kata Savolainen dari Hybrid CoE.

    (fyk/fyk)

  • Video Ekspansi Nubia ke Pasar Smartphone Indonesia

    Video Ekspansi Nubia ke Pasar Smartphone Indonesia

    Video Ekspansi Nubia ke Pasar Smartphone Indonesia

  • Video: Wamen Komdigi Nezar Patria Bicara Sisi Gelap AI

    Video: Wamen Komdigi Nezar Patria Bicara Sisi Gelap AI

    Video: Wamen Komdigi Nezar Patria Bicara Sisi Gelap AI

  • Video: Hujan Meteor Sextantids Akan Hiasi Langit pada Akhir September

    Video: Hujan Meteor Sextantids Akan Hiasi Langit pada Akhir September

    Video: Hujan Meteor Sextantids Akan Hiasi Langit pada Akhir September

  • Stasiun Luar Angkasa Internasional Bakal Dihancurkan di 2030

    Stasiun Luar Angkasa Internasional Bakal Dihancurkan di 2030

    Jakarta

    Dalam sejarah penerbangan antariksa, Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) mungkin merupakan salah satu pencapaian umat manusia yang paling menakjubkan, sebuah contoh gemilang kerja sama antariksa antara Amerika Serikat (AS), Eropa, Kanada, Jepang, dan Rusia. Namun, semua hal baik pasti akan berakhir.

    Pada 2030, ISS akan dideorbit, didorong ke wilayah terpencil di Samudra Pasifik. Bagi orang-orang yang menyukai dunia keantariksaan, apalagi yang terlibat langsung di dalamnya, dihancurkannya ISS akan jadi momen perpisahan penting yang menyedihkan.

    “Saya seorang insinyur kedirgantaraan yang telah membantu membangun berbagai perangkat keras dan eksperimen untuk ISS. Sebagai anggota komunitas antariksa selama lebih dari 30 tahun dan anggota komunitas NASA selama 17 tahun, akan sulit bagi saya untuk melihat ISS berakhir,” kata John M. Horack, Profesor bidang Mechanical and Aerospace Engineering dari Ohio State University, dikutip dari Science Alert.

    Ia menyebutkan, sejak bagian pertama ISS diluncurkan pada 1998, stasiun ini telah menjadi rumah bagi berbagai pencapaian penelitian penting di berbagai domain, termasuk ilmu material, bioteknologi, astronomi dan astrofisika, ilmu bumi, pembakaran, dan masih banyak lagi.

    Para astronaut yang melakukan penelitian di dalam stasiun ruang angkasa dan eksperimen muatan yang melekat pada bagian luar stasiun telah menghasilkan banyak publikasi di jurnal sains yang ditinjau sejawat.

    Beberapa di antaranya telah memajukan pemahaman kita tentang badai petir, menghasilkan perbaikan dalam proses kristalisasi obat-obatan utama melawan kanker, merinci cara menumbuhkan retina buatan di luar angkasa, mengeksplorasi pemrosesan serat optik ultramurni, dan menjelaskan cara mengurutkan DNA di orbit.

    Secara total, lebih dari 4.000 percobaan telah dilakukan di ISS, menghasilkan lebih dari 4.400 publikasi penelitian yang didedikasikan untuk memajukan dan meningkatkan kehidupan di Bumi dan membantu membuka jalan bagi aktivitas eksplorasi ruang angkasa di masa depan.

    “ISS telah membuktikan nilai pelaksanaan penelitian di lingkungan penerbangan antariksa yang unik, yang memiliki gravitasi sangat rendah, ruang hampa, siklus suhu ekstrem, dan radiasi, untuk memajukan pemahaman ilmuwan tentang berbagai proses fisika, kimia, dan biologi yang penting,” kata Horack.

    Menjaga Kehadiran di Orbit

    Keberadaan ISS sama dengan menjaga kehadiran di orbit Bumi. Namun, setelah stasiun tersebut pensiun, NASA dan mitra internasionalnya tidak meninggalkan pos terdepan mereka di orbit rendah Bumi. Sebaliknya, mereka mencari alternatif untuk terus memanfaatkan potensi orbit rendah Bumi sebagai laboratorium penelitian yang unik dan memperpanjang keberadaan manusia selama 25 tahun, sekitar 402 kilometer di atas permukaan Bumi.

    Pada Desember 2021, NASA mengumumkan tiga penghargaan untuk membantu mengembangkan stasiun luar angkasa milik swasta yang dioperasikan secara komersial di orbit rendah Bumi. Selama bertahun-tahun, NASA telah berhasil mengirim pasokan ke ISS menggunakan mitra komersial, dan badan tersebut baru-baru ini memulai pengaturan bisnis serupa dengan SpaceX dan Boeing untuk mengangkut awak di pesawat ruang angkasa Dragon dan Starliner.

    Berdasarkan keberhasilan program ini, NASA menginvestasikan lebih dari USD 400 juta untuk merangsang pengembangan stasiun ruang angkasa komersial dan diharapkan dapat meluncurkan dan mengaktifkannya sebelum ISS dinonaktifkan.

    Stasiun Luar Angkasa Komersial

    Pada September 2025, NASA menerbitkan draf pengumuman untuk proposal kemitraan Fase 2 bagi stasiun luar angkasa komersial. Perusahaan yang terpilih akan menerima pendanaan untuk mendukung tinjauan desain kritis dan mendemonstrasikan stasiun dengan empat orang di orbit selama minimal 30 hari.

    NASA kemudian akan melanjutkan proses penerimaan dan sertifikasi desain formal untuk memastikan stasiun-stasiun ini memenuhi persyaratan keselamatan NASA yang ketat. Hasilnya akan memungkinkan NASA untuk membeli misi dan layanan lain di atas stasiun-stasiun ini secara komersial, serupa dengan cara NASA mengirimkan kargo dan awak ke ISS saat ini.

    Tim mana yang akan berhasil, dan dalam jangka waktu berapa, masih harus dilihat. Sementara stasiun-stasiun ini dibangun, para astronaut China akan tetap tinggal dan bekerja di stasiun luar angkasa Tiangong, sebuah fasilitas berawak permanen yang menampung tiga orang dan mengorbit sekitar 402 km di atas permukaan Bumi.

    Akibatnya, jika masa pendudukan ISS berakhir, China dan Tiangong akan mengambil alih orbit Bumi sebagai stasiun luar angkasa berpenghuni terlama yang masih beroperasi. Stasiun ini telah dihuni selama kurang lebih empat tahun dan masih terus berlanjut.

    Diperlukan waktu beberapa tahun sebelum stasiun ruang angkasa komersial baru ini mengitari Bumi dengan kecepatan sekitar 28 ribu kilometer per jam dan beberapa tahun sebelum ISS dideorbit pada 2030.

    “Jadi, selagi ada kesempatan, lihatlah ke atas dan nikmati pemandangannya. Hampir setiap malam ketika ISS terbang di atasnya, pemandangannya sungguh luar biasa: titik cahaya biru-putih yang cemerlang, biasanya objek paling terang di langit, yang diam-diam membentuk lengkungan anggun di langit,” kata Horack.

    “Nenek moyang kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa suatu hari, salah satu objek paling terang di langit malam akan diciptakan oleh pikiran manusia dan dibangun oleh tangan manusia,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Bulan Disebut Simpan Cadangan Platinum Berharga, Bisa Jadi Lahan Tambang

    Bulan Disebut Simpan Cadangan Platinum Berharga, Bisa Jadi Lahan Tambang

    Jakarta

    Sebuah penelitian terbaru memperkirakan bahwa Bulan kemungkinan menyimpan platinum yang dibawa oleh asteroid. Kandungan mineral berharga itu kini tersebar di ribuan kawah tumbukan di Bulan.

    Menurut studi tersebut, sebanyak 6.500 kawah tumbukan di Bulan mungkin mengandung logam-logam berharga golongan platinum, seperti platinum, paladium, dan rodium. Lebih jauh lagi, sekitar 3.400 kawah tumbukan mungkin mengandung air dalam bentuk mineral terhidrasi, sebuah molekul penting bagi eksplorasi manusia terhadap satu-satunya satelit alami milik Bumi ini.

    “Nilai-nilai ini satu hingga dua kali lipat lebih besar daripada jumlah asteroid dekat Bumi yang mengandung bijih yang diperkirakan oleh Elvis (2014),” tulis para peneliti yang dipimpin astronom independen Jayanth Chennamangalam, dikutip dari Science Alert.

    Informasi ini menyiratkan bahwa temuan ini mungkin lebih ‘menguntungkan’ untuk menambang asteroid yang telah menabrak Bulan daripada yang berada di orbit. Peneliti juga menyebutkan, ada banyak potensi manfaat penambangan di luar angkasa.

    Salah satunya adalah tidak terbatasnya sumber daya. Seperti diketahui, logam yang dapat diakses di kerak Bumi, jumlahnya terbatas. Penambangan di Bumi juga seringkali merusak lahan dan habitat, serta menghasilkan polusi yang sangat besar.

    Selain itu, penambangan di luar angkasa memiliki manfaat untuk eksplorasi luar angkasa. Ketika sudah memiliki akses ke air di Bulan, misalnya, akan membantu mengurangi tantangan dalam mengangkut air dari Bumi, atau mendaur ulangnya di sana.

    Banyak asteroid diyakini kaya akan kandungan logam mulia, khususnya logam golongan platinum, yang memiliki sifat-sifat yang membuatnya sangat berharga untuk aplikasi industri dan medis, tetapi langka. Namun, penambangan asteroid memiliki tantangan tersendiri, bahkan di samping biayanya yang sangat besar.

    Asteroid dekat Bumi cukup langka. Asteroid ini juga sangat sulit dijangkau, dan jatuh di luar angkasa dengan cara yang membuatnya sulit dinavigasi. Sebaliknya, Bulan ‘hanya’ berada di orbit Bumi pada jarak yang dapat diprediksi, dengan sisi yang sama, dan selalu menghadap kita. Pernyataan ini bukan berarti Bulan mudah dijangkau, namun jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan asteroid.

    Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah Bulan memiliki logam golongan platinum dan air yang kita butuhkan? Chennamangalam dan rekannya melakukan survei kawah tumbukan asteroid untuk mencari tahu.

    Asteroid jenis logam tertentu diperkirakan kaya akan logam, termasuk golongan platinum. Sementara itu, asteroid berkarbon diperkirakan kaya akan mineral terhidrasi. Ketika sebuah asteroid menghantam Bulan, sebagiannya menguap, tetapi bukti terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar asteroid dapat bertahan dalam kondisi tertentu. Untuk kawah yang sangat besar dan kompleks, puing-puingnya tersapu ke pusat kawah, yang kemudian membentuk puncak pusat.

    Dengan menghitung kawah besar yang mungkin merupakan hasil tumbukan asteroid ini, para peneliti memperkirakan bahwa mungkin ada cukup banyak logam berharga yang tersembunyi di Bulan.

    Bahkan dengan memperhitungkan sebagian besar asteroid mungkin tidak akan bertahan dari benturan, terutama untuk benda terhidrasi yang kehilangan air karena panas, estimasi statistik masih berjumlah ribuan kawah.

    Hingga 6.500 kawah dengan diameter lebih dari 1 kilometer kemungkinan mengandung logam golongan platinum, meskipun bijihnya mungkin tersebar halus di regolit Bulan dan sulit diakses. Jika pencarian dipersempit ke kawah dengan diameter lebih dari 19 kilometer dengan puncak pusat yang jelas, tempat bijih kemungkinan terkonsentrasi, jumlahnya turun menjadi 38.

    Sementara itu, hingga 3.350 kawah dengan diameter lebih dari 1 kilometer kemungkinan mengandung air, dan dipersempit menjadi 20 kawah dengan diameter lebih dari 19 kilometer dengan endapan terkonsentrasi. Ini berarti Bulan merupakan lokasi perburuan logam golongan platinum yang secara statistik lebih kaya dibandingkan asteroid dekat Bumi.

    “Penambangan asteroid mungkin masih menjadi masa depan umat manusia. Namun, Bulan tampaknya menjadi batu loncatan yang lebih mudah dicapai dan praktis menuju tujuan tersebut. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu kawah mana yang menyembunyikan harta karun tersebut, dan bagaimana cara menambangnya,” kata para peneliti.

    Para peneliti menyarankan untuk menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh dari orbit Bulan. Dibandingkan robot pendarat yang mahal dan tidak dijamin berhasil, teknologi penginderaan jarak jauh dinilai sebagai pilihan terbaik untuk mengidentifikasi target mana yang paling layak dikejar.

    (rns/rns)

  • Eks VP eFishery Sebut Bukan Bagian dari Direksi

    Eks VP eFishery Sebut Bukan Bagian dari Direksi

    Jakarta

    Andri Yadi, melalui tim penasihat hukumnya, memberikan klarifikasi atas pemberitaan kasus eFishery (PT Multidaya Teknologi Nusantara).

    Dalam pemberitaan tersebut, Andri disebut ikut diamankan bersama Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy dan Angga Hardian Raditya oleh Bareskrim Polri pada 31 Juli lalu. Gibran sebelumnya dilaporkan atas dugaan manipulasi laporan keuangan e-Fishery.

    Dalam keterangan yang diterima detikINET, Andri menegaskan kalau dirinya bukan bagian dari direksi eFishery, startup unicorn Indonesia yang diduga memoles kinerja keuangan agar terlihat bagus di mata investor.

    Andri Yadi menegaskan bahwa hingga saat ini perkara yang menyeret namanya masih berada pada tahap penyidikan di Bareskrim Polri dan belum ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Karena itu, asas praduga tak bersalah sepatutnya dijunjung tinggi dalam setiap pemberitaan.

    “Pernyataan saya ini bukan untuk membela diri di pengadilan, melainkan semata-mata sebagai koreksi fakta agar publik mendapat informasi yang berimbang,” tutur Andri Yadi dalam siaran pers yang disampaikan melalui tim penasihat hukumnya.

    Andri menjelaskan bahwa dirinya bukan merupakan bagian dari Direksi eFishery. Dia secara resmi menjabat sebagai Vice President (VP) of Product AIoT sepanjang tahun 2023. Seiring restrukturisasi organisasi, jabatannya berubah menjadi VP of Product AIoT & Cultivation sejak 2 Januari 2024 hingga 16 September 2024, lalu menjadi VP of Product AIoT & Culti-Finance hingga 23 Juli 2025.

    Semua posisi tersebut berada di Direktorat Product di bawah Direktur Produk atau sering disebut sebagai Chief Product Officer (CPO) yang saat itu dijabat oleh Chrisna Aditya Wardani. Jabatan VP bukan organ perseroan dan tidak tercantum dalam Akta/Anggaran Dasar perusahaan.

    Andri juga menegaskan bahwa dirinya bergabung ke eFishery karena perusahaan yang ia dirikan, DycodeX, diakuisisi. Dengan kata lain, posisinya di eFishery merupakan konsekuensi dari kesepakatan akuisisi tersebut, bukan karena inisiatif pribadi untuk mengejar jabatan atau kewenangan di perusahaan.

    “Jabatan ini tidak memiliki kewenangan melakukan pembayaran atau memutuskan investasi. Fokus saya sepenuhnya ada pada pengembangan produk teknologi, khususnya Internet of Things dan Artificial Intelligence di eFishery sesuai semangat pembelian DycodeX, bukan pembiayaan,” ujarnya.

    Sebagai VP yang berada di bawah Direktorat Product, peran Andri terbatas pada riset dan pengembangan produk teknologi budidaya akuakultur, seperti eFeeder, sistem pemantauan kualitas air (Katara), pengolahan citra satelit berbasis AI, konsultasi budidaya berbasis Generative AI/LLM, dan solusi Aquaculture Intelligence.

    Andri mengaku tidak berkewenangan untuk menjalankan operasi pembiayaan (underwriting, penyaluran, maupun collections). Semua fungsi itu berada di bawah divisi terpisah di luar Direktorat Product.

    Proses Akuisisi ke Acqui-hire

    DycodeX bergabung dengan eFishery melalui proses akuisisi dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang ditandatangani pada November 2022 senilai Rp15 miliar dengan skema dua termin pembayaran.

    Termin pertama telah dibayarkan sebesar Rp 10 miliar pada bulan Desember, tahun 2022. Namun, sebelum pelunasan pembayaran, atas permintaan pembeli (eFishery/PT MTN), skema itu dialihkan menjadi acqui-hire (mengambil alih talenta tim dan teknologi DycodeX secara resmi) melalui mekanisme Service Agreement. Peralihan ini sudah mendapat persetujuan Dewan Komisaris eFishery dan efektif 29 Desember 2023.

    Andri menegaskan posisinya dalam transaksi ini hanya sebagai perwakilan pihak yang di-acqui-hire (penjual), sehingga dia tidak memiliki akses ataupun kepentingan mengetahui sumber pendanaan internal eFishery. Jabatan VP of Product AIoT & Culti-Finance di eFishery baru dijalankan setelah proses acqui-hire selesai, dan dia tidak memiliki kewenangan untuk menginstruksikan, menyetujui, maupun mencairkan pembayaran transaksi.

    Sebagai pihak penjual, Andri Yadi hanya mengikuti permintaan dan prosedur yang sudah disiapkan pembeli, tanpa keterlibatan dalam perencanaan maupun pengaturan skema. Tidak ada aliran dana di luar kontrak, tidak ada cashback, dan tidak ada keuntungan tambahan yang diperoleh Andri. Total nilai yang diterima pihak penjual tetap Rp15 miliar, sesuai kesepakatan jual beli awal, hanya mekanisme pencairannya yang berubah bentuk dari PPJB ke Service Agreement.

    Sebelum bergabung dengan eFishery, Andri Yadi adalah Founder PT DycodeX Teknologi Nusantara (DycodeX), perusahaan rintisan teknologi asal Bandung dengan fokus mengembangkan produk dan solusi berbasis Artificial Intelligence dan Internet of Things (AIoT).

    (asj/asj)