Category: Detik.com Kesehatan

  • Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Namun, ternyata pemicunya bukan selalu makanan berlemak atau stres.

    Dokter umum yang aktif mengedukasi lewat media sosial Dr Sana Sadoxai, mengatakan ada satu kebiasaan saat bangun tidur bisa berkontribusi menyebabkan serangan jantung. Hal yang dimaksud adalah minimnya gerak setelah bangun tidur.

    Bahkan, ia mengklaim hingga 90 persen kasus serangan jantung berkaitan dengan pola ini.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun tidur dan tetap diam,” kata Dr Sadoxai yang dikutip dari Mirror UK.

    Kebiasaan Main Ponsel saat Bangun Tidur

    Menurutnya, banyak orang mengawali hari dengan langsung duduk, memegang ponsel, scrolling media sosial, lalu terburu-buru untuk berangkat kerja tanpa melakukan aktivitas fisik sama sekali.

    Rutinitas ini yang membuat tubuh tetap berada dalam kondisi pasif, dengan peradangan yang meningkat sejak pagi. Tanpa disadari, kebiasaan tersebut memicu serangkaian masalah kesehatan.

    Mulai dari resisten insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Kombinasi faktor ini secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada orang obesitas atau berat badan berlebih.

    Padahal, risikonya bisa ditekan dengan cara yang sangat sederhana. Dr Sadoxai menekankan aktivitas ringan selama 5-7 menit di pagi hari sudah cukup memberikan dampak besar.

    “Jalan cepat, peregangan ringan, atau latihan pernapasan bisa membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi kesehatan jantung,” jelasnya.

    Faktor Lainnya, Obesitas

    Dr Sadoxai menegaskan berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan. Mengabaikan kebiasaan pagi yang sehat bisa menjadi ancaman tersembunyi.

    “Perubahan sederhana di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang,” tutur dia

    Ia juga mengingatkan sejumlah tanda awal gangguan metabolisme yang kerap diabaikan, seperti obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Wanita Kena Stroke di Usia 28 Tahun gegara Stres, Ini Gejala Awalnya

    Wanita Kena Stroke di Usia 28 Tahun gegara Stres, Ini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Wanita bernama Khanh Linh tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis di usia 28 tahun. Semua berawal pada 12 Juni 2025, saat ia tiba-tiba merasa sakit kepala hebat seperti terbelah saat duduk di meja kerja setelah makan siang.

    Tak lama kemudian, semuanya gelap. Sekitar satu jam kemudian, dokter di sebuah rumah sakit di Thai Nguyen mendiagnosis Linh mengalami stroke akibat pecahnya aneurisma otak, yang dipicu kelainan pembuluh darah bawaan.

    Kondisinya kritis sampai dirujuk ke Rumah Sakit Militer Pusat 108 di Hanoi, Vietnam, untuk menjalani operasi darurat.

    “Aku tidak ingat apapun selama seminggu itu,” ujar Linh, dikutip dari VNExpress.

    Semua yang ia ketahui tentang masa tersebut berasal dari cerita keluarganya yang setia mendampingi. Linh menjalani operasi endovaskular modern dengan biaya ratusan juta.

    Setelah operasi, perjuangannya belum selesai. Ia harus menjalani perawatan lebih dari 20 hari di rumah sakit, sebelum akhirnya pulang dan rehabilitasi.

    Sekitar lima bulan kemudian, kondisinya belum sepenuhnya pulih. Mulutnya masih mencong sehingga sulit berbicara, mata kirinya tidak bisa tertutup sempurna, tubuhnya lemah, dan belum mampu berjalan sendiri.

    Stroke tersebut menyebabkan kelumpuhan wajah. Bahkan, aktivitas sederhana menjadi sulit. Mulutnya tidak bisa menutup rapat dan air liur sering keluar tanpa disadari.

    “Saat itu aku butuh dua orang untuk merawatku. Satu orang bahkan harus terus di sampingku hanya untuk menyeka air liur,” kenangnya.

    Ibu dan kakaknya bergantian menjaga Linh. Di awal pemulihan, ia juga harus menggunakan selang makan.

    Berat badannya turun drastis dari 47-48 kg menjadi hanya 40 kg. Setelah menjalani terapi intensif, berat badannya perlahan mulai naik kembali.

    Sebelum stroke, Linh merasa hidupnya normal. Ia hanya sempat mengalami sakit kepala ringan beberapa hari sebelumnya, dan mengira itu akibat perubahan cuaca.

    “Aku punya banyak kebiasaan buruk, sering begadang, telat makan, dan stres karena pekerjaan,” bebernya.

    Ia kini menyadari bahwa gaya hidup tersebut bisa ikut berperan pada kondisi kesehatannya. Masa-masa awal pascastroke menjadi periode paling berat secara mental.

    Linh mengaku sempat diliputi pikiran negatif, merasa tidak berdaya, menjadi beban keluarga, dan takut menghadapi masa depan.

    Sebuah analisis di jurnal medis The Lancet menyebut sekitar sepertiga penyintas stroke mengalami depresi dalam lima tahun pertama. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada psikologis, tapi juga berkaitan dengan kerusakan otak yang mengatur emosi, serta dapat memperlambat pemulihan dan meningkatkan risiko kematian.

    Pada pasien muda seperti Linh, dampak mentalnya bisa lebih berat. Stroke datang tiba-tiba dan merenggut kemandirian, karier, hingga rasa aman sosial.

    “Keluargaku yang menarikku kembali,” kata Linh.

    Ibu dan kakaknya selalu ada, bukan hanya membantu secara fisik, tapi juga memberikan dukungan emosional. Saat Linh hancur, mereka duduk diam sambil menggenggam tangannya.

    Untuk menjaga kesehatan mentalnya, Linh mulai membagikan proses pemulihannya lewat video singkat di TikTok. Awalnya hanya catatan pribadi, tapi perlahan ia menerima banyak pesan dukungan dari orang lain.

    “Saat aku sadar ceritaku bisa membantu orang lain, perjuangan ini terasa bermakna,” sambungnya.

    Kini, Linh menjalani jadwal rehabilitasi ketat setiap hari, mulai dari akupunktur, pijat terapi, hingga latihan berjalan. Setiap kemajuan kecil, ia dianggap sebagai kemenangan.

    “Aku belajar menghargai hal-hal kecil yang dulu terasa sepele,” tutur dia.

    Data menunjukkan kasus stroke pada usia muda terus meningkat. Studi The Lancet mencatat angka stroke pada orang di bawah 45 tahun naik signifikan secara global.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 persen kasus stroke terjadi pada kelompok usia ini. Faktor pemicunya antara lain stres kronis, pola makan buruk, kurang gerak, serta penyakit seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes yang kerap tidak terdeteksi.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Neurolog Ungkap Sakit Kepala Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Gejala Stroke”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Jakarta

    Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Seorang dokter mengungkapkan 90 persen kasus serangan jantung dapat ditelusuri pada satu kebiasaan pagi yang sering diabaikan dan kebiasaan tersebut bukan terkait makanan atau stres.

    Seorang dokter umum yang sering membagikan edukasi kesehatan di media sosial, Dr Sana Sadoxai, menyoroti bahaya rutinitas pagi yang minim gerak. Menurutnya, risiko serangan jantung justru dimulai sejak seseorang bangun tidur dan langsung pasif.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun dan tetap diam,” kata Dr Sadoxi, dikutip dari Mirror UK.

    Dr Sadoxi menjelaskan banyak orang bangun tidur langsung memegang ponsel, duduk terlalu lama, lalu buru-buru berangkat tanpa aktivitas fisik sama sekali. Pola ini membuat tubuh berada dalam kondisi kurang bergerak dan peradangan tinggi.

    Kebiasaan tersebut secara perlahan mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Seluruh faktor itu secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

    Padahal, hanya dengan 5 hingga 7 menit aktivitas ringan saat pagi, risiko tersebut bisa ditekan. Aktivitas sederhana seperti jalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan dapat membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan kadar gula darah, dan melindungi kesehatan jantung.

    “Berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling terkait. Mengabaikan kebiasaan pagi ini merupakan ancaman tersembunyi. Mengubahnya bisa menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

    Dr Sadoxai juga mengingatkan keluhan seperti, obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis dapat menjadi tanda awal gangguan metabolisme yang tidak boleh diabaikan.

    Berbagai respons pun datang dari para warganet yang mengikutinya di media sosial. Ada yang mengatakan bangun tidur lalu langsung terburu-buru ke kantor itu perlahan membunuh kita.

    “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit sebelum bersiap kerja. Saran ini masuk akal,” kata pengguna lainnya.

    Gejala dan Pencegahan Serangan Jantung

    Menurut NHS, serangan jantung atau infark miokard terjadi saat aliran darah ke jantung terhambat, yang umumnya akibat gumpalan darah.

    Gejala yang paling umum adalah nyeri dada, seperti rasa tertekan, berat, atau sesak. Tanda lain yang perlu diwaspadai antara lain nyeri menjalar ke lengan, rahang, leher, punggung, atau perut, pusing, keringat dingin, sesak napas, mual, hingga rasa cemas berlebihan.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat disarankan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta rutin berolahraga. Orang dewasa dianjurkan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: dr. Dhika Raspati Ungkap Bahaya Cardiac Arrest bagi Pelari Trail”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Coba Hitung Ada Berapa Hewan yang Sembunyi! Kalau Salah Bisa Jadi Harus Cek Mata

    Coba Hitung Ada Berapa Hewan yang Sembunyi! Kalau Salah Bisa Jadi Harus Cek Mata

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Jumat, 19 Des 2025 13:01 WIB

    Jakarta – Butuh waktu refreshing sekaligus cek matamu? Coba mampir dulu di soal-soal ini. Jangan buru-buru lihat jawaban ya, detikers!

  • Pangan Ilegal Jelang Nataru Makin Banyak, Kepala BPOM Wanti-wanti Bahayanya

    Pangan Ilegal Jelang Nataru Makin Banyak, Kepala BPOM Wanti-wanti Bahayanya

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menemukan adanya peningkatan temuan produk pangan ilegal jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar mengungkapkan temuan produk pangan ilegal dalam intensifikasi pengawasan jelang Nataru 2025 secara offline dan online, sebanyak 126.136 pcs dengan nilai Rp 42,16 miliar.

    Pada intensifikasi pengawasan Nataru tahun lalu, jumlah sarana yang diperiksa sebanyak 2.999 tempat. Sedangkan, jumlah sarana yang diperiksa pada tahun ini mencapai 1.612 tempat. Dalam periode yang sama, meski jumlah sarana yang diperiksa menurun, jumlah sarana yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) justru naik sebanyak 7 persen.

    “Pada tahun 2024, ditemukan 27,9 persen sarana (TMK), menjadi 34,9 sarana TMK pada tahun 2025. Hasil ini bisa menggambarkan rekam jejak pelanggaran sehingga kegiatan pengawasan dilakukan dengan berbasis risiko target,” ucap Taruna dalam konferensi pers di Kantor BPOM RI, Kamis (19/12/2025).

    Adapun jenis pelanggaran yang paling banyak ditemukan adalah produk impor yang dijual tanpa nomor izin edar. Kemudian disusul oleh produk kedaluwarsa, produk rusak, hingga produk yang ditambah dengan bahan kimia obat (BKO).

    Ada banyak risiko dari produk pangan ilegal. Misalnya pada produk tanpa nomor izin edar, registrasi ini diperlukan untuk memastikan produk aman dikonsumsi, bermutu, dan sesuai standar berlaku di Indonesia.

    Nomor izin edar juga berfungsi sebagai alat pengawasan dan perlindungan konsumen sehingga, produk pangan bisa ditelusuri dan ditindak jika menimbulkan masalah.

    Kemudian, misalnya pada produk kopi yang diamankan BPOM karena mengandung BKO. Kandungan BKO yang dimasukkan dalam produk pangan, dosisnya akan lebih sulit ditakar sehingga dapat memicu overdosis.

    “Bisa menyebabkan gangguan kesehatan berupa gagal ginjal, gagal jantung, bahkan kematian,” ucap Taruna.

    Lalu, produk kedaluwarsa dan rusak juga berbahaya karena rentan kontaminasi. Misalnya kontaminasi dari jamur atau bakteri. Apabila dikonsumsi, maka makanan tersebut dapat menyebabkan masalah infeksi pencernaan.

    “Lalu, kalau hubungan dengan barangnya rusak tentu juga berbahaya. Bisa termasuk, misalnya kemasannya terbuka, sehingga mikroorganisme bisa masuk. Akhirnya memicu gangguan kesehatan,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • 6 Gejala Kanker Usus Besar yang Bisa Dilihat Saat Buang Air Besar

    6 Gejala Kanker Usus Besar yang Bisa Dilihat Saat Buang Air Besar

    Jakarta

    Kanker usus besar biasanya tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Namun, seiring berkembangnya penyakit ini, pengidapnya mungkin mengalami nyeri perut, perdarahan, hingga perubahan pada feses.

    Tidak ada patokan buang air besar yang dianggap normal untuk semua orang. Pada dasarnya, tenaga kesehatan lebih memerhatikan pola yang normal dan konsisten. Jadi, penting untuk memerhatikan setiap perubahan pada pola normal buang air besar, sebab adanya perbedaan pada kebiasaan buang air besar bisa menandakan gejala kanker usus besar.

    Kanker Usus Besar yang Bisa Muncul saat Buang Air Besar

    Kenali beberapa gejala kanker usus besar yang bisa muncul saat buang air besar. Berikut di antaranya:

    1. Nyeri Saat Buang Air Besar

    Nyeri saat buang air besar menjadi gejala umum kanker usus besar di stadium awal. Dikutip dari laman Very Well Health, rasa nyeri ini disebut juga dengan diskezia.

    2. Perubahan Frekuensi Buang Air Besar

    Perubahan frekuensi buang air besar yang terus menerus merupakan salah satu tanda potensial kanker usus besar. Misalnya, jika biasanya seseorang buang air besar tiga kali sehari atau setiap dua hari sekali hal ini mungkin menandakan sembelit.

    Sebaliknya, jika pola buang air besar biasanya dua hari sekali dan kemudian hanya buang air besar sekali sehari, ini mungkin frekuensi yang tidak biasa dan menandakan adanya perubahan.

    3. Perubahan Bentuk Feses

    Feses yang tipis atau kecil, sering digambarkan seperti pita atau pensil juga bisa menjadi salah satu tanda kanker usus besar. Pada orang yang sebelumnya sehat, tinja yang mengecil bisa terjadi karena penyempitan pada usus besar. Kondisi tersebut dikenal sebagai sumbatan sebagian usus besar akibat kanker.

    4. Perubahan Warna Feses

    Perdarahan di usus besar karena kanker usus besar bisa menyebabkan warna merah terang atau merah tua pada feses. Lebih spesifiknya, jika perdarahan terjadi di usus besar bagian kanan, feses mungkin berwarna lebih merah marun atau ungu, karena perdarahan terjadi lebih jauh dari rektum.

    Jika tumor ada di usus besar bagian kiri, perdarahan cenderung menyebabkan feses berwarna merah terang. Jadi, jika ada darah dalam tinja, konsultasikan dengan tenaga kesehatan.

    5. Terus Menerus Ingin Buang Air Besar

    Perasaan terus-menerus ingin buang air besar meski baru melakukannya, bisa menjadi salah satu gejala kanker usus besar. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, tenesmus menyebabkan keinginan untuk buang air besar bahkan ketika usus kosong. Seseorang yang mengalaminya merasa perlu mengejan, tapi hanya ada sedikit feses atau bahkan tidak ada sama sekali.

    6. Sembelit dan Diare

    Sembelit dan diare yang bergantian bisa terjadi saat ada penyumbatan sebagian di usus akibat tumor. Sembelit bisa terjadi karena sulitnya mengeluarkan tinja melewati penyumbatan, diikuti dengan diare ketika isi yang tertahan kemudian dikeluarkan.

    Gejala-gejala ini tidak secara pasti menandakan adanya kanker usus besar. Bisa jadi, gejala yang disebutkan mengindikasikan adanya masalah lain di usus. Jadi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video KuTips: “Pemanasan” Mengenalkan Toilet Training pada Si Kecil!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/naf)

  • Video: Mulut Masih Bau Meski Rajin Sikat Gigi? Ini Bisa Jadi Penyebabnya!

    Video: Mulut Masih Bau Meski Rajin Sikat Gigi? Ini Bisa Jadi Penyebabnya!

    Video: Mulut Masih Bau Meski Rajin Sikat Gigi? Ini Bisa Jadi Penyebabnya!

  • Tes Gambar Ini Nggak Sesimpel yang Kamu Kira, Hanya yang Jeli Bisa Menjawab

    Tes Gambar Ini Nggak Sesimpel yang Kamu Kira, Hanya yang Jeli Bisa Menjawab

    Asah Otak

    Daffa Ghazan – detikHealth

    Kamis, 18 Des 2025 17:03 WIB

    Jakarta – Sekilas terlihat sederhana, tapi siluet pada gambar ini menyimpan beberapa hewan yang saling bertumpuk. Perlu mata jeli untuk menemukan semuanya.

  • Ilmuwan India Rilis Simulasi Potensi Pandemi Flu Burung H5N1, Begini Temuannya

    Ilmuwan India Rilis Simulasi Potensi Pandemi Flu Burung H5N1, Begini Temuannya

    Jakarta

    Dunia kini berada dalam kewaspadaan tinggi setelah tim peneliti dari India merilis simulasi mengerikan terkait potensi pandemi Flu Burung (H5N1) pada manusia.

    Ilmuwan memperingatkan bahwa otoritas kesehatan hanya memiliki ‘jendela waktu’ yang sangat sempit untuk mencegah kiamat kesehatan global sebelum semuanya terlambat.

    Penelitian terbaru dari pakar Philip Cherian dan Gautam Menon dari Ashoka University mengungkapkan bahwa keberhasilan menghentikan pandemi bergantung pada angka yang sangat kecil: dua kasus.

    Menggunakan platform simulasi canggih BharatSim, para peneliti memetakan bagaimana H5N1 bisa meledak di tengah populasi manusia. Jika pemerintah berhasil mengisolasi dan mengarantina kontak hanya dalam temuan dua kasus pertama, wabah dipastikan bisa padam.

    Namun, begitu jumlah pasien mencapai 10 orang, virus dipastikan sudah menyebar luas di masyarakat. Pada titik ini, wabah akan menjadi ‘kiamat pandemi’ yang mustahil dihentikan tanpa langkah ekstrem seperti lockdown total.

    Tingkat Kematian Flu Burung Tinggi

    Data WHO menunjukkan betapa mematikannya virus ini. Sejak 2003 hingga Agustus 2025, tercatat ada 990 kasus manusia dengan 475 kematian. Ini berarti H5N1 memiliki tingkat kematian (fatality rate) mencapai 48 persen, jauh lebih mengerikan dibandingkan COVID-19.

    “Ancaman pandemi H5N1 pada manusia adalah nyata. Kita hanya bisa berharap mencegahnya melalui pengawasan yang lebih ketat dan respon yang sangat gesit,” tegas Prof Menon kepada BBC.

    Meski saat ini dunia lebih siap dengan stok vaksin dan antivirus, para ahli virologi memperingatkan risiko “Re-assortment”. Jika H5N1 berhasil bercampur dengan virus flu musiman biasa, ia akan menciptakan strain baru yang tak terduga.

    Kondisi ini bisa memicu epidemi musiman yang “kacau dan tak terprediksi,” yang mampu melumpuhkan sistem kesehatan publik secara permanen.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Wanita 22 Tahun Kena Serangan Jantung gegara Stres Kerja, Sempat ‘Meninggal’ 7 Menit

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 22 tahun di Derbyshire, Inggris, nyaris meninggal setelah mengalami serangan jantung. Kondisi itu dipicu stres kerja.

    Ia sempat dinyatakan meninggal selama tujuh menit, sampai akhirnya diselamatkan oleh ayahnya yang melakukan pertolongan pertama atau CPR.

    Wanita bernama Courtney Stocks itu mendadak pingsan di halaman belakang rumahnya pada 16 November 2025, tepat saat kedua orang tuanya berkunjung. Ayahnya, Chris Watchorn (40), langsung menyadari kondisi darurat sang anak dan segera melakukan CPR hingga bantuan medis datang.

    “Saya benar-benar pingsan, tidak sadar. Saya sempat meninggal selama tujuh menit,” beber Courtney, dikutip dari The Sun.

    Courtney, yang bekerja sebagai perawat anjing dan menjalankan bisnisnya sendiri, mengaku kaget karena mengalami serangan jantung di usia yang masih sangat muda. Ia merasa sedang dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit serius.

    “Ini mengejutkan, terutama karena usia saya baru 22 tahun dan merasa sehat,” tuturnya.

    Gejala Sempat Muncul

    Beberapa minggu sebelum kejadian, Courtney memang mengalami sejumlah gejala. Mulai dari jantung berdebar, pusing, dan mual.

    Namun, semuanya itu dianggap sebagai bagian dari kecemasan akibat tekanan pekerjaan.

    “Saya orang yang mudah stres. Hal-hal kecil saja bisa membuat saya kewalahan. Pekerjaan sangat menegangkan, dan saya sering pulang dalam keadaan stres,” jelas Courtney.

    Dilarikan ke Rumah Sakit

    Courtney dilarikan ke rumah sakit dan dirawat secara intensif selama empat hari, sampai dipindahkan ke bangsal jantung. Dari hasil pemeriksaan, dokter menemukan ia memiliki kondisi bawaan, yakni mitral annular disjunction (MAD).

    MAD merupakan kelainan struktur jantung yang dapat memicu henti jantung mendadak. Dokter menyebut stres berat berperan mempercepat terjadinya serangan jantung tersebut.

    Untuk mencegah kejadian serupa, Courtney kini dipasangi alat defibrilator implan.

    “Karena saya terlahir dengan kondisi ini, cepat atau lambat memang bisa terjadi. Tapi, dokter bilang stres mempercepatnya,” terangnya.

    Melihat beberapa gejala yang dialaminya, Courtney baru mulai menyadari bahwa itu adalah tanda awal masalah jantung. Ia juga mengaku sering merasa pusing dan mual, terutama saat mandi, hingga harus menyalakan air dingin.

    “Gejala itu makin sering muncul menjelang kejadian. Saya pikir itu bukan apa-apa, ternyata jelas sebuah tanda,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)