Category: Detik.com Internasional

  • Timur Tengah Memanas, Akankah Houthi Makin Kuat?

    Timur Tengah Memanas, Akankah Houthi Makin Kuat?

    Jakarta

    Dalam pidato terbaru, pemimpin kelompok pemberontak Houthi di Yaman dengan bangga mengumumkan pencapaian kelompoknya selama setahun terakhir: Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, menyerang target 193 kapal yang melintas di sekitar negara mereka dan meluncurkan lebih dari 1.000 rudal serta drone kepada musuh-musuhnya, termasuk Israel, demikian diumumkan Abdul-Malik al-Houthi. Semua ini, katanya, adalah bentuk dukungan bagi kelompok Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon.

    Houthi yang sebelumnya digambarkan sebagai “milisi compang camping bersandal” atau “petani bersenjata,” kini mampu meluncurkan rudal balistik ke Israel dan baru-baru ini menembak jatuh drone AS.

    Dan sejauh ini, tampaknya tidak ada yang mampu menghentikan aksi kelompok Houthi, baik pasukan maritim internasional yang melindungi kapal barang di Laut Merah, maupun rangkaian pengeboman dari udara di wilayah yang mereka kuasai.

    “Pemberontak Houthi semakin kuat, lebih ahli secara teknis, dan lebih menonjol sebagai anggota Poros Perlawanan daripada di awal perang,” tulis Mike Knights, peneliti senior di Washington Institute for Near East Policy bulan ini dalam sebuah analisis.

    Apa yang disebut “Poros Perlawanan” ini terdiri dari kelompok milisi bersenjata yang berbasis di Gaza, Lebanon, Irak, dan Yaman, yang semuanya, hingga tingkat tertentu, didukung oleh Iran dan menentang Israel serta AS.

    “Milisi bersenjata Houthi bisa dikatakan telah melewati setahun perang tanpa mengalami kemunduran besar,… dan memberikan performa militer terbaik di antara semua pemain dalam Poros Perlawanan,” jelas Knights.

    Akibatnya, Houthi semakin menonjol sebagai anggota Poros Perlawanan, dan pemimpin mereka, al-Houthi, bahkan diproyeksikan untuk menggantikan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Israel bulan lalu, dan berperan sebagai semacam pimpinan simbolis dari aliansi pro-Iran.

    Apakah Houthi akan semakin menjadi ancaman?

    Para ahli mengatakan sangat mungkin, dengan sejumlah faktor yang mendukung.

    Pertama, jarak mereka dari Israel menjadi keuntungan: Tidak seperti beberapa kelompok lain dalam Poros Perlawanan, seperti Hezbollah dan Hamas, Houthi berada pada posisi sejauh lebih dari 2.000 kilometer dari Israel, kata Albasha kepada DW.

    “Selain itu, Hezbollah telah berada di bawah pengawasan Israel selama empat dekade, sedangkan pengetahuan tentang Houthi masih terbatas jika membandingkan,” tambah analis tersebut.

    Milisi bersenjata Houthi juga telah terlibat dalam pertempuran selama beberapa dekade, pertama sebagai bagian dari pemberontakan melawan kediktatoran Yaman sejak 2004, lalu sejak 2014 dalam perang saudara melawan kekuasaan presiden Abed Rabbo Mansur Hadi yang didukung Arab Saudi , dan yang terbaru melawan koalisi internasional yang dipimpin Saudi yang mendukung lawan mereka dalam perang saudara tersebut.

    “Selama puluhan tahun konflik, Houthi telah mendesentralisasi semua aspek operasinya, mulai dari pasokan bahan bakar dan makanan hingga pembuatan senjata,” lanjut Albasha. Pangkalan mereka tersembunyi di pegunungan Yaman dan di terowongan bawah tanah, membuat serangan udara kurang efektif, dan “rekam jejak yang kuat dalam operasi darat” mereka membuat pasukan asing enggan melakukan invasi darat, katanya.

    Houthi juga telah menjalin kontak lebih jauh ke luar negeri. Mereka memiliki kantor di Irak dan mengklaim serangan terhadap Israel bekerja sama dengan milisi yang didukung Iran di Irak.

    Rudal dari Iran

    Houthi kemungkinan juga mendapatkan dukungan senjata yang lebih baik dari Iran. “Sebelum 7 Oktober 2023, Iran memasok Houthi dengan versi lama dari rudal dan drone,” jelas Albasha. “Sekarang Houthi meluncurkan varian modifikasi dari rudal balistik jarak menengah Iran, Kheibar Shekan. Hanya masalah waktu sebelum rudal hipersonik Fattah Iran muncul di Yaman, jika belum ada.”

    Seperti yang diuraikan Knights dalam studinya pada bulan Oktober, Yaman akan menjadi tempat ideal bagi rudal semacam itu karena lokasinya dan potensinya untuk menyembunyikan senjata di pegunungan.

    Mengingat lokasi mereka yang dekat dengan Arab Saudi dan UEA, Houthi juga memiliki potensi untuk menyerang tetangga mereka dan lebih jauh mengganggu perdagangan serta bisnis global. Minggu lalu, saat mengumumkan serangan rudal terhadap Israel, juru bicara Houthi menyatakan, mereka menganggap semua “kepentingan Amerika dan Inggris di kawasan berada dalam jangkauan serangan.”

    Jika Israel akhirnya menyerang fasilitas produksi energi Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran baru-baru ini, Houthi kemungkinan akan merespons dengan menargetkan fasilitas energi sekutu AS. Mereka sebelumnya telah menembakkan roket ke fasilitas produksi minyak Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

    “Itu tentu hal yang perlu dikhawatirkan,” kata Mick Mulroy, peneliti senior di Middle East Institute yang berbasis di Washington dan mantan wakil asisten sekretaris pertahanan AS, kepada DW selama diskusi panel daring minggu lalu. “Houthi bisa menyerang infrastruktur negara tetangga dan Iran bisa memasang ranjau laut di Selat Hormuz. Iran jelas memiliki kapasitas untuk melakukan itu, yang pada dasarnya akan menghentikan transportasi energi dari kawasan tersebut, menyebabkan guncangan ekonomi global. Dan tentu saja, Houthi bisa terus menyerang kapal barang,” jelasnya.

    Houthi: ‘Kami tidak peduli’

    Alasan lain mengapa Houthi bisa menjadi lebih penting adalah sikap kelompok tersebut.

    “Dengan dua dekade kemenangan di belakang mereka, Houthi semakin berani,” jelas Albasha. “Banyak anggota milisi telah berperang sejak masa muda, dan tidak punya banyak beban takut kehilangan. Mentalitas ‘mengapa tidak?’ ini memberi mereka keuntungan strategis, dan mereka mungkin melanggar batas yang tidak berani dilintasi oleh orang lain,” tambahnya.

    “Bagi Iran, Houthi bisa dianggap sebagai beban sekaligus bentuk pengaruh,” kata Ibrahim Jalal, seorang peneliti non-residen dan ahli Yaman di Carnegie Middle East Center. “Mereka menjadi pengaruh karena sulit diprediksi, namun juga beban karena mereka terus-menerus memilih untuk meningkatkan eskalasi. Presiden Iran bahkan pernah menyebutkan bahwa orang-orang ini ‘gila’.”

    Jalal mengisahkan bagaimana pada suatu tahap, tak lama setelah AS mengancam akan memberikan tanggapan militer terhadap serangan Houthi terhadap kapal barang yang melintasi kawasan, milisi Houthi mulai meneriakkan, “kami tidak peduli, jadikan ini perang besar dunia” dalam rapat umum mereka.

    “Dan mereka benar-benar tidak peduli, ini sedikit gila,” kata Jalal. “Dan itu mencerminkan betapa mereka tidak peduli pada populasi sipil Yaman, yang telah mengalami penderitaan kemanusiaan dan ekonomi luar biasa selama dua dekade terakhir. Kini mereka [Houthi] mengundang lebih banyak masalah lagi, seperti serangan udara Israel terhadap infrastruktur sipil, yang berarti warga sipil Yaman akan semakin menderita.”

    Editor: Anne Thomas

    Artikel ini diterjemahkan dari DW bahasa Inggris

    (ita/ita)

  • Lebanon Membara, Turki Kirim Kapal untuk Evakuasi Ribuan Warganya

    Lebanon Membara, Turki Kirim Kapal untuk Evakuasi Ribuan Warganya

    Ankara

    Pemerintah Turki mengirimkan kapal untuk mengevakuasi sekitar 2.000 warganya dari Lebanon. Evakuasi lewat jalur laut ini dilakukan Ankara saat wilayah Lebanon terus digempur militer Israel yang berkonflik dengan kelompok Hizbullah.

    Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (8/10/2024), mengumumkan bahwa dua kapal Angkatan Laut akan berangkat dari pelabuhan di Provinsi Mersin menuju ke Beirut pada Selasa (8/10) waktu setempat.

    Diperkirakan ada sekitar 14.000 warga negara Turki yang tinggal dan terdaftar di konsulat negara itu di Lebanon.

    Para pejabat Ankara mengatakan pihaknya telah menyusun rencana darurat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon, karena situasi keamanan yang memburuk di lapangan.

    Sekitar 2.000 warga Turki yang akan dievakuasi dari jalur laut itu merupakan orang-orang yang telah mengajukan permohonan untuk meninggalkan Lebanon.

    Sumber Kementerian Luar Negeri Turki secara detail mengatakan bahwa sekitar 2.500 warga Turki sebenarnya mengajukan permohonan untuk dievakuasi dari Lebanon, namun setelah pemeriksaan lanjutan ditentukan kapasitas kapal hanya memenuhi sebanyak 2.000 orang.

    Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa kapal-kapal yang mengevakuasi warga Turki itu diperkirakan akan meninggalkan Lebanon pada Rabu (9/10) besok waktu setempat.

    Disebutkan juga bahwa proses evakuasi akan dilanjutkan pada hari-hari berikutnya jika diperlukan. Selain menjemput warga Turki, kapal evakuasi itu juga akan mengangkut bantuan kemanusiaan ke Lebanon.

    Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Turki mengumumkan bahwa pedoman untuk evakuasi warga negara ketiga via Turki juga telah ditentukan, dan bahwa persiapan yang diperlukan sedang dilakukan melalui kerja sama dengan hampir 20 negara yang telah meminta dukungan.

    Simak: Video: Detik-detik Ledakan di Lebanon Imbas Serangan Israel

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Akan Serang Hizbullah dari Laut, Warga Lebanon Diminta Jauhi Pantai

    Israel Akan Serang Hizbullah dari Laut, Warga Lebanon Diminta Jauhi Pantai

    Tel Aviv

    Militer Israel merilis perintah evakuasi terbaru untuk warga sipil Lebanon yang diminta tidak memasuki laut atau berada di area pantai di wilayah selatan negara tersebut. Perintah evakuasi itu mengindikasikan militer Tel Aviv akan memulai operasi melawan kelompok Hizbullah dari area maritim.

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) khusus bahasa Arab, Kolonel Avichay Adraee, seperti dilansir The Times of Israel dan The National, Selasa (8/10/2024), mengumumkan perintah evakuasi terbaru itu pada Senin (7/10) malam waktu setempat.

    Perintah evakuasi itu meminta warga sipil Lebanon untuk menjauhi tepi pantai dan laut yang membentang sepanjang 60 kilometer di sepanjang Laut Mediterania.

    Dalam pengumumannya, Adraee menyebut “peringatan mendesak” itu berlaku untuk orang-orang yang sedang berlibur, para pengunjung pantai, dan siapa pun yang menggunakan kapal untuk memancing atau penggunaan lainnya dari Sungai Awali — yang terletak di utara Sidon — ke arah selatan Lebanon.

    Dia mengatakan bahwa Angkatan Laut Israel akan segera memulai operasi melawan Hizbullah di area tersebut.

    “(Militer Israel) Akan segera beroperasi di wilayah maritim (melawan Hizbullah),” sebut Adraee dalam pengumumannya via media sosial X.

    “Demi keselamatan Anda, jangan berada di laut atau area pantai mulai sekarang hingga pemberitahuan lebih lanjut. Berada di tepi pantai, dan pergerakan perahu di area jalur Sungai Awali ke arah selatan, menjadi ancaman bagi kehidupan Anda,” imbaunya dalam pesan untuk warga sipil Lebanon.

    Perintah evakuasi itu, menurut The National, secara efektif memisahkan sepertiga wilayah selatan negara itu dari seluruh wilayah Lebanon.

    Militer Israel terus menggempur Lebanon dari udara dan melancarkan operasi darat di wilayah selatan negara itu, yang diklaim fokus melawan Hizbullah. Pada Senin (7/10), Tel Aviv mengumumkan pasukannya telah melancarkan 120 serangan “dalam satu jam” terhadap posisi-posisi Hizbullah di Lebanon bagian selatan.

    Militer Israel juga mengumumkan penambahan pasukan dalam operasi darat di dalam wilayah Lebanon, dekat perbatasan. Diklaim oleh Tel Aviv bahwa operasi darat mereka di Lebanon dilakukan secara “terlokalisasi, terbatas dan tepat sasaran”, namun skalanya terus meningkat sejak pekan lalu.

    Terkait operasi darat itu, militer Israel mengakui dua tentaranya tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah di Lebanon. Dengan demikian, jumlah korban tewas militer Israel di wilayah Lebanon sejauh ini bertambah menjadi 11 orang.

    Secara terpisah, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan puluhan kematian baru, termasuk 10 petugas pemadam kebakaran yang tewas akibat serangan udara yang menghantam sebuah gedung di area perbatasan.

    Total sekitar 2.000 orang tewas di Lebanon sejak kelompok Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza setahun lalu. Hizbullah menyebut rentetan serangannya terhadap Israel sebagai solidaritas untuk Palestina dan Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran-Israel Memanas, Negara-negara Arab Pilih Sikap Netral

    Iran-Israel Memanas, Negara-negara Arab Pilih Sikap Netral

    Doha

    Negara-negara Teluk Arab berusaha meyakinkan Iran akan netralitas mereka dalam konflik antara Teheran dan Israel. Sikap ini diberikan negara-negara Teluk Arab ketika kekhawatiran memuncak bahwa eskalasi konflik yang lebih luas dapat mengancam fasilitas minyak mereka.

    Para menteri dari negara-negara Teluk Arab dan Iran, menurut dua sumber yang dikutip Reuters, Selasa (8/10/2024), menghadiri pertemuan negara-negara Asia yang digelar oleh Qatar, pekan lalu, dengan pembahasan berpusat pada deeskalasi atau meredakan ketegangan.

    Teheran melancarkan serangan rudal besar-besaran terhadap Tel Aviv pada 1 Oktober lalu, dalam apa yang disebut sebagai pembalasan atas pembunuhan para pemimpin senior Hamas dan Hizbullah oleh Israel serta kejahatan Tel Aviv di Jalur Gaza dan Lebanon.

    Otoritas Iran menegaskan serangannya, yang melibatkan ratusan rudal itu, telah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut. Israel sendiri bersumpah akan membalas dengan keras serangan Iran tersebut.

    Para pejabat Tel Aviv, yang dikutip media Axios, mengatakan Israel bisa menargetkan fasilitas produksi minyak di dalam wilayah Iran dalam pembalasannya.

    Menurut salah satu sumber yang dikutip Reuters, deeskalasi yang mendesak telah menjadi agenda utama dalam semua diskusi yang berlangsung saat ini.

    Kementerian Luar Negeri Qatar, Kementerian Luar Negeri Iran, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab, Kementerian Luar Negeri Kuwait dan kantor komunikasi pemerintah Arab Saudi belum memberikan komentar resmi atas laporan tersebut.

    Iran sejauh ini tidak mengancam akan menyerang fasilitas minyak di kawasan Teluk Arab. Namun Teheran telah memperingatkan jika “para pendukung Israel” melakukan intervensi langsung, maka kepentingan mereka di kawasan akan menjadi sasaran.

    “Negara-negara Teluk berpendapat kecil kemungkinannya bahwa Iran akan menyerang fasilitas minyak mereka, namun Iran memberikan petunjuk bahwa mereka akan melakukan serangan semacam itu dari sumber-sumber tidak resmi. Ini adalah alat yang dimiliki Iran untuk melawan AS dan perekonomian global,” sebut komentator Saudi, Ali Shihabi, yang dekat dengan otoritas Kerajaan Riyadh.

    Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar telah memulihkan hubungan politik dengan Iran dalam beberapa tahun terakhir, yang telah membantu dalam meredakan ketegangan regional. Namun demikian, hubungan kedua negara masih sulit hingga kini.

    Riyadh selama ini mewaspadai serangan Teheran terhadap fasilitas minyak mereka, terutama sejak serangan terhadap kilang minyak utama mereka di Abqaiq tahun 2019 lalu memicu penutupan singkat terhadap lebih dari 5 persen pasokan minyak global. Iran telah membantah terlibat dalam serangan itu.

    “Pesan GCC kepada Iran adalah ‘tolong deeskalasi’,” ungkap Shihabi dalam pernyataannya, merujuk pada Dewan Kerja Sama Teluk yang terdiri atas Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Qatar dan Kuwait.

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian, saat menghadiri pertemuan di Doha pekan lalu, menegaskan bahwa negaranya akan siap untuk merespons, dan memperingatkan agar negara-negara Arab tidak “diam” dalam menghadapi “penghasutan perang” oleh Israel.

    “Segala jenis serangan militer, aksi teroris, atau pelanggaran garis merah kami akan ditanggapi dengan tegas oleh Angkatan Bersenjata kami,” tegasnya.

    Simak: Video Iran: Israel Mengira Dapat Rebut Gaza, Tapi Setahun Berlalu dan Mereka Gagal

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Separatis di Pakistan Targetkan Warga China, Ada Apa?

    Separatis di Pakistan Targetkan Warga China, Ada Apa?

    Jakarta

    Kedutaan Besar Cina di Pakistan mengonfirmasi bahwa dua warga negara Cina tewas dan satu orang terluka dalam ledakan di dekat Bandara Internasional Jinnah di Karachi pada Minggu (6/10).

    Sebanyak tiga orang tewas dan setidaknya 11 orang terluka dalam apa yang digambarkan pihak berwenang Pakistan sebagai “serangan teroris.”

    Menurut pernyataan Kedutaan Besar Cina, sebuah konvoi yang membawa staf Cina dari Port Qasim Electric Power Company (Private) Limited menjadi sasaran serangan.

    Kementerian Luar Negeri Pakistan pada Senin (7/10) mengatakan bahwa para pelaku tidak akan dibiarkan lolos dari hukuman.

    “[…] Badan keamanan dan penegak hukum Pakistan tidak akan menyisakan upaya untuk menangkap pelaku dan fasilitatornya. Tindakan barbar ini tidak akan dibiarkan tanpa hukuman,” demikian pernyataan tersebut.

    Kantor berita Reuters melaporkan bahwa kelompok militan separatis Balochistan Liberation Army (BLA) mengeklaim bertanggung jawab atas serangan hari Minggu (06/10) tersebut.

    Apa yang dilakukan warga negara Cina di Pakistan?

    Ribuan pekerja Cina di Pakistan sebagian besar terlibat dalam proyek Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC), yang merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) senilai miliaran dolar dari Beijing.

    Proyek ini bertujuan untuk menghubungkan provinsi Xinjiang di barat Cina dengan laut melalui Pakistan. Hal ini akan mempersingkat rute perdagangan Cina dan membantu menghindari Selat Malaka, jalur laut sempit yang menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik.

    Pakistan, di sisi lain, diharapkan mendapat manfaat dari peningkatan perdagangan, infrastruktur, dan industri di sepanjang koridor sepanjang 2.000 kilometer tersebut, yang seluruhnya dibiayai oleh Cina.

    Meskipun proyek ini akan meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi, banyak penduduk provinsi Balochistan, yang merupakan pusat CPEC, menentangnya.

    Ancaman konflik di Balochistan

    Balochistan, provinsi barat daya Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan dan Iran, adalah provinsi termiskin dan paling sedikit penduduknya. Kelompok pemberontak telah melakukan pemberontakan separatis selama beberapa dekade, mengeluh bahwa Islamabad dan provinsi Punjab yang lebih kaya mengeksploitasi sumber daya mereka secara tidak adil.

    Pemerintah Pakistan telah mencoba mengakhiri pemberontakan ini dengan cara militer.

    Separatis Baloch mengeklaim bahwa Cina berinvestasi di Gwadar, kota kecil nelayan di Balochistan yang memainkan peran penting dalam proyek CPEC, untuk mengeksploitasi sumber daya alam provinsi tersebut.

    Proyek-proyek Cina di seluruh provinsi dan di bagian lain negara itu, termasuk kota pelabuhan Karachi, telah menjadi sasaran serangan militan Baloch selama bertahun-tahun.

    Pada 2018, BLA menyerang konsulat Cina di Karachi. Pada April 2021, sebuah serangan bunuh diri di luar hotel mewah di Quetta, tempat duta besar Cina menginap, menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya.

    Dalam beberapa tahun terakhir, BLA semakin meningkatkan serangan, menargetkan militer Pakistan sebagai balasan atas pengamanan proyek-proyek Cina.

    Pada Agustus, BLA meluncurkan serangan terkoordinasi di provinsi tersebut yang menewaskan lebih dari 70 orang.

    “Serangan telah meningkat selama beberapa waktu, mencerminkan militan separatis yang semakin berani dan marah terhadap investasi Cina, serta kapasitas yang semakin besar untuk melaksanakan operasi semacam ini,” ujar Michael Kugelman, pakar Asia Selatan di Woodrow Wilson International Center for Scholars yang berbasis di Washington, kepada DW.

    Tuntutan hak untuk Balochistan

    Selain kelompok militan yang berjuang melawan Islamabad, ada beberapa partai politik dan kelompok hak asasi yang menuntut hak bagi provinsi dan masyarakat Baloch secara damai.

    Kelompok-kelompok ini telah mengkritik keras tindakan pihak berwenang Pakistan di provinsi tersebut, menuduh militer dan badan intelijen melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

    Para analis mengatakan bahwa protes massal baru-baru ini di Balochistan menyoroti meningkatnya ketidakpuasan di antara penduduk lokal.

    “Sepuluh tahun setelah peluncuran CPEC, janji untuk mengubah Gwadar menjadi kota seperti Shenzhen, Hong Kong, atau Dubai belum terpenuhi,” ujar Kiyya Baloch, seorang jurnalis dan komentator yang telah meliput Balochistan secara luas, kepada DW, menambahkan bahwa gerakan perdamaian dimaksudkan untuk menentang kebijakan Beijing dan Islamabad terhadap provinsi tersebut.

    Baloch Yakjehti Committee (BYC), sebuah kelompok hak yang mengkampanyekan hak-hak sipil, politik, dan sosial ekonomi masyarakat Baloch, jadi kelompok yang paling vokal menyuarakan tuntutannya pada aksi demonstrasi baru-baru ini di Balochistan. Gerakan ini telah memobilisasi orang-orang dan menyelenggarakan demonstrasi besar di seluruh wilayah.

    Mahrang Baloch, pemimpin BYC, mengatakan kepada DW bahwa mereka mengorganisir “gerakan melawan genosida Baloch,” menuduh pihak berwenang Pakistan melakukan ribuan penghilangan paksa dan pembunuhan di luar hukum.

    “Cina atau negara lain yang berinvestasi di Balochistan terlibat langsung dalam genosida Baloch. Penghilangan paksa dan pengusiran paksa di wilayah pesisir Makran sangat besar. Mereka menjarah sumber daya kami tanpa memberi manfaat kepada penduduk lokal Baloch,” katanya.

    Situasi yang bergejolak

    Militer Pakistan melabeli BYC sebagai “proksi” bagi apa yang disebutnya teroris dan mafia kriminal.

    “Strategi mereka adalah mengumpulkan kerumunan dengan dana asing, menghasut kerusuhan di antara masyarakat, menantang otoritas pemerintah dengan melempar batu, melakukan perusakan, dan membuat tuntutan yang tidak masuk akal,” ujar Ahmed Sharif Chaudhry, kepala bagian media militer, kepada wartawan pada bulan Agustus.

    “Tapi ketika negara bertindak, mereka menggambarkan diri mereka sebagai korban yang tidak bersalah,” tambahnya.

    Qamar Cheema, seorang analis pertahanan, menggambarkan situasi keamanan di provinsi tersebut sebagai “bergejolak,” mengutip serangan militan yang merajalela terhadap instalasi militer.

    “Untuk mengatasi situasi di mana Beijing telah berinvestasi secara besar-besaran, harus ada perdamaian dan stabilitas, dan negara harus bertindak untuk mengendalikan situasi,” katanya kepada DW.

    Editor: Srinivas Mazumdaru

    Artikel ini diterjemahkan dari DW bahasa Inggris

    (ita/ita)

  • Israel Sebut Belum Saatnya Menghentikan Perang

    Israel Sebut Belum Saatnya Menghentikan Perang

    Anda sedang membaca rangkuman sejumlah berita utama dari mancanegara yang terjadi dalam 24 jam terakhir.Dunia Hari Ini, edisi Selasa, 8 Oktober 2024, kita awali dari perang di Timur Tengah.

    Perang Timur Tengah berlanjut

    Militer Israel mengeluarkan peringatan evakuasi baru bagi penduduk di sejumlah gedung di selatan Beirut, diikuti dengan lebih banyak serangan di ibu kota Lebanon tersebut.

    Dua kelompok yang dianggap militar, Hamas dan Hizbullah, juga menembakkan rentetan roket ke Israel untuk menandai setahun serangan Hamas pada 7 Oktober, yang disebutkan sebagai serangan teror.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia “tidak akan menghentikan perang sebelum waktunya” dalam pesan yang direkam selama upacara peringatan 7 Oktober.

    “Dalam setiap pertemuan saya dan istri dengan para pejuang, dengan yang terluka, dengan keluarga yang ditinggalkan, kami mendengar pesan yang sama berulang kali: kita tidak boleh menghentikan perang sebelum waktunya,” katanya.

    Amerika Serikat sudah memperingatkan Israel untuk tidak menyerang bandara Beirut atau jalanan menuju bandara, agar warga Amerika Serikat dan warga negara lainnya bisa keluar dari Lebanon.

    Pemerkosa dan pembunuh dokter di India didakwa

    Polisi India mendakwa seorang pria dengan tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter perempuan, yang kasusnya juga memicu protes besar-besaran.

    Tersangka bernama Sanjoy Roy ditangkap sehari setelah penemuan jasad dokter berusia 31 tahun di sebuah rumah sakit pemerintah di kota Kolkata.

    “Sanjoy Roy telah didakwa atas pemerkosaan dan pembunuhan dokter pascasarjana magang yang sedang bertugas di dalam rumah sakit,” kata seorang pejabat Biro Investigasi Pusat (CBI) kepada AFP.

    Roy, pria 33 tahun yang banyak diberitakan oleh media India, bekerja sebagai relawan di rumah sakit dan kini menghadapi hukuman mati jika terbukti bersalah.

    Peraih Nobel bidang Kedokteran

    Majelis Nobel mengatakan dalam sebuah pernyataan jika Victor Ambros dan Gary Ruvkun berhasil melakukan penemuan molekul RNA kecil, yang memainkan peran penting dalam regulasi gen.

    “Penemuan inovatif mereka mengungkapkan prinsip regulasi gen yang sama sekali baru yang ternyata penting bagi organisme multiseluler, termasuk manusia,” ujar lembaga Nobel.

    Para pemenang untuk bidang kedokteran dipilih dari universitas kedokteran Institut Karolinska Swedia dan menerima hadiah sejumlah 11 juta kroner Swedia.

    Pemenang Nobel di bidang kedokteran sebelumnya sudah banyak memberikan terobosan, seperti Ivan Pavlov yang dikenal karena eksperimennya tentang perilaku menggunakan anjing, dan Alexander Fleming, yang berjasa dalam penemuan penisilin.

    Siapa pemenang Fat Bear Week 2024?

    Ini adalah perayaan tahunan beruang cokelat di Taman Nasional Katmai untuk kemampuan mereka menambah berat badan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup selama hibernasi musim dingin.

    Selama musim panas, beruang-beruang ini melahap salmon agar bisa memiliki cadangan lemak penting sebelum menghadapi musim dingin di Alaska.

    Pemenang akan ditentukan lewat pemungutan suara, yang sudah dilakukan sejak awal Oktober lalu dan akan ditutup pada 8 Oktober mendatang.

  • Erdogan Bersumpah Israel Akan Membayar Harga untuk Genosida di Gaza

    Erdogan Bersumpah Israel Akan Membayar Harga untuk Genosida di Gaza

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah bahwa Israel akan membayar harga untuk “genosida” di Gaza. Hal itu disampaikan Erdogan pada Senin (7/10) waktu setempat, bertepatan dengan peringatan satu tahun perang di Gaza yang terjadi sejak serangan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober.

    “Tidak boleh dilupakan bahwa Israel cepat atau lambat akan membayar harga untuk genosida yang telah dilakukannya selama setahun dan masih terus berlanjut,” tulis Erdogan di media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter.

    Sebagai pendukung vokal perjuangan Palestina, termasuk Hamas, Erdogan sering mengecam Israel. Dia menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai “penjagal Gaza” dan menyamakannya dengan Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman.

    “Sama seperti Hitler yang dihentikan oleh aliansi kemanusiaan, Netanyahu dan jaringan pembunuhannya akan dihentikan dengan cara yang sama,” kata Erdogan, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Selasa (8/10/2024).

    “Dunia yang tidak bertanggung jawab atas genosida Gaza tidak akan pernah menemukan kedamaian,” imbuhnya.

    Pemimpin Turki yang sering memuji Hamas sebagai pejuang kebebasan tersebut, mengatakan bahwa apa yang telah dibantai di depan mata seluruh dunia selama tepat satu tahun “sebenarnya adalah seluruh umat manusia, dan semua harapan umat manusia untuk masa depan.”

    Erdogan juga mengkritik kegagalan sistem internasional untuk menghentikan konflik di Gaza dan sekarang di Lebanon. “Kebijakan genosida, pendudukan, dan invasi Israel yang telah berlangsung lama, sekarang harus diakhiri,” cetusnya.

    Sementara itu, Khaled Meshaal, pemimpin Hamas yang tinggal di pengasingan, mengatakan kelompoknya akan bangkit dari abu “seperti burung phoenix” meskipun mengalami kerugian besar-besaran selama setahun perang melawan Israel di Jalur Gaza. Meshaal menegaskan Hamas akan terus merekrut petempur dan memproduksi senjata.

    Meshaal, seperti dilansir Reuters, Selasa (8/10/2024), merupakan tokoh senior Hamas di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar. Dia menjadi pemimpin Hamas dari tahun 1996 hingga tahun 2017 lalu, dan berhasil selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel tahun 1997 silam, di mana dia sempat disuntik dengan racun.

    Setahun usai serangan Hamas yang memicu perang di Jalur Gaza, Meshaal menggambarkan konflik dengan Israel sebagai bagian dari narasi yang lebih luas selama 76 tahun, yang bermula dari apa yang disebut oleh Palestina sebagai “Nakba” ketika banyak orang menjadi pengungsi pada perang tahun 1948 yang menyertai terciptanya Israel.

    “Sejarah Palestina terbuat dari siklus,” sebut Meshaal yang kini berusia 68 tahun, dalam wawancara eksklusif dengan Reuters yang dilakukan di Doha, Qatar.

    “Kami telah melewati fase di mana kami kehilangan para martir (korban) dan kami kehilangan sebagian dari kemampuan militer kami, tapi kemudian semangat Palestina bangkit kembali, seperti burung phoenix, syukur kepada Tuhan,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Fantastis! Bantuan Militer AS ke Israel Capai Rp 280 T Selama Perang Gaza

    Fantastis! Bantuan Militer AS ke Israel Capai Rp 280 T Selama Perang Gaza

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan telah memberikan bantuan militer ke Israel sebesar US$ 17,9 miliar atau setara Rp 280,2 triliun sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, atau dalam setahun terakhir.

    Washington juga dilaporkan menghabiskan sekitar US$ 4,86 miliar (Rp 76 triliun) dalam pertempuran melawan kelompok Houthi dari Yaman.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (8/10/2024), hal tersebut diungkapkan dalam laporan terbaru yang dirilis Brown University, salah satu universitas terkemuka dan tertua di AS, pada Senin (7/10) waktu setempat, saat peringatan setahun serangan Hamas terhadap Israel yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Namun, laporan itu selesai disusun sebelum Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengumumkan pengerahan pasukan dan aset tambahan di Timur Tengah pada pekan lalu, serta dimulainya operasi darat Israel ke Lebanon. Hal itu diperkirakan memakan biaya ratusan juta, bahkan miliaran dolar bagi AS.

    Laporan tersebut juga tidak memasukkan upaya AS, pekan lalu, yang membantu Israel menggagalkan serangan besar-besaran Iran yang melibatkan nyaris 200 rudal. Perkiraan kasar menunjukkan upaya Washington itu menelan biaya sebesar US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun), dengan 12 Rudal Standar dikerahkan.

    Beberapa senjata yang dikirimkan AS selama setahun terakhir mencakup peluru artileri, bom penghancur bungker seberat 2.000 pon, dan bom berpemandu presisi. Pengisian kembali pertahanan udara Iron Dome dan David’s Sling di Israel juga merupakan bagian besar dari bantuan AS.

    “Pelaporan pemerintah yang tambal-sulam mengenai bantuan militer AS ke Israel sangat kontras dengan perlakuan untuk bantuan militer ke Ukraina, di mana jumlah dolar, jalur pengiriman, dan sistem tertentu yang diberikan (termasuk berapa banyak) secara rutin dilaporkan dalam lembar fakta pemerintah secara teratur,” sebut laporan Brown University tersebut.

    Pekan lalu, militer AS telah mengumumkan pengerahan pasukan tambahan ke Timur Tengah saat pertempuran antara Hizbullah dan Israel meningkat.

    Pentagon tidak memberikan rincian soal pengerahan itu karena alasan keamanan operasi. Namun Komando Pusat AS atau CENTCOM menyebut tiga skuadron pesawat tambahan, F-15E, F-16 dan A-10, telah tiba di Timur Tengah, dengan satu skuadron telah tiba pada Selasa (1/10) pekan lalu.

    AS telah meningkatkan jumlah pasukannya dalam beberapa bulan terakhir, sehingga jumlah totalnya mencapai 40.000 personel. Tidak diketahui jelas berapa banyak lagi yang dikerahkan.

    Sementara untuk operasi militer yang dipimpin AS dalam menangkal serangan Houthi, laporan Brown University yang mengutip Angkatan Laut AS itu memperkirakan amunisi dengan total senilai US$ 1 miliar (Rp 15,6 triliun) telah digunakan sepanjang Juni.

    Laporan ini juga menghitung bahwa Pentagon mungkin membutuhkan tambahan dana darurat sebesar US$ 2 miliar (Rp 31,3 triliun) selama beberapa bulan ke depan untuk melanjutkan pertempuran melawan Houthi.

    AS telah mengerahkan beberapa kapal induk dan kelompok tempurnya ke perairan Laut Merah. Menurut laporan tersebut, kapal induk yang dipenuhi personel dan beroperasi penuh itu menghabiskan biaya hampir US$ 9 juta (Rp 140,9 miliar) setiap hari.

    “Jadi secara total, aktivitas AS di kawasan itu telah menelan biaya setidaknya sekitar US$ 4,86 miliar dan kemungkinan akan meningkat tajam kecuali konflik yang lebih luas dengan Houthi dan aktor-aktor regional lainnya telah diselesaikan,” demikian laporan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran Wanti-wanti Akan Balas Serangan Israel di Wilayahnya!

    Iran Wanti-wanti Akan Balas Serangan Israel di Wilayahnya!

    Jakarta

    Pemerintah Iran menegaskan bahwa mereka akan merespons dengan tegas setiap serangan Israel di wilayahnya. Meski begitu, pemerintah Iran juga menekankan bahwa mereka tidak menginginkan perang yang lebih luas di wilayah tersebut.

    Sebelumnya, militer Iran telah meluncurkan sekitar 200 rudal dalam serangan langsung keduanya terhadap Israel. Iran menyebut serangan rudal itu merupakan pembalasan atas terbunuhnya para pemimpin militan yang berpihak pada Teheran di wilayah tersebut dan seorang jenderal di Garda Revolusi Iran.

    Israel pun telah bersumpah untuk membalas serangan rudal Iran tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (8/10/2024), Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa republik Islam itu “tidak takut akan perang dan akan memberikan respons yang tegas dan tepat terhadap setiap tindakan baru oleh rezim Zionis”.

    Menlu Iran tersebut menyampaikan pernyataan tersebut dalam percakapan telepon dengan Menlu Mesir, Badr Abdelatty pada Senin (7/10) waktu setempat.

    Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan Iran telah menembakkan sekitar 200 rudal ke Israel minggu lalu.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran telah membuat “kesalahan besar” dengan serangan rudalnya itu. Serangan itu dilakukan menyusul tewasnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada 27 September lalu.

    Setelah Amerika Serikat mengatakan sedang membahas respons bersama dengan Israel, kepala staf militer Iran memperingatkan bahwa Teheran akan menyerang infrastruktur Israel, jika wilayahnya diserang.

    Sementara Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan militernya akan membalas siapapun yang menyerang negaranya dengan cara, waktu, dan tempat yang akan ditentukan. Gallant pun memperingatkan Iran bisa saja berakhir seperti Gaza atau Beirut jika mencoba membahayakan Tel Aviv.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Makin Panas! Hizbullah Tembakkan 190 Rudal Fadi 1 ke Israel

    Makin Panas! Hizbullah Tembakkan 190 Rudal Fadi 1 ke Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon, menembakkan sedikitnya 190 rudal “Fadi 1” ke wilayah Israel saat negara itu memperingati setahun serangan Hamas, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Hizbullah yang merupakan sekutu Hamas, seperti dilansir Reuters, Selasa (8/10/2024), mengatakan pasukannya menargetkan sebuah pangkalan militer di Haifa, kota terbesar ketiga di Israel, dengan rentetan rudal “Fadi 1” dan melancarkan serangan lainnya ke area Tiberias, yang berjarak 65 kilometer.

    Diklaim juga oleh Hizbullah, yang didukung Iran, bahwa kelompoknya juga menyerang wilayah utara Haifa dengan rentetan rudal.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut sekitar 190 proyektil telah memasuki wilayahnya pada Senin (7/10) waktu setempat.

    Disebutkan juga bahwa sedikitnya 12 orang mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara tersebut.

    Dalam pernyataannya, militer Tel Aviv menyebut bahwa Angkatan Udaranya telah melancarkan pengeboman besar-besaran terhadap target-target Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan.

    Militer Israel juga mengumumkan penambahan pasukan dalam operasi darat di dalam wilayah Lebanon, dekat perbatasan. Diklaim oleh Tel Aviv bahwa operasi darat mereka di Lebanon dilakukan secara “terlokalisasi, terbatas dan tepat sasaran”, namun skalanya terus meningkat sejak pekan lalu.

    Terkait operasi darat itu, militer Israel mengakui dua tentaranya tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah di Lebanon. Dengan demikian, jumlah korban tewas militer Israel di wilayah Lebanon sejauh ini bertambah menjadi 11 orang.

    Secara terpisah, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan puluhan kematian baru, termasuk 10 petugas pemadam kebakaran yang tewas akibat serangan udara yang menghantam sebuah gedung di area perbatasan.

    Total sekitar 2.000 orang tewas di Lebanon sejak kelompok Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza setahun lalu. Hizbullah menyebut rentetan serangannya terhadap Israel sebagai solidaritas untuk Palestina dan Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)