Category: Detik.com Internasional

  • Israel Gempur Suriah, 9 Orang Tewas Termasuk Komandan Hizbullah

    Israel Gempur Suriah, 9 Orang Tewas Termasuk Komandan Hizbullah

    Damaskus

    Serangan militer Israel menghantam sebuah apartemen milik Hizbullah yang ada di basis kubu milisi pro-Iran di selatan Damaskus, ibu kota Suriah. Sedikitnya sembilan orang tewas dalam serangan itu, termasuk seorang komandan.

    Kelompok pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, seperti dilansir AFP, Senin (11/11/2024), menyebut salah satu korban tewas merupakan seorang komandan Hizbullah yang berada di wilayah Suriah. Hizbullah merupakan kelompok yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran.

    Militer Israel semakin meningkatkan serangan terhadap Suriah beberapa waktu terakhir, terutama sejak eskalasi konflik terjadi dengan Hizbullah di Lebanon pada akhir September lalu.

    Direktur Syrian Observatory, Rami Abdel Rahman, mengatakan kepada AFP bahwa komandan Hizbullah yang tewas itu “aktif di Suriah dan memiliki kewarganegaraan Lebanon”. Belum diketahui nama komandan Hizbullah yang tewas.

    “Sembilan orang kehilangan nyawa mereka — empat warga sipil (seorang wanita dan tiga anaknya) yang berkewarganegaraan Suriah, dan lima orang lainnya, termasuk seorang komandan Hizbullah,” sebut Syrian Observatory, yang memiliki jaringan sumber yang luas di wilayah Suriah, dalam laporannya.

    Disebutkan oleh Syrian Observatory bahwa serangan Israel itu menghantam “sebuah apartemen yang ada di sebuah gedung di area Sayyida Zeinab” yang ada di selatan ibu kota Suriah.

    Laporan Syrian Observatory juga menyatakan bahwa 14 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut, yang disebut “menargetkan orang-orang di sebuah apartemen yang ditinggali oleh keluarga Lebanon dan beberapa anggota Hizbullah”.

  • Gencar, Netanyahu Sudah 3 Kali Bicara dengan Trump Soal Iran

    Gencar, Netanyahu Sudah 3 Kali Bicara dengan Trump Soal Iran

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berbicara tiga kali dengan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump selama beberapa hari terakhir tentang “ancaman Iran” terhadap keamanan Israel. Hal tersebut diungkapkan oleh kantor PM Netanyahu pada Minggu (10/11) waktu setempat.

    “Dalam beberapa hari terakhir, saya telah berbicara tiga kali dengan presiden terpilih Donald Trump… Pembicaraan yang dirancang untuk lebih mempererat aliansi yang kuat antara Israel dan AS,” kata Netanyahu, dikutip dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, dilansir kantor berita AFP, Senin (11/11/2024).

    “Kami sepakat tentang ancaman Iran dalam setiap aspek,” tambahnya selama rapat kabinet mingguan, menurut pernyataan kantor PM Israel tersebut.

    Netanyahu juga mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Trump tentang “peluang besar bagi Israel di bidang perdamaian dan perluasannya”.

    Amerika Serikat adalah sekutu utama dan pendukung militer Israel. Pemilihan presiden AS pada 5 November lalu yang dimenangkan oleh Trump, terjadi pada saat yang kritis bagi Timur Tengah di tengah perang di Gaza dan Lebanon yang terus berlangsung.

    Para pengamat percaya bahwa Netanyahu berharap Trump kembali ke Gedung Putih, mengingat persahabatan pribadi yang telah lama terjalin antara keduanya, serta sikap agresif mantan presiden AS itu terhadap musuh bebuyutan Israel, Iran.

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump telah memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem, mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan membantu menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab di bawah apa yang disebut Perjanjian Abraham.

    (ita/ita)

  • Ngeri, Mesin Boeing 787-9 Dreamliner Terbakar Usai Lepas Landas

    Ngeri, Mesin Boeing 787-9 Dreamliner Terbakar Usai Lepas Landas

    Roma

    Salah satu mesin pada pesawat Boeing 787-9 Dreamliner yang dioperasikan oleh maskapai China, Hainan Airlines, terbakar tak lama setelah lepas landas dari Bandara Fiumicino di Roma, Italia. Pesawat terpaksa terbang kembali ke Roma saat insiden itu terjadi.

    Pesawat yang mengudara dengan tujuan Shenzhen di China itu, seperti dilansir Reuters dan The Sun, Senin (11/11/2024), terpaksa berbalik arah dan terbang kembali ke Roma pada Minggu (10/11) waktu setempat, dengan kondisi mesin sebelah kanan terbakar di udara.

    Untungnya, pesawat berhasil mendarat darurat dengan selamat di Roma setelah sempat membuang bahan bakar ke laut.

    Pesawat itu dilaporkan membawa 249 penumpang dan 16 awak ketika insiden ini terjadi. Tidak ada laporan korban luka dalam insiden ini.

    Otoritas Penjaga Pantai Italia, dalam pernyataannya, menyebut pesawat itu diduga ditabrak seekor burung sebelum mesin bagian kanan terbakar di udara.

    Insiden yang melibatkan serangan burung tergolong sering terjadi dan dapat menjadi ancaman signifikan terhadap keselamatan pesawat.

    Para pejabat Bandara Fiumicino, dalam pernyataan terpisah, menyebut tidak ada penundaan terhadap lalu lintas udara di bandara sebagai imbas insiden tersebut.

    Saksikan juga Blak-blakan: Adi Wibowo Bangun Kota Pasuruan Lewat Wisata Religi Hingga Heritage

  • Akhirnya, Netanyahu Akui Setujui Ledakan Pager Massal di Lebanon

    Akhirnya, Netanyahu Akui Setujui Ledakan Pager Massal di Lebanon

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akhirnya mengakui pada Minggu (10/11) waktu setempat, bahwa dirinya menyetujui serangan mematikan pada bulan September lalu, terhadap perangkat komunikasi pager milik kelompok bersenjata Hizbullah, yang meledak di Lebanon. Ini merupakan pertama kalinya pemerintah Israel secara resmi mengakui keterlibatannya dalam ledakan pager massal di Lebanon tersebut.

    Hizbullah sebelumnya telah menyalahkan musuh bebuyutannya itu atas ledakan ribuan pager tersebut, dan bersumpah akan membalas dendam.

    “Netanyahu mengonfirmasi pada hari Minggu bahwa ia menyetujui operasi pager di Lebanon,” kata juru bicaranya Omer Dostri kepada AFP, Senin (11/11/2024) tentang serangan tersebut.

    Perangkat pager yang digunakan oleh para anggota Hizbullah dan pendukungnya meledak dua hari berturut-turut di supermarket, di jalan-jalan, dan di pemakaman pada pertengahan September lalu.

    Ledakan perangkat tersebut menewaskan hampir 40 orang dan melukai hampir 3.000 orang. Menyusul ledakan pager massal tersebut, otoritas Iran melarang pager dan walkie-talkie di semua penerbangan.

    “Masuknya perangkat komunikasi elektronik apapun, kecuali telepon seluler, ke dalam kabin penerbangan atau … ke dalam kargo yang tidak disertai penumpang, telah dilarang,” kantor berita Iran, ISNA melaporkan, mengutip juru bicara Organisasi Penerbangan Sipil Iran Jafar Yazerlo, dilansir AFP, Minggu (13/10/2024).

  • Rusia Akui Lihat Sinyal Positif dari Trump Soal Ukraina

    Rusia Akui Lihat Sinyal Positif dari Trump Soal Ukraina

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengatakan pihaknya melihat “sinyal positif” dari sikap Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap Ukraina.

    Namun, Kremlin juga memperingatkan bahwa sulit untuk memprediksi bagaimana perilaku Trump saat menjabat Presiden AS nantinya. Demikian seperti dilansir AFP, Senin (11/11/2024).

    “Sinyalnya positif. Trump selama pemilu berbicara tentang bagaimana dia memandang segala sesuatu melalui kesepakatan, bahwa dia dapat membuat kesepakatan yang dapat mengarah pada perdamaian,” sebut juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam wawancara dengan media pemerintah Rusia.

    Lebih lanjut, Peskov juga mengatakan sulit untuk memprediksi “sejauh mana dia akan tetap berpegang pada pernyataan yang disampaikan selama kampanye”.

    Media terkemuka AS, The Washington Post, sebelumnya melaporkan Trump telah berbicara dengan Presiden Vladimir Putin via telepon, dan mendesak pemimpin Rusia itu agar tidak meningkatkan perang di Ukraina. Namun laporan ini belum dikonfirmasi oleh otoritas Washington maupun Moskow.

    Disebutkan The Washington Post dalam laporannya bahwa Trump dan Putin membahas soal situasi di Ukraina, yang sejak Februari 2022 lalu diinvasi oleh Rusia.

    “Juga membahas tujuan perdamaian di benua Eropa, dan Trump menyatakan minatnya dalam pembicaraan lebih lanjut untuk membahas ‘penyelesaian perang Ukraina segera’,” sebut sejumlah sumber yang dikutip The Washington Post dalam laporannya, seperti dilansir kantor berita TASS.

    Lihat Video: Zelenskiy Beri Selamat untuk Kemenangan Trump, Ungkit soal Perdamaian

  • Tentaranya Bakar Bendera Lebanon, Israel: Pelanggaran Perintah!

    Tentaranya Bakar Bendera Lebanon, Israel: Pelanggaran Perintah!

    Tel Aviv

    Militer Israel memberikan reaksi keras terhadap perilaku sekelompok tentaranya, yang kedapatan membakar bendera nasional Lebanon saat dikerahkan dalam operasi memerangi kelompok Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan.

    Perilaku tentara-tentara Israel membakar bendera Lebanon itu, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (11/11/2024), terekam video yang beredar luas di media sosial sejak akhir pekan.

    Dalam video itu, terlihat sekitar setengah lusin orang berseragam militer Israel melompat-lompat sambil menyanyikan nyanyian keagamaan, dengan salah satu dari mereka membakar sebuah bendera Lebanon dengan korek api.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataannya menyebut perilaku seperti itu sebagai “pelanggaran perintah” oleh tentara-tentara tersebut.

    “Kami memandang tindakan beberapa tentara yang membakar bendera Lebanon di wilayah Lebanon bagian selatan sebagai pelanggaran perintah, tidak sejalan dengan nilai-nilai angkatan bersenjata, dan tidak selaras dengan tujuan kegiatan militer kami di Lebanon,” tegas Adraee dalam pernyataan berbahasa Arab via media sosial X.

    Dia juga menegaskan kembali bahwa militer Israel berperang melawan Hizbullah, bukan melawan Lebanon sebagai negara.

    “Perang kami adalah melawan teroris Hizbullah, yang tidak pernah benar-benar menjadi warga Lebanon dalam hal keyakinan, ideologi atau identitas,” sebutnya.

    Lihat juga Video: Tuntut Kemerdekaan Palestina, Demonstran Iran Bakar Bendera Israel-AS

  • Trump Hubungi Putin, Minta Tak Ada Peningkatan Serangan di Ukraina

    Trump Hubungi Putin, Minta Tak Ada Peningkatan Serangan di Ukraina

    Washington DC

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump disebut mendesak Putin agar tidak meningkatkan perang di Ukraina.

    Dilansir AFP, Senin (11/11/2024), The Washington Post melaporkan Trump melakukan panggilan telepon dari perkebunannya di Mar-a-Lago, Florida, pada hari Kamis atau beberapa hari setelah kemenangannya yang menakjubkan atas capres dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

    Steven Cheung, direktur komunikasi Trump, tidak mengonfirmasi percakapan tersebut. Cheung mengatakan ‘Kami tidak mengomentari panggilan telepon pribadi antara Presiden Trump dan para pemimpin dunia lainnya’.

    The Post, mengutip beberapa orang yang mengetahui panggilan telepon tersebut yang berbicara atas dasar anonimitas, melaporkan Trump telah mengingatkan Putin tentang kehadiran militer AS yang cukup besar di Eropa. Mereka mengatakan Trump juga menyatakan minatnya untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut guna membahas ‘penyelesaian perang Ukraina dengan segera’.

    Kemenangan Trump diyakini akan berdampak besar pada konflik Ukraina yang telah berlangsung hampir 3 tahun. Trump berulang kali menyatakan pertempuran it harus segera berakhir dan mengkritik dukungan Washington yang bernilai miliaran dolar untuk Kyiv.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, juga telah berbicara dengan Trump pada hari Rabu, di mana miliarder Elon Musk juga secara khusus bergabung dalam panggilan telepon tersebut. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang akan berakhir masa jabatannya, telah mengonfirmasi mereka akan mengirimkan bantuan sebanyak mungkin ke Ukraina sebelum pelantikan Trump pada tanggal 20 Januari.

    Penasihat Keamanan Nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan Gedung Putih ingin ‘menempatkan Ukraina pada posisi sekuat mungkin di medan perang sehingga pada akhirnya berada pada posisi sekuat mungkin di meja perundingan’.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan ‘Sinyalnya positif’. Dia menyebut Trump ingin perdamaian.

    “Setidaknya dia berbicara tentang perdamaian, dan bukan tentang konfrontasi,” ujar Peskov pada Minggu (10/11).

    Selama kampanyenya, Trump berulang kali berjanji untuk segera mengakhiri perang Ukraina, bahkan sebelum dia dilantik, meski tidak merinci bagaimana caranya. Trump dan sekutunya telah mencela pendanaan AS untuk Ukraina, sambil menyiratkan bahwa hal itu membantu mendanai hubungan korup yang pro-perang antara perusahaan pertahanan dan para pengkritik kebijakan luar negeri.

    Putra tertua Trump, Donald Trump Jr, juga membagikan klip pada hari Sabtu di Instagram yang memperlihatkan Zelensky berdiri di samping Trump dengan keterangan yang berbunyi ‘POV (sudut pandang): Anda tinggal 38 hari lagi dari kehilangan tunjangan Anda’.

    Setiap kesepakatan cepat di Ukraina disebut mengharuskan Kyiv untuk menyerahkan sebagian wilayah yang telah hilang kepada Rusia di selatan dan timur Ukraina. Mantan penasihat Trump, Bryan Lanza, mengatakan kepada BBC bahwa Ukraina harus melepaskan ambisi apapun untuk mendapatkan kembali Krimea, misalnya, yang diduduki oleh Rusia sejak tahun 2014.

    Dia mengatakan prioritas AS adalah untuk ‘perdamaian dan menghentikan pembunuhan’, meskipun tim transisi Trump mengklarifikasi bahwa dia tidak berbicara atas nama presiden terpilih. Kyiv, meskipun menghadapi kekurangan tenaga dan ketidakpastian atas dukungan AS, telah dengan tegas menentang penyerahan wilayah.

    Sekutu-sekutu Eropanya serta pemasok senjata seperti Inggris dan Prancis diketahui merasa gugup dengan langkah-langkah sepihak oleh Trump. Zelensky menganggap menyerahkan tanah atau memenuhi tuntutan lain dari Rusia hanya akan membuat Putin semakin berani dan memicu lebih banyak agresi. Trump dikabarkan ‘secara singkat mengangkat masalah tanah’ dalam panggilannya dengan Putin.


    Saksikan juga Blak-blakan: Adi Wibowo Bangun Kota Pasuruan Lewat Wisata Religi Hingga Heritage

    (haf/haf)

  • 3 Hal soal Rencana Pertemuan Trump-Biden Saat Peralihan Kekuasaan

    3 Hal soal Rencana Pertemuan Trump-Biden Saat Peralihan Kekuasaan

    Makan Siang Bersama

    Biden mengundang Trump ke Ruang Oval, yang merupakan ruang kerja Presiden AS. Mereka akan makan siang bersama di Gedung Putih.

    Dilansir CNN, Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan keduanya akan bertemu pada pukul 11.00 waktu setempat atas undangan Biden. Rincian tambahan tentang pertemuan tersebut akan dirilis.

    Pada Kamis (7/11), Trump mengatakan dia dan Biden telah sepakat untuk makan siang bersama ‘sebentar lagi’ ketika mereka berbicara melalui telepon. NBC News melaporkan Trump mengatakan bahwa pembicaraan dengan Biden dan Harris setelah Pilpres adalah ‘panggilan telepon yang sangat baik, sangat saling menghormati’.

    Tradisi di AS

    Undangan dari Presiden menjabat ke penerusnya merupakan tradisi di AS, meski sempat hilang pada tahun 2020.

    Jamuan dari Presiden AS ke Presiden terpilih usai pemilihan umum merupakan simbol transisi kekuasaan yang damai. Namun, Trump tidak menjamu Biden pada tahun 2020.

    Trump tidak menjamu Biden karena bersikeras ada kecuranan pada Pilpres AS tahun 2020. Trump juga tidak menghadiri pelantikan Biden pada tahun 2021.

    Kepala staf Trump yang akan datang, Susie Wiles, dan kepala staf Biden, Jeff Zients, telah melakukan kontak minggu ini mengenai transisi Trump dan mengoordinasikan pertemuan hari Rabu. Sumber CNN menambahkan bahwa Wiles, yang juga manajer kampanye Trump, dan Zients telah melakukan kontak selama beberapa bulan terakhir untuk membahas topik-topik seperti upaya pembunuhan pertama terhadap Trump dan perlindungan Secret Service.

    Biden secara implisit juga membandingkan dengan transisi 4 tahun lalu selama pidatonya pada hari Kamis (7/11). Dia menyebut langkah-langkah yang diambilnya tidak pernah ditawarkan Trump kepadanya saat pada tahun 2020.

    “Kampanye adalah kontes visi yang saling bersaing. Negara memilih satu atau yang lain. Kami menerima pilihan yang dibuat negara,” katanya sambil menegaskan bahwa dia menerima hasil pemilu.

    Ibu Negara Juga Gelar Jamuan

    Ibu negara yang akan datang, Melania Trump, juga telah diundang ke Gedung Putih untuk bertemu dengan ibu negara AS, Jill Biden. Namun, belum jelas kapan pertemuan itu akan terjadi.

    Selain tahun 2020, sudah menjadi tradisi bagi ibu negara saat ini untuk menjamu ibu negara yang akan datang di Gedung Putih. Pada 2016, ibu negara saat itu Michelle Obama menjamu Melania Trump untuk minum teh di Ruang Oval Kuning Gedung Putih dan mengajaknya berkeliling kediaman presiden tersebut.

    (haf/haf)

  • 38 Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Lebanon

    38 Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Lebanon

    Beirut

    Israel terus melancarkan serangan ke Lebanon. Akibatnya 38 orang tewas.

    Dilansir AFP, Senin (11/11), Israel yang tengah berperang dengan Hizbullah, meningkatkan serangan udara di Lebanon, terutama di wilayah selatan Lebanon dan pinggiran selatan Beirut.

    “Serangan musuh, Israel terhadap Almat di distrik Jbeil menewaskan 23 orang termasuk tujuh anak-anak,” kata Kementerian Kesehatan Lebanon dalam sebuah pernyataan.

    Serangan Israel menghantam sebuah rumah tak lama setelah seorang anggota Hizbullah tiba di sana untuk berkunjung, kata sumber keamanan Lebanon kepada AFP. Sumber menambahkan anggota Hizbullah itu terluka dan kemudian meninggal di rumah sakit.

    Rekaman AFPTV menunjukkan tim penyelamat mengobrak-abrik reruntuhan rumah yang hancur total dengan tangan kosong, mengeluarkan mayat-mayat yang terbungkus selimut sementara ekskavator memindahkan puing-puing.

    Anggota parlemen Hizbullah Raed Berro, salah satu anggota parlemen yang mewakili distrik Jbeil, berada di lokasi serangan dan membantah klaim Israel bahwa anggota atau senjata Hizbullah berada di antara warga sipil.

    “Tokoh penting militer dan keamanan biasanya berada di garis depan… bukan di belakang,” kata Berro kepada AFP.

    (isa/isa)

  • Bantahan Keras Iran Usai Dituduh Rencanakan Bunuh Trump

    Bantahan Keras Iran Usai Dituduh Rencanakan Bunuh Trump

    Washington DC

    Iran membantah dengan keras tudingan merencanakan pembunuhan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Iran menganggap tudingan yang beredar itu seperti komedi rendahan.

    Bantahan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. Dia berharap AS dan Iran mulai membangun rasa saling percaya.

    “Sekarang, skenario baru dibuat-buat, karena pembunuh tidak ada dalam kenyataan, penulis naskah didatangkan untuk membuat komedi kelas tiga,” kata Araghchi dalam sebuah posting di X seperti dilansir Reuters, Minggu (10/11/2024).

    Dia merujuk pada dugaan rencana yang menurut Washington diperintahkan oleh Garda Revolusi Iran untuk membunuh Trump. Araghchi menegaskan Iran menghormati pilihan rakyat AS.

    “Rakyat Amerika telah membuat keputusan mereka. Dan Iran menghormati hak mereka untuk memilih Presiden pilihan mereka. Jalan ke depan juga merupakan sebuah pilihan. Itu dimulai dengan rasa hormat,” kata Araghchi.

    Dia menegaskan Iran tak ingin memiliki senjata nuklir. Dia mengatakan kebijakan Iran selama ini didasarkan pada ajaran Islam dan perhitungan keamanan.

    “Iran TIDAK mengejar senjata nuklir, titik. Ini adalah kebijakan yang didasarkan pada ajaran Islam dan perhitungan keamanan kami. Membangun kepercayaan diperlukan dari kedua belah pihak. Ini bukan jalan satu arah,” ujarnya.

    “Iran akan bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri. Ada kemungkinan pembicaraan rahasia antara Teheran dan Washington akan terjadi. Jika ancaman keamanan terhadap Republik Islam dihilangkan, apa pun mungkin terjadi,” kata analis yang berbasis di Teheran, Saeed Laylaz.

    Saat berhadapan dengan musuh bebuyutan Israel, para pemimpin ulama Iran juga khawatir tentang kemungkinan terjadinya perang habis-habisan di wilayah tersebut. Israel saat ini terlibat dalam konflik dengan sekutu Teheran di Gaza dan Lebanon.

    AS Dakwa Pria Iran Rencanakan Pembunuhan Trump

    Sebelumnya, Pemerintah AS telah mengajukan tuntutan terhadap seorang pria Iran terkait dugaan rencana pembunuhan Trump. Dilansir BBC, Sabtu (9/11), Departemen Kehakiman AS pada hari Jumat membuka dakwaan terhadap Farhad Shakeri (51) yang dituduh ditugaskan untuk ‘memberikan rencana’ membunuh Trump.

    Pemerintah AS mengatakan Shakeri belum ditangkap dan diyakini berada di Iran. Dalam pengaduan pidana yang diajukan di pengadilan Manhattan, jaksa menuduh bahwa seorang pejabat di Garda Revolusi Iran memerintahkan Shakeri pada bulan September menyusun rencana untuk mengawasi dan membunuh Trump.

    “Departemen Kehakiman telah mendakwa seorang aset rezim Iran yang ditugaskan oleh rezim tersebut untuk mengarahkan jaringan rekan kriminal untuk melanjutkan rencana pembunuhan Iran terhadap targetnya, termasuk Presiden terpilih Donald Trump,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam sebuah pernyataan.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.