Category: Detik.com Internasional

  • Netanyahu Ancam Perang Intensif Jika Hizbullah Langgar Gencatan Senjata

    Netanyahu Ancam Perang Intensif Jika Hizbullah Langgar Gencatan Senjata

    Ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata itu juga mewajibkan pasukan Israel untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.

    Penarikan pasukan Israel itu dimulai ketika tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mulai dikerahkan untuk mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.

    Israel-Hizbullah Saling Tuding Melanggar Gencatan Senjata

    Beberapa jam sebelum pernyataan Netanyahu itu, militer Israel menuding Hizbullah melanggar gencatan senjata dan mengumumkan pasukannya telah menyerang fasilitas senjata Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan, usai mengidentifikasi apa yang mereka sebut sebagai “aktivitas teroris”.

    “Aktivitas teroris teridentifikasi di fasilitas yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon bagian selatan,” sebut militer Israel dalam pernyataannya, sembari menyebut “ancaman tersebut telah digagalkan” oleh Angkatan Udaranya.

    Israel juga mengatakan pasukannya melepaskan tembakan, pada Kamis (28/11), ke arah apa yang mereka sebut sebagai “para tersangka” dengan kendaraan yang tiba di beberapa area di zona selatan Lebanon. Tel Aviv menyebut aktivitas semacam itu melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sedang diberlakukan.

    Salah satu pejabat senior Hizbullah, Hassan Fadlallah, yang juga anggota parlemen Lebanon balik menuding Israel yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata tersebut.

    “Musuh Israel menyerang orang-orang yang kembali ke desa-desa perbatasan,” tutur Fadlallah saat berbicara kepada wartawan.

    (nvc/ita)

  • Rusia Ancam Lakukan Ini Jika Ukraina Dapatkan Senjata Nuklir!

    Rusia Ancam Lakukan Ini Jika Ukraina Dapatkan Senjata Nuklir!

    Jakarta

    Presiden Vladimir Putin mengingatkan bahwa Rusia akan menggunakan semua senjata yang dimilikinya untuk melawan Ukraina, jika negara itu memperoleh senjata nuklir.

    Media terkemuka Amerika Serikat, The New York Times melaporkan pekan lalu, bahwa beberapa pejabat Barat yang tidak disebutkan namanya, telah mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden dapat memberikan senjata nuklir kepada Ukraina sebelum ia lengser.

    “Jika negara yang pada dasarnya sedang berperang dengan kami sekarang menjadi kekuatan nuklir, apa yang akan kami lakukan? Dalam hal ini, kami akan menggunakan semua, saya ingin menekankan hal ini, tepatnya semua cara penghancuran yang tersedia bagi Rusia. Semuanya: kami tidak akan membiarkannya. Kami akan mengawasi setiap gerakan mereka”, kata Putin saat konferensi pers di Astana, Kazakhstan.

    “Jika secara resmi seseorang mengirimkan sesuatu, maka itu berarti pelanggaran terhadap semua komitmen nonproliferasi yang telah mereka buat,” tegas Putin, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (29/11/2024).

    Putin juga mengatakan, bahwa secara praktis tidak mungkin bagi Ukraina untuk memproduksi senjata nuklir, tetapi mungkin dapat membuat semacam “bom kotor”, bom konvensional yang dicampur dengan bahan radioaktif untuk menyebarkan kontaminasi. Dalam kasus tersebut, Rusia akan menanggapi dengan tepat, kata Putin.

    Sebelumnya, Rusia telah berulang kali mengatakan, tanpa memberikan bukti, bahwa Ukraina mungkin menggunakan perangkat semacam itu.

  • Ini Deretan Negara Tolak Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

    Ini Deretan Negara Tolak Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

    Den Haag

    Beberapa negara, sebagian besar di Barat, menolak untuk mematuhi surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Prancis menjadi yang terbaru, dengan menyebut Netanyahu dilindungi oleh kekebalan dari penuntutan ICC yang telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadapnya sejak pekan lalu.

    ICC telah menerbitkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant pekan lalu atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.

    Dalam pengumumannya pada 21 November lalu, ICC menyatakan pihaknya menemukan “alasan yang masuk akal” untuk meyakini Netanyahu dan Gallant memikul “tanggung jawab secara pidana” atas kejahatan perang berupa kelaparan sebagai metode perang di Jalur Gaza dan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan, penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya terhadap warga Palestina.

    ICC juga merilis surat perintah penangkapan untuk petinggi Hamas, Mohammed Deif, atas tuduhan yang sama. Meskipun Israel mengklaim Deif tewas dalam serangan mereka di Jalur Gaza pada Juli lalu. Hamas tidak membenarkan atau membantah klaim itu.

    Netanyahu mengecam perintah penangkapan untuk dirinya dan menuduh ICC melakukan langkah anti-Semitisme.

    Dengan perintah penangkapan itu, Netanyahu terancam ditangkap jika menginjakkan kaki di sebanyak 124 negara anggota ICC yang menandatangani Statuta Roma. Beberapa negara yang menolak untuk menangkap Netanyahu, seperti Prancis, merupakan anggota ICC yang seharusnya wajib mematuhi perintah penangkapan itu.

    Berikut daftar negara-negara yang sejauh ini menolak, atau mengabaikan, perintah penangkapan yang dirilis ICC untuk Netanyahu, seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Jumat (29/11/2024):

    Sebagai sekutu dekat Israel, AS menolak keras perintah penangkapan yang dirilis ICC untuk Netanyahu. Presiden Joe Biden menyebut langkah ICC itu “sangat keterlaluan” dan menegaskan Washington akan selalu mendukung Israel.

    “Penerbitan surat perintah penangkapan ICC terhadap para pemimpin Israel sangat keterlaluan,” sebut Biden dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.

    “Biarkan saya perjelas sekali lagi: apa pun yang mungkin disiratkan ICC, tidak ada kesetaraan — tidak ada — antara Israel dan Hamas. Kami akan selalu mendukung Israel melawan ancaman terhadap keamanannya,” tegasnya.

    Dewan Keamanan Nasional pada Gedung Putih, dalam tanggapannya, menegaskan bahwa “ICC tidak memiliki yurisdiksi atas persoalan ini”.

    Argentina

    Presiden Argentina Javier Milei, dalam pernyataan via media sosial X, menegaskan negaranya “menyatakan ketidaksetujuan yang mendalam” dengan keputusan ICC tersebut.

    Milei menyebut perintah penangkapan ICC itu “mengabaikan hak Israel yang sah untuk membela diri terhadap serangan terus-menerus yang dilakukan oleh organisasi teroris seperti Hamas dan Hizbullah”.

  • Panas! Putin Ancam Tembakkan Rudal Hipersonik ke Ibu Kota Ukraina

    Panas! Putin Ancam Tembakkan Rudal Hipersonik ke Ibu Kota Ukraina

    Astana

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menembakkan rudal hipersonik Oreshnik ke “pusat pengambilan keputusan” di Kyiv, ibu kota Ukraina. Putin menyebut serangan semacam itu bisa saja dilakukan untuk merespons rentetan serangan militer Ukraina menggunakan rudal pasokan Barat ke wilayah Rusia.

    Ancaman terbaru itu disampaikan Putin sepekan setelah Rusia meluncurkan rudal jenis terbaru yang masih bersifat eksperimental itu ke kota Dnipro, Ukraina, untuk pertama kalinya sejak perang berkecamuk nyaris tiga tahun terakhir.

    “Kami tidak mengesampingkan penggunaan Oreshnik terhadap fasilitas militer, fasilitas industri militer atau pusat pengambilan keputusan, termasuk di Kyiv,” ucap Putin saat berbicara dalam konferensi pers di sela-sela kunjungan ke Astana, ibu kota Kazakhstan, seperti dilansir Reuters, Jumat (29/11/2024).

    “Otoritas di Kyiv hari ini melanjutkan upaya-upaya mereka untuk menyerang fasilitas vital kami, termasuk di Saint Petersburg dan Moskow,” ujar Putin.

    Rusia sejauh ini belum pernah menyerang kementerian, parlemen atau kantor kepresidenan Ukraina selama perang berlangsung 33 bulan terakhir.

    Kyiv sangat dilindungi oleh sistem pertahanan udara, namun Putin mengklaim Oreshnik tidak akan mampu dicegat di udara — klaim yang diragukan oleh para pakar negara-negara Barat.

    “Tentu saja, kami akan merespons serangan-serangan yang sedang berlangsung di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat, seperti yang telah disebutkan, termasuk kemungkinan melanjutkan pengujian Oreshnik dalam kondisi tempur, seperti yang dilakukan pada 21 November,” kata Putin.

    Lihat juga Video ‘Putin Ancam Serang Pusat Pengambilan Keputusan Ukraina di Kyiv’:

  • Pemerintah Dibantu Rusia Vs Pemberontak Didukung Turki

    Pemerintah Dibantu Rusia Vs Pemberontak Didukung Turki

    Jakarta

    Timur Tengah masih gelisah. Belum sembuh luka kemanusiaan di Gaza Palestina, kini konflik bersenjata Suriah malah bergejolak lagi. Begini gambaran peta pertikaian di Suriah.

    Dilansir AFP, Jumat (29/11/2024), Rusia menyerang kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) di pinggiran Aleppo dan menewaskan 19 warga sipil?

    Lantas apa urusannya Rusia di negara Timur Tengah itu? Jadi, Rusia berposisi membantu rezim Presiden Bashar Al Assad yang sedang memerangi pemberontak. Salah satu pemberontak yang kini diperangi (lagi) adalah Hayat Tahrir Al Sham (Komite Pembebasan Syam) disingkat sebagai HTS.

    Rusia vs Turki di Suriah

    Konflik ini pecah sejak 2011. Saat itu, muncul protes-protes anti-pemerintahan Bashar Al Assad. Tahun itu adalah tahun Musim Semi Arab atau ‘Arab Spring’. Gara-gara pergolakan politik yang masif itu, muncullah konflik rumit, terbentuk kelompok-kelompok jihadis (demikian media Barat menuliskannya), dan akhirnya menarik tentara-tentara asing ke dalam konflik.

    Suriah dengan rezim resmi Presiden Bashar Al Assad adalah negara yang didominasi Syiah. Mereka tentu saja punya tentara reguler. Rezim ini didukung Rusia sejak 2015 dan sobat mereka juga, Iran. Kelompok politik bersenjata dari Lebanon, Hizbullah, juga mendukung Bashar Al Assad.

    Di sisi lain, kelompok-kelompok pemberontakan bersemi dan berkonsolidasi. Salah satunya adalah kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) tadi. Kelompok ini berhaluan Sunni Islam. Kelompok ini didukung Turki, negara anggota NATO yang berbatasan dengan Suriah.

    Ditulis AFP, HTS dipimpin oleh mantan orang Al Qaeda cabang Suriah. Mereka menguasai bagian barat daya kota Idlib, serta sebagian kecil provinsi Hama dan Latakia dekat Aleppo. Bila dilihat di peta, letak Idlib (dan juga Aleppo) memang tidak terlalu jauh dengan perbatasan wilayah Turki.

    Pada Maret 2020, setelah serangan pemerintah Suriah ke Idlib, kesepakatan gencatan senjata tercapai untuk Suriah, diperantarai dua negara asing yang ikut konflik, yakni Turki dan Rusia.

    Total, sudah 500 ribu orang tewas akibat konflik Suriah. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan Koordinasi Kemanusiaan mengatakan sudah lebih dari 14.000 orang (setengahnya adalah anak-anak) terpaksa mengungsi akibat konflik kekerasan ini.

    Kini, konflik Suriah memanas lagi setelah sekian lama agak reda. Kelompok HTS atau Hayat Tahrir Al Sham (HTS) itu meluncurkan serangan mendadak ke Aleppo. Berdasarkan informasi Observatori Suriah untuk Kemanusiaan, angka kematian mencapai 182 orang, termasuk 102 petempur dari HTS.

    Perkembangan terbaru hari ini, HTS dan faksi-faksi sekutunya telah menutup jalan tol internasional Damaskus-Aleppo M5. Padahal, persimpangan jalan tol M5 dan M4 menghubungkan Ibu Kota Damaskus dengan kota pesisir Latakia dan kota Aleppo. Di Aleppo, situasi juga memanas. HTS melancarkan serangan duluan.

    Analis Nick Heras dari New Lines Institute for Strategy and Policy mengatakan pemberontak “berusaha mencegah kemungkinan kampanye militer Suriah di wilayah Aleppo, yang telah dipersiapkan oleh serangan udara pemerintah Rusia dan Suriah terhadap wilayah pemberontak”.

    Dengan bergabungnya beberapa faksi yang didukung Turki dalam serangan tersebut, ia mengatakan “Ankara (Turki) mengirim pesan kepada Damaskus dan Moskow untuk mundur dari upaya militer mereka di Suriah barat laut,” katanya.

    Iran (negara pendukung Presiden Suriah Bashar Al Ashad) menyatakan konflik ini merupakan bikinan Israel. Kabarnya, seorang jenderal Garda Revolusi Iran juga tewas di Suriah pada Kamis (28/11) kemarin, waktu setempat.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengatakan serangan mematikan itu adalah “bagian dari rencana rezim jahat (Israel) dan Amerika Serikat”. Iran menyerukan “tindakan tegas dan terkoordinasi untuk mencegah penyebaran terorisme di kawasan”.

    (dnu/zap)

  • Serangan Udara Rusia di Suriah Tewaskan 19 Warga Sipil

    Serangan Udara Rusia di Suriah Tewaskan 19 Warga Sipil

    Aleppo

    Rusia melancarkan serangan udara di kawasan bagian utara Suriah. Rusia dikabarkan membela pemerintahan Presiden Bashar Al Asssad dalam melawan kelompok pemberontak.

    Dilansir AFP, Jumat (29/11/2024), serangan udara Rusia terjadi di pinggiran Aleppo pada Kamis (28/11) waktu setempat.

    AFP menyebut kelompok yang bertikai adalah ‘para jihadis’ dan ‘tentara Suriah’. Sumber informasi berasal dari kepala Observatori (kelompok pemantau) Suriah, Rami Abdel Rahman. Sehari sebelumnya, seorang warga sipil juga turut terluka karena pecahan misil.

    Dilansir Reuters, kelompok pemberontak yang diperangi rezim Bashar Al Assad yang dibantu Rusia itu adalah kelompok bernama Hayat Tahrir Al Sham berideologi Islamis. Kelompok ini hendak menduduki wilayah barat daya Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki. Upaya kelompok pemberontak tersebut adalah yang pertama setelah lima tahun.

    Hayat Tahrir Al Sham telah melancarkan belasan serangan ke kota dan desa-desa di kawasan barat daya Aleppo. Adapun pertikaian bersenjata yang melibatkan Rusia hari ini dilaporkan lebih besar dibanding Maret 2020 silam, saat Rusia dan Turki mengakhirinya dengan kesepakatan gencatan senjata. Dilaporkan Reuters, saat itu Rusia membela Assad dan Turki membela kelompok pemberontak.

    Dalam pernyataan pertamanya sejak operasi mendadak itu, tentara Suriah mengatakan telah mengalami kerugian besar. Tentara Suriah mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Rusia dan “pasukan sahabat” yang tidak disebutkan namanya untuk merebut kembali wilayah dan memulihkan situasi.

    (dnu/zap)

  • Pilu Korsel di Tengah Amukan Badai Salju

    Pilu Korsel di Tengah Amukan Badai Salju

    Jakarta

    Badai salju melanda Korea Selatan (Korsel) dalam beberapa hari terakhir. Salju lebat bahkan menyelimuti ibu kota Seoul hingga berdampak terhadap pembatalan ratusan penerbangan.

    Dirangkum detikcom, Jumat (29/11/2024), otoritas setempat melaporkan badai salju yang terjadi dalam 2 hari terakhir menewaskan sedikitnya empat orang. Selain penerbangan dibatalkan, operasional kapal feri ditangguhkan akibat cuaca buruk tersebut.

    Laporan kantor berita Yonhap, seperti dilansir Reuters, Kamis (28/11/2024), menyebut hujan salju yang mengguyur akhir tahun ini sebagai yang paling lebat ketiga di Seoul, ibu kota Korsel, sejak pencatatan resmi dilakukan tahun 1907 silam.

    Satu orang tewas dan dua orang lainnya mengalami luka-luka di area lapangan golf setempat, setelah jaring pembatas yang dipenuhi timbunan salju runtuh pada Rabu (27/11) malam. Satu orang lainnya tewas dalam insiden serupa di area parkir mobil setempat.

    Kecelakaan lalu lintas di ruas jalan raya sebelah timur Seoul menewaskan dua orang.

    Sedangkan insiden tabrakan beruntun yang melibatkan 53 kendaraan terjadi di ruas jalan raya menuju pusat kota Wonju di Provinsi Gangwon pada Rabu (27/11) malam. Sekitar 11 orang mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

    Ratusan Penerbangan Dibatalkan

    Timbunan salju setebal 40 cm terpantau di beberapa bagian kota Seoul pada Kamis (28/11) pagi, yang memaksa pembatalan lebih dari 140 penerbangan. Namun otoritas badan cuaca setempat telah mencabut peringatan salju lebat di area metropolitan Seoul pada pukul 10.00 waktu setempat.

    Otoritas setempat melaporkan bahwa sekitar 142 penerbangan telah dibatalkan, dan operasional 99 kapal feri di sebanyak 76 rute ditangguhkan sepanjang Kamis (28/11). waktu setempat.

    Lihat Video ‘Kecelakaan Beruntun 53 Mobil Imbas Badai Salju di Korsel’:

  • Ukraina Tuduh Rusia Tembak Mati 5 Tentaranya yang Ditawan

    Ukraina Tuduh Rusia Tembak Mati 5 Tentaranya yang Ditawan

    Kyiv

    Ukraina menyebut bahwa pasukan Rusia telah menembak mati lima prajurit Ukraina yang ditawan di wilayah timur Zaporizhzhia. Hal itu menandai tuduhan kejahatan perang terbaru yang ditimpakan terhadap Rusia.

    Dilansir AFP, Jumat (29/11/2024), insiden itu disebut terjadi pada 24 November lalu di dekat desa Novodarivka di distrik Pologiv di wilayah Zaporizhzhia.

    “Prajurit angkatan bersenjata Rusia menembak mati lima pembela Ukraina dari enam orang yang ditawan,” bunyi pernyataan pihak Ukraina tersebut.

    Baik Moskow maupun Kyiv saling menuduh tentara masing-masing melakukan kekejaman sejak pasukan Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.

    Hingga kini, belum ada tanggapan dari pihak Moskow atas tuduhan tersebut. Rusia mengklaim telah mencaplok Zaporizhzhia bersama tiga wilayah Ukraina lainnya yang diduduki sebagian pada akhir tahun 2022.

    Ombudsman hak asasi manusia Ukraina Dmytro Lubinets mengatakan dia telah menghubungi PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) atas tuduhan tersebut.

    Kyiv pada awal bulan ini juga menuduh pasukan Rusia membunuh lima tentara lainnya di wilayah timur Donetsk, yang juga diklaim Moskow.

    (fas/fas)

  • Banjir dan Longsor Landa Uganda, 15 Orang Tewas-113 Lainnya Masih Hilang

    Banjir dan Longsor Landa Uganda, 15 Orang Tewas-113 Lainnya Masih Hilang

    Kampala

    Tanah longsor di beberapa desa di Uganda timur telah menewaskan 15 orang. Bencana ini juga menyebabkan lebih dari 100 orang belum ditemukan.

    Dilansir AFP, Kamis (28/11/2024), negara di Afrika Timur ini dilanda hujan lebat dalam beberapa hari terakhir, dan pemerintah mengeluarkan peringatan bencana nasional setelah adanya laporan banjir dan tanah longsor.

    Tanah longsor pada Rabu malam melanda desa Masugu di distrik Bulambuli timur, sekitar lima jam dari ibu kota, Kampala. Gambar-gambar di media lokal menunjukkan petak-petak besar tanah yang berjatuhan menutupi daratan.

    “Sebanyak 15 jenazah telah diambil,” kata polisi Uganda dalam sebuah pernyataan yang diposting di X, dan menambahkan bahwa 15 orang lainnya telah dirawat di rumah sakit setempat.

    “Sayangnya, 113 orang masih hilang, namun upaya sedang dilakukan untuk menemukan mereka,” tambahnya.

    Komisaris distrik Faheera Mpalanyi mengatakan enam jenazah, termasuk seorang bayi, telah ditemukan sejauh ini dari desa Masugu.

    “Mengingat kehancuran dan besarnya wilayah yang terkena dampak dan berdasarkan apa yang disampaikan oleh keluarga korban kepada kami, beberapa orang hilang dan mungkin terkubur di dalam puing-puing,” katanya.

    Dia mengatakan sebanyak 40 rumah telah hancur total, dan beberapa lainnya mengalami kerusakan sebagian.

    Polisi menyebut mereka bekerja sama dengan masyarakat setempat dan badan keamanan lainnya untuk mengintensifkan operasi penyelamatan tetapi terhambat oleh jalan yang tidak dapat dilewati, menghalangi ambulans dan kendaraan penyelamat untuk mencapai lokasi kejadian.

    (fas/ygs)

  • Jenderal Garda Revolusi Iran Tewas dalam Bentrokan di Suriah

    Jenderal Garda Revolusi Iran Tewas dalam Bentrokan di Suriah

    Tehran

    Jenderal Garda Revolusi Iran, Kioumars Pourhashemi, tewas di Suriah. Dia tewas usai dapat serangan dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dan kelompok jihad.

    Dilansir AFP, Kamis (28/11/2024), Teheran telah menjadi sekutu setia Presiden Suriah Bashar al-Assad selama perang saudara yang pecah pada tahun 2011, dan menyediakan penasihat militer.

    Pertempuran terburuk dalam beberapa tahun terakhir terjadi di Suriah utara pada minggu ini antara kelompok jihad dan tentara.

    “Jenderal Kioumars Pourhashemi, salah satu penasihat senior Iran di Aleppo, tewas dalam serangan yang dilakukan oleh tentara bayaran teroris takfiri,” tulis kantor berita Iran, Tasnim, melaporkan.

    Di Iran yang mayoritas penduduknya Syiah, istilah ‘takfiri’ umumnya mengacu pada jihadis atau pendukung Islam Sunni radikal.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebut Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh bekas cabang Al-Qaeda di Suriah, melancarkan serangan mendadak terhadap tentara di provinsi Aleppo pada Rabu kemarin.

    “Pertempuran tersebut telah menyebabkan lebih dari 140 pejuang tewas,” kata pemantau perang yang berbasis di Inggris itu.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan gejolak di Suriah adalah bagian dari rencana Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk mengganggu stabilitas dan keamanan kawasan.

    (fas/ygs)