Category: Detik.com Internasional

  • Serangan Israel Tewaskan 2 Anggota Hamas di Tepi Barat

    Serangan Israel Tewaskan 2 Anggota Hamas di Tepi Barat

    Jakarta

    Militer Israel dan Hamas mengatakan bahwa serangan udara menewaskan dua anggota gerakan Islam Palestina di kota Tulkarem, Tepi Barat, yang diduduki Israel. Kekerasan meningkat di seluruh Tepi Barat sejak perang antara Hamas dan Israel pecah di Gaza, Oktober 2023.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (28/1/2025), dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan bahwa “dalam operasi gabungan oleh tentara Israel dan Shin Bet (badan keamanan internal), sebuah pesawat angkatan udara melancarkan serangan” di daerah Tulkarem.

    Kantor berita resmi Palestina Wafa mengidentifikasi kedua orang yang tewas sebagai Ramez Damiri dan Ihab Abu Atwi, keduanya penduduk kamp pengungsi Nur Shams di daerah Tukaram.

    Menurut militer Israel, Abu Atwi adalah “kepala Hamas di Tulkarem”, yang bertanggung jawab atas “banyak serangan bersenjata”.

    Hamas mengatakan dua anggota sayap bersenjatanya, Brigade Ezzedine al-Qassam, tewas “setelah musuh meledakkan kendaraan yang mereka tumpangi” di kamp pengungsi Nur Shams. Hamas tidak mengatakan apakah Abu Atwi adalah pemimpinnya di Tulkarem.

    Kementerian kesehatan Palestina mengatakan sebelumnya bahwa dua orang tewas dan tiga orang terluka tiba di Rumah Sakit Pemerintah Tulkarem “setelah pendudukan menargetkan sebuah kendaraan di kamp pengungsi Nur Shams”.

    Kementerian kesehatan juga mengumumkan kematian seorang pemuda yang dibunuh pada Minggu (26/1) malam oleh pasukan Israel di kamp pengungsi Qalandia, utara Yerusalem. Kementerian melaporkan satu orang tewas dan dua orang terluka “oleh peluru (Israel) di dekat kamp Qalandia”.

    Pasukan atau pemukim Israel telah menewaskan sedikitnya 861 warga Palestina di Tepi Barat sejak dimulainya perang Gaza, menurut kementerian kesehatan.

    Setidaknya 29 warga Israel telah tewas dalam serangan Palestina atau selama serangan militer Israel di wilayah tersebut selama periode yang sama, menurut angka resmi Israel. Israel telah menduduki Tepi Barat sejak 1967.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Eropa Peringati 80 Tahun Pembebasan Kamp Konsentrasi Auschwitz

    Eropa Peringati 80 Tahun Pembebasan Kamp Konsentrasi Auschwitz

    Jakarta

    Auschwitz adalah kamp pemusnahan terbesar yang menjadi simbol genosida di era Nazi Jerman, Holocaust. Dari enam juta warga Yahudi yang dibantai di seluruh Eropa, satu juta di antaranya tewas di Auschwitz antara tahun 1940 dan 1945, bersama dengan lebih dari 100.000 orang non-Yahudi.

    Pada hari Senin (27/1) pagi, para mantan narapidana, bersama dengan Presiden Polandia Andrzej Duda, meletakkan bunga di Tembok Kematian di Auschwitz.

    Sekitar 50 penyintas Holocaust yang masih hidup bergabung bersama puluhan pemimpin, termasuk Raja Inggris Charles III dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dan Kanselir Olaf Scholz juga turut diundang, begitu pula Menteri Pendidikan Israel Yoav Kisch. “Tahun ini kami fokus pada para penyintas dan pesan mereka,” kata juru bicara Museum Auschwitz Pawel Sawicki kepada AFP. “Tidak ada pidato dari politisi.”

    Generasi terakhir saksi sejarah

    Berbicara kepada AFP menjelang peringatan tersebut, para penyintas Holocaust di seluruh dunia berbicara tentang perlunya melestarikan memori tentang sejarah kelam di masa lalu, ketika nantinya tidak ada lagi saksi hidup.

    Mereka juga memperingatkan tentang meningkatnya kebencian dan anti-Semitisme di seluruh dunia dan berbicara tentang ketakutan mereka akan terulangnya sejarah.

    Penyelenggara mengatakan bahwa peringatan Holocaust di Auschwitz kali ini bisa menjadi peringatan besar terakhir yang dihadiri sejumlah besar penyintas. “Kita semua tahu bahwa dalam 10 tahun, mungkin tidak ada lagi saksi sejarah dalam peringatan 90 tahun,” kata Sawicki.

    Pada tanggal 17 Januari 1945, saat pasukan Uni Soviet kian mendekat, serdadu Nazi memaksa 60.000 tahanan yang sudah kurus kering untuk melakukan mars dalam apa yang kemudian dikenal sebagai “Pawai Kematian”.

    Dari tanggal 21-26 Januari, Jerman meledakkan kamar gas dan krematorium di Birkenau dan menarik serdadunya. Pada tanggal 27 Januari, pasukan Soviet tiba di Oswiecim dan hanya menemukan 7.000 orang yang selamat.

    Hari pembebasan Kamp Auschwitz telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai Hari Peringatan Holocaust.

    Peringatan dari masa lalu

    Sekitar 40 penyintas Auschwitz yang masih hidup setuju untuk berbicara dengan AFP menjelang peringatan tersebut. Di 15 negara, dari Israel hingga Polandia, Rusia hingga Argentina, Kanada hingga Afrika Selatan, mereka menceritakan kisahnya, sembari dikelilingi oleh anak-anak, cucu, dan cicit mereka, sebagai bukti kemenangan atas kejahatan genosida.

    “Bagaimana dunia membiarkan Auschwitz terjadi?” tanya Marta Neuwirth yang berusia 95 tahun dari Santiago, Chili. Dia berusia 15 tahun ketika dikirim dari Hongaria ke Auschwitz. Julia Wallach, yang hampir berusia 100 tahun, kesulitan berbicara tentang apa yang terjadi tanpa menangis.

    “Terlalu sulit untuk dibicarakan, terlalu sulit,” katanya. Warga Paris itu diseret keluar dari truk yang akan membawanya ke kamar gas di Birkenau pada menit terakhir.

    Namun, meskipun sulit untuk menghidupkan kembali kengerian itu, dia bersikeras akan terus memberikan kesaksian. “Selama saya bisa melakukannya, saya akan melakukannya.” Di sampingnya, cucunya Frankie bertanya “apakah mereka akan percaya saat kita membicarakan hal ini saat dia sudah tidak ada?”

    Sebabnya Esther Senot, 97, kembali ke Birkenau bersama siswa sekolah menengah Prancis. Dia menepati janji yang dibuatnya pada tahun 1944 kepada saudara perempuannya yang sedang sekarat, Fanny, yang — terbaring di atas jerami sambil batuk darah — memintanya dengan napas terakhirnya untuk “menceritakan apa yang terjadi pada kami agar kami tidak dilupakan oleh sejarah.”

    rzn/hp (afp,dpa)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 19 Orang Ditangkap Usai Kebakaran Hotel Resor Ski Turki

    19 Orang Ditangkap Usai Kebakaran Hotel Resor Ski Turki

    Jakarta

    Otoritas Turki telah menangkap 19 orang sebagai bagian dari penyelidikan atas kebakaran di sebuah hotel resor ski yang menewaskan 78 orang.

    Mereka yang ditahan termasuk wakil wali kota untuk kota yang bertanggung jawab atas resor Kartalkaya, wakil kepala pemadam kebakaran, dan kepala tempat usaha lain milik pemilik hotel tersebut, demikian dilaporkan kantor berita Anadolu, dilansir AFP, Senin (27/1/2025).

    Penyelidikan atas bencana pada tanggal 21 Januari tersebut difokuskan pada manajemen hotel dan tindakan layanan darurat, serta pihak berwenang di kota Bolu.

    Sebelumnya pada hari Jumat lalu, pemilik hotel Grand Karta, menantunya, kepala teknisi listrik hotel, dan kepala kokinya telah ditangkap.

    Para korban selamat dan para ahli menyoroti tidak adanya alarm kebakaran dan alat penyiram, detektor asap yang berfungsi, dan rute pelarian kebakaran yang tepat di gedung 12 lantai yang menghadap lereng ski tersebut.

    Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengatakan 238 orang menginap di hotel Grand Karta ketika kobaran api melanda gedung tersebut pada tengah malam.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kenapa Tanggal 26 Januari Kontroversial di Australia?

    Kenapa Tanggal 26 Januari Kontroversial di Australia?

    Tanggal 26 Januari bukan sekadar tanggal biasa di kalender Australia. Hari ini diperingati sebagai Hari Australia, atau yang dikenal dengan “Australia Day.”

    Pada umumnya, warga Australia merayakan Hari Australia, dengan berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya.

    Karena jatuh di musim panas, mereka biasanya suka menghabiskan waktu di pantai dan menikmati ‘barbeku’.

    Beberapa anggota komunitas dari berbagai negara juga merayakan kebudayaan mereka dengan parade, termasuk dari Indonesia.

    Namun, Hari Australia ini juga dipakai untuk melakukan unjuk rasa.

    Ratusan ribu orang di berbagai negara bagian Australia turun ke jalan dan meminta supaya tanggal peringatan itu diubah, atau bahkan dihapus dari kalender.

    Tapi apa sebenarnya yang membuat tanggal 26 Januari kontroversial?

    Hari kelam bagi masyarakat pribumi Australia

    Tanggal 26 Januari merupakan hari di mana Arthur Phillip, pemimpin armada pertama Inggris ke Australia, mengibarkan bendera Inggris di Pelabuhan Sydney pada tahun 1788.

    Namun, bagi masyarakat Aborigin yang sudah mendiami tanah Australia lebih dari 50.000 tahun sebelum kedatangan ini, tanggal tersebut dikenal sebagai “Hari Invasi”, “Hari Bertahan Hidup”, atau “Hari Berkabung.”

    Sejarawan Australian National University Angela Woollacott mengatakan hari tersebut melambangkan dimulainya penjajahan oleh Inggris, perampasan tanah, kekerasan, dan pengabaian hak warga Aborigin.

    “[Masyarakat pribumi] benar-benar menderita. Banyak yang meninggal dan menderita dalam hal terampasnya tanah, yang berarti terenggutnya mata pencaharian dan budaya mereka,” kata Angela.

    “Sampai saat ini, masyarakat pribumi Australia masih tertinggal dalam hal ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.”

    Menurut data Parlemen Australia, angka kemiskinan penduduk Aborigin dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan non-pribumi di Australia.

    Unjuk rasa di seluruh Australia

    Angela mengatakan masyarakat Aborigin Australia telah melakukan unjuk rasa sejak tahun 1938.

    Namun, demonstrasi ini baru menjadi semakin besar pada tahun 1988, bertepatan dengan perayaan dua abad Australia.

    Hingga saat ini, unjuk rasa yang menentang tanggal 26 Januari terus berlangsung, bahkan dengan partisipan yang semakin banyak.

    Di Brisbane, pengunjuk rasa berkumpul di Queens Park di pusat bisnis kota (CBD) dan berjalan menuju Musgrave Park di West End.

    Zaida, salah satu peserta unjuk rasa, mengatakan jumlah partisipan telah meningkat dari tahun ke tahun.

    “Semakin banyak orang turun ke jalan dan ingin melihat perubahan,” ujarnya.

    “Saya datang setiap tahun karena saya merasa sangat penting untuk mengingat negara ini memiliki masa lalu yang kelam.”

    Lateisha, pengunjuk rasa lainnya di Brisbane, mengatakan tanggal ini membuatnya dan komunitasnya merasa emosional.

    “Bagi kami, ini adalah hari yang mengingatkan akan sejarah panjang penderitaan, tapi juga mencerminkan kekuatan masyarakat kami,” katanya.

    “Mereka coba membunuh kami, tetapi kami masih di sini, jadi kami selamat.”

    Di Canberra, ratusan warga Australia melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Tenda Aborigin di depan Gedung Parlemen Lama.

    Di sana, banyak pengunjuk rasa telah menegaskan kembali permohonan mereka kepada pemerintah Australia agar tanggal Hari Australia diubah.

    Mary-Anne, salah satu pengujuk rasa di Canberra, adalah salah satu yang menyetujui ini.

    “Kita butuh satu hari di mana kita bisa merayakan negara kita yang indah dan masyarakatnya yang beragam, satu hari yang membahagiakan semua orang, tapi itu bukan hari ini,” katanya.

    Apakah Hari Australia bisa diganti?

    Menurut Angela, alasan di balik pemilihan 26 Januari sebagai Hari Australia sebenarnya “tidak beralasan kuat.”

    Hari itu bukanlah hari pertama Kapten Arthur Phillip tiba di Australia.

    “Armada pertama yang dipimpin Phillip awalnya mendarat di Botany Bay, bukan langsung di Sydney Harbour,” katanya.

    “Mereka sudah berada di sana sekitar satu atau dua hari sebelum akhirnya pindah ke Sydney Harbour.”

    Bahkan menurutnya 26 Januari bukanlah hari pertama bendera Inggris ditancapkan di tanah Australia.

    “Bendera Inggris sebenarnya sudah lebih dulu ditancapkan pada tahun 1770, ketika Kapten James Cook memetakan pantai timur Australia untuk Inggris,” kata Angela.

    “Ia menancapkan bendera tersebut di Pulau Possession, yang terletak di utara Queensland.”

    James Cook adalah penjelajah asal Inggris yang pertama kali menemukan benua Australia untuk Inggris saat sedang memetakan Samudra Pasifik.

    Karena penetapan tanggal Hari Australia masih diperdebatkan, Angela mengatakan tanggal tersebut bisa diganti.

    Salah satu opsi yang menurut Angela masuk akal adalah dengan mengganti tanggal tersebut ke 1 Januari ketika Australia menjadi negara federasi.

    Namun, opsi ini juga memiliki kendala tersendiri.

    “Tanggal federasi Australia itu 1 Januari … masalahnya, tanggal itu sudah menjadi hari libur tahun baru. Jadi, tidak semua orang mau merayakan dua hal di hari yang sama,” katanya.

    Alternatif lain, menurut Angela, adalah menunggu hingga Australia benar-benar memutuskan hubungan konstitusional dengan Inggris.

    “Australia masuk dalam kelompok minoritas negara bekas jajahan Inggris yang belum sepenuhnya merdeka secara konstitusional,” ujarnya.

    “Jadi, mengapa kita tidak menggunakan tanggal putusnya hubungan konstitusional tersebut?”

    “Tanggal ketika nanti kita secara resmi menjadi republik yang seutuhnya, bebas dari Inggris, bisa menjadi pilihan ideal untuk hari nasional kita.”

    Sampai ditetapkannya tanggal baru untuk hari nasional Australia, Angela mengatakan perdebatan mengenai tanggal ini akan terus berlanjut, begitu pula dengan aksi unjuk rasa yang semakin besar.

    “Perdebatan ini sekarang semakin memanas dan tampaknya tidak akan berakhir dalam waktu dekat.”

  • Trump Batal Terapkan Tarif-Sanksi Terhadap Kolombia Usai Ada Kesepakatan

    Trump Batal Terapkan Tarif-Sanksi Terhadap Kolombia Usai Ada Kesepakatan

    Jakarta

    Gedung Putih mengumumkan pada Minggu (26/1) malam bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak akan meneruskan penerapan tarif dan beberapa sanksi terhadap Kolombia, setelah negara Amerika Selatan itu setuju untuk menerima para migran yang dideportasi dari AS, termasuk dengan pesawat militer AS.

    Kolombia “telah menyetujui semua persyaratan Presiden Trump, termasuk penerimaan tanpa batas semua orang asing ilegal dari Kolombia yang dikembalikan dari Amerika Serikat, termasuk dengan pesawat militer AS, tanpa batasan atau penundaan,” kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt dalam sebuah pernyataan.

    Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia memerintahkan tarif hukuman dan larangan perjalanan ke Kolombia, di antara langkah-langkah pembalasan lainnya.

    Leavitt mengatakan bahwa langkah-langkah yang akan memberlakukan tarif 25% untuk semua barang Kolombia yang masuk ke AS dan kemudian dinaikkan menjadi 50% dalam satu minggu akan “disimpan sebagai cadangan, dan tidak ditandatangani.”

    Namun pembatasan visa bagi para pejabat pemerintah Kolombia akan tetap diberlakukan “sampai rombongan pertama para deportan Kolombia berhasil dikembalikan.”

    Langkah ini dipicu oleh Kolombia yang menolak izin pendaratan untuk setidaknya dua penerbangan deportasi AS.

    “Langkah-langkah ini hanyalah permulaan,” tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social.

    Presiden Kolombia: Para migran harus diperlakukan dengan ‘bermartabat’

    Menyusul pengumuman Gedung Putih, pemerintah Kolombia mengatakan bahwa mereka telah “mengatasi kebuntuan” dengan AS.

    “Kami akan terus menerima warga Kolombia yang kembali sebagai deportan, menjamin mereka dalam kondisi yang layak,” kata Menteri Luar Negeri Kolombia Luis Gilberto Murillo dalam sebuah pernyataan.

    Presiden Kolombia Gustavo Petro mengatakan pada hari sebelumnya bahwa penerbangan yang membawa migran yang dideportasi dari AS tidak akan diterima sampai pemerintahan Trump membuat protokol yang memperlakukan orang dengan “bermartabat”.

    “Seorang migran bukanlah seorang penjahat dan harus diperlakukan dengan martabat yang layak bagi seorang manusia,” kata Petro.

    “Itulah sebabnya saya mengembalikan pesawat militer AS yang membawa migran Kolombia.”

    Petro menambahkan bahwa negaranya akan menerima warga Kolombia yang tiba dengan pesawat sipil dan “tanpa perlakuan seperti penjahat.”

    Belakangan, Kolombia menawarkan untuk mengirim pesawat kepresidenan “untuk memfasilitasi pemulangan warga negara Kolombia secara manusiawi.”

    Petro mengkritik Trump dalam sebuah postingan yang menantang di X, dengan mengatakan “blokade Anda tidak membuat saya takut.” Petro mengancam tarif 50% untuk barang-barang AS setelah pengumuman perdagangan Trump sebelumnya terkait negara Amerika Selatan tersebut.

    Kolombia kemudian mengatakan akan menerapkan tarif 25% pada barang-barang AS, setelah ancaman Petro.

    AS tangguhkan penerbitan visa untuk warga Kolombia

    Menyusul penolakan Petro untuk menerima penerbangan tersebut, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, segera memerintahkan penangguhan penerbitan visa di bagian konsuler Kedutaan Besar AS di Bogota.

    Rubio mengeluarkan “sanksi perjalanan terhadap individu dan keluarga mereka, yang bertanggung jawab atas gangguan terhadap operasi penerbangan repatriasi AS,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, dan menambahkan bahwa mereka “akan terus menegakkan dan memprioritaskan agenda America First.”

    Pernyataan itu juga mengatakan bahwa langkah-langkah akan tetap diberlakukan sampai Kolombia memenuhi kewajibannya untuk menerima kembalinya warganya.

    Mike Johnson, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS dari Partai Republik, mengatakan bahwa Kongres siap untuk memberlakukan sanksi bagi mereka yang gagal untuk “menerima warganya yang berada di Amerika Serikat secara ilegal.”

    “Presiden Trump mengutamakan Amerika, seperti yang dia katakan. Dan Kongres akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang memperkuat agendanya,”.

    Di sisi lain, anggota kongres dari Partai Demokrat di New York, Alexandria Ocasio-Cortez, mengkritik langkah Trump untuk memberlakukan tarif pembalasan terhadap Kolombia.

    “Trump hanya membuat inflasi menjadi lebih buruk bagi kelas pekerja Amerika, bukannya lebih baik,” katanya.

    Kolombia adalah pengekspor utama kopi, yang berarti sarapan mungkin akan menjadi sedikit lebih mahal bagi sebagian orang Amerika karena tarif Trump.

    Penerbangan mendarat di Guatemala, Honduras

    Di antara sekian banyak janji kampanye Trump adalah menindak tegas mereka yang memasuki AS secara ilegal.

    Dua pesawat kargo C-17 Angkatan Udara yang membawa para migran yang dipindahkan dari AS mendarat lebih awal pada Jumat (24/1) di Guatemala.

    Pada hari yang sama, Honduras menerima dua penerbangan deportasi yang membawa total 193 orang.

    Menurut data dari kelompok advokasi Witness at the Border, Kolombia menerima 475 penerbangan deportasi dari Amerika Serikat dari tahun 2020 hingga 2024, berada di urutan kelima di belakang Guatemala, Honduras, Meksiko, dan El Salvador.

    Kolombia menerima 124 penerbangan deportasi pada tahun 2024.

    Honduras menyerukan pertemuan CELAC yang ‘mendesak’

    Setelah terjadinya deportasi, Presiden Honduras Xiomara Castro pada Minggu (27/1) menyerukan pertemuan “mendesak” Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia CELAC pada minggu depan.

    Menurut sebuah pernyataan dari pemerintah Honduras, Petro telah mengonfirmasi keikutsertaannya secara langsung di Tegucigalpa.

    Pertemuan itu akan berlangsung saat Rubio melakukan perjalanan ke Amerika Tengah – perjalanan luar negeri pertamanya sebagai menlu AS.

    mel/hp (dpa, AFP, Reuters, EFE)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Netanyahu Puji Trump Usai Izinkan Pengiriman Bom

    Netanyahu Puji Trump Usai Izinkan Pengiriman Bom

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena memberi Israel apa yang ia sebut sebagai “alat” untuk mempertahankan diri. Ini disampaikan Netanyahu setelah presiden AS tersebut dilaporkan mengizinkan pengiriman bom ke Israel.

    Sebelumnya, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden telah menghentikan pengiriman bom berat ini tahun lalu, ketika Israel tampaknya siap untuk meluncurkan operasi darat besar-besaran di wilayah Gaza yang berpenduduk padat.

    “Terima kasih Presiden Trump karena telah menepati janji Anda untuk memberi Israel alat yang dibutuhkannya untuk mempertahankan diri, untuk menghadapi musuh bersama kita dan untuk mengamankan masa depan yang damai dan sejahtera,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video, dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025).

    Sebelumnya pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar juga berterima kasih kepada Trump atas “pengiriman pertahanan penting” ke Israel.

    Pada hari Sabtu, Trump mengatakan “banyak barang” sedang dikirim ke Israel, setelah laporan bahwa ia telah merilis pengiriman bom seberat 2.000 pon.

    “Banyak barang yang dipesan dan dibayar oleh Israel, tetapi belum dikirim oleh Biden, sekarang sedang dalam perjalanan!” kata Trump dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya.

    Pemerintahan Biden tahun lalu menghentikan pengiriman bom tersebut, dengan peringatan bahwa penggunaan amunisi sebesar itu di daerah berpenduduk padat akan menyebabkan “tragedi dan korban manusia yang besar.”

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kisah Pencarian Mengerikan Orang-orang yang Hilang di Gaza

    Kisah Pencarian Mengerikan Orang-orang yang Hilang di Gaza

    Jakarta

    Semuanya telah campur aduk. Tas ransel anak warna-warni. Sepatu lari. Panci yang berlubang terkena pecahan peluru. Potongan tempat tidur, kursi, kompor, dan penutup lampu. Kaca jendela, cermin, dan gelas minum yang pecah. Potongan-potongan pakaian.

    Barang-barang yang berserakan dan berdebu ini bisa menjadi penanda. Seringkali, barang ini adalah milik orang-orang yang tewas terkubur di dekat bangunan yang runtuh.

    “Sejak tentara pendudukan Israel menarik diri dari Rafah, kami telah menerima sekitar 150 panggilan dari warga sipil tentang keberadaan jenazah kerabat mereka di bawah rumah,” kata Haitham al-Homs, direktur Layanan Darurat dan Ambulans untuk badan Pertahanan Sipil di Rafah, ujung paling selatan Jalur Gaza.

    Otoritas kesehatan Palestina memperkirakan ada 10.000 orang warganya yang hilang.

    Tidak ada tanda-tanda yang jelas seperti pakaian di permukaan tanah. Tim pencarian bergantung pada informasi dari kerabat dan tetangga, atau mereka mengikuti bau kematian yang tercium dari reruntuhan.

    PERINGATAN: Cerita ini mengandung detail kekerasan yang dapat mengganggu Anda

    BBCHaitham al-Homs, direktur Layanan Darurat dan Ambulans di Rafah.

    Di setiap penghujung hari, Haitham selalu memperbarui daftar orang-orang yang ditemukan.

    Mereka bekerja menggali puing-puing reruntuhan dengan hati-hati, menyadari bahwa yang sedang mereka cari adalah potongan-potongan manusia yang telah hancur.

    Sering kali yang ditemukan tidak lebih dari sekadar tumpukan tulang. Bom-bom berdaya ledak tinggi Israel telah meledakkan dan menghancurkan banyak korban jiwa di Gaza.

    Tulang-tulang dan potongan-potongan pakaian dimasukkan ke dalam kantong mayat putih. Di atas kantong itu, Haitham menuliskan kata Arab majhoul, yang berarti “tidak dikenal”.

    BBCSisa tubuh manusia di antara reruntuhan di Rafah.

    Seorang warga Rafah, Osama Saleh, kembali ke rumahnya setelah gencatan senjata dan menemukan kerangka manusia di dalamnya. Tengkoraknya retak.

    Saleh memperkirakan tubuh itu tergeletak di sana selama empat hingga lima bulan.

    “Kami adalah manusia yang memiliki perasaan… Saya tidak dapat menyampaikan kepada Anda betapa menyedihkannya tragedi ini,” katanya.

    Baca juga:

    Dikelilingi oleh bau mayat yang membusuk setiap hari adalah pengalaman yang sangat traumatis, seperti yang sering dialami oleh mereka yang telah menyaksikan dampak kematian massal.

    BBCOsama Saleh menemukan kerangka manusia di rumahnya.

    “Mayat-mayat itu sungguh menakutkan. Kami melihat teror,” kata Osama Saleh. “Saya bersumpah, ini adalah perasaan yang menyakitkan, saya menangis.”

    Banyak keluarga yang juga menuju rumah sakit untuk mencari sisa-sisa jenazah kerabat mereka.

    Di halaman Rumah Sakit Eropa di selatan Gaza, kumpulan tulang dan pakaian terhampar di atas kantong jenazah.

    Salah satunya adalah Zaki. Dia mencari keponakannya bernama Abdul Salam al-Mughayer, 19 tahun, dari Rafah, yang hilang di daerah Shaboura.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Zaki mengatakan Shaboura adalah tempat yang tidak akan pernah Anda datangi lagi jika pergi ke sana selama perang.

    “Jadi, kami tidak pergi mencarinya ke sana karena alasan itu. Kami tidak akan kembali.”

    Dia meyakini bahwa satu set tulang dan pakaian di depannya adalah milik Abdul Salam yang hilang. Dia berdiri bersama seorang pekerja rumah sakit, Jihad Abu Khreis, menunggu kedatangan saudara laki-laki Abdul Salam.

    “Saya 99% yakin mayat itu adalah dia,” kata Abu Khreis, “tetapi sekarang kita membutuhkan konfirmasi akhir dari saudaranya, orang-orang terdekatnya, untuk memastikan bahwa celana dan sepatu itu adalah miliknya.”

    BBCSaudara dari Abdul Salam memeriksa pakaian yang ditemukan beserta tulang-tulang.

    Tak lama kemudian, saudara laki-lakinya tiba dari kamp pengungsi tenda al-Mawasi, juga di selatan Gaza. Dia memiliki foto Abdul Salam di ponselnya. Ada foto sepatu larinya.

    Dia berlutut di depan kantong jenazah dan membuka penutupnya. Dia menyentuh tengkorak, pakaian. Dia melihat sepatu itu.

    Lalu, air mata menetes di matanya. Identifikasi selesai.

    Masih di tempat yang sama, satu keluarga tengah berjalan di sepanjang deretan kantong jenazah. Terlihat ada seorang nenek bersama putranya, saudari perempuan, dan seorang balita.

    Balita itu dijaga di belakang mereka, sementara perempuan tua dan putranya melihat ke balik penutup kantong jenazah.

    Mereka menatap selama beberapa detik kemudian saling berpelukan dalam kesedihan.

    Setelah itu, keluarga tersebut, dibantu oleh pekerja rumah sakit, membawa pergi sisa-sisa jenazah. Mereka menangis, tetapi tidak ada yang menangis keras.

    HandoutHandout Aya al-Dabeh, 13 tahun, terbunuh dalam serangan Israel ketika dia tinggal di sebuah sekolah.

    Aya al-Dabeh berusia 13 tahun dan tinggal bersama keluarganya serta ratusan pengungsi lain di sebuah sekolah di Tal al-Hawa, Kota Gaza utara. Dia memiliki delapan saudara.

    Suatu hari pada awal konflik, Aya pergi ke kamar mandi di lantai atas sekolah dan – menurut keluarganya – dia ditembak di dada oleh seorang sniper Israel.

    Angkatan Pertahanan Israel selalu membantah bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dan menyalahkan Hamas karena menyerang dari daerah sipil.

    Namun, selama perang, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa telah terjadi “penembakan intensif oleh pasukan Israel di daerah padat penduduk yang mengakibatkan pembunuhan yang melanggar hukum, termasuk terhadap warga sipil tak bersenjata.”

    Keluarga tersebut lalu menguburkan Aya di samping sekolah, dan ibunya, Lina al-Dabah, 43 tahun, membungkusnya dengan selimut “untuk melindunginya dari hujan dan matahari”.

    Ketika militer Israel mengambil alih sekolah, Lina melarikan diri ke selatan. Dia pergi bersama empat anak lainnya, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.

    Lina bersatu kembali dengan suaminya yang telah pergi membawa anak-anak yang lain.

    Lina tidak punya pilihan selain meninggalkan putrinya di tempat dia terbaring.

    Di dalam hati, dia berharap untuk dapat kembali dan mengambil jenazahnya agar dilakukan penguburan yang layak setelah kedamaian tiba.

    “Aya adalah gadis yang sangat baik hati, dan semua orang mencintainya. Dia mencintai semua orang, guru-gurunya dan studinya, dan dia sangat pandai di sekolah. Dia mendoakan yang terbaik untuk semua orang,” kata Lina.

    Ketika gencatan senjata datang, Lina meminta kerabat yang masih tinggal di utara untuk memeriksa kuburan anaknya.

    BBCAnggota keluarga yang selamat melihat foto Aya.

    Ternyata kabar yang diterima Lina sangat memilukan.

    “Mereka memberi tahu kami bahwa kepalanya ada di satu tempat, kakinya ada di tempat lain, sementara tulang rusuknya ada di tempat lain. Orang yang pergi mengunjunginya terkejut dan mengirimkan foto-foto itu kepada kami,” katanya.

    “Ketika saya melihatnya, saya tidak mengerti bagaimana putri saya dikeluarkan dari kuburnya, dan bagaimana anjing-anjing memakannya? Saya tidak percaya itu.”

    Kerabat Lina telah mengumpulkan tulang Aya. Lina dan keluarganya berencana segera ke utara untuk membawa sisa-sisa jenazah anaknya untuk dimakamkan dengan layak.

    Namun, ada kesedihan yang tak berakhir, dan pertanyaan yang tidak ada jawaban – pertanyaan sama yang melekat di Lina dan juga banyak orang tua yang kehilangan anak-anak mereka di Gaza.

    Upaya apa yang bisa mereka lakukan mengingat perang telah merusak semuanya?

    “Saya tidak bisa membawanya dari tempat dia dikuburkan,” kata Lina.

    Kemudian dia bertanya: “Kemana saya bisa membawanya?”

    Laporan tambahan oleh Malak Hassouneh, Alice Doyard, Adam Campbell.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Gempar Jaksa Jepang Diperkosa Bosnya, Publik Serukan Penyelidikan!

    Gempar Jaksa Jepang Diperkosa Bosnya, Publik Serukan Penyelidikan!

    Jakarta

    Para pendukung jaksa Jepang yang diduga diperkosa oleh bosnya, mengajukan petisi kepada pemerintah, yang menyerukan penyelidikan menyeluruh atas dugaan pemerkosaan tersebut. Pihak penyelenggara petisi mengatakan bahwa petisi tersebut telah ditandatangani oleh 58 ribu orang.

    Kentaro Kitagawa, yang berusia 60-an tahun, dituduh menyerang jaksa perempuan tersebut di kediaman resminya pada tahun 2018, ketika ia mengepalai Kantor Kejaksaan Umum Distrik Osaka.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025), wanita itu mengatakan dia mabuk dan tidak dapat melawan. Kitagawa ditangkap dan didakwa setelah dia menyampaikan tuduhannya tahun lalu.

    Pada sidang pertama bulan Oktober lalu, Kitagawa meminta maaf karena telah menyebabkan “kerusakan serius” pada wanita itu, dan mengatakan dia tidak akan menentang tuduhan tersebut.

    Namun pada bulan Desember, ia mengubah sikapnya. Pengacaranya mengatakan kepada wartawan, bahwa kliennya tidak menyadari bahwa jaksa tersebut tidak dapat menolak dan dia yakin bahwa ada persetujuan.

    Keesokan harinya, wanita itu mengadakan konferensi pers — dengan wajahnya disembunyikan dan tidak mengungkapkan namanya — dan menangis tersedu-sedu.

    “Kami hanyalah seorang bos dan bawahan, dan saya terlalu mabuk untuk menolak saat itu,” media lokal mengutip ucapannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 4 Orang Dihukum Mati di Pakistan karena Penistaan Agama

    4 Orang Dihukum Mati di Pakistan karena Penistaan Agama

    Jakarta

    Pengadilan Pakistan menjatuhkan hukuman mati kepada empat orang karena mengunggah konten penistaan agama secara online atau daring.

    “Mereka dijatuhi hukuman mati… pada hari Jumat karena menyebarkan konten penistaan agama secara daring terhadap Nabi Muhammad dan Al-Qur’an,” kata Rao Abdur Raheem, seorang pengacara dari Komisi Hukum Penistaan Agama Pakistan, sebuah kelompok swasta yang membawa kasus tersebut ke pengadilan, kepada AFP.

    “Kasus kami didukung oleh bukti forensik dari perangkat yang digunakan dalam tindakan keji ini,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025).

    Keempat pria itu dijatuhi hukuman di kota Rawalpindi, yang bertetangga dengan ibu kota Pakistan, Islamabad.

    Penistaan agama merupakan tuduhan yang menghasut di Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim, di mana tuduhan yang tidak berdasar sekalipun dapat memicu kemarahan publik dan berujung pada hukuman gantung.

    Pakistan telah menyaksikan peningkatan tajam dalam penuntutan kasus “penistaan agama secara online atau daring”.

    Seorang anggota kelompok pendukung yang dibentuk oleh keluarga korban, mengonfirmasi hukuman tersebut kepada AFP dan mengatakan kelompok tersebut akan menentang putusan tersebut.

    “Kami mendesak pemerintah untuk membentuk komisi guna menyelidiki peningkatan kasus ini sebelum anak-anak muda ini menghabiskan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka di balik jeruji besi.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pengungsi Palestina Mulai Kembali ke Gaza, Hamas: Ini Kemenangan!

    Pengungsi Palestina Mulai Kembali ke Gaza, Hamas: Ini Kemenangan!

    Jakarta

    Massa pengungsi Palestina mulai kembali ke utara Jalur Gaza yang dilanda perang pada hari Senin (27/1), setelah Israel dan kelompok Hamas mengatakan mereka telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan enam sandera lainnya.

    Terobosan ini mempertahankan gencatan senjata dan membuka jalan bagi lebih banyak pertukaran sandera-tahanan berdasarkan kesepakatan, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik selama lebih dari 15 bulan.

    Israel sebelumnya telah mencegah warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara, seiring Israel menuduh Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata. Namun, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Minggu malam, bahwa mereka akan diizinkan untuk melintas setelah kesepakatan baru tercapai.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025), massa mulai berjalan kaki ke utara di sepanjang jalan pesisir pada Senin pagi waktu setempat, membawa barang-barang apa pun yang mereka bisa.

    “Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda — jika itu masih sebuah rumah,” kata warga Gaza yang mengungsi Ibrahim Abu Hassera kepada AFP.

    Hamas menyebut kepulangan itu sebagai “kemenangan” bagi warga Palestina yang “menandakan kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan dan pemindahan”.

    Sementara itu, sekutunya, Jihad Islam, menyebutnya sebagai “respons bagi semua orang yang bermimpi menggusur rakyat kami”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu