Category: Detik.com Internasional

  • Ucapan Kontroversial Trump: Warga Palestina Akan Senang Hati Tinggalkan Gaza    
        Ucapan Kontroversial Trump: Warga Palestina Akan Senang Hati Tinggalkan Gaza

    Ucapan Kontroversial Trump: Warga Palestina Akan Senang Hati Tinggalkan Gaza Ucapan Kontroversial Trump: Warga Palestina Akan Senang Hati Tinggalkan Gaza

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial, dengan mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati” meninggalkan tanah air mereka di Jalur Gaza yang dilanda perang, dan tinggal di tempat lainnya jika diberi pilihan.

    Pernyataan kontroversial ini, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (5/2/2025), disampaikan Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, sebelum dia bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

    Trump mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati meninggalkan Gaza”.

    “Saya pikir mereka akan senang,” sebutnya, merujuk pada warga Palestina di Jalur Gaza.

    “Saya tidak tahu bagaimana mereka ingin bertahan. Itu adalah lokasi penghancuran,” ucap Trump, merujuk pada kondisi Jalur Gaza yang dilanda perang antara Israel dan Hamas selama lebih dari 15 bulan terakhir.

    Pernyataan ini disampaikan setelah Trump sebelumnya melontarkan gagasan yang menuai kritikan banyak pihak, yakni “membersihkan” Gaza dan mencetuskan warga Palestina di Jalur Gaza untuk direlokasi ke Mesir atau Yordania.

    Baik Kairo maupun Amman telah menolak mentah-mentah gagasan Trump tersebut. Pada Selasa (4/2) kemarin, para pemimpin Mesir dan Yordania menekankan “perlunya berkomitmen pada posisi persatuan Arab” yang akan membantu mencapai perdamaian.

    Namun Trump tampaknya tidak mempedulikan penolakan itu. “Ya, mereka mungkin mengatakan hal itu, tetapi banyak orang yang mengatakan hal itu kepada saya,” ucapnya kepada wartawan di Gedung Putih.

    Warga Gaza sendiri telah mengecam gagasan Trump, dengan beberapa warga Rafah mengatakan kepada AFP bahwa: “Kami tidak akan pergi.”

    Namun lagi-lagi, Trump tidak terpengaruh dengan reaksi penolakan semacam itu.

    “Jika kita dapat menemukan sebidang tanah yang tepat, atau banyak tanah, dan membangun tempat-tempat yang sangat bagus, pasti akan ada banyak uang di area tersebut, saya pikir itu akan jauh lebih baik daripada kembali ke Gaza, yang dilanda banyak kematian selama berpuluh-puluh tahun,” kata Trump.

    Ketika salah satu wartawan menekan Trump soal lokasi yang akan menjadi tempat tinggal baru warga Gaza, Trump menyebut lokasi itu mungkin ada di Yordania, Mesir, atau “tempat-tempat lainnya”.

    “Anda bisa memiliki lebih dari dua tempat,” cetusnya. “Ada orang-orang yang tinggal di tempat yang sangat indah, dan aman dan nyaman. Gaza telah menjadi bencana selama beberapa dekade,” imbuh Trump.

    Trump Sebut Warga Gaza Tak Punya Alternatif Lainnya

    Lebih lanjut, Trump menyebut warga Gaza tidak memiliki alternatif lain saat ini ketika ditanya wartawan AFP apakah langkah seperti itu sama saja dengan menggusur mereka secara paksa.

    “Mereka tidak memiliki alternatif lainnya sekarang,” sebut Trump.

    “Mereka ada di sana karena mereka tidak memiliki alternatif. Apa yang mereka miliki? Saat ini, itu adalah tumpukan puing besar-besaran… Saya rasa mereka akan sangat senang melakukannya. Saya pikir mereka akan dengan senang hati meninggalkan Gaza. Apa itu Gaza?” ucapnya.

    Terlepas dari gagasan kontroversialnya itu, Trump juga mengatakan dirinya “belum tentu” mendukung warga Israel pindah ke area tersebut.

    “Saya hanya mendukung pembersihannya dan melakukan sesuatu dengannya. Namun hal itu telah gagal selama beberapa dekade. Dan seseorang akan duduk di sini dalam 10 tahun atau 20 tahun dari sekarang dan mereka akan menghadapi hal yang sama,” ujar Trump.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bertemu Netanyahu, Trump: AS Akan Ambil Alih Jalur Gaza

    Bertemu Netanyahu, Trump: AS Akan Ambil Alih Jalur Gaza

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membicarakan terkait gencatan senjata dengan Hamas. Trump menyampaikan usulannya bahwa AS akan mengambil alih jalur Gaza.

    Trump juga menegaskan kembali seruannya bagi warga Palestina untuk pindah dari wilayah yang dilanda perang itu ke negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Yordania, meskipun Palestina dan kedua negara itu dengan tegas menolak usulannya.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan menguasainya,” kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Netanyahu, dilansir AFP, Rabu (5/2/2025).

    Trump mengatakan Amerika Serikat akan menyingkirkan bom yang tidak meledak, ‘meratakan lokasi’ dan menyingkirkan bangunan yang hancur. “Dan menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi penduduk di daerah itu,” imbuhnya.

    Namun Trump tampaknya mengisyaratkan bahwa bukan warga Palestina yang akan kembali ke sana.

    “Tidak seharusnya melalui proses pembangunan kembali dan pendudukan oleh orang-orang yang sama yang benar-benar di sana dan berjuang untuknya serta tinggal di sana dan meninggal di sana dan menjalani kehidupan yang menyedihkan di sana,” katanya.

    Trump mengatakan dua juta penduduk Gaza seharusnya “pergi ke negara-negara lain yang berkepentingan dengan hati yang manusiawi.”

    Sementara itu, Netanyahu memuji Trump sebagai “sahabat terbaik yang pernah dimiliki Israel.”

    Ia mengatakan rencana Presiden AS untuk Gaza dapat “mengubah sejarah” dan layak “diperhatikan.”

    Rencana Trump Ditolak

    Sebelumnya, Mesir dan Yordania dengan tegas menolak usulan Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza.

    Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan para pemimpin dunia harus “menghormati” keinginan warga Palestina.

    Warga Gaza juga mengecam gagasan Trump. “Trump menganggap Gaza adalah tumpukan sampah — sama sekali tidak,” kata Hatem Azzam yang berusia 34 tahun, seorang penduduk kota selatan Rafah.

    Presiden AS mengklaim berjasa mengamankan fase enam minggu pertama gencatan senjata Israel-Hamas setelah lebih dari 15 bulan pertempuran dan pemboman, dan ia diharapkan mendesak Netanyahu untuk beralih ke fase berikutnya yang bertujuan untuk perdamaian yang lebih langgeng.

    (yld/dnu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat    
        Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat

    Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat Saat Gencatan di Gaza tapi Israel Malah Membabibuta di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Gencatan senjata yang terjadi di Gaza, rupanya tak membuat Israel berhenti melakukan pembunuhan terhadap warga Palestina. Kini, Israel mengalihkan serangannya dari Gaza ke Tepi Barat.

    Sudah 70 orang yang tewas karena serangan brutal Israel sejak awal 2025. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Kementerian Kesehatan Palestina.

    “Tujuh puluh martir di Tepi Barat sejak awal tahun ini,” kata Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataannya yang dilansir dari AFP, Selasa (4/2/2025).

    Dari 70 orang korban tewas, 10 di antaranya anak-anak, satu wanita, dan dua lansia. Sungguh keji apa yang telah dilakukan Israel.

    Tentara Israel (REUTERS/Ammar Awad Foto: REUTERS/Ammar Awad)

    “Dibunuh oleh pendudukan Israel,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.

    Sebagai rincian, 38 orang tewas dalam operasi Israel di area Jenin, dan 15 orang lainnya tewas di Tubas, Tepi Barat bagian utara. Sementara itu satu orang lainnya tewas di area Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel.

    Simak di halaman selanjutnya

    Pembersihan Etnis

    Tindakan laknat Israel itu mendapatkan kecaman dari Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Otoritas Palestina menyebut Israel sedang melakukan ‘pembersihan etnis’.

    “Mengecam perluasan perang komprehensif otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis,” kata juru bicara kantor Abbas, Nabil Abu Rudeineh.

    Militer Israel melancarkan operasi besar-besaran di wilayah Tepi Barat sejak 21 Januari lalu, yang diklaim bertujuan untuk membasmi kelompok bersenjata Palestina dari area Jenin, yang disebut sejak lama menjadi sarang militan. Pada Minggu (2/2) waktu setempat, militer Israel mengklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 orang dalam operasi militer.

    Ilustrasi. Warga Palestina di Tepi Barat (Foto: REUTERS/Ammar Awad)

    “Kami menuntut intervensi pemerintah AS (Amerika Serikat) sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” ucap Rudeineh kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA, dalam pernyataannya.

    Saat ini, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu sedang berkunjung ke AS. Netanyahu akan memulai perbincangan mengenai tahap kedua gencatan senjata di Gaza, beberapa di antaranya pembebasan sandera dan penghentian perang yang lebih permanen.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Warga Gaza Tolak Ide Trump soal Relokasi: Kami Pemilik Tanah Ini!

    Warga Gaza Tolak Ide Trump soal Relokasi: Kami Pemilik Tanah Ini!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana merelokasi sementara warga Gaza, Palestina. Warga Gaza menolak keras ide gila Trump itu.

    Dilansir AFP, Selasa (4/2/2025), Hatem Azzam, warga kota Rafah, Gaza selatan, geram dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyarankan warga Gaza harus pindah ke Mesir atau Yordania. Azzam mengatakan Gaza bukanlah tumpukan sampah.

    “Trump menganggap Gaza adalah tumpukan sampah — sama sekali tidak,” kata pria berusia 34 tahun itu, menyerang kata-kata Trump tentang rencananya untuk ‘membersihkan semuanya’.

    Azzam menilai Trump sedang berkhayal. Dia juga mengkritik Trump yang memaksakan Mesir dan Yordania menerima migran. “(Trump) ingin memaksa Mesir dan Yordania untuk menerima migran, seolah-olah mereka adalah ladang pribadinya,” kata Azzam.

    Baik Mesir maupun Yordania telah dengan tegas menolak gagasan Trump, demikian pula warga Gaza dan negara-negara tetangga lainnya.

    Kemarahan Azzam muncul saat Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Washington pada Selasa malam dan membahas rencana untuk wilayah Palestina yang porak-poranda akibat perang selama lebih dari 15 bulan.

    “Trump dan Netanyahu harus memahami realitas rakyat Palestina dan rakyat Gaza. Ini adalah orang-orang yang berakar kuat di tanah mereka — kami tidak akan pergi,” kata Azzam kepada AFP.

    Ihab Ahmed, warga Rafah lainnya, menyesalkan bahwa Trump dan Netanyahu masih tidak memahami rakyat Palestina dan keterikatan mereka dengan tanah tersebut.

    “Kami akan tetap berada di tanah ini apa pun yang terjadi. Bahkan jika kami harus tinggal di tenda-tenda dan di jalanan, kami akan tetap berakar di tanah ini,” kata pria berusia 30 tahun itu.

    Ahmed mengatakan kepada AFP bahwa warga Palestina telah memetik pelajaran dari perang 1948 yang terjadi setelah mandat Inggris, ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka saat Israel didirikan, dan tidak pernah diizinkan untuk kembali.

    “Dunia harus memahami pesan ini: kami tidak akan pergi, seperti yang terjadi pada tahun 1948,” jelasnya.

    Sementara itu, Raafat Kalob khawatir tentang konsekuensi pertemuan Trump-Netanyahu terhadap hidupnya. Dia berharap rencana Trump tidak akan berhasil.

    “Saya berharap kunjungan Netanyahu ke Trump akan mencerminkan rencana masa depannya untuk menggusur paksa rakyat Palestina dan menggambar ulang Timur Tengah,” kata Kalob yang berdiri di dekat blok bangunan yang runtuh akibat perang di kota Jabalia, Gaza utara.

    “Saya sungguh berharap rencana ini tidak berhasil,” imbuhnya.

    Di belakangnya, deretan tenda yang disediakan oleh organisasi amal berjejer di sebidang tanah di kaki bangunan beton yang fasadnya masih memperlihatkan tanda-tanda perang, di mana terdapat lubang peluru, jendela yang hancur, dan fasad yang dilucuti dari lapisan batunya.

    Di Jabalia dan Gaza utara, daerah yang paling parah dilanda perang, warga Palestina yang mengungsi dan kembali setelah gencatan senjata berlaku pada 19 Januari telah tinggal di tenda-tenda di samping rumah mereka yang hancur.

    Warga Gaza: Kami Pemilik Tanah Ini!

    Warga bernama Majid al-Zebda optimistis. Dia berharap Trump menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang.

    “(Trump) akan menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang ini secara permanen,” katanya.

    Zebda, ayah enam anak yang kehilangan rumahnya dalam perang, mengatakan baik dia maupun warga Gaza tidak akan meninggalkan wilayah pesisir itu.

    “Kami adalah pemilik tanah ini, kami selalu ada di sini, dan akan selalu ada. Masa depan adalah milik kami,” katanya.

    Fase pertama gencatan senjata mengakhiri pertempuran di Gaza dengan rapuh dan memulai proses pertukaran sandera dan tahanan antara Israel dan Hamas, tetapi negosiasi belum dimulai untuk mengakhiri perang secara permanen.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Penembakan Massal Terjadi di Sekolah Swedia, 10 Orang Tewas

    Penembakan Massal Terjadi di Sekolah Swedia, 10 Orang Tewas

    Stockholm

    Penembakan massal terjadi di sebuah sekolah di Kota Orebro, Swedia. Polisi mengatakan 10 orang tewas akibat tembakan ini.

    Dilansir AFP, Selasa (4/2/2024), polisi langsung melakukan operasi besar-besaran usai penembakan itu. Warga diminta menjauh dari lokasi.

    Gambar dari tempat kejadian menunjukkan kehadiran polisi dalam jumlah besar dengan beberapa ambulans dan kendaraan darurat di luar sekolah.

    “Tingkat cedera tidak jelas. Operasi masih berlangsung,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.

    Polisi awalnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa empat orang telah ditembak, tetapi memperbarui hitungan beberapa menit kemudian menjadi lima.

    Polisi menyelidiki kasus ini sebagai percobaan pembunuhan. Warga diminta menjauhi area tersebut dan tetap tinggal di dalam rumah.

    “(Kasus) percobaan pembunuhan, pembakaran, dan pelanggaran senjata yang diperparah,” jelas polisi.

    Dalam pembaruan setelah pukul 14.00 waktu setempat, polisi menekankan bahwa “bahaya belum berakhir. Masyarakat HARUS menjauh.”

    Siswa di sekolah-sekolah terdekat dan sekolah yang dimaksud telah di-lockdown demi alasan keamanan.

    Polisi kemudian melaporkan ada korban tewas dalam insiden ini.

    “Sekitar 10 orang tewas hari ini,” kata kepala polisi Orebro Roberto Eid Forest kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa polisi “tidak bisa memberikan informasi lebih rinci” tentang jumlah tersebut.

    Berbicara kepada penyiar SVT, Menteri Kehakiman Gunnar Strommer mengatakan laporan itu sangat serius.

    “Pemerintah sedang berhubungan erat dengan polisi dan mengikuti perkembangan dengan saksama,” kata Strommer kepada SVT.

    Menurut beberapa media Swedia, para saksi melaporkan mendengar apa yang mereka yakini sebagai tembakan senjata api otomatis.

    Surat kabar Aftonbladet menulis bahwa mereka telah menerima laporan bahwa rumah sakit setempat telah mengosongkan ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif untuk mengantisipasi korban luka.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tawaran Jepang untuk Warga Gaza yang Sakit dan Terluka

    Tawaran Jepang untuk Warga Gaza yang Sakit dan Terluka

    Jakarta

    Negeri Matahari Terbit menawarkan kebaikan untuk Gaza yang dirundung Zionis. Jepang bersedia mengobati luka dan mencerdaskan generasi Gaza.

    Jalur Gaza kini sedang dalam gencatan senjata yang rapuh setelah puluhan ribu korban jiwa berjatuhan akibat agresi Israel sejak Oktober 2023. Tanah Palestina ini tinggal puing-puing dan debu.

    Warga Gaza mulai kembali ke rumahnya yang sudah hancur, mendapati jejak genosida oleh Israel. Gaza kini lebih mirip seperti kuburan, demikian laporan Al Jazeera. Tetap ada harapan untuk melanjutkan hidup.

    Gencatan senjata tahap pertama telah dimulai 19 Januari. Isinya adalah pembebasan sandera. Ada 33 sandera Israel yang ditahan Hamas yang dibebaskan dan Israel juga harus membebaskan 1.900 tahanan Palestina dari penjara-penjara negaranya Perdana Menteri Benyamin Netanyahu itu.

    Tahap kedua, Hamas sudah siap, yakni membebaskan semua sandera yang tersisa, disusul dengan penghentian peperangan secara permanen.

    Konflik berdarah ini dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina, dilansir Aljazeera, Senin (3/2), telah mengakibatkan lebih dari 61.709 korban tewas di Gaza, termasuk di dalamnya ada 17.492 anak-anak. Sebanyak 14.222 orang masih hilang dan diperkirakan tewas.

    Lebih dari 2 juta orang dipaksa angkat kaki dari tempatnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat situs webnya melaporkan ada 500 ribu orang yang mulai kembali ke Gaza setelah jeda perang terjadi. Jepang menawarkan bantuan.

    Halaman selanjutnya, Jepang menawarkan bantuan:

    Jepang Menawarkan Bantuan

    Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba (Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 50 pasien Palestina termasuk 30 anak penderita kanker yang semula mengungsi kini telah dalam perjalanan kembali ke Gaza. Total ada 6 ribu pasien siap dievakuasi dari Palestina. Ada 12 ribu orang yang dikategorikan “sangat membutuhkan perawatan”. Siapa yang bisa membantu mereka?

    Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan untuk menawarkan perawatan medis di wilayahnya kepada warga Jalur Gaza yang dalam keadaan sakit atau mengalami luka-luka akibat perang yang terus berkecamuk.

    Tawaran itu, seperti dilansir AFP, Selasa (4/2/2025), disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba saat berbicara dalam sidang parlemen pada Senin (3/2) waktu setempat.

    Kepada parlemen, Ishiba mengatakan pemerintahannya sedang menyusun kebijakan untuk memberikan dukungan di Jepang bagi “mereka yang sakit atau luka-luka di Gaza”.

    Disebutkan juga oleh Ishiba dalam pernyataannya bahwa peluang pendidikan juga dapat ditawarkan kepada orang-orang dari Gaza, yang kini berada di bawah gencatan senjata yang rapuh.

    Skema bantuan Jepang untuk Gaza bakal mirip dengan skema bantuan Jepang untuk Suriah tahun 2017. Saat itu, ada sejumlah warga Suriah yang diberi beasiswa kuliah di Jepang.

    “Kami sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan program serupa di Gaza, dan pemerintah akan berupaya mewujudkan rencana ini,” kata Ishiba.

    Namun jumlah pengungsi perang yang ditampung Jepang pada tahun-tahun kemarin cuma sedikit. Tahun 2023 lalu, Jepang hanya menerima 1.310 pencari suaka — kurang dari 10 persen dari total 13.823 pemohon pada tahun itu.

    Di bawah kerangka yang berbeda, pada akhir tahun lalu, Tokyo menerima total 82 orang sebagai mahasiswa dari Suriah yang diakui sebagai pengungsi oleh badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Skema ini, menurut pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang yang bertanggung jawab atas program tersebut, bertujuan untuk mendidik para pemimpin masa depan Suriah sebagai bagian dari kebijakan bantuan luar negeri jangka panjang Jepang.

    Halaman selanjutnya kabar Hamas berunding dengan Indonesia yang bersedia tampung eks tahanan Israel, benarkah?

    Kata Hamas

    Warga Gaza yang kembali ke tanah airnya yang hancur lebur. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

    Arab News memberitakan 15 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel akan ditampung di Pakistan. Kabarnya, ada pula Indonesia yang bersedia menampung. Benarkah?

    Dr. Khaled Qaddoumi, juru bicara Hamas, mengatakan kepada Arab News bahwa Israel sejauh ini telah membebaskan hampir 180 warga Palestina dan beberapa dari mereka telah pergi ke Mesir untuk menetap di sana. Sementara beberapa negara muslim, termasuk Mesir, Turki, Aljazair, Malaysia, Pakistan, dan Indonesia, telah menyatakan kesediaan mereka menampung para tahanan ini.

    “Kami telah secara resmi menerima konfirmasi bahwa Pakistan telah setuju untuk menerima 15 tahanan. Atas hal ini, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah Pakistan, rakyat Pakistan, dan lembaga Pakistan,” kata Dr Qaddoumi dilansir Arab News.

    Menanggapi pemberitaan tersebut, Juru Bicara Kemenlu Roy Soemirat menyebut tak ada pembicaraan mengenai masalah tahanan Palestina.

    “Terkait pertanyaan yang disampaikan mengenai pemberitaan pembicaraan dengan Hamas untuk menampung para tahanan, dapat disampaikan hal hal sebagai berikut. Hingga saat ini, tidak ada komunikasi resmi melalui jalur diplomatik antara Indonesia dan pihak terkait mengenai isu tersebut,” kata Roy saat dihubungi.

    Selain itu, Roy menyebut pemerintah Indonesia hanya berkomunikasi dengan Palestine National Authority. Namun, Roy tak menyampaikan komunikasi apa saja yang telah dilakukan Indonesia dengan otoritas Negara Palestina tersebut.

    Dilansir AFP, Senin (3/2) kemarin, Turki siap menampung sejumlah tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel. Niat baik ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Hakan Fidan saat melakukan kunjungan ke Qatar pada Minggu (2/2) waktu setempat.

    “Presiden kami (Recep Tayyip Erdogan) telah menyatakan bahwa kami siap untuk menampung sejumlah warga Palestina yang telah dibebaskan… demi mendukung perjanjian tersebut,” ucap Fidan saat berbicara dalam konferensi pers di Doha.

    Halaman 2 dari 3

    (dnu/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bill Gates dan Citra Seorang ‘Miliarder Baik’

    Bill Gates dan Citra Seorang ‘Miliarder Baik’

    Washington DC

    Kisah asal-usul Microsoft dan pendirinya, Bill Gates, telah diceritakan berulang kali sejak dia pertama kali muncul di mata publik pada tahun 1980an. Lahir pada tahun 1955 dari keluarga kaya, Gates memprogram gim video pertamanya pada usia 13 tahun. Dikirim ke sekolah persiapan eksklusif di Seattle, di sanalah dia berteman dengan calon pendiri Microsoft, Paul Allen.

    Gates kemudian menempuh studi di universitas bergengsi Harvard, tetapi kemudian mengundurkan diri untuk memulai “Micro-Soft” dengan Allen pada tahun 1975.

    Dalam memoarnya, “Source Code: My Beginnings,” yang terbit hari ini tanggal 4 Februari, Bill Gates meninjau kembali sejarah tersebut.

    “Saya merasa seperti orang yang tidak cocok sebagai seorang anak” dan “bertengkar dengan orang tua saya sebagai remaja yang memberontak,” serta “tantangan putus sekolah untuk bertaruh pada industri yang belum benar-benar ada.”

    Dua buku lainnya, yang membahas kiprahnya sebagai CEO Microsoft dan sebagai kepala Yayasan Gates, akan menyusul diterbitkan.

    Sekadar pemasaran?

    Penerbit memoar menggambarkan buku Gates sebagai “karya yang hangat dan inspiratif,” tetapi reporter investigasi Amerika Serikat Tim Schwab menepisnya sebagai “latihan pemasaran dan pencitraan merek” oleh orang kaya dan berkuasa.

    Schwab adalah penulis buku kritis tentang pendiri Microsoft, berjudul “The Bill Gates Problem: Reckoning with the Myth of the Good Billionaire” (2023).

    “Ketika miliarder lain terang-terangan mementingkan diri sendiri, Bill Gates selalu berusaha menampilkan dirinya sebagai seorang yang tidak mementingkan diri sendiri dan yang disebut miliarder yang baik,” kata Schwab kepada DW.

    “Sangat sedikit yang belum kita ketahui tentang kisah pribadi Bill Gates, dan hampir tidak ada hal baru atau bersifat mengungkap dalam buku ini,” kata Schwab.

    Namun, satu aspek menjadi berita utama baru-baru ini, seperti yang direnungkan Gates dalam memoarnya, bahwa dia mungkin akan didiagnosis mengidap autisme jika tumbuh dewasa saat ini.

    “Dia mencurahkan sekitar setengah halaman di bagian paling akhir buku” untuk topik tersebut, kata Schwab. Namun, bahkan satu detail baru ini belum disajikan dengan “cara yang sangat bijaksana atau reflektif,” tukasnya.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    ‘Saya sering berbicara dengan para pemimpin dunia’

    Berkat Microsoft, Gates menjadi orang terkaya di dunia pada tahun 1995 dan bertahan di posisi teratas estimasi majalah Forbes hingga tahun 2008, ketika dia mengundurkan diri dari perusahaan untuk fokus pada filantropi.

    Miliarder teknologi lainnya seperti Elon Musk atau Mark Zuckerberg telah melampaui Gates dalam peringkat Forbes. Kendati demikian, pada usia 69 tahun, kekayaannya mencapai sekitar USD107 miliar dan saat ini menduduki peringkat ke-13 orang terkaya yang masih hidup.

    Pada saat yang sama, Gates menikmati citra publik yang jauh lebih baik daripada taipan teknologi lainnya. Kombinasi kekayaan, koneksi, dan reputasi positif ini telah memberi Gates akses yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya ke para pembuat keputusan di seluruh dunia, termasuk pertemuan dengan Xi Jinping pada tahun 2023, atau makan malam tiga jam baru-baru ini dengan Presiden AS Donald Trump yang baru saja terpilih.

    Selama makan malam, menurut Gates, dia berbicara dengan Trump tentang kemungkinan penyembuhan HIV dan polio.

    “Kami berdua, menurut saya, sangat gembira tentang hal ini,” katanya kepada Wall Street Journal. “Karena yayasan ini sangat terlibat dalam isu-isu kesehatan global, saya sering berbicara dengan para pemimpin dunia. Dalam beberapa bulan terakhir, saya berbicara dengan Presiden Prancis Macron, Kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen,” Gates menambahkan.

    Bumerang revolusi pangan di Afrika

    Yayasan Gates menggunakan hubungan tersebut untuk membantu memerangi penyakit dan kelaparan di berbagai belahan dunia. Namun, buku Schwab mengemukakan argumen bahwa hasilnya cenderung tidak mencapai sasaran.

    Salah satu kasus kontroversial adalah ketika Yayasan Gates dilaporkan telah menggelontorkan hampir satu miliar dolar untuk program AGRA yang sebelumnya bernama Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika. Program yang diluncurkan pada tahun 2006 ini menjanjikan untuk menggandakan hasil pertanian dan mengurangi separuh kelaparan dan kemiskinan di 13 negara Afrika pada tahun 2020.

    Namun, batas waktu telah lewat dan sasaran besar Gates belum terpenuhi. Menurut penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni 2020, jumlah orang yang kelaparan di afrika bahkan tumbuh sebesar 30% di sejumlah negara.

    Pada bulan Agustus 2024, beberapa organisasi agama, pertanian, dan lingkungan Afrika secara terbuka menuntut ganti rugi dari Yayasan Gates. Dalam surat terbuka, mereka mendesak pihak yayasan untuk mengakui bahwa upaya mereka “telah gagal.”

    “Intervensi mereka semakin mendorong sistem pangan Afrika ke arah model pertanian industri yang terkorporatisasi, mengurangi hak rakyat atas kedaulatan pangan dan mengancam kesehatan ekologi dan manusia,” kata para penandatangan surat tersebut.

    Para pemimpin Afrika menuduh penyelenggara di balik AGRA mempromosikan “input sintetis yang mahal, pupuk dan benih” yang mencemari dan mengeraskan tanah, mengganggu ekosistem lokal, dan menempatkan “petani kecil pada belas kasihan harga global yang tidak stabil untuk mempertahankan hasil panen mereka.”

    Lapangkan jalan bagi Musk

    Schwab memperingatkan bahwa Gates masih merupakan “investor swasta yang tertarik untuk memperluas kekayaannya.”

    “Ketika dia berbicara dengan seseorang seperti Donald Trump atau pemimpin terpilih lainnya, dia harus memikirkan kekayaan pribadinya sendiri, kepentingan pribadinya sendiri. Dan kemudian dia juga harus memikirkan kepentingan yayasan Gates, yang disubsidi besar-besaran oleh pembayar pajak,” imbuh penulis tersebut.

    “Jika Anda melihat Yayasan Gates, salah satu proyek yang menurut Bill Gates paling ia banggakan adalah mekanisme pengadaan vaksin yang berbasis di Swiss, sebagian besar uang untuk proyek tersebut berasal dari pembayar pajak.”

    Pada saat yang sama,Gates terhubung dengan para pembuat keputusan melalui kontrak pemerintah untuk bisnis yang terkait dengan kerajaannya, dan melalui kontribusi politik, seperti sumbangan sebesar $50 juta yang dilaporkan kepada pesaing Trump, Kamala Harris.

    “Selama bertahun-tahun, Gates telah menormalisasi dan melegitimasi peran kekayaan ekstrem dalam demokrasi, khususnya dalam politik Amerika, dan ya, seseorang seperti Elon Musk mungkin mewakili langkah baru, evolusi baru dalam oligarki jenis itu, tetapi saya pikir mereka adalah bagian dari cerita yang sama,” kata Schwab.

    “Saya pikir orang-orang seperti Elon Musk saat ini berdiri di atas bahu Bill Gates.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Dunia Hari Ini: Rentetan Gempa Mengguncang Pulau Santorini di Yunani

    Dunia Hari Ini: Rentetan Gempa Mengguncang Pulau Santorini di Yunani

    Selamat hari Selasa! Berikut sejumlah informasi pilihan dari berbagai negara yang telah kami rangkumkan untuk Anda.

    Dunia Hari Ini edisi Selasa, 4 Februari 2025, kami awali dari wilayah Mediterania.

    Rentetan gempa guncang Pulau Santorini

    Pemerintah Yunani menutup sekolah dan mengirim tim penyelamat ke pulau Santorini, setelah aktivitas sesimik meningkat di kawasan yang dikenal sebagai tujuan wisata tersebut.

    Kementerian Perlindungan Sipil Yunani mengatakan lebih dari 200 gempa tercatat sejak akhir pekan lalu antara pulau vulkanik Santorini dan Amorgos.

    Gempa terkuat, berkekuatan 4,6 skala Richter, melanda perairan antara Santorini dan Amorgos, Minggu sore lalu (01/02).

    Tapi pemerintah Yunani mengatakan para ahli menyimpulkan rentetan gempa tidak terkait dengan aktivitas vulkanik.

    Warga di Santorini didesak untuk menjauh dari pelabuhan kecil Ammoudi, Armeni, Korfos, dan pelabuhan Fira, yang sebagian besar melayani kapal pesiar dan dikelilingi oleh tebing batu yang terjal.

    Setidaknya 19 orang tewas dalam ledakan bom di Suriah

    Bom mobil meledak di pinggiran kota Manbij di Suriah utara dan menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai belasan lainnya, menurut rumah sakit setempat.

    Mobil meledak di samping kendaraan lain yang membawa sebagian besar pekerja petani perempuan.

    Perawat di rumah sakit, Mohammad Ahmad, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa mereka yang tewas terdiri dari 18 perempuan dan satu laki-laki, sementara15 perempuan lainnya terluka dan ada yang dalam kondisi kritis.

    Belum ada kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.

    Bom di Moskow menewaskan pemimpin pro-Rusia

    Sebuah bom di blok apartemen mewah di Moskow menewaskan seorang pemimpin paramiliter pro-Rusia.

    Armen Sarkisyan, dari Ukraina timur, tewas akibat ledakan bahan meledak di lobi ‘Scarlet Sails’, sebuah kompleks di tepi Sungai Moskva hanya 12 kilometer dari Kremlin.

    Surat kabar Kommersant melaporkan seorang pengawal tewas dan tiga lainnya terluka, sementara kantor berita TASS menyebut aksi pengeboman sebagai pembunuhan yang direncanakan dengan matang.

    Armen dilaporkan merupakan pendiri batalion sukarelawan yang bertempur di Ukraina dan kepala federasi tinju di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia.

    Dugaan kekerasan seksual terhadap pesepakbola Spanyol

    Pesepakbola Spanyol Jenni Hermoso mengatakan salah satu momen paling membahagiakannya “ternoda”, ketika Luis Rubiales, mantan presiden Federasi Sepak Bola Spanyol, menciumnya.

    Luis dituduh melakukan kekerasan seksual setelah diduga mencoba menekan Jenni kalau hal tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka.

    Di hadapan pengadilan, Jenni mengatakan “tidak pernah” menyetujui tindakan yang membuatnya merasa tidak dihargai.

    “Saya tidak mendengar atau mengerti apa pun. Hal berikutnya yang dilakukannya adalah mencengkeram telinga saya dan mencium mulut saya,” katanya.

    “Saya tahu saya dicium oleh bos saya dan itu tidak seharusnya terjadi di lingkungan kerja mana pun.”

    Lihat juga Video ‘Santorini Diguncang Ratusan Gempa, Warga Berbondong-bondong ke Athena’:

  • Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus    
        Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus Trump-Netanyahu Akan Bertemu di Gedung Putih, Timur Tengah Jadi Fokus

    Washington DC

    Ketika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, dia diperkirakan akan berusaha memperbaiki hubungan yang renggang dengan Gedung Putih di bawah mantan Presiden Joe Biden.

    Netanyahu akan menjadi pemimpin asing pertama yang dijamu Trump di Gedung Putih sejak dia dilantik pada 20 Januari lalu.

    Dalam pertemuan itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (4/2/2025), keduanya diperkirakan akan membahas masa depan gencatan senjata Gaza dan upaya untuk mengakhiri perang Gaza, juga cara-cara untuk melawan Iran.

    Namun di sisi lain, Netanyahu juga bisa mendapat tekanan dari Trump yang sangat pro-Israel, yang kebijakannya untuk Timur Tengah mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan Netanyahu.

    Pertemuan keduanya digelar bertepatan dengan dilanjutkannya perundingan tidak langsung pada pekan ini antara Israel dan Hamas untuk membahas tahap kedua gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza.

    Trump dan Netanyahu diperkirakan akan mengadakan konferensi pers bersama.

    Sebelum pertemuan itu digelar, Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu (2/2) bahwa diskusi dengan Israel dan negara-negara lainnya di Timur Tengah “sedang berkembang”. Namun dia tidak memberikan rinciannya.

    Kawasan Timur Tengah berada pada titik kritis, dengan rapuhnya gencatan senjata Gaza, dan situasi serupa di Lebanon ketika gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hampir berakhir dalam beberapa pekan mendatang.

    Kekhawatiran mengenai ambisi nuklir Iran tetap ada, meskipun negara tersebut dinilai melemah.

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberikan serangkaian keberhasilan kepada Netanyahu, termasuk pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.

    Trump tetap menjadi pendukung kuat Israel, dan menuai pujian karena membantu mewujudkan kesepakatan gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas di Gaza bahkan sebelum dia kembali menjabat. Trump juga bersikeras mengatakan ingin mengakhiri perang di Timur Tengah.

    Tidak hanya itu, Trump juga mengharapkan untuk memperbarui upaya menuju normalisasi bersejarah antara Israel dan Arab Saudi. Hal ini menciptakan ketidakpastian mengenai seberapa besar kelonggaran yang akan diberikan Trump kepada Netanyahu.

    Selain bertemu Trump, Netanyahu juga bertemu jajaran pejabat senior pemerintahan Trump dan para pemimpin Kongres AS.

    Dia juga diperkirakan akan mencari jaminan untuk kelanjutan pasokan senjata AS ke Israel. Dalam beberapa setelah kembali ke Gedung Putih, Trump menyetujui pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Tel Aviv, yang sebelumnya diblokir oleh pemerintahan Biden.

    Netanyahu, sebelum terbang ke AS, sempat mengatakan bahwa dirinya berharap pembicaraannya dengan Trump akan membantu menata kembali peta kawasan Timur Tengah.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kacaukan Badan Pemerintahan AS, Elon Musk Digugat ke Pengadilan    
        Kacaukan Badan Pemerintahan AS, Elon Musk Digugat ke Pengadilan

    Kacaukan Badan Pemerintahan AS, Elon Musk Digugat ke Pengadilan Kacaukan Badan Pemerintahan AS, Elon Musk Digugat ke Pengadilan

    Washington DC

    Miliarder ternama Amerika Serikat (AS) dan orang kepercayaan Presiden Donald Trump, Elon Musk, digugat ke pengadilan federal setelah mengambil alih kendali atas sistem pembayaran pada Departemen Keuangan AS. Gugatan itu menuduh Musk secara ilegal mendapatkan akses kepada data pribadi jutaan warga AS.

    Musk, yang merupakan orang terkaya di dunia, memimpin upaya pemotongan biaya federal AS yang dilakukan pemerintahan Trump di bawah lembaga yang disebut Departemen Efisiensi Pemerintahan atau DOGE.

    Gugatan hukum terhadap Musk, seperti dilansir AFP, Selasa (4/2/2025), diajukan oleh sejumlah serikat pekerja dan kelompok advokasi akar rumput AS ke pengadilan federal Washington DC.

    Gugatan itu meminta hakim federal AS untuk menetapkan bahwa ilegal bagi Musk atau orang lain dari DOGE untuk memperoleh informasi pribadi soal para pembayar pajak dan memblokir Departemen Keuangan agar hal itu tidak terjadi.

    “Orang-orang yang harus membagi informasi dengan pemerintah federal tidak seharusnya dipaksa untuk membagikan informasi mereka dengan Elon Musk atau ‘DOGE’-nya,” demikian bunyi gugatan hukum tersebut.

    “Dan undang-undang federal mengatakan mereka tidak perlu melakukan hal tersebut,” imbuh dokumen gugatan tersebut.

    Musk, dalam pernyataan via media sosial X pada Senin (3/2), mengatakan bahwa: “Satu-satunya cara untuk menghentikan penipuan dan pemborosan uang pembayar pajak adalah dengan mengikuti alur pembayaran dan menghentikan transaksi mencurigakan untuk ditinjau.”

    “Tentu saja, hal ini membuat mereka yang selama ini membantu, bersekongkol, dan menerima pembayaran palsu menjadi sangat kesal. Sangat disayangkan,” tulis Musk dalam pernyataannya.

    Sistem pembayaran Departemen Keuangan AS, yang dijaga ketat, menangani aliran uang pemerintah AS, termasuk dana sebesar US$ 6 triliun per tahun untuk Jaminan Sosial, Medicare, gaji pegawai federal, dan pembayaran penting lainnya.

    Pengambilalihan kendali atas sistem pembayaran itu oleh Musk dan DOGE, menurut dokumen gugatan tersebut, telah disetujui oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent. Bahkan seorang pejabat karier Departemen Keuangan AS yang menolak untuk menyerahkan akses sistem pembayaran itu kepada DOGE telah dijatuhi sanksi cuti administratif. Pejabat itu kemudian memilih pensiun dari departemen tersebut.

    Menurut gugatan hukum itu, pemberian akses informasi pribadi Departemen Keuangan AS kepada individu yang berafiliasi dengan DOGE berarti “individu dari semua lapisan masyarakat tidak memiliki jaminan bahwa informasi mereka akan menerima perlindungan yang diberikan oleh undang-undang federal”.

    Laporan majalah Wired menyebut Musk menempatkan para pegawai muda DOGE, yang diambil dari perusahaannya sendiri, pada posisi-posisi penting pemerintahan. Pegawai muda yang disebut berusia 19-24 tahun itu juga ditempatkan pada Kantor Manajemen Personalia Federal AS — merupakan departemen sumber daya manusia untuk pegawai federal.

    Trump Tegaskan Elon Musk Tak Akan Bertindak Tanpa Izinnya

    Selain membuat geger Departemen Keuangan AS, Musk juga menuai kontroversi dengan menuding Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) sebagai “organisasi kriminal” dan mengumumkan pembubaran organisasi penting tersebut. Dia juga memicu didepaknya sejumlah pejabat tinggi AS.

    Hal semacam ini memicu kekhawatiran atas kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diberikan Trump kepada Musk, yang bukan seorang pejabat federal AS atau pejabat pemerintah AS atau pejabat yang dipilih oleh rakyat.

    Para politikus Partai Demokrat menuduh adanya perebutan kekuasaan yang inkonstitusional oleh Trump dan Musk. Senator ternama Demokrat, Elizabeth Warren, dari Komisi Perbankan Senat bahkan mengecam langkah Musk sebagai tindakan “sangat berbahaya” dan bisa memberikan risiko sistemik terhadap perekonomian.

    Trump, ketika ditanya soal hal tersebut di Ruang Oval Gedung Putih pada Senin (3/2), berusaha meredakan kritikan yang muncul. Dia menegaskan bahwa Musk tidak akan bertindak tanpa mendapat izin dirinya.

    “Elon tidak dapat melakukan dan tidak akan melakukan apa pun tanpa persetujuan kami,” tegas Trump.

    “Kami akan memberinya persetujuan jika diperlukan, dan jika tidak diperlukan, kami tidak akan memberinya persetujuan. Tapi dia akan melapor. Itu adalah sesuatu yang dia rasakan sangat kuat dan saya terkesan,” ucapnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu