Category: Detik.com Internasional

  • Pemilu di Greenland Bakal Jadi Perhatian Dunia, Mengapa?

    Pemilu di Greenland Bakal Jadi Perhatian Dunia, Mengapa?

    Jakarta

    Dalam keadaan biasa-biasa saja, pemilu ini mungkin tidak akan terlalu menarik perhatian dunia. Sekitar 40.000 pemilih akan memilih 31 anggota parlemen, dan semuanya akan berlangsung di sebuah pulau yang bahkan belum sepenuhnya otonom.

    Namun, pemilu kali ini berlangsung dalam situasi biasa-biasa saja. Pemilu yang akan diadakan di Greenland pada 11 Maret ini bisa menjadi titik awal bagi gejolak geopolitik lebih lanjut di Belahan Utara.

    Pertama, karena para pendukung kemerdekaan Greenland berharap pemilu ini dapat menghasilkan mandat kuat untuk pemisahan penuh Greenland dari Denmark.

    Saat ini, Greenland, yang dulunya adalah koloni Denmark, menjadi wilayah otonomi yang berada di bawah kekuasaan Denmark.

    Kedua, dan mungkin yang paling penting, karena Presiden AS Donald Trump telah membicarakan kemungkinan menjadikan Greenland bagian dari AS sejak terpilih pada November lalu.

    Kekayaan mineral Greenland

    Trump sering menyebutkan bagaimana mengendalikan Greenland akan menjadi kepentingan bagi keamanan AS. Sejak tahun 1950-an, AS telah mengoperasikan Pangkalan Antariksa Pituffik di barat laut Greenland.

    Ini adalah pos paling utara milik Amerika Serikat dan memiliki peran kunci dalam peringatan peluru kendali dan pemantauan ruang angkasa.

    Selain masalah keamanan, ekonomi juga mungkin memainkan peran dalam klaim Trump terhadap Greenland. Di bagian selatan Greenland, diperkirakan ada cadangan minyak, gas, emas, uranium, dan seng yang sangat berharga.

    Berkat perubahan iklim yang mencairkan tanah Greenland, penambangan cadangan ini pada akhirnya akan menjadi lebih mudah.

    Selama masa jabatan pertamanya, pada tahun 2019, Trump menawarkan untuk membeli Greenland. Pemerintah Denmark segera menolak tawaran tersebut.

    Namun, di masa jabatannya kali ini, Trump terus mengungkapkan niat ekspansionis, baik terhadap Kanada, Terusan Panama, Gaza, maupun Greenland.

    Bahkan sebelum ia resmi menjabat pada Januari, Trump mengirim putranya, Donald Trump Jr., ke Greenland — meskipun secara resmi dia berada di sana sebagai turis.

    Beberapa minggu kemudian, sebuah jajak pendapat diterbitkan yang menunjukkan hanya 6% orang Greenland yang ingin pulau mereka menjadi bagian dari AS, sementara 85% menentang ide tersebut.

    Dalam pidatonya di hadapan Kongres AS awal Maret, Presiden Trump kembali menyampaikan keinginannya, dengan mengarahkan komentarnya kepada rakyat Greenland.

    “Kami sangat mendukung hak Anda untuk menentukan masa depan Anda sendiri,” ujar Trump. Namun, hanya dua kalimat kemudian, dia seolah mengingkari ucapannya, dengan menyatakan, “Saya rasa kita akan mendapatkannya [Greenland] — entah bagaimana caranya, kita akan mendapatkannya.”

    Campur tangan asing?

    Mengingat hal ini dan pemilu yang akan datang, Greenland harus menghadapi kemungkinan adanya upaya dari luar untuk mempengaruhi suara negara tersebut — misalnya, dari Rusia atau Cina, keduanya juga memiliki agenda keamanan mereka sendiri di Arktik.

    Layanan keamanan nasional dan intelijen Denmark, PET, memperingatkan adanya disinformasi dari Rusia, khususnya: “Beberapa minggu menjelang pengumuman tanggal pemilu Greenland, beberapa kasus profil palsu terlihat di media sosial, termasuk profil yang menyamar sebagai politisi Denmark dan Greenland, yang turut menyebabkan polarisasi opini publik,” tandas PET, meskipun mereka tidak mengaitkan akun-akun tersebut dengan negara tertentu.

    Asisten profesor studi media di Universitas Kopenhagen, Johan Farkas mengaku familiar dengan jenis posting seperti itu karena juga beredar di media Rusia. Namun, dia tidak berpikir hal itu akan berdampak besar pada pemilu Greenland karena, selain bahasa Denmark, sebagian besar penduduk setempat berbicara bahasa Inuit.

    Greenland adalah komunitas yang sangat kecil dan erat dalam banyak hal,” ujar Farkas kepada DW. “Jadi, mempengaruhi akun palsu, atau hal-hal seperti yang kita lihat di masa lalu dan dalam pemilu lainnya, menurut saya bukanlah hal yang mudah dilakukan.”

    Namun, bukan berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Kekhawatiran saya sebagai peneliti disinformasi lebih terkait dengan bagaimana hal ini berkembang dalam politik makro. Apakah kita tiba-tiba akan melihat Elon Musk mengadakan wawancara podcast langsung dengan kandidat tertentu atau Trump mendukung kandidat tertentu? Itu adalah hal yang sangat bermasalah dan mengancam untuk pemilu yang bebas dan adil,” papar Farkas, dengan merujuk pada beberapa minggu sebelum pemilu Jerman baru-baru ini.

    Selama waktu itu, miliarder AS Musk muncul di media sosial bersama pemimpin partai sayap kanan Jerman, dan Wakil Presiden AS JD Vance menyerukan agar partai-partai tengah Jerman bekerja sama dengan sayap kanan.

    Kontroversi politik

    Sejak awal tahun, telah muncul sejumlah kontroversi seputar pemilu Greenland yang akan datang. Laporan-laporan menyebutkan bahwa para influencer dari gerakan “Make America Great Again” milik Trump membagikan uang $100 di ibu kota Greenland, Nuuk.

    Anggota parlemen setempat, Kuno Fencker, melakukan perjalanan ke Washington dan bertemu dengan seorang politisi Partai Republik yang berbicara kepadanya tentang bagaimana Greenland seharusnya menjadi wilayah Amerika Serikat.

    Profesor studi media Farkas tidak berpikir bahaya sudah berlalu — pemilu akan diadakan pada 11 Maret. “Namun,” katanya, “saya lebih khawatir sebulan yang lalu daripada sekarang.”

    Pada awal Februari, parlemen Greenland, Inatsisartut yang memiliki 31 kursi, mengesahkan undang-undang yang melarang donasi asing dan anonim kepada partai politik lokal. Donasi dari Denmark dikecualikan.

    Dan tawaran Trump untuk membeli negara mereka bukan satu-satunya hal yang akan dipilih oleh warga pada pemilu yang akan datang.

    Kemerdekaan dari Denmark

    Sekitar 57.000 orang Greenland, yang menyebut diri mereka Kalaallit, juga khawatir tentang masalah lain.

    Misalnya, sumber daya mineral apa yang harus dikembangkan oleh pulau mereka dan apakah, serta mitra asing mana yang harus mendapatkan konsesi untuk melakukannya.

    Perdebatan seputar pendapatan dari pertambangan adalah bagian dari argumen yang disampaikan oleh beberapa pihak untuk meraih kemerdekaan dari Denmark. Memungkinkan kepentingan asing untuk menambang di Greenland akan membuat Greenland kurang bergantung pada Denmark.

    Hal ini karena “Denmark menyumbang lebih dari setengah pendapatan anggaran Greenland untuk menutupi biaya pekerjaan, perawatan kesehatan, dan pendidikan, dengan biaya tahunan untuk dukungan administratif dan transfer keuangan langsung mencapai setidaknya $700 juta per tahun,” papar para peneliti dari Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington pada bulan Januari.

    Kemerdekaan adalah tujuan jangka panjang, tutur Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, setelah pidato Trump di Kongres AS. “Kami tidak ingin menjadi orang Amerika Serikat, maupun orang Denmark; kami adalah Kalaallit. Orang Amerika dan pemimpin mereka harus memahami itu,” tulis Egede di media sosial. “Kami tidak untuk dijual dan tidak bisa diambil. Masa depan kami ditentukan oleh kami di Greenland.”

    Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas orang Greenland mungkin memang ingin merdeka dari Denmark, tetapi mereka tetap belum memutuskan kapan dan bagaimana hal itu akan terjadi.

    Dan ketidakpastian itu tidak akan berubah setelah pemilu pada 11 Maret, ujar Farkas. “Saya rasa hal yang paling penting adalah untuk melihat gambaran besarnya dan menyadari bahwa ini bukan ancaman yang hilang begitu pemilu ini selesai,” demikian kesimpulannya. “Selama keinginan AS yang dideklarasikan untuk menguasai Greenland ada, ada risiko bahwa kita tiba-tiba akan melihat eskalasi dari kampanye yang berpengaruh semacam ini,” pungkasnya.

    Diadaptasi dari artikel bahasa Jerman

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Batalkan Hibah Rp 6,5 T ke Universitas Buntut Aksi Pro-Palestina

    Trump Batalkan Hibah Rp 6,5 T ke Universitas Buntut Aksi Pro-Palestina

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan dana hibah dan kontrak senilai US$ 400 juta (Rp 6,5 triliun) kepada Universitas Columbia terkait aksi pro-Palestina yang dilakukan mahasiswa di universitas tersebut tahun lalu.

    Departemen Kehakiman, Departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, seperti dilansir Middle East Monitor dan Associated Press, Selasa (11/3/2025), mengumumkan dalam pernyataan gabungan bahwa pemerintahan Trump telah membatalkan hibah dan kontrak untuk Universitas Columbia.

    Namun tidak disebutkan lebih lanjut, dalam pengumuman pada Jumat (7/3) tersebut, soal hibah dan kontak yang mana yang dibatalkan. Pengumuman itu hanya menyebut kegagalan Universitas Columbia dalam meredam antisemitisme di kampusnya sebagai alasan di balik pembatalan tersebut.

    Pihak Universitas Columbia telah membentuk komite disiplin baru dan meningkatkan penyelidikan internal terhadap mahasiswa yang kritis terhadap Israel, yang memicu kekhawatiran dari para pendukung kebebasan berbicara. Namun tampaknya upaya itu tidak cukup memuaskan bagi pemerintahan Trump.

    “Universitas harus mematuhi semua undang-undang antidiskriminasi federal jika mereka ingin menerima pendanaan federal. Sudah terlalu lama, (Universitas) Columbia telah mengabaikan kewajiban itu kepada mahasiswa-mahasiswa Yahudi yang belajar di kampusnya,” sebut Menteri Pendidikan AS Linda McMahon.

    Kebijakan Trump ini diambil setelah rentetan aksi protes oleh para mahasiswa pro-Palestina di berbagai universitas AS, termasuk Universitas Columbia, yang menentang perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

    Aksi ini melibatkan unjuk rasa dan pendirian kemah-kemah oleh para mahasiswa di berbagai kampus AS, dalam upaya menuntut universitas mereka menghentikan investasi pada perusahaan-perusahaan yang mendukung serangan Israel dan pendudukan militer di wilayah Palestina.

    Banyak pihak dari berbagai spektrum politik AS, dan khususnya dalam pemerintahan Trump saat ini, secara konsisten menuduh para demonstran pro-Palestina telah menyebarkan antisemitisme. Mereka menyerukan tindakan lebih keras terhadap para mahasiswa dan universitas yang terlibat.

    Menanggapi kebijakan pemerintahan Trump, juru bicara Universitas Columbia, Samantha Slater, menegaskan pihaknya “berjanji untuk bekerja sama dengan pemerintah federal guna memulihkan pendanaan federal untuk Columbia”.

    “Kami menganggap serius kewajiban hukum Columbia dan memahami betapa seriusnya pengumuman ini, dan berkomitmen memerangi antisemitisme dan memastikan keselamatan dan kesejahteraan para mahasiswa, fakultas dan staf kami,” tegas Slater dalam pernyataannya.

    Di sisi lain, banyak pihak yang mengkritik kebijakan itu sebagai penindakan keras terhadap kebebasan berbicara. Bahkan beberapa kelompok pro-Israel sendiri juga turut mengecam langkah pemerintahan Trump tersebut.

    Salah satunya adalah kelompok advokasi pro-Israel, J Street, yang mengatakan kepada Reuters bahwa pemotongan dana semacam itu hanya akan menghambat upaya dalam mengatasi dugaan adanya antisemitisme di dalam Universitas Columbia.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Duterte Ditangkap karena Kejahatan terhadap Kemanusiaan

    Duterte Ditangkap karena Kejahatan terhadap Kemanusiaan

    Jakarta

    Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap pada hari Selasa (11/3) di Manila, ibu kota Filipina oleh polisi yang bertindak berdasarkan surat perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Duterte ditangkap atas dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan perang mematikannya terhadap narkoba.

    Pria berusia 79 tahun itu menghadapi dakwaan “kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan”, menurut ICC, dilansir kantor berita AFP, Selasa (11/3/2025). Dakwaan ini dijeratkan atas tindakan keras yang menurut kelompok hak asasi manusia telah menewaskan puluhan ribu orang, yang sebagian besar miskin, oleh petugas dan warga sipil, seringkali tanpa bukti bahwa mereka terkait dengan narkoba.

    “Pagi-pagi sekali, Interpol Manila menerima salinan resmi surat perintah penangkapan dari ICC,” kata istana presiden dalam sebuah pernyataan.

    “Saat ini, dia berada dalam tahanan pihak berwenang,” imbuhnya.

    Pernyataan itu menambahkan bahwa “mantan presiden dan kelompoknya dalam keadaan sehat dan sedang diperiksa oleh dokter pemerintah”.

    Duterte ditangkap setelah mendarat di bandara internasional Manila usai melakukan lawatan singkat ke Hong Kong.

    Sebelumnya, berbicara kepada ribuan pekerja asal Filipina di Hong Kong pada hari Minggu lalu, mantan presiden tersebut mengecam penyelidikan ICC. Namun, dia mengatakan bahwa ia akan “menerimanya” jika penangkapan menjadi takdirnya.

    Otoritas Filipina meluncurkan penyelidikan formal pada bulan September 2021. Namun, dua bulan kemudian, penyelidikan itu ditangguhkan setelah Manila mengatakan sedang memeriksa ulang ratusan kasus operasi narkoba yang menyebabkan kematian di tangan polisi, pembunuh bayaran, dan warga sipil.

    Kasus tersebut dilanjutkan pada bulan Juli 2023, setelah panel yang terdiri dari lima hakim menolak keberatan Filipina bahwa pengadilan tersebut tidak memiliki yurisdiksi.

    Sejak saat itu, pemerintah Presiden Ferdinand Marcos telah berkali-kali mengatakan tidak akan bekerja sama dalam penyelidikan tersebut.

    Namun, Wakil Menteri Komunikasi Kepresidenan Claire Castro pada hari Minggu lalu, mengatakan bahwa jika Interpol “meminta bantuan yang diperlukan dari pemerintah, maka mereka wajib mengikutinya”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Atas Perintah ICC, Eks Presiden Duterte Ditangkap!

    Atas Perintah ICC, Eks Presiden Duterte Ditangkap!

    Jakarta

    Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap pada Selasa (11/3) setelah mendarat di bandara internasional Manila, ibu kota Filipina. Dia ditangkap oleh polisi yang bertindak berdasarkan surat perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas perang mematikannya terhadap narkoba, kata istana kepresidenan.

    “Pagi-pagi sekali, Interpol Manila menerima salinan resmi surat perintah penangkapan dari ICC,” kata istana kepresidenan Filipina dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Selasa (11/3/2025).

    “Saat ini, dia berada dalam tahanan pihak berwenang,” imbuh istana kepresidenan.

    Sebelumnya pada Senin (10/3), Duterte menyatakan siap untuk kemungkinan penangkapan dirinya, saat ICC dilaporkan hendak mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya terkait “perang melawan narkoba” yang menewaskan ribuan orang selama bertahun-tahun.

    Kesiapan itu, seperti dilansir Reuters, Senin (10/3/2025), disampaikan Duterte ketika dia sedang berkunjung ke Hong Kong.

    “Dengan asumsi bahwa (surat perintah penangkapan) itu benar, mengapa saya melakukannya? Untuk diri saya sendiri? Untuk keluarga saya? untuk Anda dan anak-anak Anda, dan untuk bangsa kita,” kata Duterte saat berpidato di Hong Kong, dalam upaya membenarkan kebijakannya yang brutal itu.

    “Jika ini benar-benar takdir hidup saya, tidak apa-apa, saya akan menerimanya. Mereka dapat menangkap saya, memenjarakan saya,” ucapnya.

    Kebijakan “perang melawan narkoba” menjadi kebijakan yang membawa Duterte ke tampuk kekuasaan tahun 2016 lalu, sebagai Wali Kota yang tidak konvensional dan berorientasi memberantas kejahatan, yang memenuhi janji kepada rakyat untuk membunuh ribuan pengedar narkoba di Filipina.

    Kantor Presiden Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa belum ada komunikasi resmi yang diterima pihaknya dari Interpol, namun mengindikasikan bahwa Duterte dapat diserahkan.

    “Para penegak hukum kami siap untuk mematuhi apa yang diamanatkan hukum, jika surat perintah penangkapan perlu dilaksanakan karena permintaan dari Interpol,” kata wakil sekretaris komunikasi kepresidenan Filipina, Claire Castro, saat berbicara kepada wartawan.

    Tonton juga Video: Hamas hingga Eropa Respons Surat ICC Tangkap Netanyahu-Gallant

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ngeri Tabrakan Kapal Tanker-Kargo di Laut Utara, 32 Orang Luka

    Ngeri Tabrakan Kapal Tanker-Kargo di Laut Utara, 32 Orang Luka

    London

    Tabrakan antara kapal tanker minyak dan kapal kargo di Laut Utara, dekat Inggris, memicu kebakaran hebat. Sedikitnya 32 orang mengalami luka-luka dalam insiden tersebut, dengan operasi penyelamatan besar-besaran sedang berlangsung.

    Otoritas Penjaga Pantai Inggris dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (11/3/2025), mengatakan operasi penyelamatan dikoordinasikan oleh pihak mereka setelah “laporan tabrakan antara kapal tanker dan kapal kargo di lepas pantai East Yorkshire” pada Senin (10/3) waktu setempat.

    Dilaporkan bahwa kapal tanker yang terlibat tabrakan itu membawa bahan bakar untuk jet dan sedang disewa oleh militer Amerika Serikat (AS).

    Menurut direktur pelabuhan Grimsby, Martin Boyers, para korban luka telah dievakuasi ke darat dengan tiga kapal untuk menjalani perawatan medis lebih lanjut. “Ambulans sedang mengantre di dermaga,” sebutnya.

    Tayangan televisi Inggris menunjukkan kepulan asap hitam pekat menjulang ke udara dan kobaran api menyelimuti kapal yang terlibat tabrakan di perairan berjarak sekitar 16 kilometer dari lepas pantai East Yorkshire.

    Royal National Lifeboat Institution (RNLI) mengonfirmasi kepada AFP bahwa ada laporan soal “kebakaran di kedua kapal” yang sedang direspons. RNLI menambahkan bahwa ada juga laporan yang menyebut “sejumlah orang telah meninggalkan kapal-kapal tersebut”.

    Organisasi Maritim Internasional mengonfirmasi secara terpisah kepada AFP bahwa “fokus saat ini adalah pada pemadaman kebakaran dan operasi pencarian dan penyelamatan”.

    Lihat juga Video: Kapal Tanker Tabrak Pos Polisi-Rumah Warga di Batam

    Laporan soal tabrakan itu disampaikan sekitar pukul 09.48 GMT. Otoritas Penjaga Pantai Inggris mengumumkan bahwa helikopter, pesawat, sekoci penyelamat dan kapal-kapal yang ada di sekitar lokasi tabrakan turut dikerahkan dalam operasi penyelamatan besar-besaran.

    Tabrakan Libatkan Kapal Tanker yang Disewa Militer AS

    Tabrakan ini melibatkan sebuah kapal tanker bernama Stena Immaculate, yang dimiliki oleh perusahaan Swedia Stena Bulk. Namun kapal tanker ini dioperasikan oleh Crowley, sebuah perusahaan maritim yang berkantor di AS.

    Crowley dalam pernyataan via media sosial X menyebut kapal tanker itu sedang membawa puluhan ribu ton bahan bakar Jet-A1 ketika bertabrakan dengan kapal kargo bernama Solong. Tabrakan terjadi ketika kapal tanker ini sedang menurunkan jangkar di dekat kota pelabuhan Hull, East Yorkshire.

    Kapal tanker ini disebut sebagai bagian dari program pemerintah AS, yang dirancang untuk memasok bahan bakar bagi angkatan bersenjata saat dibutuhkan. Juru bicara militer AS mengatakan kepada Reuters bahwa kapal tanker itu disewakan untuk jangka pendek kepada Komando Pengangkutan Laut Militer pada Angkatan Laut AS.

    Sementara kapal kargo Solong yang berbendera Portugal, dimiliki perusahaan Hamburg bernama Ernst Russ. Menurut Lloyd’s List Intelligence, kapal Solong membawa 15 kilometer natrium sianida, bahan kimia beracun yang digunakan dalam penambangan emas, dan alkohol yang jumlahnya tidak diketahui.

    Lihat juga Video: Kapal Tanker Tabrak Pos Polisi-Rumah Warga di Batam

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kesaksian Ngeri Penjarahan-Pembunuhan Penganut Alawi di Suriah

    Kesaksian Ngeri Penjarahan-Pembunuhan Penganut Alawi di Suriah

    Jakarta

    Pemimpin sementara Suriah menyerukan persatuan di tengah aksi kekerasan dan pembunuhan balas dendam yang terus berlangsung di wilayah-wilayah loyalis Bashar al-Assad, pada Minggu (09/03).

    Ratusan orang dilaporkan telah meninggalkan rumah mereka di Provinsi Latakia dan Tartus yang merupakan basis pendukung kuat mantan pemimpin yang digulingkan itu.

    Warga setempat menggambarkan penjarahan dan pembunuhan massal, termasuk korban anak-anak, di kampung halaman mereka.

    Di Hai Al Kusour, sebuah permukiman yang didominasi sekte Alawi di kota pesisir Banias, warga mengatakan jalanan dipenuhi dengan mayat-mayat yang berserakan, ditumpuk dan berlumuran darah.

    Para saksi mata menyebut laki-laki dari berbagai usia ditembak mati di sana.

    Sekte Alawi adalah cabang dari Islam Syiah dan mencakup sekitar 10% dari populasi Suriah, yang mayoritas Muslim Sunni.

    Bashar al-Assad berasal dari sekte tersebut.

    Koneksi internet tidak stabil dan, sekalinya terhubung, mereka mengetahui kabar kematian tetangga mereka dari unggahan Facebook.

    Seorang pria bernama Ayman Fares mengatakan kepada BBC bahwa dia masih hidup karena penahanannya baru-baru ini.

    Fares mengunggah video di akun Facebook-nya pada Agustus 2023 yang mengkritik Bashar al-Assad atas pemerintahannya yang korup. Dia ditangkap tidak lama kemudian.

    Fares baru bebas dari penjara setelah pasukan yang dipimpin kelompok militan membebaskan tahanan setelah kejatuhan Bashar al-Assad pada Desember silam.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Orang-orang yang menyerbu jalan-jalan Hai Al Kusour mengenali Fares sehingga dia terhindar dari kematian.

    Akan tetapi, rumah Fares tidak luput dari penjarahan. Fares mengaku mobilnya diambil dan mereka melanjutkan aksi penjarahan ke rumah-rumah lain.

    “Mereka orang asing, saya tidak mengenali identitas atau bahasa mereka, tetapi sepertinya orang Uzbek atau Chechnya,” ujar Fares melalui sambungan telepon.

    “Ada juga beberapa warga Suriah bersama mereka, tetapi bukan dari aparat keamanan resmi. Beberapa warga sipil juga termasuk di antara mereka yang melakukan pembunuhan,” tambahnya.

    Fares mengaku menyaksikan keluarga-keluarga dibunuh di rumah mereka sendiri. Dia melihat perempuan serta anak-anak berlumuran darah. Beberapa keluarga lari ke atap rumah untuk bersembunyi, tetapi tetap tidak terhindar dari pertumpahan darah.

    “Sungguh mengerikan,” katanya.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mendokumentasikan lebih dari 740 warga sipil tewas di kota-kota pesisir Latakia, Jableh, dan Banias.

    Selain itu, 300 anggota pasukan keamanan dan sisa-sisa rezim Assad dilaporkan tewas dalam bentrokan.

    BBC belum dapat memverifikasi jumlah korban tewas secara independen.

    Baca juga:

    Fares mengatakan keadaan mulai stabil setelah tentara Suriah dan pasukan keamanan tiba di kota Banias. Pasukan mendorong faksi-faksi lain keluar dari kota itu dan memfasilitasi keluarga-keluarga yang selamat untuk pergi ke tempat aman.

    Ali, seorang warga Banias lainnya yang meminta agar nama lengkapnya tidak disebutkan, membenarkan kesaksian Fares.

    Ali, yang tinggal di Kusour bersama istri dan putrinya yang berusia 14 tahun, melarikan diri dari rumahnya dengan dibantu pasukan keamanan.

    “Mereka datang ke gedung tempat kami tinggal. Kami terlalu takut, hanya bisa mendengar suara tembakan dan jeritan orang-orang di lingkungan itu. Kami mengetahui kematian dari unggahan Facebook ketika internet terhubung. Ketika penyerang tiba di gedung kami, kami pikir tamat sudah riwayat,” katanya.

    “Mereka mencari uang. Pintu tetangga kami digedor kemudian mobil, uang, emas, dan barang berharga lainnya dijarah. Tetapi tetangga kami tidak dibunuh.”

    Pertempuran terjadi antara pasukan keamanan Suriah dan loyalis Bashar al-Assad di wilayah pesisir negara itu awal pekan ini (Getty Images)

    Ali dan keluarganya dijemput tetangga mereka yang menganut Sunni. Keluarga Ali untuk sementara tinggal bersama mereka.

    “Kami hidup berdampingan selama bertahun-tahun, Alawi, Sunni, dan Kristen. Kami tidak pernah mengalami hal seperti ini,” katanya.

    “Warga Sunni bergegas melindungi warga Alawi dari pembunuhan yang terjadi dan sekarang pasukan resmi berada di kota untuk memulihkan ketertiban.”

    Menurut Ali, keluarga-keluarga lainnya diangkut ke sebuah sekolah di permukiman yang mayoritas Sunni. Mereka akan berlindung di sana sampai anggota faksi-faksi yang melakukan pembunuhan diusir dari Banias.

    Aksi kekerasan dimulai pada Kamis (06/03) setelah loyalis Assadyang menolak menyerahkan senjatamenyergap pasukan keamanan di sekitar kota-kota pesisir Latakia dan Jableh, menewaskan puluhan dari mereka.

    Ghiath Dallah, seorang mantan brigadir jenderal di tentara Assad, telah mengumumkan pemberontakan baru terhadap pemerintah saat ini, mengatakan bahwa dia mendirikan “Dewan Militer untuk Pembebasan Suriah”.

    Baca juga:

    Sejumlah laporan mengindikasikan bahwa mantan petugas keamanan rezim Assad yang menolak menyerahkan senjata sedang membentuk kelompok perlawanan di daerah pegunungan.

    Menurut Fares, sebagian besar komunitas Alawi menolak kelompok tersebut. Mereka menyalahkan Dallah dan loyalis garis keras Assad lainnya atas kekerasan yang terjadi.

    “Mereka mendapat keuntungan dari pertumpahan darah yang terjadi. Yang kami butuhkan sekarang adalah kemenangan aparat keamanan, serta menuntut para pelaku pembunuhan massal dari faksi-faksi yang bertanggung jawab supaya keamanan negara kembali pulih,” ujarnya.

    Baca juga:

    Di sisi lain, warga lainnya juga menyalahkan presiden sementara, Ahmad al-Sharaa.

    Mereka mengatakan al-Sharaaa membubarkan lembaga keamanan, tentara, dan polisi Suriah tanpa strategi yang jelas untuk menangani ribuan petugas dan personel yang menjadi pengangguran.

    Sebagian dari individu-individu ini, khususnya di kalangan kepolisian, tidak terkait dengan aksi pembunuhan yang terjadiselama rezim Assad.

    Pihak berwenang yang baru juga telah memecat ribuan pegawai negeri dari pekerjaan mereka.

    Meningat 90% populasi Suriah hidup di bawah garis kemiskinan dan ribuan orang kehilangan pendapatan, pemberontakan sangat rentan terjadi.

    Terdapat perbedaan pandangan di Suriah mengenai apa yang terjadi.

    Masyarakat luas mengutuk pembunuhan warga sipilterlepas dari agama merekaberbagai demonstrasi telah diselenggarakan di Damaskus untuk mengekspresikan rasa duka sekaligus mengutuk aksi kekerasan.

    Namun, selama dua hari terakhir, ada pula seruan “Jihad” di berbagai wilayah Suriah.

    Warga di Banias mengatakan bahwa beberapa warga sipil yang bersenjata bergabung dengan faksi-faksi tersebut dan turut ambil andil dalam pembunuhan.

    Tentara Suriah mengirim bala bantuan untuk menstabilkan wilayah tersebut (Getty Images)

    Mayoritas Sunni di Suriah mengalami kekejaman di tangan pasukan rezim Assad selama 13 tahun terakhir. Hal ini memicu kebencian sektarian terutama terhadap minoritas Alawi yang anggotanya dikaitkan dengan kejahatan perang.

    Menurut kelompok hak asasi manusia, terdapat bukti bahwa petugas keamanan Alawi di bawah rezim Assad terlibat dalam pembunuhan dan penyiksaan ribuan warga Suriah, yang mayoritas adalah Muslim Sunni.

    Anggota tentara dan pasukan keamanan yang terbunuh sebagian besar berasal dari komunitas Sunni. Sekarang, beberapa kalangan di komunitas Sunni menyerukan pembalasan.

    Namun, pemimpin Suriah sekarang menghimbau agar semua pihak tetap tenang.

    Ahmad al-Sharaa, yang pasukannya menggulingkan Assad tiga bulan lalu, kini harus menyeimbangkan antara memastikan keamanan bagi semua warga Suriah dan menegakkan keadilan atas kejahatan rezim Assad dan kaki tangannya.

    Meskipun dia memiliki otoritas atas beberapa pasukan yang membantunya berkuasa, beberapa faksi jelas berada di luar kendalinya.

    Faksi-faksi tersebut juga mencakup petempur asing yang punya agenda radikal.

    Untuk memimpin Suriah menuju masa depan yang aman dan demokratis, banyak yang berpendapat bahwa Ahmad al-Sharaa perlu mengakhiri kehadiran pejuang asing dan menyampaikan konstitusi yang melindungi hak-hak semua warga Suriah, terlepas dari latar belakang atau agama mereka.

    Meskipun dia terlihat sedang berupaya membangun kerangka hukum untuk mewujudkan konstitusi seperti itu, dia menghadapi tantangan besar untuk mengendalikan faksi-faksi garis keras kekerasan dan mengusir petempur asing.

    Berita terkait:

    Lihat juga Video: Mencekam Orang-orang Bersenjata Menyerang Restoran di Suriah

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kapal Tanker Tabrak Kargo Sewaan Militer AS di Laut Utara Inggris

    Kapal Tanker Tabrak Kargo Sewaan Militer AS di Laut Utara Inggris

    Jakarta

    Sebuah kapal kargo menabrak tanker sewaan militer Amerika Serikat (AS) yang membawa bahan bakar jet di Laut Utara, Inggris. Satu orang awak kapal kargo dilaporkan hilang.

    Dilansir AFP, Selasa (11/3/2025), Puluhan orang diselamatkan dalam operasi besar yang dikoordinasikan oleh Penjaga Pantai Inggris. Foto-foto yang beredar menunjukkan gumpalan besar asap hitam pekat beserta api mengepul dari lokasi kejadian yang jaraknya sekitar 10 mil (16 kilometer) di lepas pantai timur.

    Kapal Tanker Stena Immaculate “berlabuh di lepas pantai Laut Utara dekat Hull… (dan) ditabrak oleh kapal kontainer Solong”, kata operator Stena yang berbasis di AS, Crowley, dalam sebuah pernyataan.

    Kapal tanker itu disewa oleh militer AS dalam jangka pendek dengan Komando Pengangkutan Laut Militer, menurut Jillian Morris, juru bicara komando yang mengoperasikan kapal berawak sipil yang menyediakan transportasi laut untuk Departemen Pertahanan AS.

    Crowley mengatakan tabrakan tersebut merusak tanker yang berisi bahan bakar jet A1 hingga memicu kebakaran. Bahan bakar dilaporkan berserakan ke laut.

    Menurut layanan informasi Lloyd’s List, tanker tersebut membawa sekitar 220.000 barel bahan bakar jet, sementara Solong membawa 15 kontainer natrium sianida. Namun belum diketahui apakah ada senyawa yang mudah terbakar yang bocor.

    Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut situasi tersebut “sangat memprihatinkan”.

    “36 awak kapal berhasil dibawa ke pantai dengan selamat, satu orang dibawa ke rumah sakit. Satu awak kapal Solong masih belum ditemukan, setelah pencarian yang ekstensif terhadap awak kapal yang hilang, sayangnya mereka belum ditemukan dan pencarian telah berakhir,” kata Matthew Atkinson, Komandan Divisi Penjaga Pantai Inggris.

    Lihat juga Video: 5 Kapal Kargo di Taiwan Terdampar, Salah Satunya Berbendera Indonesia

    (taa/taa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tragis Bus Terbalik di Meksiko, 11 Orang Tewas

    Tragis Bus Terbalik di Meksiko, 11 Orang Tewas

    Jakarta

    Sebuah bus terbalik pada Senin (11/3) waktu setempat di sepanjang jalan raya Meksiko selatan. Insiden itu menewaskan 11 orang.

    Dilansir AFP, Selasa (12/3/2025), 12 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi terluka.

    Dua di antaranya dalam kondisi kritis, demikian pernyataan pemerintah negara bagian Oaxaca.

    Pihak berwenang akan meluncurkan penyelidikan atas penyebab kecelakaan itu, yang terjadi di dekat komunitas Santo Domingo Narro, katanya.

    Kecelakaan jalan raya yang mematikan sering terjadi di Meksiko karena kecepatan tinggi, kondisi kendaraan atau jalan yang buruk, dan kelelahan pengemudi.

    (taa/taa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pasokan Listrik ke Gaza Diputus Israel Bikin Hamas Murka

    Pasokan Listrik ke Gaza Diputus Israel Bikin Hamas Murka

    Gaza

    Israel memutus aliran listrik ke Jalur Gaza, Palestina. Hal itu membuat kelompok Hamas murka.

    Pemutusan listrik ke Gaza itu dilakukan atas perintah Menteri Energi Israel Eli Cohen. Perintah itu dikeluarkan seminggu setelah Israel memblokir semua bantuan ke wilayah Palestina usai kesepakatan gencatan senjata tahap II menemui kebuntuan.

    “Saya baru saja menandatangani perintah untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza,” kata Cohen dalam sebuah pernyataan video, seperti dilansir AFP, Senin (10/3/2025).

    Dia mengatakan Israel akan melakukan apapun untuk membawa pulang para sandera dari Hamas. Dia menyebut Israel ingin Hamas menghilang dari Gaza.

    “Kami akan menggunakan semua alat yang kami miliki untuk membawa kembali para sandera dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi berada di Gaza sehari setelah perang,” ujarnya.

    Upaya Israel itu mengingatkan pada hari-hari awal perang. Saat itu, Israel mengumumkan pengepungan yang mencakup pemutusan pasokan listrik ke Gaza.

    Satu-satunya jaringan listrik antara Israel dan Gaza memasok pabrik desalinasi air utama di wilayah itu yang melayani lebih dari 600.000 orang. Warga Gaza bergantung pada panel surya dan generator bahan bakar untuk listrik mereka.

    Sambungan ke pabrik desalinasi terputus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 sebelum disambungkan kembali pada Juli 2024. Namun, pabrik tersebut tidak dapat melanjutkan operasi hingga Desember 2024 karena jaringan listriknya rusak parah akibat perang.

    Akhir pekan lalu, Israel mengumumkan akan memblokir pengiriman bantuan ke Gaza hingga militan Palestina menerima persyaratannya untuk perpanjangan gencatan senjata yang sebagian besar telah menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan. Fase pertama gencatan senjata, yang berakhir pada 1 Maret, telah memungkinkan masuknya makanan penting, tempat tinggal, dan bantuan medis.

    Meskipun Israel mengatakan ingin memperpanjang fase pertama hingga pertengahan April, Hamas bersikeras pada transisi ke fase kedua yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang secara permanen. Hamas telah menuduh Israel melakukan kejahatan perang berupa hukuman kolektif dengan menghentikan bantuan.

    Hamas menyebut tindakan tersebut berdampak pada sandera Israel yang masih ditahan di sana. Dari 251 tawanan yang ditangkap selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, 58 orang masih berada di wilayah Palestina, termasuk 34 orang yang dikonfirmasi oleh militer Israel telah tewas.

    Pada Senin pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hamas tentang konsekuensi yang tidak dapat dibayangkan jika tidak membebaskan para sandera.

    Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu berencana untuk memberikan tekanan maksimum pada Hamas dalam minggu mendatang untuk menerima perpanjangan fase pertama berdasarkan ketentuan Israel. Penyiar Publik Kan mengatakan Israel telah menyusun rencana untuk meningkatkan tekanan di bawah skema yang dijuluki ‘Rencana Neraka’.

    Ini termasuk menindaklanjuti blokir bantuan dengan mengusir penduduk dari Jalur Gaza utara ke selatan, menghentikan pasokan listrik, dan memulai kembali pertempuran skala penuh. Israel memberlakukan pengepungan total di Gaza setelah 9 Oktober 2023, memutus pasokan air, listrik, dan makanan, terkadang melonggarkan dan terkadang memperketat masuknya bantuan hingga gencatan senjata menciptakan peningkatan akses bagi truk bantuan kemanusiaan.

    Hamas Murka

    Foto: Suasana buka puasa pertama di Jabalia, Gaza Utara (AFP/BASHAR TALEB)

    Hamas pun murka gara-gara perbuatan Israel. Kelompok Hamas menuduh Israel melakukan ‘pemerasan murahan dan tidak dapat diterima’ dengan menghentikan pasokan listrik ke Gaza.

    “Kami mengutuk keras keputusan pendudukan untuk memutus aliran listrik ke Gaza, setelah membuatnya kekurangan makanan, obat-obatan, dan air,” kata anggota biro politik Hamas, Izzat al-Rishq, dilansir kantor berita AFP, Senin (10/3/2025).

    Dia menuduh langkah Israel itu sebagai upaya putusa asa. Dia menyebut taktik tersebut tidak dapat diterima.

    “Upaya putus asa untuk menekan rakyat kami dan perlawanan mereka melalui taktik pemerasan murahan dan tidak dapat diterima,” ujarnya.

    Dilansir Al-Jazeera, warga Gaza saat ini mengalami kesulitan air bersih karena pabrik desalinasi air tak bisa beroperasi maksimal akibat listrik terputus. Pabrik ini memiliki generator dan panel surya, tetapi jumlah air yang dapat diproduksi tanpa kabel listrik tidak sama lagi.

    Sejak pemutusan listrik, orang-orang di wilayah selatan Gaza tidak dapat mengakses air seperti dulu. Pemutusan kabel listrik ini terjadi saat Israel terus menutup perlintasan Karem Abu Salem atau Kerem Shalom, yang mencegah bahan bakar, makanan, dan obat-obatan memasuki Gaza untuk hari kesembilan.

    Hamas sendiri terus mendorong segera dilakukan perundingan gencatan senjata tahap 2. Israel juga akan mengirim perwakilan ke perundingan tersebut, yang mana Hamas menekankan bantuan kemanusiaan kembali masuk ke wilayah yang terkepung.

    Sejauh ini, Hamas menyebut telah terjadi dua pertemuan langsung antara Hamas dan pejabat AS di Doha dalam beberapa hari terakhir. Hamas juga akan menggelar perundingan gencatan senjata tahap 2 dengan Israel di Doha.

    Dilansir AFP, delegasi tingkat tinggi Hamas juga menekankan perlunya ‘bergerak langsung untuk memulai perundingan tahap kedua’ yang akan bertujuan untuk meletakkan dasar bagi gencatan senjata permanen.

    Tuntutan Hamas untuk tahap kedua tersebut termasuk penarikan penuh Israel dari Gaza, diakhirinya blokade, rekonstruksi wilayah dan dukungan finansial. Juru bicara Hamas Abdel Latif Al-Qanoua mengatakan indikator sejauh ini “positif”.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan akan mengirim delegasi ke Doha. Israel telah menegaskan bahwa mereka menginginkan perpanjangan fase pertama gencatan senjata hingga pertengahan April.

    Periode awal tersebut berakhir pada tanggal 1 Maret setelah enam minggu relatif tenang yang mencakup pertukaran 25 sandera hidup dan delapan jenazah untuk pembebasan sekitar 1.800 tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Zelensky Tiba di Jeddah Jelang Perundingan Ukraina dengan AS

    Zelensky Tiba di Jeddah Jelang Perundingan Ukraina dengan AS

    Jakarta

    Presiden Volodymyr Zelensky tiba di Jeddah pada Senin waktu setempat menjelang perundingan antara Ukraina, Amerika Serikat beserta perwakilan Arab Saudi. Zelensky juga dijadwalkan bertemu putra mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).

    Dilansir AFP dan Aljazeera, Senin (10/3/2025), televisi pemerintah Saudi melaporkan kedatangan Zelensky di Jeddah, kota pelabuhan di Laut Merah tempat pertemuan puncak Ukraina-AS akan diadakan pada hari Selasa.

    “Kami mendarat di Jeddah,” kata seorang pejabat dari delegasi Ukraina dilansir AFP.

    Sementara, pertemuan antara Zelensky dan Pangeran MBS dilakukan sebelum bertemu dengan diplomat AS.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga sedang dalam perjalanan ke Jeddah.

    Di tengah perjalanan menuju Jeddah bersama Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz, Rubio optimistis pertemuan antara para pejabat senior Amerika dan Ukraina di Jeddah membuahkan hasil.

    Ia menekankan sangat penting meninggalkan pertemuan dengan perasaan yang kuat bahwa Ukraina siap “melakukan hal-hal sulit” dalam pembicaraan, sama seperti Rusia.

    Kemudian, penghentian sementara bantuan keuangan AS untuk Ukraina merupakan sesuatu yang menurut Rubio diharapkan dapat diselesaikan.

    Yang juga dipertaruhkan adalah bantuan militer dan intelijen yang sebelumnya ditawarkan oleh Amerika Serikat yang membantu Kyiv sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    (taa/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu