Category: Detik.com Internasional

  • Trump Kini Ancam Cabut Status Bebas Pajak Harvard Usai Setop Dana USD 2,2 M

    Trump Kini Ancam Cabut Status Bebas Pajak Harvard Usai Setop Dana USD 2,2 M

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus mengancam Universitas Harvard. Tidak puas dengan membekukan dana kampus sebesar USD 2,2 miliar, Trump kini mengancam akan mencabut status bebas pajak jika kampus tidak meminta maaf.

    Pemerintah AS diketahui pada Senin (14/4) mengumumkan akan membekukan dana hibah lebih dari USD 2,2 miliar dan USD 60 juta dalam bentuk kontrak dengan Harvard usai universitas itu dinilai melanggar hukum karena menoleransi anti-Semitisme terkait aktivisme kampus terhadap isu Palestina.

    Dilansir Reuters, Rabu (16/4/2025), pemerintahan Trump telah menegur sejumlah universitas di seluruh negeri atas penanganan terhadap gerakan protes mahasiswa pro-Palestina. Teguran itu dimulai dari Universitas Columbia, kini Harvard pun kena tegur.

    Trump menuding protes tersebut anti-Amerika dan antisemit, menuduh universitas-universitas menyebarkan Marxisme dan ideologi “kiri radikal”, dan menyebut akan mengakhiri hibah dan kontrak federal kepada universitas-universitas yang tidak menyetujui tuntutan pemerintahannya.

    Trump mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial pada Selasa (15/4) bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri status bebas pajak Harvard jika terus mendorong apa yang disebutnya “bersifat politis, ideologis, dan terinspirasi/mendukung teroris”

    Trump tidak merincikan teknis kebijakan itu. Berdasarkan Undang-Undang Pajak di AS, sebagian besar universitas dibebaskan dari pajak penghasilan federal karena dianggap “dioperasikan secara eksklusif” untuk tujuan pendidikan publik.

    Trump Ingin Harvard Minta Maaf

    Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump ingin Harvard meminta maaf atas apa yang disebutnya “antisemitisme yang terjadi di kampus mereka terhadap mahasiswa Yahudi Amerika.”

    Berdasarkan Judul VI, dana federal dapat dihentikan hanya setelah proses investigasi dan dengar pendapat yang panjang serta pemberitahuan 30 hari kepada Kongres, yang belum terjadi di Columbia atau Harvard. Beberapa profesor dan mahasiswa mengatakan protes tersebut secara tidak adil disamakan dengan antisemitisme sebagai dalih untuk serangan inkonstitusional terhadap kebebasan akademis.

    Columbia, sebuah sekolah swasta di New York, setuju untuk bernegosiasi atas tuntutan untuk memperketat aturan protesnya setelah pemerintahan Trump mengatakan bulan lalu telah menghentikan hibah dan kontrak senilai USD 400 juta, sebagian besar untuk penelitian medis dan ilmiah lainnya.

    Presiden Harvard Alan Garber dalam sebuah surat pada hari Senin waktu setempat mengatakan tuntutan yang diajukan pemerintahan Trump terhadap universitas termasuk audit untuk memastikan “keberagaman sudut pandang” mahasiswa dan fakultasnya dan mengakhiri program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi, merupakan “penegasan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak terikat oleh hukum” yang melanggar kebebasan berbicara konstitusional dan Undang-Undang Hak Sipil.

    Seperti Columbia, ia mengatakan Harvard telah berupaya untuk melawan antisemitisme dan prasangka lainnya di kampusnya sambil menjaga kebebasan akademis dan hak untuk melakukan protes.

    (taa/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempa M 5,6 Guncang Filipina

    Gempa M 5,6 Guncang Filipina

    Jakarta

    Gempa berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang Filipina selatan hari ini. Gempa ini memiliki kedalaman 30 kilometer.

    Dilansir AFP, Rabu (16/4/2025), gempa ini terjadi di lepas pantai Pulau Mindanao dengan kedalaman 30 kilometer. Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina menempatkan episentrum gempa 43 km barat daya dari kota Maitum. Kota yang terletak di daerah pegunungan dan penduduknya sedikit.

    Tidak ada kerusakan akibat gempa tersebut. Gempa dilaporkan terjadi sangat cepat.

    “Gempanya kuat tetapi tidak berlangsung lama. Kami telah memeriksa tetapi hasilnya negatif (tidak ada kerusakan atau korban jiwa),” kata seorang pejabat pemadam kebakaran di Maitum, Gilbert Rolifor.

    Gempa diketahui merupakan kejadian sehari-hari di Filipina, yang terletak di sepanjang ‘Cincin Api’ Pasifik, busur aktivitas seismik dan vulkanik yang kuat yang membentang dari Jepang hingga Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.

    Sebagian besar gempa tidak terlalu terasa oleh masyarakat, tetapi gempa bumi yang kuat dan merusak terjadi secara acak tanpa adanya teknologi yang tersedia untuk memprediksi kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.

    Lihat juga Video ‘Momen Kawanan Gajah Berkumpul Saat Gempa Guncang California’:

    (zap/taa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Xi Jinping Mesra di Vietnam Picu Amarah Trump

    Xi Jinping Mesra di Vietnam Picu Amarah Trump

    Jakarta

    China ‘mesra’ dengan Vietnam memicu amarah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kemesraan itu ditunjukkan melalui kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Vietnam dalam rangka tur Asia Tenggara.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/4/2025), Xi Jinping dalam kunjungan ke Vietnam ini secara terang-terangan menentang intimidasi sepihak tanpa menyebut Amerika Serikat. Kunjungan Xi itu menuai komentar Donald Trump yang menyebut kunjungan tersebut bertujuan untuk ‘mengacaukan’ AS.

    Xi berkunjung ke Vietnam sebagai bagian dari tur Asia Tenggara, yang mencakup Malaysia dan Kamboja, dengan Beijing berupaya memposisikan diri sebagai alternatif yang stabil dibandingkan Trump saat para pemimpin negara-negara dunia menghadapi tarif AS.

    Dalam kunjungannya, Xi menyerukan negaranya dan Vietnam untuk “menentang intimidasi sepihak dan menegakkan stabilitas sistem perdagangan bebas global”.

    Beberapa jam kemudian, Trump menyampaikan komentarnya saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, dengan menyebut pertemuan antara Xi dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, To Lam, bertujuan untuk melukai AS.

    “Saya tidak menyalahkan China. Saya tidak menyalahkan Vietnam. Saya tidak menyalahkan mereka. Saya melihat mereka bertemu hari ini, dan itu luar biasa,” ucap Trump dalam komentarnya.

    “Itu pertemuan yang baik… seperti berupaya mencari tahu, bagaimana mengacaukan Amerika Serikat,” cetusnya.

    China dan Vietnam menandatangani 45 perjanjian kerja sama sepanjang Senin (14/4) waktu setempat, termasuk kerja sama bidang rantai pasokan, kecerdasan buatan (AI), patroli maritim bersama dan pengembangan jalur kereta api.

    Pertemuan Xi Jinping dan Tom Lam

    Foto: Momen Trump dan Xi Jinping bertemu di Jepang tahun 2019 lalu (dok. Reuters)

    Dalam pertemuan dengan To Lam pada Senin (14/4), Xi mengatakan bahwa kedua negara “berada di titik balik sejarah … dan harus bergerak maju dengan tangan terbuka”.

    Lam, menurut kantor berita Vietnam News Agency, mengatakan setelah pembicaraan dengan Xi bahwa kedua pemimpin “mencapai banyak persepsi umum yang penting dan komprehensif”.

    Kunjungan Xi ini dilakukan hampir dua pekan setelah AS — pasar ekspor terbesar bagi Vietnam yang merupakan pusat manufaktur — memberlakukan tarif sebesar 46 persen untuk barang-barang Vietnam sebagai bagian dari rentetan tarif global.

    Meskipun penerapan tarif AS terhadap Vietnam dan sebagian besar negara lainnya ditangguhkan, China masih menghadapi tarif sangat besar dan berupaya mempererat hubungan perdagangan regional dan mengimbangi dampaknya dalam kunjungan luar negeri pertama Xi untuk tahun ini.

    Dari Vietnam, Xi akan melanjutkan kunjungan ke Malaysia dan Kamboja, dalam kunjungan yang disebut Beijing “sangat penting” bagi kawasan yang lebih luas.

    Xi sebelumnya mendesak Vietnam dan China untuk “dengan tegas menjaga sistem perdagangan multilateral, rantai pasokan, dan industri global yang stabil, serta lingkungan internasional yang terbuka dan kooperatif. Xi juga menegaskan bahwa “perang dagang dan perang tarif tidak akan menghasilkan pemenang, dan proteksionisme tidak akan menghasilkan apa-apa”.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Penjara-penjara di Prancis Dibakar dan Ditembaki Kelompok Misterius

    Penjara-penjara di Prancis Dibakar dan Ditembaki Kelompok Misterius

    Jakarta

    Gelombang serangan melanda penjara-penjara di Prancis. Serangan yang dilakukan kelompok tak dikenal itu membakar mobil-mobil di luar beberapa penjara, meninggalkan prasasti misterius, dan menembaki fasilitas dengan tembakan otomatis.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (16/4/2025), Menteri Kehakiman Gerald Darmanin dan Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau telah berjanji untuk mengintensifkan perang melawan narkotika dan kejahatan terkait narkoba dalam beberapa bulan terakhir.

    Sumber dari kantor kejaksaan dan kepolisian menyampaikan, sepanjang Minggu hingga Senin malam, mobil seorang sipir penjara dibakar di Seine-et-Marne di luar Paris dan tujuh kendaraan dibakar di tempat parkir pusat pelatihan staf penjara di Agen di Prancis barat daya. Secara keseluruhan, 21 kendaraan telah dicoret-coret dan atau dibakar sejak Minggu malam.

    Prasasti bertulisan ‘DDPF’, yang merupakan singkatan dari ‘hak-hak tahanan Prancis’, ditemukan di hampir semua lokasi, kecuali penjara dekat Toulon tempat para penyerang meninggalkan akronim misterius ‘DDFM’.

    Pihak berwenang Prancis menegaskan tidak akan menyerah dalam menangani teror tersebut. Disebutkan belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    “Berbagai upaya dilakukan untuk mengintimidasi lembaga pemasyarakatan, mulai dari pembakaran kendaraan hingga tembakan senjata api otomatis,” tulisnya di X sebelumnya.

    Ia menegaskan Prancis menghadapi perdagangan narkoba dan mengambil tindakan yang secara serius akan mengganggu jaringan kriminal.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Obama Puji Harvard Tolak Tunduk ke Trump Meski Diancam Dana Kampus Disetop

    Obama Puji Harvard Tolak Tunduk ke Trump Meski Diancam Dana Kampus Disetop

    Jakarta

    Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memuji keputusan Universitas Harvard menolak tuntutan Gedung Putih agar universitas tersebut mengubah kebijakannya usai terancam kehilangan dana federal. Obama, yang juga seorang alumni Harvard, menilai pembekuan tersebut melanggar hukum dan tidak adil.

    “Harvard telah memberi contoh bagi lembaga pendidikan tinggi lainnya – menolak upaya yang melanggar hukum dan tidak adil untuk mengekang kebebasan akademis, sambil mengambil langkah konkret untuk memastikan semua mahasiswa di Harvard dapat memperoleh manfaat dari lingkungan analitis intelektual, perdebatan yang ketat, dan rasa saling menghormati,” tulis Obama di media sosialnya seperti dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (16/4/2025).

    Obama meminta lembaga lain untuk mengikuti langkah Harvard dengan tidak mengalah pada tuntutan Trump. Mantan presiden yang lulus dari Sekolah Hukum Harvard pada tahun 1991 itu diketahui jarang mengkritik atau menegur pejabat pemerintah atau kebijakan pemerintah di media sosial sejak meninggalkan Gedung Putih hampir satu dekade lalu.

    Obama menjadi salah satu dari segelintir tokoh politik AS dan pejabat universitas yang sekarang menentang upaya pemerintahan Trump untuk membentuk kembali universitas-universitas top negara itu melalui tekanan, salah satunya dengan ancaman memotong dana penelitian.

    Sebelumnya Trump mendorong Universitas Harvard meminta maaf buntut kegiatan aktivisme yang membuat dana kampus itu terancam disetop. Trump menganggap kampus itu menoleransi anti-Semitisme terkait aktivisme kampus terhadap isu Palestina.

    “(Trump) ingin melihat Harvard meminta maaf. Dan Harvard harus meminta maaf,” kata Sekretaris Pers Karoline Leavitt dilansir kantor berita AFP, Rabu.

    Adapun Trump membekukan lebih dari $2 miliar (£1,5 miliar) dana federal untuk Harvard karena universitas tersebut tidak akan membuat perubahan pada perekrutan, penerimaan, dan praktik pengajaran yang menurut pemerintahannya merupakan kunci untuk memerangi antisemitisme di kampus.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Ingin Harvard Minta Maaf Usai Ancam Setop Dana Kampus Miliaran Dolar

    Trump Ingin Harvard Minta Maaf Usai Ancam Setop Dana Kampus Miliaran Dolar

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin Universitas Harvard meminta maaf buntut kegiatan aktivisme yang membuat dana kampus itu terancam disetop. Trump menganggap kampus itu menoleransi anti-Semitisme terkait aktivisme kampus terhadap isu Palestina.

    “(Trump) ingin melihat Harvard meminta maaf. Dan Harvard harus meminta maaf,” kata Sekretaris Pers Karoline Leavitt dilansir kantor berita AFP, Rabu (16/4/2025).

    Trump sebelumnya meminta agar dana miliaran dolar untuk Universitas Harvard disetop. Perintah ini buntut dari dugaan anti-semitisme atau anti-Yahudi di kampus.

    Pada hari Senin (14/4), Harvard menolak berbagai tuntutan dari pemerintahan Trump dengan tegas, sebagai konsekuensinya pemerintahan Trump kemudian memutuskan untuk membekukan pendanaan tersebut.

    Tindakan tersebut diambil beberapa jam setelah Presiden Universitas Harvard, Alan Garber, dalam sebuah surat kepada komunitas Harvard menyatakan; “Universitas tidak akan menyerahkan kemerdekaannya atau melepaskan hak-hak konstitusionalnya.”

    “Tak ada pemerintah-terlepas dari partai mana yang berkuasa-yang dapat mendikte universitas swasta, terkait apa yang bisa diajarkan, siapa yang bisa diterima dan dipekerjakan, serta bidang studi dan penyelidikan apa yang bisa mereka jalankan.”

    Dalam sebuah surat yang dirilis pada hari Jumat (11/04), Kementerian Pendidikan AS menyebutkan, Harvard “gagal memenuhi syarat intelektual dan hak-hak sipil yang mendasari investasi federal.”

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Salahkan Zelensky Lagi Usai Ukraina Diserang Rusia Besar-besaran

    Trump Salahkan Zelensky Lagi Usai Ukraina Diserang Rusia Besar-besaran

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkaitan dengan serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina. Trump mengatakan pemimpin Ukraina berbagi kesalahan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atas jatuhnya jutaan korban jiwa dalam konflik tersebut.

    “Anda tidak memulai perang melawan seseorang yang 20 kali lebih besar dari Anda dan kemudian berharap orang-orang memberi Anda beberapa rudal,” katanya di Gedung Putih pada hari Senin (14/4/2025) lalu, dilansir BBC.

    Komentar Trump itu menyusul serangan Rusia di Sumy pada hari Minggu lalu, yang dianggap menjadi serangan paling mematikan terhadap warga sipil tahun ini. Moskow juga menyerang pinggiran kota pada Senin malam.

    Sekjen NATO Mark Rutte diketahui pergi ke Ukraina pada hari Selasa untuk menunjukkan solidaritas dengan Kyiv setelah serangan rudal tersebut. Bergabung dengan Zelensky di Odesa, Rutte mengutuk pola mengerikan serangan terhadap warga sipil dan menganggap Rusia adalah agresor yang memulai perang.

    Trump pada hari Senin pertama kali menggambarkan serangan Sumy sebagai “mengerikan” tetapi mengatakan dia telah memberi tahu Rusia bahwa “melakukan kesalahan”. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Sementara itu, media Ukraina melaporkan bahwa telah ada upacara pemberian medali untuk veteran militer di kota itu pada hari serangan. Zelensky memecat kepala daerah Sumy pada hari Selasa, karena diduga menjadi tuan rumah acara tersebut, media lokal melaporkan.

    Trump pada hari Senin juga menyalahkan pendahulunya Joe Biden atas korban perang, yang diperkirakan mencapai ratusan ribu, bukan jutaan seperti yang dirinya klaim.

    “Sebut saja Putin nomor satu, sebut saja Biden yang tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, nomor dua, dan Zelensky.”

    Diketahui Pemerintahan Trump telah berupaya menjadi penengah gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dan telah mengadakan negosiasi dengan Moskow, yang telah menyingkirkan Kyiv.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Klaim Tewaskan Komandan Hizbullah dalam Serangan Udara di Lebanon

    Israel Klaim Tewaskan Komandan Hizbullah dalam Serangan Udara di Lebanon

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan telah menewaskan seorang komandan Hizbullah dalam serangan udara di dekat desa Aitaroun di Lebanon bagian selatan. Serangan Israel itu dilancarkan meskipun ada gencatan senjata sejak November lalu dengan kelompok bersenjata Lebanon tersebut.

    “Dini hari ini, IDF menyerang dan melenyapkan seorang komandan peleton di Pasukan Operasi Khusus Hizbullah, di wilayah Aitaroun di Lebanon selatan,” kata pihak militer Israel dalam sebuah pernyataan dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/4/2025).

    Saat ini sebagian besar lokasi militer milik kelompok Hizbullah di Lebanon selatan telah ditempatkan di bawah kendali tentara Lebanon. Demikian diungkapkan seorang sumber yang dekat dengan kelompok milisi itu pada Sabtu (12/4).

    Gencatan senjata pada 27 November 2024 lalu yang mengakhiri konflik selama lebih dari setahun antara Hizbullah dan Israel, termasuk perang besar-besaran selama dua bulan, menetapkan bahwa hanya pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan tentara Lebanon yang boleh dikerahkan di wilayah selatan negara itu.

    Kesepakatan itu mengharuskan kelompok yang didukung Iran itu, membongkar infrastruktur militernya yang tersisa di selatan dan memindahkan para petempurnya ke utara Sungai Litani, yang berjarak sekitar 30 kilometer (19 mil) dari perbatasan Israel.

    Berdasarkan gencatan senjata, Israel harus menyelesaikan penarikan pasukannya dari Lebanon paling lambat 18 Februari lalu, setelah gagal memenuhi tenggat waktu Januari. Namun, Israel tetap menempatkan pasukannya di lima tempat di Lebanon yang dianggapnya strategis.

    Israel pun terus menyerang apa yang disebutnya sebagai infrastruktur Hizbullah atau anggota kelompok itu di Lebanon.

    Lihat juga Video: Israel Rilis Rekaman Serangan yang Tewaskan Pemimpin Hizbullah

    (fca/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 138 Orang Tewas, 1.002 Terluka

    138 Orang Tewas, 1.002 Terluka

    Bangkok

    Jumlah korban tewas di Festival Songkran yang digelar di Thailand terus meningkat. Selama empat hari penyelenggaraan, 138 orang dilaporkan meninggal dunia.

    “Empat hari pertama dari tujuh hari Songkran yang berbahaya menyaksikan 1.000 kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan 138 kematian dan 1.002 cedera,” kata Pusat Keselamatan Jalan Thailand dilansir Nation Thailand, Selasa (15/4/2025).

    Wakil Menteri Pendidikan Surasak Phancharoenworakul mengatakan pada Hari Senin (14/4), ada 241 kecelakaan. Jumlah kematian mencapai 34 orang dan 249 lainnya terluka.

    Menurut Surasak, penyebab utama kecelakaan yakni 44,40% karena kebut-kebutan dan 24,90% karena berkendara dalam pengaruh alkohol.

    Surasak menyebut kampanye kesadaran berkendara oleh Pusat Keselamatan Jalan Raya Thailand telah menghasilkan penurunan statistik kecelakaan, meski ia tak memberikan angka spesifik.

    Dengan banyaknya orang yang diperkirakan akan kembali ke Bangkok atau provinsi tempat mereka bekerja, Surasak mendesak semua lembaga pemerintah terkait untuk menegakkan langkah-langkah keselamatan guna memastikan perjalanan yang aman bagi para wisatawan.

    Songkran yang merupakan festival perang air yang populer dan menarikan wisatawan dari seluruh dunia, biasanya berlangsung selama hampir seminggu.

    Tahun lalu, sedikitnya 287 orang tewas dalam 2.044 kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama sepakan masa liburan. Sementara itu, jumlah korban tewas selama festival Songkran tahun 2023 mencapai sedikitnya 264 orang.

    Lihat juga video: Basah-basahan di Festival Songkran Thailand

    (isa/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Salahkan Zelensky Lagi Usai Ukraina Diserang Rusia Besar-besaran

    Dana Miliaran Dolar Disetop Buntut Harvard Melawan Perintah Trump

    AS

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta agar dana miliaran dolar untuk Universitas Harvard disetop. Perintah ini buntut dari dugaan anti-semitisme atau anti-Yahudi di kampus.

    Dilansir AFP, Selasa (1/4/2025), Trump telah secara agresif menargetkan universitas-universitas bergengsi di AS yang mahasiswanya banyak terlibat protes sengit terhadap perang Israel melawan Hamas di Gaza.

    Trump mencabut dana federal mereka dan memerintahkan petugas imigrasi untuk mendeportasi demonstran mahasiswa asing, termasuk mereka yang memiliki kartu hijau.

    Pemerintah AS sempat mengancam akan melihat kontrak senilai USD 255,6 juta antara Harvard dan pemerintah, serta komitmen hibah multi-tahun senilai USD 8,7 miliar untuk institusi Ivy League yang bergengsi itu.

    Para kritikus Trump berpendapat upaya pemerintahan Trump bersifat pembalasan dan akan memiliki efek yang mengerikan pada kebebasan berbicara, sementara para pendukungnya bersikeras bahwa hal itu perlu untuk memulihkan ketertiban di kampus-kampus dan untuk melindungi mahasiswa Yahudi.

    Menteri Pendidikan AS Linda McMahon mengatakan kegagalan Harvard untuk melindungi mahasiswa di kampus dari diskriminasi antisemit serta mempromosikan ideologi yang memecah belah ketimbang kebebasan bertanya telah membahayakan reputasinya.

    “Harvard dapat memperbaiki kesalahan ini dan mengembalikan dirinya ke kampus yang didedikasikan untuk keunggulan akademis dan pencarian kebenaran, tempat semua mahasiswa merasa aman di kampusnya,” ujarnya.

    Baca berita selengkapnya di halaman berikutnya>>

    Harvard Menolak Tunduk

    Foto: Kampus Harvard. (Screenshoot doc. Harvard University)

    Presiden atau Rektor Harvard, Alan Garner, mengatakan penghentian pendanaan dapat mengancam berbagai penelitian. Dia mengatakan pemerintahan Trump telah memberi tahu rencana penghentian anggaran itu.

    “Jika pendanaan ini dihentikan, penelitian yang menyelamatkan nyawa akan terhenti dan membahayakan penelitian dan inovasi ilmiah yang penting. Pemerintah telah memberi tahu kami bahwa mereka mempertimbangkan tindakan ini karena mereka khawatir Universitas belum memenuhi kewajibannya untuk mengekang dan memerangi pelecehan anti-Semit,” ujarnya.

    Garner menolak karakterisasi ini dan mengatakan universitas telah memperkuat aturan dan pendekatan untuk mendisiplinkan pihak yang melanggarnya selama 15 bulan terakhir sebagai cara mengatasi anti-Semitisme di kampus.

    Trump sebelumnya menargetkan Universitas Columbia di New York dengan mengkaji ulang pendanaan sebesar USD 400 juta dan menahan mahasiswa pascasarjana yang terkait dengan protes untuk dideportasi serta berusaha menangkap yang lainnya.

    Sementara itu, Universitas Columbia kemudian mengumumkan paket konsesi kepada pemerintah terkait definisi anti-Semitisme, pengawasan protes, dan pengawasan untuk departemen akademik tertentu. Namun, mereka tidak memenuhi beberapa tuntutan yang lebih keras dari pemerintahan Trump.

    “Tindakan Gugus Tugas hari ini mengikuti tinjauan serupa yang sedang berlangsung terhadap Universitas Columbia. Tinjauan tersebut menyebabkan Universitas Columbia setuju untuk mematuhi sembilan prasyarat untuk negosiasi lebih lanjut terkait pengembalian dana federal yang dibatalkan,” kata pernyataan resmi Columbia.

    Dana untuk Harvard Dibekukan

    Foto: Kampus Harvard (DW News)

    Universitas Harvard akhirnya terkena pembekuan dana federal sebesar USD 2,2 miliar. Dana Harvard itu dibekukan setelah Harvard menolak daftar tuntutan dari Gedung Putih.

    Dilansir AFP, Selasa (15/4/2025), Universitas Harvard telah mengumumkan kepada mahasiswa dan staf yang menentang seruan untuk perubahan tata kelola, praktik prekrutan, dan kebijakan penerimaan dari pemerintahan Donald Trump.

    “Pernyataan Harvard hari ini memperkuat pola pikir hak istimewa yang meresahkan yang endemik di universitas dan perguruan tinggi paling bergengsi di negara kita – bahwa investasi federal tidak disertai dengan tanggung jawab untuk menegakkan hukum hak-hak sipil,” kata Satuan Tugas Gabungan Trump untuk Memerangi Anti-Semitisme dalam sebuah pernyataan.

    Dilansir BBC, Gedung Putih mengirim daftar tuntutan ke Harvard minggu lalu yang katanya dirancang untuk melawan antisemitisme di kampus, termasuk perubahan pada tata kelolanya, praktik perekrutan, dan prosedur penerimaan mahasiswa.

    Harvard dengan tegas menolak tuntutan tersebut pada Senin (14/4) dan mengatakan Gedung Putih berusaha untuk “mengendalikan” komunitasnya.

    Adapun salah satu tuntutan Gedung Putih yakni: mengurangi kewenangan yang dimiliki mahasiswa dan staf pengajar tidak tetap; melaporkan mahasiswa yang ‘memusuhi’ nilai-nilai Amerika kepada pemerintah federal; dan mempekerjakan pihak eksternal yang disetujui pemerintah untuk mengaudit program dan departemen “yang paling memicu pelecehan anti-semit”.

    Selain Harvard, Trump juga telah menarik dana federal sebesar USD 400 juta dari Universitas Columbia. Mereka menilai kampus itu gagal memerangi antisemitisme dengan melindungi mahasiswa Yahudi di kampusnya.

    Ketika USD 400 juta ditarik, Universitas Columbia menyetujui beberapa tuntutan administrasi, yang menuai kritik dari beberapa mahasiswa dan fakultas.

    Lihat juga video: Aksi Ratusan Wisudawan Harvard Walk Out Sambil Teriak Free Palestine

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini