Category: Detik.com Internasional

  • Netanyahu Perintahkan Militer Israel Tingkatkan Tekanan ke Hamas

    Netanyahu Perintahkan Militer Israel Tingkatkan Tekanan ke Hamas

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militernya untuk mengintensifkan tekanan pada Hamas. Instruksi tersebut disampaikan Netanyahu usai kelompok Hamas disebut menolak usulan Israel untuk melakukan gencatan senjata sementara dan sebaliknya menuntut kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera.

    Dilansir Reuters, Minggu (20/4/2025), dalam pidato yang disiarkan pada Sabtu malam, Netanyahu mengatakan meskipun perang harus dibayar mahal, Israel mengaku akan terus berjuang hingga menang.

    “Tidak punya pilihan selain terus berjuang demi eksistensi kami, hingga menang,” ujar Netanyahu.

    Mediator Mesir telah berupaya memulihkan gencatan senjata, yang ditinggalkan Israel bulan lalu setelah berupaya memperpanjang gencatan senjata sementara yang telah membebaskan 38 sandera.

    Hamas, yang militannya melakukan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang, mengatakan mereka hanya akan membebaskan sandera yang tersisa berdasarkan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

    Hamas Isyaratkan Tolak Tawaran Gencatan Senjata Israel

    Sebelumnya, perundingan gencatan senjata selama 45 hari berakhir buntu. Dalam tawaran terbaru Israel itu, Tel Aviv menuntut pembebasan 10 sandera yang masih hidup, dengan imbalannya sebanyak 1.231 tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel dan bantuan kemanusiaan kembali diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza.

    Namun, seorang pejabat Hamas menyebut bahwa tawaran Israel itu juga menuntut perlucutan senjata para petempur Hamas demi mengamankan akhir perang sepenuhnya. Tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh Hamas.

    “Hamas mengupayakan kesepakatan komprehensif yang melibatkan pertukaran tahanan dalam satu paket sebagai imbalan atas penghentian perang, penarikan pendudukan dari Jalur Gaza, dan dimulainya rekonstruksi,” cetusnya.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Singkat, Ukraina Klaim Masih Diserang

    Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Singkat, Ukraina Klaim Masih Diserang

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah secara singkat terkait perang dengan Ukraina. Pihak Ukraina mengklaim wilayahnya masih diserang pascagencatan senjata itu.

    Dilansir CNN, Minggu (20/4/2025), Putin mengatakan “semua permusuhan” akan terhenti antara pukul 6 sore waktu Moskow pada Sabtu (11 pagi ET) dan tengah malam pada Senin (5 sore Minggu ET).

    “Kami berasumsi bahwa pihak Ukraina akan mengikuti contoh kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa gencatan senjata akan membantu Rusia menentukan seberapa tulus Kyiv ingin mencapai gencatan senjata.

    Namun, hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, pejabat Ukraina menuduh pasukan Rusia terus bertempur.

    “Menurut laporan panglima tertinggi, operasi penyerangan Rusia berlanjut di beberapa bagian garis depan dan artileri Rusia terus menembak,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya pada Sabtu malam.

    Ukraina menanggapi deklarasi gencatan senjata Putin tersebut dengan skeptis. Zelensky menyoroti Putin yang masih belum menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    “Ini akan menunjukkan niat Rusia yang sebenarnya, karena 30 jam cukup untuk menjadi berita utama, tetapi tidak untuk langkah-langkah membangun kepercayaan yang nyata. Tiga puluh hari dapat memberi kesempatan bagi perdamaian,” katanya.

    Waktu pada pengumuman tersebut juga memicu beberapa pertanyaan karena muncul satu hari setelah pemerintahan Trump yangmengindikasikan kehabisan kesabaran terhadap Rusia dan Ukraina.

    Pengumuman Putin itu juga dilakukan hanya beberapa jam setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya telah mengusir pasukan Ukraina dari salah satu tempat persembunyian terakhir mereka di wilayah Kursk Rusia, tempat Ukraina melakukan serangan mendadak tahun lalu. Namun Ukraina tetap skeptis dengan pengumuman tersebut.

    “Sayangnya, kami memiliki sejarah panjang tentang pernyataan (Putin) yang tidak sesuai dengan tindakannya… Rusia dapat menyetujui kapan saja proposal untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama 30 hari, yang telah dibahas sejak Maret,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha di X.

    Serangan Terus Berlanjut

    Zelensky mengatakan pada Sabtu malam waktu setempat bahwa serangan terus berlanjut. Ia menyebut gencatan senjata Paskah Putin belum meluas ke wilayah Kursk dan Belgorod Rusia, tempat pasukan Ukraina beraksi.

    “Permusuhan terus berlanjut, dan serangan Rusia terus berlanjut. Artileri Rusia masih dapat terdengar di beberapa arah garis depan, terlepas dari janji pemimpin Rusia untuk tidak bersuara,” kata Zelensky dalam sebuah posting di X. “Pesawat nirawak Rusia sedang digunakan. Di beberapa daerah, situasinya menjadi lebih tenang.”

    Kepala administrasi militer regional Kherson, Oleksandr Prokudin, mengatakan pada Sabtu malam waktu setempat bahwa sebuah gedung tinggi di distrik Dniprovskyi di Kherson terbakar setelah diserang pesawat nirawak. Pesawat nirawak Rusia juga menyerang desa Urozhayne dan Stanislav, katanya.

    “Penembakan terus berlanjut dan warga sipil kembali diserang,” kata Prokudin. “Ini adalah konfirmasi lain bahwa Rusia tidak memiliki sesuatu yang sakral.”

    CNN telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memberikan komentar.

    Sirene serangan udara berbunyi di Kyiv dan beberapa daerah lain segera setelah pengumuman Putin, dengan administrasi militer kota tersebut memperingatkan adanya serangan pesawat nirawak Rusia. Para pejabat mendesak orang-orang untuk tidak meninggalkan tempat perlindungan sampai peringatan berakhir.

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Jakarta

    Kelompok Houthi menargetkan dua kapal induk milik Amerika Serikat (AS) setelah Negeri Paman Sam itu melancarkan serangan dengan menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman. Serangan ini dilancarkan Houthi sebagai balasan terhadap perbuatan AS.

    Berawal ketika militer AS mengumumkan bahwa mereka sekali lagi mengerahkan kapal induk ke kawasan Timur Tengah. Pengerahan kapal induk ini diumumkan sehari setelah Washington secara resmi menetapkan kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman sebagai organisasi teroris asing.

    Para pejabat AS yang tidak disebut namanya, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (6/3), mengatakan bahwa kapal induk USS Harry S Truman telah kembali ke wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS (CENTCOM) di Timur Tengah pekan ini.

    USS Harry S Truman meninggalkan Laut Merah dan berlabuh Teluk Souda bulan lalu, untuk melakukan kunjungan pelabuhan setelah dua bulan terlibat operasi tempur di Laut Merah, terutama untuk melawan serangan Houthi dari Yaman.

    Pengerahan kapal induk AS ini diumumkan setelah kelompok Houthi, pada Selasa (4/3), mengklaim telah menembak jatuh drone MQ-9 Reaper milik AS, yang disebut melakukan “misi permusuhan” di langit Yaman.

    Seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Angkatan Udara AS kehilangan kontak dengan satu drone MQ-9 yang beroperasi di Laut Merah, dekat Yaman. Namun disebut oleh pejabat AS itu bahwa hilangnya drone itu sedang diselidiki lebih lanjut.

    Drone MQ-9, menurut pejabat AS itu, sedang melakukan operasi untuk mendukung Operasi Poseidon Archer, yang merujuk pada upaya militer AS dalam menargetkan Houthi.

    80 Orang Tewas

    Foto Kehancuran Terminal Minyak di Yaman: (Al-Masirah TV/Handout via REUTERS)

    Beberapa hari yang lalu, Houthi mengungkapkan AS menyerang pelabuhan bahan bakar Ras Issa di Yaman. Akibat dari peristiwa ini, 80 orang dilaporkan tewas.

    Dilansir AFP, Sabtu (19/4), serangan terhadap Ras Issa itu bertujuan untuk memutus pasokan dan dana bagi pemberontak yang menguasai sebagian besar wilayah negara termiskin di Jazirah Arab itu, kata militer AS.

    Juru bicara kementerian kesehatan Houthi, Anees Alasbahi mengatakan tim penyelamat masih mencari mayat di terminal bahan bakar di Laut Merah, yang menunjukkan jumlah korban tewas dapat meningkat.

    TV Al-Masirah milik pemberontak, mengutip pejabat setempat, mengatakan jumlah korban dari serangan tersebut telah meningkat menjadi 80 orang tewas dan 150 orang terluka.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Iran-Hamas Mengecam

    Foto Kebakaran Ras Issa: (AFP PHOTO/HANDOUT/AL-MASIRAH TV)

    Atas serangan itu, Iran dan Hamas yang merupakan sekutu Houthi pun mengecam serangan AS itu.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” ujar Jubir Kemlu Iran Esmaeili Baqaei.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Houthi Targetkan Kapal Induk AS dan Israel

    Foto ilustrasi kapal induk AS: (AFP/CHRISTINA SEARS)

    Seakan untuk balas dendam, kini Houthi mengumumkan kelompoknya menargetkan dua kapal induk AS dan menyerang wilayah Israel sebagai respons.

    “Peningkatan kekuatan Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4).

    Saree menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah aksi protes yang digelar Houthi di ibu kota Sanaa pada Jumat (18/4) waktu setempat.

    Ditambahkan oleh Saree bahwa pasukan Houthi juga menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel, selain menyerang dua kapal induk AS yang ada di kawasan.

    Belum ada tanggapan dari AS maupun Israel soal serangan Houthi.

    Halaman 2 dari 4

    (zap/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bangunan 4 Lantai di India Runtuh, 11 Orang Tewas

    Bangunan 4 Lantai di India Runtuh, 11 Orang Tewas

    New Delhi

    Sebuah bangunan tempat tinggal di pinggiran New Delhi, India, runtuh. Insiden ini menewaskan setidaknya sebelas orang.

    “Sebelas orang dinyatakan meninggal, meskipun 11 lainnya diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Lima orang masih menjalani perawatan,” kata saluran NDTV melaporkan dilansir AFP, Minggu (20/4/2025).

    Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menyampaikan belasungkawa atas insiden maut tersebut.

    “Belasungkawa bagi mereka yang telah kehilangan orang yang mereka cintai,” tulis Modi memposting di X. “Semoga yang terluka segera pulih.”

    Presiden Droupadi Murmu, yang tinggal di istana resminya hanya 20 kilometer (12 mil) dari lokasi kejadian, mengatakan bahwa kematian banyak orang termasuk wanita dan anak-anak sangat menyedihkan.

    Saat ini, penyebab keruntuhan bangunan itu belum diketahui. Laporan media lokal mengatakan bahwa bangunan empat lantai itu runtuh seperti tumpukan kartu.

    Runtuhnya bangunan sering terjadi di India dan bangunan ilegal, yang sering menjadi rumah bagi pekerja migran banyak ditemukan di kota-kota besar.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Terkait Perang di Ukraina

    Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Terkait Perang di Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah dalam konflik di Ukraina. Gencatan senjata ini dimulai pada Sabtu malam ini dan berlangsung hingga tengah malam pada hari Minggu.

    Dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), usulan gencatan senjata jangka pendek dari Rusia muncul saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Moskow dan Kyiv untuk menyetujui gencatan senjata, tetapi gagal mendapatkan konsesi besar dari Kremlin.

    “Hari ini mulai pukul 18.00 (15.00 GMT) hingga tengah malam hari Minggu (21.00 GMT hari Minggu), pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata Paskah,” kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi, saat bertemu dengan kepala staf Rusia Valery Gerasimov.

    Paskah menjadi hari libur besar bagi umat Kristen, yang dirayakan pada hari Minggu.

    “Saya perintahkan untuk periode ini menghentikan semua aksi militer,” ucap Putin, yang menyebut gencatan senjata berdasarkan alasan kemanusiaan.

    “Kami akan bertindak atas dasar bahwa pihak Ukraina akan mengikuti contoh kami, sementara pasukan kami harus siap untuk melawan kemungkinan pelanggaran gencatan senjata dan provokasi oleh musuh, setiap tindakan agresif,” tambahnya.

    Putin mengklaim bahwa Gerasimov telah mengatakan kepadanya bahwa Ukraina lebih dari 100 kali melanggar perjanjian untuk tidak menyerang infrastruktur energi.

    “Usulan gencatan senjata terbaru akan menunjukkan seberapa tulus kesiapan rezim Kyiv, keinginannya dan kemampuannya untuk mematuhi perjanjian dan berpartisipasi dalam proses perundingan damai,” ujar Putin.

    Upaya sebelumnya untuk mengadakan gencatan senjata untuk Paskah pada bulan April 2022 dan Natal Ortodoks pada bulan Januari 2023 tidak dilaksanakan setelah kedua belah pihak gagal menyetujuinya.

    (fas/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia. China langsung menepis kabar tersebut.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/4/2025), Zelensky tiba-tiba menyampaikan kabar terkait China dan Rusia. Dia mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia.

    “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia,” kata Zelensky.

    Zelensky meyakini perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia. Kendati demikian, Zelensky belum membeberkan wilayah mana saja yang produksi senjatanya melibatkan China.

    “Kami yakin bahwa perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia,” imbuhnya.

    China Bantah Pasok Senjata ke Rusia

    Foto: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian (Dok. Reuters).

    Otoritas China membantah klaim Volodymyr Zelensky soal Beijing memasok persenjataan kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Ditegaskan otoritas China bahwa pihaknya tidak pernah memasok senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut.

    Bantahan ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4), disampaikan Kementerian Luar Negeri China setelah Zelensky mengklaim dirinya mendapatkan “informasi” soal Beijing memasok senjata untuk Moskow.

    “Pihak China tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut, dan secara ketat mengendalikan barang-barang yang memiliki fungsi ganda,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam pernyataannya.

    Otoritas Beijing mengatakan “posisinya mengenai masalah Ukraina sangat konsisten dan jelas”.

    “Kami selalu secara aktif berupaya untuk menghentikan permusuhan dan mengupayakan perundingan damai,” kata Lin.

    China selama ini menggambarkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir itu, meskipun ada kritikan dari negara-negara Barat bahwa hubungan dekatnya dengan Rusia telah memberikan dukungan ekonomi dan diplomatik yang penting kepada Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Geger Pria dari Kelompok Minoritas Pakistan Tewas Dipukuli Massa

    Geger Pria dari Kelompok Minoritas Pakistan Tewas Dipukuli Massa

    Islamabad

    Seorang pria dari kelompok minoritas Ahmadiyah di Pakistan tewas dipukuli massa pada Jumat (18/4). Insiden mematikan itu terjadi setelah ratusan penganut Islam radikal mengepung tempat ibadah komunitas minoritas itu yang ada di kota pelabuhan Karachi.

    Massa yang kebanyakan berasal dari kelompok politik antipenistaan agama Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (19/4/2025), menyerbu ruas jalanan sempit di area Saddar sembari meneriakkan slogan-slogan mereka.

    Penyerbuan itu didorong oleh kemarahan massa marah karena para penganut Ahmadiyah diduga melakukan salat Jumat.

    “Salah satu anggota komunitas itu tewas setelah massa mengidentifikasinya sebagai seorang Ahmadi. Mereka menyerangnya dengan tongkat dan batu bata,” ucap seorang pejabat senior Kepolisian Karachi, Muhammad Safdar, saat berbicara kepada AFP.

    “Massa itu mencakup anggota dari beberapa partai keagamaan,” imbuhnya.

    Safdar mengatakan bahwa pihak kepolisian menahan sekitar 25 penganut Ahmadiyah demi keselamatan mereka.

    Seorang jurnalis AFP yang ada di lokasi kejadian melaporkan keberadaan sebuah mobil tahanan yang dikawal oleh beberapa kendaraan polisi membawa pergi para penganut Ahmadiyah, setelah bernegosiasi dengan massa yang terdiri atas 600 orang.

    Lihat juga Video: 3 Bocah SD di Gresik Sudah 4 Kali Curi Motor, Nyaris Diamuk Massa

    Juru bicara komunitas Ahmadiyah, Amir Mahmood, menuturkan pria yang tewas dipukuli massa merupakan seorang pemilik bengkel mobil berusia 47 tahun. Mahmood menyebut massa yang melakukan kekerasan itu berjumlah sekitar 100-200 orang.

    Kelompok Ahmadiyah merupakan kelompok minoritas yang dianggap sesat oleh pemerintah Pakistan dan sebagian besar umat Muslim. Hukum yang berlaku di Pakistan melarang penganut Ahmadiyah menyebut diri mereka sebagai Muslim atau menggunakan simbol-simbol Islam.

    Selama beberapa dekade, banyak penganut Ahmadiyah yang menghadapi ancaman dan intimidasi, serta menjadi korban tindak kekerasan, diskriminasi serta hambatan yang menghalangi mereka untuk menggunakan hak suara mereka dalam pemilu di Pakistan.

    Lihat juga Video: 3 Bocah SD di Gresik Sudah 4 Kali Curi Motor, Nyaris Diamuk Massa

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Kembali Gempur Yaman, Hamas Tolak Gencatan Senjata Parsial di Gaza

    AS Kembali Gempur Yaman, Hamas Tolak Gencatan Senjata Parsial di Gaza

    Sanaa

    Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) melaporkan, telah melancarkan serangan ke Pelabuhan Ras Isa, Yaman, untuk “melemahkan sumber ekonomi” kekuatan militan Houthi yang didukung Iran. Serangan itu diklaim sebagai upaya untuk memutus sumber pasokan dan pendanaan bagi kelompok pemberontak Houthi.

    “Hari ini, pasukan AS mengambil tindakan untuk memusnahkan sumber bahan bakar bagi teroris Houthi yang didukung Iran,” tulis CENTCOM di media sosial yang dikutip AFP.

    “Serangan ini tidak bertujuan mencederai rakyat Yaman, yang saat ini ingin menumbangkan kelompok Houthi dan ingin hidup secara damai,” tambah pernyataan itu.

    Pelabuhan Ras Isa selama ini diyakini menjadi salah satu titik utama distribusi bahan bakar yang digunakan oleh kelompok Houthi, sekaligus menjadi sumber pemasukan finansial melalui jalur penjualan ilegal.

    Puluhan tewas dan luka-luka

    Serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 38 orang, tulis media yang terkait dengan Houthi. Jumlah korban tewas itu termasuk sedikitnya lima paramedis, demikian menurut Kementerian Kesehatan di bawah kendali Houthi.

    Sementara itu sekitar “50 pekerja dan karyawan terluka di pelabuhan minyak Ras Isa, setelah agresi Amerika,” tambah kementerian tersebut.

    Jumlah korban tewas dari serangan di pelabuhan di barat Yaman ini menandai salah satu rekor korban tertinggi serangan militer AS, setelah Washington memulai serangan udara melawan kelompok militan pro Iran tersebut bulan lalu.

    Pertalian Houthi, Hamas dan Iran

    Iran selama ini mendukung kelompok pemberontak Houthi di Yaman, dalam konflik melawan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi. Iran juga dituduh memberikan bantuan kepada Hamas dalam upayanya melawan Israel.

    Baik Hamas maupun Houthi berbagi musuh yang sama, yaitu Israel dan negara-negara yang mendukung pemerintah resmi Yaman yang diakui internasional, termasuk Arab Saudi dan koalisinya.

    Hamas menolak proposal gencatan senjata ‘parsial’

    Sementara itu, kelompok militan Palestina Hamas dilaporkan menolak persyaratan yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk gencatan senjata baru.

    Kepala Biro Politik Hamas di Gaza dan ketua tim negosiasi, Khalil Al-Hayya, mengatakan kelompok tersebut tidak akan setuju dengan gencatan senjata “parsial”.

    “Netanyahu dan pemerintahannya menggunakan kesepakatan parsial sebagai kedok untuk agenda politik mereka, yang didasarkan pada melanjutkan perang pemusnahan dan kelaparan, meskipun harga yang harus dibayar adalah mengorbankan semua sandera,” tandas Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi.

    “Kami tidak akan menjadi bagian dari kebijakan ini.”

    Hayya mengatakan Hamas siap untuk segera terlibat dalam “negosiasi paket komprehensif” untuk membebaskan semua sandera yang masih mereka tahan, sebagai imbalan untuk mengakhiri perang Gaza, pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, dan rekonstruksi Gaza.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Artikel ini pertama kali dirilis di DW bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

    Editor: Agus Setiawan

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS-Iran Gelar Putaran Kedua Perundingan Nuklir di Roma

    AS-Iran Gelar Putaran Kedua Perundingan Nuklir di Roma

    Roma

    Amerika Serikat (AS) dan Iran melanjutkan perundingan berisiko tinggi membahas program nuklir Teheran pada Sabtu (19/4) waktu setempat. Putaran kedua antara para pejabat tinggi Washington dan Teheran ini digelar di Roma, Italia, sepekan setelah putaran pertama digambarkan oleh kedua negara sebagai “konstruktif”.

    Laporan televisi pemerintah Iran, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menyebut putaran kedua pembicaraan antara pejabat AS dan Iran, yang dimediasi oleh Oman, mulai digelar di Roma pada Sabtu (19/4) sekitar pukul 09.30 GMT.

    Tayangan televisi pemerintah Iran menunjukkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi tiba di Roma pada Sabtu (19/4) dini hari. Araghchi akan melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi AS, mencakup Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Pertemuan di Roma ini digelar seminggu setelah kedua negara menggelar pembicaraan tidak langsung di Muscat. Itu menjadi pembicaraan pertama pada level tinggi antara AS dan Iran sejak Presiden Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir penting pada tahun 2018.

    Negara-negara Barat, termasuk AS, telah sejak lama menuduh Iran berusaha memperoleh senjata nuklir. Tuduhan semacam itu sudah berulang kali dibantah oleh Teheran, yang bersikeras menegaskan program nuklirnya memiliki tujuan sipil yang damai.

    AS dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi sejak tak lama setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu.

    Trump, setelah kembali menjabat pada Januari lalu, menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” sanksi terhadap Teheran.

    Dikatakan oleh Trump pada Kamis (17/4) bahwa “saya tidak terburu-buru” untuk menggunakan opsi militer. “Saya pikir Iran ingin berunding,” katanya.

    Sementara Araghchi, pada Jumat (18/4), mengatakan Iran “melihat adanya keseriusan” dari kubu AS selama putaran pertama, tepat mempertanyakan niat mereka.

    “Meskipun kami memiliki keraguan serius tentang niat dan motivasi pihak Amerika, bagaimanapun juga kami akan berpartisipasi dalam negosiasi besok (Sabtu),” ucapnya dalam konferensi pers saat masih berada di Moskow, Rusia.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Pangkas Pasukan, 1.000 Tentara Akan Ditarik Pulang dari Suriah

    AS Pangkas Pasukan, 1.000 Tentara Akan Ditarik Pulang dari Suriah

    Damaskus

    Amerika Serikat (AS) akan memangkas sekitar separuh dari jumlah total pasukan militer yang telah dikerahkan ke wilayah Suriah beberapa tahun terakhir. Sedikitnya 1.000 tentara AS akan ditarik pulang dari Suriah dalam beberapa bulan ke depan.

    Washington menempatkan pasukannya di Suriah selama bertahun-tahun sebagai bagian upaya internasional melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS), yang bangkit dari kekacauan perang saudara di negara tersebut untuk merebut sebagian besar wilayah di sana dan di negara tetangga Irak lebih dari satu dekade lalu.

    ISIS telah menderita kekalahan besar di Suriah dan Irak, namun masih menjadi ancaman hingga kini.

    Juru bicara Pentagon, Sean Parnell, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), mengumumkan rencana penarikan 1.000 tentara AS dari Suriah dalam beberapa bulan ke depan.

    “Hari ini, Menteri Pertahanan mengarahkan konsolidasi pasukan AS di Suriah… ke lokasi-lokasi tertentu,” ucap Parnell dalam pernyataannya pada Jumat (18/4) waktu setempat. Dia tidak menyebutkan lebih lanjut soal lokasi yang menjadi tempat konsolidasi tersebut.

    “Proses yang disengaja dan berdasarkan kondisi ini akan mengurangi kehadiran AS di Suriah menjadi kurang dari 1.000 tentara AS dalam beberapa bulan mendatang,” sebutnya.

    “Seiring berlangsungnya konsolidasi ini, konsisten dengan komitmen Presiden (Donald) Trump terhadap perdamaian melalui kekuatan, Komando Pusat AS akan tetap siap untuk melanjutkan serangan terhadap sisa-sisa (ISIS) di Suriah,” imbuh Parnell, merujuk pada komando militer AS yang bertanggung jawab atas wilayah itu.

    Serangan gencar ISIS pada tahun 2014 mendorong operasi serangan udara yang dipimpin AS untuk mendukung pasukan darat setempat — terutama unit pasukan pemerintah Irak yang dipelopori pasukan operasi khusus dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin milisi Kurdi.

    Washington juga mengerahkan ribuan tentaranya untuk memberikan nasihat dan membantu pasukan setempat, dengan pasukan AS dalam beberapa kasus secara langsung memerangi ISIS.

    Setelah bertahun-tahun menjalani perang berdarah, Perdana Menteri (PM) Irak mengumumkan kemenangan atas ISIS pada Desember 2017, sedangkan SDF mengumumkan kekalahan ISIS di Suriah pada Maret 2019 setelah mereka berhasil merebut benteng terakhir militan itu.

    Namun para militan ISIS masih memiliki beberapa pertempur yang tersisa di area pinggiran kedua negara, dan pasukan AS telah sejak lama melancarkan serangan secara berkala guna membantu mencegah kebangkitan ISIS.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini