Category: Detik.com Internasional

  • Disewa untuk Konser, 5 Anggota Band Meksiko Ternyata Dibunuh Kartel

    Disewa untuk Konser, 5 Anggota Band Meksiko Ternyata Dibunuh Kartel

    Jakarta

    Sebanyak lima anggota band di Meksiko bernama Fugitivo ditemukan meninggal dunia. Korban tewas usai dibunuh anggota kartel narkoba setempat.

    “Sembilan tersangka anggota kartel narkoba ditangkap atas dugaan pembunuhan para musisi,” kata jaksa penuntut umum Irving Barrios dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    Kelima korban awalnya sempat dinyatakan hilang selama lima hari terakhir. Mereka terakhir kali diketahui saat menggelar konser di kota timur laut Meksiko.

    Pihak keluarga lalu melaporkan hilangnya lima anggota band Fugitivo ke kepolisian. Para korban terakhir terlihat pada Minggu (25/5) di wilayah Reynosa, negara bagian Tamaulipas, dekat perbatasan Amerika Serikat.

    Para musisi disewa untuk menggelar konser, tetapi saat tiba di tempat itu yang hanya ada tanah kosong. Anggota keluarga lalu meminta kepolisian melakukan pencarian kepada para korban.

    “Penyelidik menggunakan rekaman pengawasan video dan pelacakan ponsel untuk mengetahui pergerakan para musisi,” kata Barrios.

    “Mereka diyakini telah diculik pada Minggu malam saat bepergian dengan kendaraan menuju acara pribadi,” sambungnya.

    “Penegak hukum menangkap sembilan orang yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Mereka diketahui sebagai anggota sel kriminal Kartel Teluk,” ujar Barrios.

    Tamaulipas dianggap sebagai salah satu negara bagian paling berbahaya di Meksiko karena keberadaan anggota geng yang terlibat dalam perdagangan narkoba dan migran, serta kejahatan lainnya termasuk pemerasan.

    Kekerasan kriminal telah merenggut lebih dari 480.000 nyawa di Meksiko sejak 2006 dan menyebabkan sekitar 120.000 orang hilang.

    Musisi Meksiko sebelumnya telah menjadi sasaran kelompok kriminal yang membayar mereka untuk menggubah dan membawakan lagu-lagu yang mengagungkan eksploitasi pemimpin mereka.

    Lihat juga Video ‘2 Ajudan Wali Kota Mexico City Ditembak Mati Kelompok Bersenjata’:

    (ygs/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hal-hal yang Terjadi Sebelum Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Hal-hal yang Terjadi Sebelum Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ada sejumlah hal yang terjadi sebelum Elon Musk mundur.

    Dilansir Reuters, Kamis (29/5/2025), pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Reuters bahwa benar Musk telah meninggalkan pemerintahan. “Pemberhentiannya akan dimulai malam ini,” katanya.

    Pada Rabu kemarin, Musk mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump bahwa masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah akan segera berakhir. Hal itu tulis Musk dalam sebuah unggahan di media sosial X.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei. Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal.

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut.

    “Misi DOGE hanya akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi bagian dari kehidupan di seluruh pemerintahan,” kata Musk.

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Hal ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    Apa saja yang terjadi sebelum Elon Musk mundur? Baca halaman selanjutnya.

    Elon Musk Beda Pendapat dengan Trump

    Foto: Elon Musk dan Anaknya di White House (Getty Images)

    Elon Musk tak sependapat dengan Trump soal rancangan undang-undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’. Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu mengatakan RUU Trump akan meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Musk — yang selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    RUU ‘One Big, Beautiful Bill Act’ Trump, yang disahkan DPR AS minggu lalu dan sekarang diajukan ke Senat, menawarkan keringanan pajak dan pemotongan belanja yang luas dan merupakan inti dari agenda domestik Tump.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Elon Musk Sempat Frustasi Saat Hadapi Pejabat Federal

    Foto: Elon Musk (REUTERS/Mike Segar Purchase Licensing Rights)

    Dilansir Associated Press (AP), Kamis (29/5/2025), pengunduran Elon Musk menandai berakhirnya episode penuh gejolak.

    Meskipun terjadi pergolakan, pengusaha miliarder itu berjuang di lingkungan yang tidak dikenalnya di pemerintahan. Elon Musk tidak mencapai apa yang diharapkannya.

    Ia secara drastis mengurangi targetnya untuk memangkas pengeluaran-dari $2 triliun menjadi $1 triliun menjadi $150 miliar-dan semakin menunjukkan rasa frustrasi tentang penolakan terhadap tujuannya.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Setuju Proposal Gencatan Senjata Usulan AS, Hamas Masih Pikir-pikir

    Israel Setuju Proposal Gencatan Senjata Usulan AS, Hamas Masih Pikir-pikir

    Jakarta

    Gedung Putih mengatakan Israel telah menerima proposal gencatan senjata di Gaza, Palestina, usulan Amerika Serikat (AS). Namun sikap berbeda ditunjukkan oleh Hamas.

    Pejabat biro politik Hamas, Bassem Naim mengatakan proposal yang diusulkan oleh AS tidak memenuhi tuntutan kelompoknya. Dia mengatakan pemimpin Hamas saat ini masih mempelajari proposal tersebut.

    “Rencana itu tidak memenuhi tuntutan rakyat kami, yang terutama adalah menghentikan perang dan kelaparan,” kata Bassem dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    “Para pemimpin gerakan sedang mempelajari tanggapan terhadap usulan tersebut dengan tanggung jawab nasional penuh,” sambungnya.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa proposal baru yang diajukan oleh utusan AS, Steve Witkoff, dianggap sebagai kemunduran dibandingkan proposal yang sebelumnya telah dikirimkan Witkoff ke Hamas.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa proposal sebelumnya “mencakup komitmen Amerika mengenai negosiasi gencatan senjata permanen.”

    “Sulit bagi Hamas untuk menerima proposal tersebut selama tidak mencakup jaminan Amerika untuk negosiasi gencatan senjata permanen selama periode gencatan senjata sementara,” kata sumber tersebut.

    Menurut sumber tersebut, proposal tersebut juga melibatkan pertukaran kedua sandera hidup dan mati dalam jumlah yang sama selama minggu kedua.

    Sumber yang sama mengatakan Hamas telah menyetujui dua pertukaran senjata minggu lalu dengan persyaratan yang sama, tetapi satu terjadi pada minggu pertama gencatan senjata dan yang lainnya pada minggu terakhir.

    Diberitakan sebelumnya, AS mengirimkan utusan Presiden Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam mengurus proposal gencatan senjata di Gaza. Proposal yang dikirimkan Witkoff saat ini telah diteken oleh pihak Israel.

    “Saya dapat mengonfirmasi bahwa utusan khusus Witkoff dan presiden mengajukan usulan gencatan senjata kepada Hamas, yang didukung dan disokong Israel. Israel menandatangani usulan ini sebelum dikirim ke Hamas,” kata Sekretaris Pers Karoline Leavitt dilansir AFP.

    Leavitt mengatakan diskusi intens akan terus berlanjut dengan pihak Israel dan perwakilan Hamas. Dia berharap kesepakatan gencatan senjata di Gaza bisa segera tercapai.

    “Saya juga dapat mengonfirmasi bahwa diskusi tersebut terus berlanjut, dan kami berharap gencatan senjata di Gaza akan terjadi sehingga kami dapat memulangkan semua sandera,” kata Leavitt.

    Lihat Video ‘Ekspresi Dubes Israel saat Dibacakan Data Anak Korban Genosida Gaza’:

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hal-hal yang Terjadi Sebelum Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump

    Elon Musk Mundur, Kebijakan Pemangkasan Anggaran Era Trump Tetap Lanjut

    Jakarta

    CEO Tesla, Elon Musk, mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pihak Gedung Putih menyampaikan terima kasih atas sumbangsih Elon di pemerintahan Trump selama ini.

    “Kami berterima kasih kepadanya atas jasanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    Elon Musk sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Departemen itu memiliki andil dalam kebijakan pemangkasan anggaran di pemerintahan Trump.

    Gedung Putih mengatakan tidak ada yang berubah usai Elon Musk mundur dari pemerintahan. Kebijakan pemotongan anggaran federal yang telah dilakukan pemerintahan Trump akan tetap berlanjut.

    “Kami berterima kasih kepadanya karena telah membuat DOGE berdiri, dan upaya untuk memangkas pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan akan terus berlanjut,” kata Karoline.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei. Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal.

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut.

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Hal ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Akan Cabut Visa Pelajar China Secara Agresif, Beijing Protes

    AS Akan Cabut Visa Pelajar China Secara Agresif, Beijing Protes

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mencabut visa mahasiswa China secara agresif yang menimba ilmu di negaranya. China mengecam dan mengatakan kebijakan AS itu tidak masuk akal.

    Pencabutan visa pelajar China itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Dia mengatakan Amerika Serikat akan mencabut visa mahasiswa China termasuk yang terafiliasi dengan Partai Komunis China.

    “Secara agresif mencabut visa bagi mahasiswa China, termasuk mereka yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis China atau belajar di bidang-bidang penting,” kata Rubio seperti dilansir AFP, Kamis (29/5/2025).

    “Kami juga akan merevisi kriteria visa untuk meningkatkan pengawasan terhadap semua aplikasi visa mendatang dari Republik Rakyat China dan Hong Kong,” katanya.

    Kaum muda Tiongkok telah lama menjadi bagian penting dari universitas-universitas AS, yang bergantung pada mahasiswa internasional yang membayar biaya kuliah penuh.

    Dilansir Reuters, jumlah mahasiswa internasional China di Amerika Serikat telah turun menjadi sekitar 277.000 pada tahun 2024. Jumlah tertinggi sekitar 370.000 terjadi pada tahun 2019.

    Penurunan mahasiswa China di AS ini sebagian didorong oleh meningkatnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia dan meningkatnya pengawasan pemerintah AS terhadap beberapa mahasiswa China.

    China Ajukan Protes

    “AS telah membatalkan visa pelajar China secara tidak masuk akal dengan dalih ideologi dan hak nasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, dilansir AFP.

    “Tiongkok dengan tegas menentang hal ini dan telah mengajukan gugatan ke AS,” imbuhnya.

    Mao mengatakan bahwa tindakan tersebut sangat merusak hak dan kepentingan yang sah dari mahasiswa Tiongkok. Dia mengatakan keputusan AS ini mengganggu pertukaran budaya normal antara kedua negara.

    “Praktik politik dan diskriminatif AS ini telah mengungkap kebohongan tentang apa yang disebut kebebasan dan keterbukaan yang selalu diiklankan AS, dan selanjutnya merusak citra internasional, citra nasional, dan kredibilitas nasional AS sendiri,” katanya.

    (lir/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mundur dari Pemerintah AS, Elon Musk Sempat Frustasi Hadapi Pejabat Federal

    Mundur dari Pemerintah AS, Elon Musk Sempat Frustasi Hadapi Pejabat Federal

    Washington DC

    Miliarder yang juga CEO Tesla Elon Musk mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Selama di pemerintahan, Elon Musk merasa frustasi saat menghadapi penolakan perombakan birokrasi dan pemangkasan anggaran pengeluaran federal.

    Dilansir Associated Press (AP), Kamis (29/5/2025), pengunduran Elon Musk di Departemen Efisiensi Pemerintah ini diumumkan pada Rabu (28/5) malam. Pengunduran ini menandai berakhirnya episode penuh gejolak yang mencakup ribuan PHK, pemusnahan lembaga pemerintah, dan banyaknya tuntutan hukum.

    Meskipun terjadi pergolakan, pengusaha miliarder itu berjuang di lingkungan yang tidak dikenalnya di pemerintahan. Elon Musk tidak mencapai apa yang diharapkannya.

    Ia secara drastis mengurangi targetnya untuk memangkas pengeluaran-dari $2 triliun menjadi $1 triliun menjadi $150 miliar-dan semakin menunjukkan rasa frustrasi tentang penolakan terhadap tujuannya.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Peran Musk yang bekerja untuk Trump selalu dimaksudkan untuk sementara, dan ia baru-baru ini mengisyaratkan bahwa ia akan mengalihkan perhatiannya kembali untuk menjalankan bisnisnya, seperti pembuat mobil listrik Tesla dan perusahaan roket SpaceX.

    “Karena waktu yang dijadwalkan sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulisnya. “Misi @DOGE akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan.”

    (rdp/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mundur dari Pemerintah, Elon Musk Sempat Selisih dengan Trump soal RUU

    Mundur dari Pemerintah, Elon Musk Sempat Selisih dengan Trump soal RUU

    Washington DC

    Miliarder yang juga CEO Tesla Elon Musk mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Musk meninggalkan perannya di pemerintah AS tak lama setelah berselisih besar dengan Trump terkait rancangan undang-undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’.

    Musk telah mengumumkan di akun media sosial X mengenai kepergiannya dari pemerintah. Elon Musk juga mengucapkan terima kasih kepada Trump, saat masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) berakhir.

    “Karena jadwal saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus telah berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Donald Trump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulisnya di platform media sosialnya X, seperti dilansir AFP, Kamis (29/5/2025).

    “Misi DOGE akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan,” tambahnya.

    Musk sebelumnya sempat tak satu pendapat dengan pemerintah Trump terkait RUU andalan Trump tersebut. Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu mengatakan RUU Trump akan meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Musk — yang selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Gedung Putih berusaha meminimalisir perbedaan pendapat mengenai pengeluaran pemerintah AS tersebut, tanpa menyebut Musk secara langsung.

    “‘RUU Besar yang Indah’ BUKAN RUU anggaran tahunan,” kata Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, di jejaring sosial Musk, X, setelah komentar raksasa teknologi itu ditayangkan.

    Miller mengatakan semua pemotongan DOGE harus dilakukan melalui RUU terpisah yang menargetkan birokrasi federal. Hal itu, kata dia, berdasarkan aturan Senat AS.

    Namun, komentar Elon Musk tersebut merupakan perpecahan yang jarang terjadi dengan presiden dari Partai Republik yang ia bantu untuk kembali berkuasa. Elon Musk diketahui sebagai donor terbesar untuk kampanye pemilihan Trump tahun 2024.

    Penugasan Musk dari Trump di Pemerintah

    Trump menugaskan Musk untuk memangkas pengeluaran pemerintah sebagai kepala DOGE. Namun, pada akhir April lalu, Musk mengumumkan bahwa ia sebagian besar akan mundur untuk menjalankan perusahaannya lagi.

    Musk mengeluh dalam wawancara terpisah dengan Washington Post bahwa DOGE, yang beroperasi di Gedung Putih dengan staf teknisi muda, telah menjadi sasaran kritik.

    “DOGE hanya menjadi kambing hitam untuk segalanya,” kata Musk kepada surat kabar itu di lokasi peluncuran Starbase di Texas menjelang peluncuran terbaru Space X.

    “Sesuatu yang buruk akan terjadi di mana saja, dan kami akan disalahkan untuk itu meskipun kami tidak ada hubungannya dengan itu,” imbuhnya.

    Musk menyalahkan birokrasi AS yang mengakar atas kegagalan DOGE untuk mencapai semua tujuannya, meskipun laporan mengatakan gaya mendominasi dan kurangnya keakraban dengan arus politik Washington juga merupakan faktor utama.

    “Situasi birokrasi federal jauh lebih buruk dari yang saya sadari. Saya pikir ada masalah, tetapi itu benar-benar perjuangan berat untuk mencoba memperbaiki keadaan di DC, setidaknya begitu,” tutur Musk.

    Musk sebelumnya mengakui bahwa ia tidak mencapai semua tujuannya dengan DOGE meskipun puluhan ribu orang telah diberhentikan dari daftar gaji pemerintah dan beberapa departemen dipangkas atau ditutup.

    Bisnis Musk sendiri menderita sementara itu.

    Para pengunjuk rasa yang menentang pemotongan biaya menargetkan dealer Tesla, sementara para pendemo bahkan membakar beberapa kendaraan listrik, dan laba perusahaan merosot.

    “Orang-orang membakar Tesla. Mengapa Anda melakukan itu? Itu benar-benar tidak keren,” kata Musk kepada Post.

    Musk juga telah berfokus pada Space X setelah serangkaian kemunduran yang menggemparkan dalam mimpinya untuk menjajah Mars — yang terbaru terjadi pada hari Selasa lalu ketika prototipe Starship meledak di atas Samudra Hindia.

    Taipan itu minggu lalu juga mengatakan ia akan menarik diri dari pengeluaran kekayaannya untuk politik, setelah menghabiskan sekitar seperempat miliar dolar untuk mendukung Trump.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Peringatkan Netanyahu Agar Israel Tunda Serang Iran

    Trump Peringatkan Netanyahu Agar Israel Tunda Serang Iran

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia telah memberi tahu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menunda serangan terhadap Iran. Trump mengatakan bahwa hal itu akan “tidak pantas” di tengah pembicaraan mengenai kesepakatan nuklir.

    “Baiklah, saya ingin jujur, ya saya telah melakukannya,” kata Trump ketika ditanya apakah ia telah memberi tahu Netanyahu dalam panggilan telepon minggu lalu untuk tidak mengambil tindakan apa pun yang dapat mengganggu pembicaraan Washington dengan Teheran, dilansir AFP, Kamis (29/5/2025).

    Ketika didesak mengenai apa yang ia katakan kepada perdana menteri Israel, Trump menjawab: “Saya hanya mengatakan bahwa saya tidak menganggapnya pantas, kami telah melakukan diskusi yang sangat baik dengan mereka.”

    Ia menambahkan: “Saya katakan kepadanya bahwa ini tidak pantas dilakukan sekarang karena kita sudah sangat dekat dengan solusinya”.

    “Saya pikir mereka ingin membuat kesepakatan, dan jika kita bisa membuat kesepakatan, akan menyelamatkan banyak nyawa.”

    Teheran dan Washington dalam beberapa minggu terakhir telah mengadakan 5 putaran pembicaraan yang difokuskan pada masalah tersebut–kontak tingkat tertinggi mereka sejak AS pada tahun 2018 menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 selama masa jabatan pertama Trump.

    Iran mengatakan sebelumnya pada Rabu (28/5) bahwa mereka mungkin mempertimbangkan untuk mengizinkan inspektur AS dengan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memeriksa fasilitasnya jika kesepakatan dicapai dengan AS.

    Trump tidak mengesampingkan tindakan militer tetapi mengatakan dia menginginkan ruang untuk membuat kesepakatan terlebih dahulu — dan juga mengatakan bahwa Israel, dan bukan Amerika Serikat–akan memimpin dalam serangan semacam itu.

    Iran telah lama dituduh oleh kekuatan Barat berusaha mengembangkan senjata nuklir–klaim yang terus dibantah Teheran, bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil yang damai.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Reaksi Selow Rusia Usai Trump Bilang Putin ‘Benar-benar Gila’

    Reaksi Selow Rusia Usai Trump Bilang Putin ‘Benar-benar Gila’

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin benar-benar menjadi gila setelah serangan besar-besaran Moskow terhadap Kyiv yang menewaskan belasan orang. Rusia bereaksi santai terhadap pernyataan Trump itu.

    Dilansir kantor berita Reuters dan Bloomberg, Rabu (28/5/2025), kritikan terus dilontarkan oleh Donald Trump terhadap Putin. Kantor kepresidenan Rusia memberikan tanggapan santai, dengan menyebut rentetan kritikan Trump itu hanyalah reaksi emosional.

    Trump, pada akhir pekan, menyebut Putin “benar-benar menjadi gila” setelah serangan besar-besaran Moskow terhadap Kyiv menewaskan sedikitnya 13 orang. Serangan ini dilancarkan saat upaya perdamaian antara kedua negara terus digencarkan oleh Trump, yang pernah berjanji akan mengakhiri perang dengan segera.

    Trump juga menyinggung soal “kejatuhan Rusia” jika Putin terus berambisi untuk menguasai seluruh wilayah Ukraina. Sang Presiden AS itu bahkan mengatakan dirinya “benar-benar” mempertimbangkan untuk menambah sanksi untuk Moskow.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi kritikan-kritikan Trump untuk Putin dengan menyebutnya sebagai “reaksi emosional”. Peskov justru berterima kasih kepada Trump atas bantuannya dalam meluncurkan perundingan damai dengan Ukraina.

    “Awal dari proses negosiasi, yang telah diupayakan oleh pihak Amerika , merupakan pencapaian yang sangat penting, dan kami sangat berterima kasih kepada Amerika dan kepada Presiden Trump secara pribadi atas bantuan dalam mengorganisasi dan meluncurkan proses negosiasi ini,” kata Peskov.

    “Tentu saja, pada saat yang sama, ini merupakan momen yang sangat penting, yang tentu saja terkait dengan beban emosional yang sangat besar dari semua orang dan reaksi emosional,” ucap Peskov dalam pernyataan yang dikutip kantor berita TASS.

    Trump Sebut Putin ‘Benar-benar Gila’

    Presiden AS Donald Trump. (AFP/BRENDAN SMIALOWSKI).

    Dalam pernyataan pada Minggu (25/5), Trump secara terang-terangan menyebut Putin “benar-benar menjadi gila” setelah rentetan serangan drone besar-besaran dan mematikan Moskow menghantam berbagai wilayah Ukraina hingga memakan sedikitnya 13 korban jiwa.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi GILA!” sebut Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social.

    “Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” ucapnya.

    Pernyataan Trump itu menjadi teguran langka terhadap Putin, yang seringkali dibahas oleh sang Presiden AS itu dengan penuh kekaguman. Namun, Trump mulai menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat dengan posisi Rusia dalam negosiasi gencatan senjata yang menemui jalan buntu dengan Kyiv baru-baru ini.

    Trump sebelumnya juga mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya “tidak senang” dengan serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina, dan menegaskan bahwa dirinya “benar-benar” mempertimbangkan untuk menambah sanksi terhadap Moskow.

    Dalam kritikan terbarunya pada Selasa (27/5), Trump menyebut Putin sedang “bermain api” saat upaya perdamaian Ukraina terhenti dan Rusia terus melancarkan rentetan serangan terhadap negara tetangganya itu. Trump juga memperingatkan bahwa Rusia berisiko mendapatkan rentetan sanksi baru.

    “Yang tidak disadari Vladimir Putin adalah jika bukan karena saya, banyak hal yang sangat buruk akan terjadi pada Rusia, dan maksud saya SANGAT BURUK,” kata Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social.

    “Dia bermain api!” sebut Trump merujuk pada Putin.

    Selain mengkritik Putin, Trump juga melontarkan komentar keras terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyindir “bungkamnya Amerika” terhadap kebrutalan Rusia di negaranya.

    “Presiden Zelensky tidak membantu negaranya dengan berbicara seperti itu. Semua yang keluar dari mulutnya menimbulkan masalah, saya tidak menyukainya, dan sebaiknya itu dihentikan,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Netanyahu Klaim Tentara Israel Bunuh Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar

    Netanyahu Klaim Tentara Israel Bunuh Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan militernya telah membunuh Mohammed Sinwar. Sinwar diduga sebagai pemimpin Hamas di Gaza dan merupakan saudara dari mantan pemimpin yang terbunuh Yahya Sinwar.

    “Kami telah melenyapkan Mohammed Sinwar,” kata Netanyahu dalam sidang pleno parlemen dilansir AFP, Rabu (28/5/2025).

    Media Israel telah melaporkan bahwa Sinwar menjadi sasaran serangan udara Israel di Gaza selatan awal bulan ini.

    Pada pertengahan Mei kemarin, gempuran Israel terhadap sebuah rumah sakit di wilayah Jalur Gaza bagian selatan, Selasa (14/5) malam, disebut menargetkan pemimpin Hamas Mohammed Sinwar.

    Tel Aviv berdalih serangannya itu menargetkan “pusat komando dan kendali” Hamas yang ada di kompleks rumah sakit tersebut.

    Mohammed Sinwar, seperti dilansir CNN, Rabu (14/5), menjadi pemimpin de-facto kelompok Hamas setelah militer Israel membunuh saudaranya, Yahya Sinwar, dalam serangan di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Menurut seorang pejabat senior Israel dan dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, serangan udara terbaru Israel menargetkan rumah sakit di area Khan Younis itu menargetkan Mohammed Sinwar.

    (rfs/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini