Category: Detik.com Internasional

  • Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melarang 12 warga negara termasuk Iran masuk ke AS. Pemerintah Iran geram dan menyebut Trump memiliki mentalitas rasis.

    Dilansir AFP, Sabtu (7/6/2025), Trump pada hari Rabu lalu menandatangani perintah eksekutif untuk melarang warga dari 12 negara masuk ke AS. Selain Iran, larangan AS tersebut menargetkan warga negara Afghanistan, Myanmar, Chad, Kongo-Brazzaville, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

    Perintah eksekutif Trump tersebut dikeluarkan beberapa hari setelah serangan hari Minggu lalu saat aksi demonstrasi di Colorado, di mana pihak berwenang mengatakan lebih dari selusin orang terluka. Tersangka adalah seorang pria Mesir yang telah melewati batas visa turis.

    Trump juga memberlakukan larangan sebagian bagi pelancong dari tujuh negara: Burundi, Kuba, Laos, Sierra Leone, Togo, Turkmenistan, dan Venezuela. Beberapa visa kerja sementara dari negara-negara ini akan diizinkan.

    Larangan tersebut akan mulai berlaku pada hari Senin (9/6) mendatang, kata Gedung Putih.

    “Serangan teror baru-baru ini di Boulder, Colorado telah menggarisbawahi bahaya ekstrem yang ditimbulkan bagi negara kita oleh masuknya warga negara asing yang tidak diperiksa dengan benar,” kata Trump dalam pesan video dari Ruang Oval yang diunggah di media sosial X.

    “Kita tidak menginginkan mereka,” ujar Trump.

    Namun, larangan Trump tersebut tidak akan berlaku bagi para atlet yang berkompetisi di Piala Dunia 2026, yang diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat dengan Kanada dan Meksiko, serta Olimpiade Los Angeles 2028.

    Iran Mengecam

    Bendera Iran dan AS (Foto: Reuters)

    Direktur jenderal kementerian luar negeri untuk urusan warga negara Iran di luar negeri, Alireza Hashemi-Raja, menyebut tindakan tersebut, sebagai “tanda yang jelas dari dominasi mentalitas supremasi dan rasis di antara para pembuat kebijakan Amerika”.

    Keputusan tersebut “menunjukkan permusuhan yang mendalam dari para pembuat keputusan Amerika terhadap orang-orang Iran dan Muslim”, tambahnya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kementerian, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6).

    Hashemi-Raja mengatakan kebijakan tersebut “melanggar prinsip-prinsip dasar hukum internasional” dan merampas “hak ratusan juta orang untuk bepergian hanya berdasarkan kewarganegaraan atau agama mereka”.

    Pejabat kementerian luar negeri Iran tersebut mengatakan bahwa larangan tersebut diskriminatif dan akan “menimbulkan tanggung jawab internasional bagi pemerintah AS”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Iran dan AS memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah Revolusi Islam 1979, dan hubungan tetap tegang sejak saat itu.

    Amerika Serikat adalah rumah bagi komunitas Iran terbesar di luar Iran. Menurut angka dari kementerian luar negeri Teheran, pada tahun 2020 ada sekitar 1,5 juta warga Iran di Amerika Serikat.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • NATO Nyaris Sepakati Belanja Militer 5% Tuntutan Donald Trump

    NATO Nyaris Sepakati Belanja Militer 5% Tuntutan Donald Trump

    Jakarta

    Ketika NATO bergerak menuju KTT tahunan di Den Haag pada 24-25 Juni, aliansi pertahanan transatlantik menghadapi tekanan besar untuk bertransformasi secara struktural.

    Terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina, tuntutan Presiden Donald Trump, agar sekutu Amerika Serikat meningkatkan belanja pertahanan hingga 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), kini memperoleh dukungan luas di dalam tubuh aliansi.

    “Dukungan terhadap target anggaran yang baru sangat besar,” ujar Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte kepada para wartawan di Brussel, usai memimpin pertemuan para menteri pertahanan NATO. Dia mengaku yakin bahwa kesepakatan final akan tercapai menjelang KTT NATO mendatang. “Kita hampir sampai. Saya sangat yakin kita akan mewujudkannya.”

    Sejak invasi Rusia di Krimea 2014 silam, target belanja militer negara anggota NATO dipatok minimal dua persen dari PDB. Namun begitu, tidak semua negara sanggup memenuhi tuntutan tersebut.

    Alokasi pertahanan dan infrastruktur militer

    Kini, target 5% yang diusulkan mencakup 3,5% untuk belanja militer, serta 1,5% untuk infrastruktur pendukung seperti jalan, jembatan, bandara, dan pelabuhan untuk mobilisasi pasukan secara cepat.

    Tapi meski sebagian negara anggota menyambut baik langkah ini, sebagian lain masih bergulat untuk memenuhi target lama sebesar 2%. Target ini kembali ditegaskan pada KTT NATO tahun 2023.

    “Amerika tidak bisa ada di mana-mana”

    Presiden Trump menekankan bahwa AS harus memusatkan perhatian pada kawasan Indo-Pasifik dan pertahanan perbatasan dalam negeri. Dia bersikeras agar sekutu NATO berbagi beban yang lebih besar.

    Trump juga mempertanyakan komitmen AS untuk membela negara sahabat yang tidak memenuhi kewajiban anggaran pertahanan, sembari memberlakukan tarif impor kepada sekutu lama dengan alasan keamanan nasional.

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, sebaliknya berkeyakinan bahwa Trump “menyelamatkan NATO dari keterpurukan,” katanya dalam sebuah konferensi pers. Dia merujuk kepada pernyataan pemimpin Eropa yang akhirnya mengakui bahwa “kita semua membutuhkan kemampuan militer yang lebih besar, dan kita semua harus berinvestasi lebih banyak.”

    Dengan potensi pengurangan pasukan AS dari Eropa, yang saat ini berjumlah sekitar 84.000 personel, beban pertahanan akan lebih banyak ditanggung negara-negara Eropa sendiri.

    “Amerika tidak bisa ada di mana-mana sekaligus, dan memang tidak seharusnya,” kata Hegseth. Dia menambahkan bahwa semua perubahan postur militer akan dikaji bersama mitra dan sekutu, untuk memastikan ukurannya proporsional dan strategis.

    Cetak biru pertahanan baru

    Selain perdebatan anggaran, NATO juga mengesahkan “target kapabilitas” baru, yang mencakup kerangka pengadaan sistem persenjataan dan peralatan militer prioritas.

    Rencana ini merupakan bagian dari pembaruan strategis NATO terbesar sejak era Perang Dingin. Target mencakup pengadaan sistem pertahanan udara, rudal jarak jauh, artileri berat, amunisi, drone, serta infrastruktur logistik seperti pengisian bahan bakar udara dan transportasi berat.

    Setiap negara anggota menerima tugas dan tanggung jawab berbeda, yang berdasarkan wilayah geografis dan kapasitas militer masing-masing. Rencana ini disusun untuk memastikan NATO dapat mengerahkan hingga 300.000 pasukan ke perbatasan timurnya dalam waktu 30 hari.

    Meski demikian, para analis menilai bahwa target kecepatan mobilisasi pasukan masih akan sulit dicapai.

    NATO saat ini dibagi ke dalam tiga zona utama pertahanan: Eropa utara dan Atlantik, wilayah utara Pegunungan Alpen, serta wilayah selatan Eropa. Setiap zona memiliki skenario tanggap darurat tersendiri.

    Berlomba dengan Moskow

    NATO memperkirakan seluruh target ini harus dicapai dalam kurun 5 hingga 10 tahun, jangka waktu yang tergolong singkat jika dibandingkan dengan target sebelumnya. Dorongan ini digerakkan oleh kekhawatiran bahwa Rusia, bila suatu saat berdamai dengan Ukraina, akan mampu mempercepat pemulihan kekuatan militernya.

    Di tengah pergeseran kekuatan global dan ancaman keamanan yang terus berkembang, NATO bersiap menempuh jalur baru, yang menuntut komitmen lebih besar, solidaritas lebih erat, dan kesiagaan, kata Rutte, “waktu kita terbatas, tapi niat kolektif sudah mengarah ke sana.”

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan Israel Tewaskan 13 Warga Gaza, Termasuk di Dekat Pusat Bantuan

    Serangan Israel Tewaskan 13 Warga Gaza, Termasuk di Dekat Pusat Bantuan

    Jakarta

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan pasukan Israel menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina pada hari Sabtu (7/6), enam orang di antaranya dalam insiden penembakan di dekat pusat distribusi bantuan yang didukung Amerika Serikat.

    Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal mengatakan kepada AFP, Sabtu (7/6/2025), bahwa sekitar pukul 7:00 pagi waktu setempat, “enam orang tewas dan beberapa lainnya terluka oleh pasukan pendudukan Israel di dekat bundaran Al-Alam” di wilayah Rafah, Gaza selatan.

    Warga Gaza telah berkumpul di Al-Alam hampir setiap hari sejak akhir Mei untuk mengumpulkan bantuan kemanusiaan di sebuah pusat distribusi, yang dioperasikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS.

    Samir Abu Hadid, yang berada di sana pada Sabtu pagi, mengatakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di dekat bundaran tersebut.

    “Begitu beberapa orang mencoba maju ke arah pusat bantuan, pasukan pendudukan Israel melepaskan tembakan dari kendaraan lapis baja yang ditempatkan di dekat pusat tersebut, menembaki ke udara dan kemudian ke warga sipil,” kata Abu Hadid.

    Saat dihubungi AFP, militer Israel mengatakan sedang menyelidiki insiden tersebut, yang merupakan penembakan mematikan terbaru di dekat titik bantuan Al-Alam.

    GHF mulai beroperasi pada akhir Mei lalu, saat Israel melonggarkan sebagian blokade selama lebih dari dua bulan di Jalur Gaza.

    Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menolak bekerja sama dengan GHF karena masalah kenetralan, telah memperingatkan bahwa seluruh penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari dua juta orang berisiko kelaparan.

    Sementara itu, di wilayah Gaza utara pada Sabtu pagi waktu setempat, Bassal mengatakan tujuh orang tewas dalam serangan Israel yang menghantam sebuah rumah di dekat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza.

    Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan tersebut.

    Lihat Video ‘Derita Warga Gaza di Hari Raya Idul Adha: Kelaparan hingga Dibom’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Thailand Tutup Perbatasan dengan Kamboja untuk Turis Usai Baku Tembak

    Thailand Tutup Perbatasan dengan Kamboja untuk Turis Usai Baku Tembak

    Jakarta

    Otoritas Thailand untuk sementara menutup dua perlintasan perbatasannya dengan Kamboja untuk para turis pada hari Sabtu (7/6). Ini dilakukan setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak militer baru-baru ini antara kedua negara tetangga tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6/2025), telah terjadi kekerasan sporadis antara kedua negara tetangga Asia Tenggara tersebut sejak pertempuran pertama kali pecah pada tahun 2008, yang mengakibatkan sedikitnya 28 kematian.

    Angkatan Darat Kerajaan Thailand mengambil alih “pembukaan dan penutupan” semua perlintasan perbatasannya dengan Kamboja pada hari Sabtu (7/6), dengan alasan “ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan Thailand”.

    Otoritas di provinsi timur Thailand, Chanthaburi, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, bahwa mereka telah “menangguhkan sementara” perlintasan wisatawan Thailand dan Kamboja di dua pos pemeriksaan perbatasan permanen.

    Dikatakan bahwa perdagangan tetap tidak terpengaruh dan para pekerja Kamboja masih diizinkan memasuki Thailand.

    Sebelumnya, seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan militer pada tanggal 28 Mei lalu di daerah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, tempat perbatasan Kamboja, Thailand, dan Laos bertemu.

    Militer Thailand dan Kamboja sepakat untuk meredakan ketegangan pada hari berikutnya. Namun, Kamboja kemudian mengatakan akan mempertahankan pasukannya di daerah tersebut, meskipun Thailand mendesaknya untuk mundur.

    Lihat juga Video ‘Thailand Gunakan Polisi AI untuk Amankan Festival Songkran’:

    Wakil Perdana Menteri Thailand dan Menteri Pertahanan Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, bahwa “sangat disesalkan” Kamboja telah “menolak” usulan untuk menarik pasukan bersenjatanya.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengatakan pada hari Senin lalu, bahwa kerajaan tersebut akan mengajukan pengaduan ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas sengketa perbatasan itu.

    ICJ memutuskan pada tahun 2013 setelah bertahun-tahun kekerasan, bahwa wilayah yang disengketakan itu milik Kamboja, tetapi Thailand mengatakan tidak menerima yurisdiksi ICJ.

    Otoritas Thailand mengatakan Komite Perbatasan Bersama akan bertemu minggu depan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    Lihat juga Video ‘Thailand Gunakan Polisi AI untuk Amankan Festival Songkran’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Panas! Ukraina Tembak Jatuh Jet Tempur Su-35 Rusia

    Panas! Ukraina Tembak Jatuh Jet Tempur Su-35 Rusia

    Jakarta

    Angkatan Udara Ukraina menembak jatuh sebuah jet tempur Su-35 Rusia pada Sabtu (7/6) pagi waktu setempat, kata militer Ukraina.

    “Pagi ini, pada 7 Juni 2025, sebagai hasil dari operasi Angkatan Udara yang berhasil di arah Kursk, sebuah jet tempur Su-35 Rusia ditembak jatuh,” kata militer Ukraina di Telegram, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (7/6/2025).

    Tidak ada rincian lebih lanjut mengenai insiden itu. Militer Rusia belum mengomentari masalah tersebut.

    Sebelumnya, badan keamanan Ukraina, SBU, melakukan serangan drone besar-besaran terhadap lebih dari 40 pesawat militer Rusia minggu lalu. Serangan itu merusak atau menghancurkan puluhan pesawat pengebom strategis Tu-95 dan Tu-22, yang digunakan Rusia untuk menembakkan rudal jarak jauh ke Ukraina.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan, bahwa ia akan membalas dendam atas serangan drone Ukraina yang mengejutkan terhadap armada pesawat pengebom Moskow tersebut.

    Serangan mengejutkan Ukraina itu mendominasi percakapan telepon antara Trump dan Putin pada Rabu (4/6) waktu setempat.

    “Presiden Putin mengatakan, dan dengan sangat tegas, bahwa ia harus membalas serangan baru-baru ini di lapangan udara,” kata Trump dalam sebuah unggahan di jejaring sosial Truth Social miliknya, setelah panggilan telepon dengan Putin yang berlangsung selama satu jam 15 menit.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Jembatan Krimea Diledakkan’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Netanyahu Akui Israel Dukung Kelompok Bersenjata Anti-Hamas di Gaza

    Netanyahu Akui Israel Dukung Kelompok Bersenjata Anti-Hamas di Gaza

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa Israel mendukung sebuah kelompok bersenjata di Gaza yang menentang kelompok militan Hamas. Hal ini disampaikan menyusul komentar seorang mantan menteri bahwa Israel telah mengirimkan senjata ke kelompok tersebut.

    Media Israel dan Palestina sebelumnya telah melaporkan bahwa kelompok yang bekerja sama dengan Israel tersebut merupakan bagian dari suku Badui setempat yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab.

    Lembaga pemikir Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (EFCR) menyebut Abu Shabab sebagai pemimpin “geng kriminal yang beroperasi di wilayah Rafah yang banyak dituduh menjarah truk-truk bantuan”.

    Anggota Knesset dan mantan menteri pertahanan Israel, Avigdor Lieberman telah mengatakan kepada media publik Kan bahwa pemerintah Israel, atas arahan Netanyahu, “memberikan senjata kepada sekelompok penjahat”.

    “Apa yang dibocorkan Lieberman? … Bahwa atas saran para pejabat keamanan, kami mengaktifkan klan di Gaza yang menentang Hamas. Apa yang buruk tentang itu?” kata Netanyahu dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial pada hari Kamis, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6/2025).

    “Itu hal yang baik, itu menyelamatkan nyawa tentara Israel,” imbuhnya.

    Michael Milshtein, seorang pakar urusan Palestina di Moshe Dayan Center di Tel Aviv, mengatakan kepada AFP, bahwa klan Abu Shabab adalah bagian dari suku Badui yang membentang di sepanjang perbatasan antara Gaza dan semenanjung Sinai di Mesir.

    Beberapa anggota suku tersebut, katanya, terlibat dalam “segala jenis kegiatan kriminal, penyelundupan narkoba, dan hal-hal seperti itu”.

    Milshtein mengatakan bahwa Abu Shabab telah menghabiskan waktu di penjara di Gaza, dan bahwa para pemimpin klannya baru-baru ini mencela dia sebagai “kolaborator dan gangster” Israel.

    Juru bicara Angkatan Darat Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin pada hari Jumat (6/6), mengonfirmasi bahwa militer Israel mendukung persenjataan milisi lokal di Gaza, tetapi tetap bungkam mengenai rinciannya.

    “Saya dapat mengatakan bahwa kami beroperasi dengan berbagai cara melawan pemerintahan Hamas,” kata Defrin dalam konferensi pers yang disiarkan televisi ketika ditanyai tentang masalah tersebut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Malaysia Minta Thailand dan Kamboja Tahan Diri usai Militer Baku Tembak

    Malaysia Minta Thailand dan Kamboja Tahan Diri usai Militer Baku Tembak

    Jakarta

    Militer Thailand dan Kamboja terlibat baku tembak pada akhir bulan lalu. Malaysia selaku Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengimbau Thailand dan Kamboja untuk sama-sama terus menahan diri.

    “Malaysia sangat menghargai hubungan baik kedua negara. Terkait hal ini, saya mengimbau Thailand dan Kamboja untuk terus menahan diri,” ujar Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim dilansir Antara, Sabtu (7/6/2025).

    Anwar Ibrahim menyampaikan hal itu usai menghubungi PM Thailand Paetongtarn Shinawatra dan PM Kamboja Hun Manet.

    Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon itu, PM Anwar menyampaikan penghargaan atas komitmen kedua pemimpin dalam menyelesaikan masalah perbatasan yang sedang berlangsung melalui negosiasi dan jalur diplomatik.

    Malaysia sebagai pemegang keketuaan ASEAN menyerukan kedua negara mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan, dan berupaya mencapai penyelesaian situasi ini secara damai dan menyeluruh.

    “Sebagai Ketua ASEAN, saya yakin bahwa semangat kerja sama regional dan prinsip penyelesaian damai ASEAN dapat memberikan landasan yang kokoh dalam menyelesaikan setiap perselisihan,” ujar PM Anwar.

    Pasukan tentara Thailand dan Kamboja terlibat dalam pertempuran singkat di wilayah Ubon Ratchathani, Thailand dan wilayah Preah Vihear, Kamboja, pada Rabu (28/5). Pada insiden itu, dikabarkan menimbulkan satu korban dari tentara Kamboja.

    Sementara Thailand dilaporkan telah menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan masalah perbatasan dengan Kamboja melalui upaya damai sesuai dengan hukum internasional dan perjanjian serta memorandum terkait.

    Lihat juga Video ‘PMI Diduga Meninggal di Kamboja, Kondisi Terakhir Kerja dengan Tangan Diborgol’:

    (jbr/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Iran Geram Warganya Dilarang Masuk AS: Mentalitas Rasis!

    Jakarta

    Pemerintah Iran geram dengan larangan perjalanan Amerika Serikat terhadap warga negara Iran dan warga dari 11 negara Timur Tengah dan Afrika lainnya. Teheran menyebut keputusan Washington itu merupakan tanda “mentalitas rasis”.

    Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu lalu menandatangani perintah eksekutif untuk melarang warga dari 12 negara masuk ke AS.

    Perintah eksekutif Trump tersebut dikeluarkan beberapa hari setelah serangan hari Minggu lalu saat aksi demonstrasi di Colorado, di mana pihak berwenang mengatakan lebih dari selusin orang terluka. Tersangka adalah seorang pria Mesir yang telah melewati batas visa turis.

    Selain Iran, larangan AS tersebut menargetkan warga negara Afghanistan, Myanmar, Chad, Kongo-Brazzaville, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

    Alireza Hashemi-Raja, direktur jenderal kementerian luar negeri untuk urusan warga negara Iran di luar negeri, menyebut tindakan tersebut, yang mulai berlaku pada 9 Juni, sebagai “tanda yang jelas dari dominasi mentalitas supremasi dan rasis di antara para pembuat kebijakan Amerika”.

    Keputusan tersebut “menunjukkan permusuhan yang mendalam dari para pembuat keputusan Amerika terhadap orang-orang Iran dan Muslim”, tambahnya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kementerian, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6/2025).

    Hashemi-Raja mengatakan kebijakan tersebut “melanggar prinsip-prinsip dasar hukum internasional” dan merampas “hak ratusan juta orang untuk bepergian hanya berdasarkan kewarganegaraan atau agama mereka”.

    Pejabat kementerian luar negeri Iran tersebut mengatakan bahwa larangan tersebut diskriminatif dan akan “menimbulkan tanggung jawab internasional bagi pemerintah AS”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Iran dan AS memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah Revolusi Islam 1979, dan hubungan tetap tegang sejak saat itu.

    Amerika Serikat adalah rumah bagi komunitas Iran terbesar di luar Iran.

    Menurut angka dari kementerian luar negeri Teheran, pada tahun 2020 ada sekitar 1,5 juta warga Iran di Amerika Serikat.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Trump Teken Perintah Tingkatkan Pertahanan Drone-Pesawat Supersonik

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperkuat pertahanan AS terhadap ancaman drone dan untuk meningkatkan taksi udara listrik dan pesawat komersial supersonik.

    Hal tersebut disampaikan Gedung Putih pada Jumat (6/6) waktu setempat, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (7/6/2025).

    Dalam tiga perintah eksekutif tersebut, Trump berusaha untuk memungkinkan penggunaan drone atau pesawat nirawak secara rutin di luar jangkauan penglihatan operator – sebuah langkah kunci untuk memungkinkan pengiriman drone komersial – dan untuk mengambil langkah-langkah guna mengurangi ketergantungan AS pada perusahaan drone China.

    Trump kini membentuk satuan tugas federal untuk memastikan kendali AS atas langit Amerika, memperluas pembatasan atas situs-situs sensitif, memperluas penggunaan teknologi federal untuk mendeteksi pesawat nirawak, dan memberikan bantuan kepada penegak hukum negara bagian dan lokal.

    Trump juga bertujuan untuk mengatasi “ancaman teroris kriminal dan penyalahgunaan pesawat nirawak oleh pihak asing di wilayah udara AS,” kata Michael Kratsios, direktur Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih.

    “Kami mengamankan perbatasan kami dari ancaman keamanan nasional, termasuk di udara, dengan acara publik berskala besar seperti Olimpiade dan Piala Dunia yang sudah di depan mata,” imbuhnya.

    Sebastian Gorka, direktur senior kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional, menyinggung tentang penggunaan drone dalam perang Rusia di Ukraina dan ancaman terhadap acara olahraga besar AS.

    “Kami akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas antidrone,” kata Gorka. “Kami akan meningkatkan penegakan hukum saat ini untuk mencegah dua jenis individu: pelaku kejahatan dan orang bodoh,” imbuhnya.

    Masalah drone yang mencurigakan juga mendapat perhatian signifikan tahun lalu, setelah serangkaian penampakan drone di New Jersey, AS. Badan Penerbangan Federal AS, FAA menerima lebih dari 100 laporan penampakan drone di dekat bandara-bandara setiap bulan.

    Trump juga memerintahkan FAA untuk mencabut larangan yang diberlakukan pada tahun 1973 terhadap transportasi udara supersonik.

    “Realitanya adalah bahwa warga Amerika seharusnya dapat terbang dari New York ke L.A. dalam waktu kurang dari empat jam,” kata Kratsios. “Kemajuan dalam rekayasa kedirgantaraan, ilmu material, dan pengurangan kebisingan kini membuat penerbangan supersonik di darat tidak hanya memungkinkan, tetapi juga aman, berkelanjutan, dan layak secara komersial,” imbuhnya.

    Perintah Trump ini tidak melarang perusahaan drone China mana pun, kata para pejabat. Tahun lalu, mantan Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang dapat melarang DJI dan Autel Robotics yang berbasis di China untuk menjual model drone baru di AS.

    DJI, produsen drone terbesar di dunia, menjual lebih dari separuh dari semua drone komersial AS.

    Lihat juga Video ‘Trump: Elon Musk Kesal Karena Insentif Pajak Kendaraan Listrik Dihapus’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Ilmuwan Bantu China Jadi Negara Adidaya Usai Dideportasi AS

    Kisah Ilmuwan Bantu China Jadi Negara Adidaya Usai Dideportasi AS

    Jakarta

    Di Shanghai, China, berdiri sebuah museum dengan 70.000 artefak yang didedikasikan untuk satu orang: “ilmuwan rakyat” Qian Xuesen.

    Qian adalah bapak program luar angkasa dan rudal China.

    Penelitiannya membuat Beijing mampu mengembangkan roket yang meluncurkan satelit pertamanya ke luar angkasa, serta rudal-rudal lain yang menjadi bagian dari persenjataan nuklir China.

    Atas jasanya, ia dihormati sebagai pahlawan nasional.

    Namun di Amerika Serikat, tempat ia belajar dan bekerja selama lebih dari satu dekade, kontribusi penting Qian jarang diakui.

    Kisah Qian kembali disorot oleh media seperti New York Times dalam beberapa hari terakhir ini, di tengah kebijakan pengusiran imigran oleh Presiden AS Donald Trump.

    Pada 28 Mei, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengumumkan bahwa pemerintah akan “secara agresif mencabut” visa bagi pelajar China, termasuk mereka yang terkait dengan Partai Komunis atau yang belajar di “bidang-bidang yang sensitif.”

    Lalu, apakah AS akan kembali jatuh di lubang yang sama dengan menyingkirkan sosok-sosok jenius seperti ilmuwan China ini dan melakukan salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah negara itu?

    Seorang bintang lahir

    Qian lahir pada 1911, saat China beralih dari dinasti kekaisaran ke sistem pemerintahan republik. Ayahnya mendirikan sistem pendidikan nasional China setelah bekerja di Jepang.

    Sejak kecil, Qian sudah menunjukkan bakat luar biasa. Ia lulus dengan peringkat tertinggi dari Universitas Jiao Tong di Shanghai dan meraih beasiswa untuk belajar di Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS.

    Pada 1935, dia tiba di Boston. Qian mungkin menghadapi xenofobia dan rasisme, kata Chris Jespersen, profesor sejarah di University of North Georgia di AS.

    Namun, ada juga “harapan dan keyakinan bahwa China [sedang] mengalami perubahan yang signifikan.”

    Getty ImagesQian Xuesen bersama pengacaranya Grant Cooper di sidang deportasi pada November 1950.

    Dari MIT, Qian melanjutkan pendidikannya ke California Institute of Technology (Caltech) untuk belajar di bawah bimbingan salah seorang insinyur aeronautika paling berpengaruh saat itu, Theodore von Karman, kelahiran Hungaria.

    Di sana, Qian berbagi kantor dengan ilmuwan terkemuka lainnya, Frank Malina, anggota kunci dari kelompok kecil inovator yang dikenal sebagai “Suicide Squad.”

    Julukan itu diberikan karena percobaan mereka untuk membangun roket di kampus, dan juga beberapa eksperimen dengan bahan kimia mudah menguap yang berakhir sangat buruk, jelas Fraser Macdonald, penulis Escape from Earth: A Secret History of the Space Rocket.

    Namun, tidak ada yang benar-benar jadi korban, kata penulis itu.

    Baca juga:

    Suatu hari, Qian terlibat dalam sebuah diskusi tentang matematika yang rumit dengan Malina dan anggota kelompok lainnya. Tak lama kemudian ia menjadi bagian dari tim itu dan menghasilkan penelitian penting tentang propulsi roket.

    Saat itu, ilmu roket dianggap sebagia “pekerjaan orang aneh dan pemimpi,” kata Macdonald.

    “Tidak seorang pun menganggapnya [roket] dengan serius, dan tidak ada insinyur yang ahli matematika akan mempertaruhkan reputasinya dengan mengatakan ini adalah masa depan.”

    Namun semuanya berubah cepat ketika Perang Dunia II pecah (193945).

    Kelompok Suicide Squad menarik perhatian militer AS, yang kemudian mendanai penelitian pesawat jet, dengan memasang pendorong di sayap pesawat agar bisa lepas landas dari landasan yang pendek.

    Getty ImagesKarena kecerdasannya yang nyata, Qian memenangkan beasiswa untuk belajar di MIT.

    Pendanaan dari militer juga membantu pendirian Laboratorium Propulsi Jet (JPL) pada 1943, di bawah arahan Theodore von Karman.

    Qian, bersama dengan Frank Malina, berada di pusat proyek tersebut.

    Meskipun Qian adalah warga China, saat itu China adalah sekutu AS sehingga “tidak ada kecurigaan nyata terhadap ilmuwan China di pusat proyek luar angkasa Amerika,” kata Macdonald.

    Qian mendapat izin keamanan untuk bekerja pada proyek penelitian senjata rahasia dan bahkan menjabat di Dewan Penasihat Sains pemerintah AS.

    Menjelang perang berakhir, Qian menjadi ahli propulsi jet terkemuka di dunia dan dikirim bersama von Karman dalam misi ke Jerman dengan pangkat sementara letnan kolonel.

    Misinya adalah mewawancarai para insinyur Nazi, termasuk Werner von Braun, ilmuwan roket terkemuka Jerman. AS ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan teknologi roket Jerman.

    Karier yang hancur

    Namun pada akhir dekade itu, karier cemerlang Qian di AS tiba-tiba hancur dan kehidupannya berantakan.

    Pada 1949, Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat China. Dan dengan cepat, orang China dianggap sebagai “orang jahat,” kata Jespersen dari Universitas Georgia Utara.

    Seorang direktur baru di JPL mencurigai adanya jaringan mata-mata di laboratorium itu dan melaporkan beberapa staf itu ke FBI.

    “Semuanya orang China dan Yahudi,” jelas Macdonald.

    Era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet pun dimulai. Perburuan atas orang-orang yang dianggap komunis di era McCarthy semakin gencar.

    Dalam suasana ini, FBI menuduh Qian, Frank Malina, dan yang lainnya sebagai antek komunis dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

    Tuduhan ke Qian ini didasarkan pada dokumen Partai Komunis AS pada 1938 yang menunjukkan bahwa ia menghadiri sebuah pertemuan sosial, yang dicurigai FBI sebagai pertemuan Partai Komunis Pasadena.

    Getty ImagesTiga anggota “Suicide Squad”, William Pickering (kiri), Theodore von Krmn (tengah) dan Frank J. Malina (kanan), dalam foto pada1960.

    Meskipun Qian menyangkal menjadi anggota partai, sebuah studi baru menunjukkan bahwa ia bergabung sekitar waktu yang sama dengan Frank Malina, pada 1938. Namun, hal itu tidak serta merta menjadikannnya seorang Marxis.

    Saat itu, menjadi komunis adalah bentuk perlawanan terhadap rasisme, kata Macdonald. Mereka menentang fasisme dan segregasi, seperti memprotes pemisahan kolam renang umum di Pasadena.

    Deportasi

    Zuoyue Wang, profesor sejarah di California Polytechnic State University di AS, mengatakan tidak ada bukti bahwa Qian melakukan spionase untuk China atau menjadi agen intelijen saat berada di AS.

    Namun, Qian kehilangan izin keamanannya dan ditetapkan sebagai tahanan rumah. Rekan-rekannya di Caltech, termasuk Theodore von Karman, menulis surat kepada pemerintah untuk membela Qian, tetapi tidak berhasil.

    Pada 1955, setelah lima tahun menjalani tahanan rumah, Presiden Eisenhower memutuskan untuk mendeportasi Qian ke China.

    Ilmuwan itu pergi dengan kapal bersama istri dan dua anaknya yang lahir di AS, sambil mengatakan kepada wartawan bahwa ia bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di AS lagi.

    Dan ia menepati janjinya.

    “Ia adalah salah satu ilmuwan paling terkemuka di AS. Ia telah banyak berkontribusi dan bisa saja berkontribusi lebih banyak lagi bagi AS. Jadi, itu bukan hanya penghinaan, tetapi pengkhianatan,” kata jurnalis dan penulis Tianyu Fang.

    Getty ImagesQian Xuesen dianggap sebagai bapak program rudal nuklir dan antariksa China.

    Qian tiba di China sebagai pahlawan, tetapi tidak langsung diterima oleh Partai Komunis.

    Rekam jejaknya tidak sepenuhnya bersih. Istrinya adalah putri pemimpin Nasionalis, dan sebelum kejatuhannya, Qian hidup nyaman di AS. Bahkan, dia telah mengajukan permohonan kewarganegaraan Amerika.

    Ia baru resmi bergabung dengan Partai Komunis China pada 1958. Sejak itu berusaha tetap berada di sisi aman. Ia selamat dari pembersihan politik dan Revolusi Kebudayaan, kemudian memiliki karier yang luar biasa.

    Ketika ia tiba di China, pengetahuan tentang ilmu roket nyaris tak dikenal. Namun, 15 tahun kemudian, ia memimpin peluncuran satelit pertama China ke luar angkasa.

    Selama beberapa dekade, ia melatih generasi baru ilmuwan dan meletakkan dasar bagi Program Eksplorasi Bulan China.

    Ironisnya, program rudal yang dikembangkan Qian di China kemudian digunakan untuk menyerang ASseperti rudal Silkworm yang ditembakkan ke AS dalam Perang Teluk 1991 dan serangan terhadap kapal USS Mason pada 2016 oleh pemberontak Houthi di Yaman.

    Dengan mengambil langkah keras terhadap komunisme domestik, Macdonald berpendapat, AS telah mendeportasi “seseorang yang justru digunakan oleh salah satu musuh ideologisnya untuk mengembangkan program rudal dan antariksanya sendiri. Itu adalah kesalahan geopolitik yang luar biasa.”

    “Ada siklus yang aneh. AS mengusir orang yang ahli dan kemudian menjadi bumerang bagi mereka,” katanya.

    Mantan Sekretaris Angkatan Laut AS Dan Kimball, yang kemudian menjadi kepala perusahaan propulsi roket Aerojet, pernah menyebut deportasi Qian sebagai “hal terbodoh yang pernah dilakukan negara ini.”

    Getty ImagesMao memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949.

    Saat ini, sekali lagi terjadi ketegangan besar antara China dan AS. Kini bukan tentang ideologi, tetapi tentang perdagangan, keamanan teknologi dan, menurut Trump, dugaan kegagalan China dalam menangani Covid-19.

    Sebagian besar warga AS mungkin tak mengenal Qian atau perannya di program luar angkasa Amerika, tapi banyak warga dan mahasiswa China di AS yang mendengar kisahnya dan melihat kemiripannya dengan situasi saat ini.

    “Hubungan antara AS dan China telah memburuk sedemikian rupa sehingga mereka tahu bahwa mereka mungkin dicurigai seperti generasi Qian,” sang jurnalis membandingkan.

    Qian Xuesen tidak pernah menginjakkan kaki di Amerika Serikat lagi dan meninggal pada 2009. (Getty Images)

    Menurut Macdonald, kisah Qian merupakan peringatan ketika suatu rezim menyingkirkan pengetahuan.

    “Sejarah ilmu pengetahuan Amerika menunjukkan bahwa sains di AS dibangun oleh para pendatang… Namun di era konservatif seperti sekarang, sejarah itu semakin sulit untuk dirayakan.”

    Kontribusi JPL terhadap program luar angkasa AS, menurut Macdonald, sebagian besar diabaikan, jauh jika dibandingkan dengan kontribusi Wernher von Braun dan ilmuwan asal Jerman lainnya, yang secara diam-diam dibawa ke AS tak lama setelah von Karman dan Qian mengunjungi mereka.

    Braun adalah seorang Nazi dan prestasinya diakui oleh negara, sementara Qian dan ilmuwan lainnya dalam Suicide Squad tersingkirkan, kata Macdonald.

    “Fakta bahwa program luar angkasa AS pertama kali dirintis oleh kaum sosialis lokal entah Yahudi atau China adalah kisah yang sulit diterima oleh Amerika sendiri,” tutupnya.

    Kehidupan Qian berlangsung hampir satu abad. Selama periode ini, China bertransformasi dari negara lemah menjadi adikuasa di Bumi dan di luar angkasa.

    Qian adalah bagian dari transformasi itu. Namun kisahnya juga bisa menjadi kisah besar bagi Amerika jika saja tidak dikhianati.

    Pada tahun 2019, China berhasil mendaratkan wahananya di sisi terjauh Bulan. Lokasi pendaratannya di Kawah Von Karmandinamai dari insinyur aeronautika yang merupakan salah satu mentor Qian.

    Sebuah pengakuan, disengaja atau tidak, menunjukkan bahwa antikomunisme Amerika lah yang mendorong China menaklukkan luar angkasa.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini