Category: Detik.com Internasional

  • Ukraina Ogah Serahkan Wilayah ke Rusia

    Ukraina Ogah Serahkan Wilayah ke Rusia

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya ogah menyerahkan wilayah kepada Rusia. Sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan akan mengambil seluruh wilayah Donbas, Ukraina.

    Zelensky menyampaikan penolak menyerahkan wilayah dalam kesepakatan apa pun yang bertujuan mengakhiri invasi Moskow terhadap Kyiv. Perang telah berlangsung hampir 4 tahun terakhir.

    “Apakah kami membayangkan akan menyerahkan wilayah? Kami tidak memiliki hak hukum untuk melakukannya, berdasarkan hukum Ukraina, konstitusi kami, dan hukum internasional. Dan kami juga tidak memiliki hak moral apa pun,” kata Zelensky dalam konferensi pers terbaru seperti dilansir AFP, Selasa (9/12/2025).

    Zelensky mengatakan Amerika Serikat (AS) yang menjadi penengah antara Ukraina dan Rusia sedang berusaha menemukan kompromi untuk masalah ini. Dia menyebut Rusia merupakan pihak yang bersikeras merebut wilayah.

    “Rusia bersikeras agar kami menyerahkan wilayah, tetapi kami tidak ingin menyerahkan apa pun. Kami sedang memperjuangkannya, seperti yang Anda ketahui,” ucapnya.

    “Ada masalah-masalah sulit terkait wilayah dan sejauh ini, belum ada kompromi,” sambungnya.

    Seorang pejabat senior yang enggan disebut namanya, namun memahami perundingan yang sedang berlangsung, mengatakan kepada AFP bahwa masalah wilayah Ukraina merupakan yang ‘paling problematik’ dalam negosiasi. Masalah jaminan keamanan untuk Kyiv juga menjadi salah satu poin penting dalam perundingan tersebut.

    “Kuncinya adalah mengetahui apa yang akan siap dilakukan oleh mitra-mitra kami jika terjadi agresi baru oleh Rusia. Saat ini, kami belum menerima jawaban apa pun untuk pertanyaan ini,” kata Zelensky dalam konferensi pers online pada Senin (8/12) waktu setempat.

    Setelah menghadiri pertemuan di London, Inggris, Zelensky terbang ke Brussels, Belgia, untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin NATO dan Komisi Eropa. Zelensky mengatakan para pejabat Ukraina dan Eropa ‘akan membahas 20 poin’ yang diterima dari pihak AS.

    Dia menambahkan bahwa proposal balasan akan sudah siap pada Selasa (9/12) malam untuk dikirimkan ke Washington.

    Putin Tetap Ingin Ambil Alih Donbas

    Di sisi lain, Putin menegaskan Rusia akan mengambil kendali penuh atas wilayah Donbas, Ukraina dengan paksa. Dia meminta pasukan Ukraina mundur.

    Putin mengerahkan pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 setelah 8 tahun pertempuran antara para separatis yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina di Donbas. Wilayah Donbas itu yang terdiri dari Donetsk dan Luhansk.

    “Kami bebaskan wilayah-wilayah ini dengan kekuatan senjata atau pasukan Ukraina meninggalkan wilayah-wilayah ini,” kata Putin kepada media India Today, Kamis (4/12) menjelang kunjungannya ke New Delhi, India, dilansir Al Arabiya, Kamis (4/12).

    Rusia saat ini menguasai 19,2 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014, seluruh Luhansk, lebih dari 80 persen wilayah Donetsk, sekitar 75 persen wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, serta sebagian kecil wilayah Kharkiv, Sumy, Mykolaiv, dan Dnipropetrovsk.

    Sekitar 5.000 Km persegi (1.900 mil persegi) wilayah Donetsk masih berada di bawah kendali Ukraina. Dalam pembicaraan dengan AS mengenai garis besar kemungkinan kesepakatan damai untuk mengakhiri perang, Rusia telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk menguasai seluruh Donbas.

    Rusia juga meminta AS secara informal mengakui kendali Moskow atas wilayah itu. Putin telah menerima kunjungan utusan AS, Steve Witkoff dan Jared Kushner di Kremlin pada Selasa lalu, dan mengatakan Rusia telah menerima beberapa proposal AS terkait Ukraina, dan bahwa perundingan harus dilanjutkan.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

  • PM Jepang Bentuk Satgas untuk Nilai Kerusakan Gempa Terbaru

    PM Jepang Bentuk Satgas untuk Nilai Kerusakan Gempa Terbaru

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, yang merangkum berita-berita terkini dalam 24 jam terakhir.

    Kita awali edisi Selasa, 9 Desember 2025 dari perkembangan gempa di Jepang.

    Jepang diguncang gempa

    Gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter melanda Jepang utara pada Senin malam, melukai lebih dari 20 orang dan sempat memicu tsunami setinggi 70 sentimeter di wilayah pesisir Pasifik, menurut Badan Meteorologi Jepang (JMA).

    Reuters melaporkan bahwa sekitar 90.000 orang diperintahkan untuk mengungsi, sebelum Jepang mencabut semua peringatan tsunami beberapa jam setelah gempa.

    “Saya belum pernah mengalami guncangan sebesar ini,” kata pemilik toko swalayan, Nobuo Yamada, di kota Hachinohe kepada kantor berita NHK.

    Sementara itu Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan pemerintahnya sudah membentuk satuan tugas darurat untuk segera menilai tingkat kerusakan akibat gempa.

    “Kami mengutamakan nyawa orang-orang dan melakukan segala yang kami bisa,” ujarnya.

    Bentrokan baru antara Thailand dan Kamboja

    Pertempuran kembali terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja, setelah kedua belah pihak saling tuduh melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani setelah perang lima hari pada bulan Juli lalu.

    Menurut militer Thailand, mereka melancarkan serangan udara setelah seorang tentara Thailand tewas dan empat lainnya luka-luka dalam bentrokan di provinsi paling timur, Ubon Ratchathani.

    Menteri Informasi Kamboja Neth Pheaktra mengatakan sejak pertempuran dimulai, empat warga sipil Kamboja tewas dan sembilan lainnya luka-luka.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, menyerukan komunitas internasional untuk “mengecam pelanggaran deklarasi bersama perjanjian damai antara Kamboja dan Thailand” dalam konferensi pers, Senin (08/12) kemarin.

    Sementara itu, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan negaranya “tidak pernah ingin melihat kekerasan”, tetapi pemerintah tidak akan menoleransi pelanggaran kedaulatannya.

    Satu dari bayi kembar siam meninggal setelah upaya pemisahan

    Para ahli bedah di Sydney berupaya memisahkan bayi kembar siam yang langka, yang diterbangkan dari Papua Nugini, tapi hanya satu bayi laki-laki yang selamat.

    Tom dan Sawong, yang berusia hampir dua bulan, menjalani operasi selama tujuh jam di Rumah Sakit Anak Sydney pada hari Minggu (07/12) lalu.

    Tom meninggal beberapa menit setelah operasi, menurut pilot Jurgen Ruh, yang sedang bersama orang tua bayi kembar dan pertama kali membantu membawa bayi-bayi itu ke Port Moresby dari pedalaman Papua Nugini untuk dirawat.

    Kepada wartawan, Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengatakan pemerintahannya sudah memberikan “jaminan kalau tagihan medis” akan ditanggung.

    “Berdasarkan jaminan kami, [pemerintah Australia] dapat memfasilitasi pemindahan cepat ke rumah sakit,” katanya.

    Kebocoran air di museum Louvre

    Kebocoran air ditemukan di museum Louvre akhir November lalu dan diperkirakan berdampak pada “antara 300 dan 400 karya,” kata Wakil Administrator Museum, Francis Steinbock.

    Koleksi yang terdampak termasuk “jurnal egyptology” dan “dokumentasi ilmiah” yang digunakan oleh para peneliti Mesir.

    Barang-barang yang rusak berasal dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan “sangat berguna” tetapi “sama sekali bukan barang unik,” tambah Francis kepada kantor berita AFP.

    “Tidak ada artefak warisan yang terdampak oleh kerusakan ini,” jelasnya, yang juga mengatakan belum ada kerugian yang tidak dapat diperbaiki.

    Louvre mengatakan akan ada penyelidikan internal atas kebocoran tersebut.

    Tonton juga video “Peringatan Tsunami 3 Meter Dikeluarkan Seusai Gempa M 7,6 Jepang”

  • Pesawat Militer Rusia Jatuh, Angkut 7 Orang

    Pesawat Militer Rusia Jatuh, Angkut 7 Orang

    Jakarta

    Sebuah pesawat militer Rusia jatuh saat uji terbang setelah menjalani perbaikan. Pesawat tersebut jatuh di sebelah timur Moskow, ibu kota Rusia pada hari Selasa (9/12/2025).

    Kantor berita Rusia, TASS melaporkan tujuh orang berada di dalam pesawat tersebut saat kecelakaan terjadi. Saat ini belum diketahui apakah mereka selamat.

    “Hari ini di wilayah Ivanovo, saat uji terbang setelah perbaikan, sebuah pesawat angkut militer AN-22 jatuh,” media pemerintah Rusia tersebut mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

    “Pesawat itu jatuh di daerah tak berpenghuni,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Selasa (9/12/2025).

    Tim pencari telah dikerahkan dan penyelidikan telah dibuka terkait kecelakaan tersebut, kata Kementerian Pertahanan.

    Wilayah Ivanovo terletak sekitar 200 kilometer (125 mil) di timur Moskow.

    Tonton juga video “Black Box Pesawat Militer Turki Ditemukan, Erdogan Buka Suara”

    (ita/ita)

  • ICC Jatuhkan Hukuman 20 Tahun Penjara untuk Pemimpin Milisi Sudan

    ICC Jatuhkan Hukuman 20 Tahun Penjara untuk Pemimpin Milisi Sudan

    Den Haag

    Hakim pada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara terhadap pemimpin milisi Janjaweed yang ditakuti di Sudan, atas dakwaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan selama konflik berdarah di Darfur lebih dari 20 tahun lalu.

    ICC sebelumnya, seperti dilansir AFP, Selasa (9/12/2025), telah menyatakan Ali Muhammad Ali Abd-Al-Rahman, juga dikenal sebagai Ali Kushayb, bersalah atas 27 dakwaan kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang, termasuk pemerkosaan, pembunuhan, dan penyiksaan, di wilayah Darfur bagian barat tahun 2003-2004.

    Abd-Al-Rahman, yang kini berusia 76 tahun, hadir dalam sidang ICC di Den Haag, Belanda, mengenakan setelan jas dan dasi berwarna biru. Dia hanya berdiri tanpa ekspresi saat hakim ketua ICC Joanna Korner menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara terhadap dirinya.

    Pengadilan ICC, dalam putusannya, menyatakan Abd-Al-Rahman sebagai anggota terkemuka milisi Janjaweed Sudan yang terkenal kejam dan berpartisipasi “aktif” dalam berbagai kejahatan perang selama perang sipil berkecamuk di Darfur.

    Hakim Korner mengatakan Abd-Al-Rahman “secara personal melakukan” pemukulan, termasuk dengan kapak, dan memerintahkan sejumlah eksekusi mati. Dia mengutip para korban yang mengatakan bahwa Abd-Al-Rahman telah melakukan “kampanye pemusnahan, penghinaan, dan pengusiran”.

    Saat sidang putusan, hakim Korner membacakan kesaksian memilukan dari para korban tentang penderitaan yang mereka alami di bawah Janjaweed. “Hari-hari penyiksaan dimulai saat matahari terbit… darah mengalir deras di jalanan… tidak ada bantuan medis, tidak ada perawatan, tidak ada belas kasihan,” ucapnya.

    Dia juga mengatakan bahwa Abd-Al-Rahman secara pribadi telah menginjak-injak kepala para pria, wanita, dan anak-anak yang luka-luka

    Abd-Al-Rahman membantah dirinya merupakan pejabat tinggi dalam milisi Janjaweed, pasukan paramiliter, yang sebagian besar terdiri dari etnis Arab, yang dipersenjatai oleh pemerintah Sudan untuk membunuh suku-suku Afrika, yang sebagian besar berkulit hitam, di Darfur dua dekade lalu.

    Dia kabur ke Republik Afrika Tengah pada Februari 2020 ketika pemerintah baru Sudan mengumumkan niat bekerja sama dengan penyelidikan ICC. Abd-Al-Rahman akhirnya menyerahkan diri karena merasa “putus asa” dan takut otoritas Republik Afrika Tengah akan membunuhnya — klaim yang ditolak pengadilan.

    Hakim Korner menambahkan bahwa penyerahan diri secara sukarela menjadi salah satu dari beberapa faktor yang meringankan hukuman Abd-Al-Rahman, selain usia dan perilaku baiknya selama penahanan. Masa hukumannya akan dikurangi waktu yang telah dihabiskannya dalam penahanan sejak Juni 2020.

    Tonton juga video “Trump Ungkap akan Bantu Selesaikan Masalah Perang di Sudan”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kenapa Ekspansi Fiskal PM Jepang Bikin Gentar Pasar Global?

    Kenapa Ekspansi Fiskal PM Jepang Bikin Gentar Pasar Global?

    Jakarta

    Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meredam lonjakan biaya hidup adalah agenda utama Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi sejak dilantik pada Oktober lalu. Misinya tidak mudah, akibat tekanan inflasi yang terus membandel.

    Takaichi, 64 tahun, berupaya menghindari nasib pendahulunya, Shigeru Ishiba, yang hanya bertahan sekitar satu tahun sebelum tersingkir akibat kekecewaan publik, terutama karena inflasi yang tak kunjung terkendali.

    Sebagai pengagum mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe, Takaichi bertekad melanjutkan warisan Abenomics. Doktrin tersebut mendiktekan serangkaian kebijakan yang mengandalkan pelonggaran moneter secara agresif, stimulus fiskal, dan reformasi struktural. Langkah ini diyakini ampuh untuk menarik Jepang keluar dari spiral deflasi berkepanjangan yang ditandai penurunan harga dan lemahnya belanja konsumen.

    Namun, ekonomi Jepang — terbesar keempat di dunia — justru menyusut pada kuartal ketiga. Hal ini menambah tekanan politik dan ekonomi terhadap pemerintahan baru di Tokyo.

    Sebagai respons, Takaichi bulan lalu meluncurkan paket belanja besar-besaran untuk mendongkrak pertumbuhan dan menopang daya beli rumah tangga. Paket senilai US$ 135 miliar itu mencakup bantuan tunai bagi orang tua serta subsidi energi.

    Dapatkah stimulus mendongkrak pertumbuhan?

    Werner Pasha, pakar Jepang dan profesor di Institute of East Asian Studies, Universitas Duisburg-Essen, meragukan bahwa dana stimulus akan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi secara berarti.

    “Pertama, tambahan permintaan akan meningkatkan tekanan inflasi, mungkin sudah terasa dalam jangka pendek, dan pasti dalam jangka menengah,” ujarnya kepada DW. “Kedua, patut dipertanyakan apakah pemerintah benar-benar mampu meningkatkan belanja efektif secepat yang diinginkan. Di masa lalu, hal itu tidak terjadi.”

    Kepada DW, Estevez-Abe mengatakan Takaichi menjanjikan investasi di beragam sektor strategis—mulai dari kecerdasan buatan, semikonduktor, bioteknologi, hingga antariksa dan pelayaran. “Namun niat ini lebih terlihat seperti daftar harapan ketimbang rencana strategis yang matang,” ujarnya.

    Dia menilai belanja tambahan justru “obat yang keliru” bagi masalah Jepang, yang bersumber dari tantangan struktural: populasi menua dan menyusut, kurangnya investasi pendidikan publik, serta alokasi modal ke sektor-sektor yang tidak efisien.

    “Saya tidak melihat anggaran Takaichi, maupun pernyataannya sejauh ini, menyentuh akar persoalan tersebut,” katanya.

    Keuangan publik dalam kondisi rapuh

    Di sisi lain, rencana belanja ekspansif berisiko semakin membebani kas negara. Jepang saat ini pun sudah memegang rekor sebagai negara industri dengan beban utang tertinggi—sekitar 250 persen dari produk domestik bruto (PDB).

    Meski demikian, Jepang sejauh ini terhindar dari krisis pembiayaan, terutama karena struktur utangnya. Seluruh obligasi pemerintah diterbitkan dalam mata uang yen, dan lebih dari 90 persen dipegang institusi domestik — lebih dari setengahnya oleh bank sentral.

    Walau pemerintah sarat utang, perekonomian Jepang secara keseluruhan tergolong “kaya,” kata Franz Waldenberger, Direktur German Institute for Japanese Studies. Jepang memiliki rasio aset luar negeri bersih terhadap PDB yang “termasuk tertinggi di dunia.”

    “Saya menyebutnya negara kaya, pemerintah miskin,” ujarnya.

    Imbal hasil naik, inflasi membandel

    Namun ekonomi yang lesu dan gelontoran stimulus terbaru mulai mendorong naik beban utang. Tingkat kupon obligasi pemerintah Jepang juga terus naik dalam beberapa bulan terakhir.

    Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun — tingkat pengembalian total tahunan bagi investor—melonjak menjadi 1,92 persen, tertinggi dalam hampir dua dekade.

    “Pasar obligasi Jepang sedang berada di tepi luka yang diciptakannya sendiri,” kata Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di bank investasi Prancis Natixis. Dia menyebut belanja agresif Tokyo sebagai “perjudian menggandakan taruhan pada kartu yang sudah kalah.”

    Inflasi sendiri tetap bertahan di atas target bank sentral sebesar 2 persen. Sebagai negara yang miskin sumber daya, Jepang sangat bergantung pada impor pangan, energi, dan bahan mentah. Yen yang lemah memperparah tekanan harga karena impor menjadi lebih mahal.

    “Inflasi hanya akan turun jika yen menguat. Tapi itu memerlukan kenaikan suku bunga, yang justru akan memperberat kemampuan pemerintah untuk berutang,” kata Estevez-Abe. Ia menyebut rencana Takaichi sebagai situasi Catch-22—serba salah.

    Bank Sentral Jepang terakhir menaikkan suku bunga dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen pada Januari, lalu menahannya hingga kini. Spekulasi pun menguat bahwa kenaikan lanjutan akan dibahas dalam rapat 18–19 Desember mendatang.

    Kekhawatiran pembalikan carry trade

    Kombinasi suku bunga yang lebih tinggi dan imbal hasil obligasi yang meningkat memicu kekhawatiran di pasar keuangan global terkait potensi pembalikan praktik carry trade mata uang yen.

    Selama puluhan tahun, investor global memanfaatkan pinjaman murah dalam yen untuk membeli aset berimbal hasil lebih tinggi di luar negeri, seperti saham AS dan obligasi Treasury. Skema ini bergantung pada suku bunga rendah dan yen yang lemah.

    Jika suku bunga Jepang naik dan yen menguat, carry trade berpotensi berbalik arah — memicu gejolak pasar dan menekan valuasi aset berisiko, termasuk saham teknologi dan kripto.

    “Kondisi ini menyulut ketakutan akan runtuhnya yen carry trade, skema global senilai US$ 20 triliun,” kata Garcia-Herrero, menyebutnya sebagai mesin gelembung aset dari Wall Street hingga pasar berkembang.

    Meski kecil kemungkinan berujung krisis finansial besar seperti 2008/2009, dampaknya tetap bisa signifikan: penurunan saham 5–12 persen dan lonjakan imbal hasil obligasi hingga 20–40 basis poin.

    Pasha menyebut yen carry trade sebagai fenomena makroekonomi yang “aneh,” yang berkontribusi pada euforia bitcoin dan valuasi ekstrem saham teknologi dan AI.

    Dari sudut pandang itu, ia menilai berkurangnya praktik ini justru patut disambut. Namun ia mengingatkan, “pasar bisa menjadi tidak stabil dan lepas kendali jika arus keuangan berubah terlalu drastis.”

    Meski begitu, dia menegaskan, gejolak finansial semata masih akan lebih ringan dampaknya dibanding guncangan dunia nyata—seperti perang dagang AS–Cina yang memburuk atau pandemi baru.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Menkeu Purbaya Ungkap Prabowo Setuju Rp 200 T Diguyur ke Bank”

    (ita/ita)

  • China Buru 100 Buronan Scam Online, Siapkan Imbalan Rp 471 Juta

    China Buru 100 Buronan Scam Online, Siapkan Imbalan Rp 471 Juta

    Beijing

    Otoritas China mengeluarkan pemberitahuan pencarian untuk 100 buronan terkait jaringan scam online lintas perbatasan. Mereka yang diburu termasuk sejumlah anggota kunci dalam kelompok kriminal besar yang berbasis di Myanmar bagian utara, saat pemberantasan scam online digencarkan.

    Dalam pemberitahuan yang dirilis Kementerian Keamanan Publik (MPS), seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (9/12/2025), otoritas China menawarkan imbalan atau hadiah sebesar 200.000 Yuan, atau setara Rp 471,6 juta, kepada siapa pun yang memberikan petunjuk atau bantuan efektif untuk penangkapan setiap buronan.

    Dalam beberapa tahun terakhir, sebut MPS, para buronan kunci yang terlibat dalam sindikat penipuan, berada di bawah perlindungan “kekuatan luar negeri”, telah mengorganisir dan merekrut orang-orang untuk terlibat dalam aktivitas penipuan jangka panjang yang menargetkan warga negara China.

    MPS tidak menyebut lebih lanjut soal negara yang dimaksudnya. Hanya dikatakan oleh MPS bahwa aktivitas penipuan itu melibatkan “jumlah uang yang sangat besar dan menunjukkan sifat yang sangat mengerikan”.

    Para tersangka seperti Wu Qiping, Wu Qingzheng, Fu Xiaobin, dan Ou Changhua, menurut MPS, semuanya terkait dengan kelompok kriminal yang disebut “empat keluarga” di Myanmar bagian utara — merujuk pada kelompok kriminal terkena yang beroperasi di area dekat perbatasan China.

    MPS mengatakan bahwa sejak meluncurkan “operasi khusus” untuk memerangi kejahatan di Myanmar bagian utara yang menargetkan warga negara China, sebanyak 100 tersangka itu terus beraksi “tanpa hambatan atau keraguan”.

    Badan-badan keamanan publik di beberapa wilayah China, termasuk Hangzhou di Provinsi Zhejiang, kota Quanzhou di Provinsi Fujian, Shenzhen, Kunming, dan Chongqing telah mengeluarkan pemberitahuan mengenai hadiah publik untuk setiap buronan yang berhasil ditangkap.

    “Siapa pun yang memiliki informasi relevan didesak untuk segera melaporkannya kepada otoritas keamanan publik. Identitas para informan akan dijaga kerahasiaannya,” tegas pemberitahuan tersebut.

    Ditegaskan juga dalam pemberitahuan itu bahwa “pembalasan terhadap informan akan dihukum berat sesuai aturan hukum”.

    Otoritas China juga mendesak para buronan untuk menyerahkan diri dan meminta keringanan hukuman.

    Dalam pernyataan terpisah, MPS mengatakan pada Senin (8/12) bahwa total 1.178 warga China yang terlibat sindikat penipuan di Myawaddy, Myanmar, telah dipulangkan ke China sejak awal Desember ini. Para tersangka itu diserahkan secara bertahap via Thailand dengan pengawalan ketat Kepolisian China.

    Sementara itu, laporan kantor berita Xinhua menyebutkan bahwa sejak 20 Februari lalu, lebih dari 6.600 warga China yang diduga terlibat sindikat penipuan di luar negeri telah dipulangkan ke China.

    Tonton juga video “Penggerebekan Besar-besaran Markas Scam di Myanmar, 1.600 WNA Dibekuk”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tegang! Pesawat Militer China-Rusia Melintas, Korsel Kerahkan Jet Tempur

    Tegang! Pesawat Militer China-Rusia Melintas, Korsel Kerahkan Jet Tempur

    Seoul

    Militer Korea Selatan (Korsel) mengerahkan sejumlah jet tempurnya setelah mendeteksi pesawat-pesawat militer China dan Rusia terbang keluar-masuk zona pertahanan udaranya pada Selasa (9/12) waktu setempat.

    Kepala Staf Gabungan (JCS) militer Korsel, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (9/12/2025), melaporkan sebanyak tujuh pesawat militer Rusia dan dua pesawat militer China terdeteksi memasuki Zona Identifikasi Pertahanan udara Korea (KADIZ) pada Selasa (9/12) pagi, sekitar pukul 10.00 waktu setempat.

    Tak lama setelah itu, sebut JCS, pesawat-pesawat asing itu terbang meninggalkan zona pertahanan udara Korsel.

    Meski memasuki zona pertahanan udara, ditegaskan oleh JCS bahwa tidak ada pesawat militer China maupun Rusia yang melanggar wilayah udara Korsel.

    Dikatakan JCS dalam pernyataannya bahwa pesawat-pesawat militer China dan Rusia itu telah diidentifikasi, kemudian sejumlah jet tempur Korsel dikerahkan sebagai respons atas situasi tersebut, dan untuk berjaga-jaga jika terjadi keadaan darurat.

    “Mengerahkan sejumlah jet tempur untuk mengambil langkah-langkah taktis dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan,” sebut JCS dalam pernyataannya.

    Pesawat-pesawat militer China dan Rusia itu, sebut militer Korsel yang dikutip kantor berita Yonhap, terdeteksi mengudara selama satu jam di dalam zona pertahanan udara yang terletak di lepas pantai timur dan selatan Korsel, sebelum meninggalkan zona tersebut.

    Pesawat-pesawat asing itu terdeteksi sebelum memasuki zona identifikasi pertahanan udara Korsel, yang didefinisikan sebagai wilayah yang lebih luas di mana negara-negara mengawasi pesawat-pesawat untuk alasan keamanan, tetapi bukan merupakan wilayah udara mereka.

    Belum ada tanggapan langsung dari Beijing maupun Moskow atas laporan Seoul tersebut.

    Namun menurut laporan Yonhap, pesawat-pesawat militer China dan Rusia biasanya melakukan latihan gabungan di sekitar Semenanjung Korea sebanyak sekali atau dua kali dalam setahun.

    Sejak tahun 2019, China dan Rusia secara rutin menerbangkan pesawat militer ke zona pertahanan udara Korsel tanpa pemberitahuan sebelumnya, dengan alasan latihan gabungan.

    Pada November tahun lalu, Seoul mengerahkan sejumlah jet tempur setelah mendeteksi lima pesawat militer China dan enam pesawat militer Rusia terbang melintasi zona pertahanan udaranya.

    Tonton juga video “Pesawat Militer Turki Jatuh di Georgia, 18 Jenazah Ditemukan”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Misteri Vulkanik di Balik Munculnya Wabah Hitam

    Misteri Vulkanik di Balik Munculnya Wabah Hitam

    Jakarta

    Bencana iklim yang memaksa perubahan jalur perdagangan kemungkinan bertanggung jawab atas masuknya wabah ke Eropa dan menyebabkan Wabah Hitam pada abad ke-14, menurut para peneliti.

    Dipublikasikan dalam jurnal Communications Earth & Environment, studi baru ini menggabungkan catatan sejarah dengan penelitian inti es di Kutub dan cincin pohon Eropa.

    Para peneliti Martin Bauch dari Leibniz Institute di Jerman, dan Ulf Bntgen di Cambridge University, Inggris, menyimpulkan bahwa letusan gunung berapi yang tidak teridentifikasi sekitar tahun 1345 memompa abu dan sulfur ke atmosfer Bumi, menyebabkan pendinginan iklim dan gagal panen di seluruh wilayah Mediterania.

    Hal ini memaksa kota pelabuhan besar membuka perdagangan dengan Kekhanan Golden Horde, yang menguasai Asia Tengah pada waktu itu. Dengan demikian, hal ini memberikan jalur aman bagi Yersinia pestis, bakteri penyebab Wabah Hitam, masuk ke Eropa.

    Kota-kota Italia telah mengembangkan strategi keamanan pangan yang sukses. Namun, strategi ini tidak mampu menghadapi wabah.

    “Dengan kombinasi beberapa kebetulan pada satu waktu, Anda mendapatkan efek samping yang tidak terduga. Dari perspektif abad ke-14, Anda tidak bisa menghitung dan memperkirakan hal ini, sistem yang sama yang berhasil menyelamatkan Anda dari kelaparan, akan menyebabkan kematian massal jika Wabah Hitam mencapai kota Anda,” kata Bauch, yang merupakan sejarawan lingkungan.

    Asal-usul Wabah Hitam

    Wabah disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Wabah Hitam adalah nama yang diberikan untuk gelombang besar wabah di Eropa dari 1347 hingga 1351.

    Jika paru-paru terinfeksi, wabah bubonik menjadi wabah pneumonik, jenis yang menyebar lebih cepat dan selalu fatal.

    Untungnya, pengembangan antibiotik yang membunuh bakteri sebagian besar telah menjadikan wabah masalah masa lalu. Namun, penyakit ini masih ada di beberapa bagian dunia, terutama di Madagaskar, Republik Demokratik Kongo, dan Peru. Kasus terus terjadi di Amerika Serikat bagian barat, sebagian Brasil dan Bolivia, serta Asia Selatan dan Tengah.

    Dan di Asia Tengah lah Wabah Hitam kemungkinan berasal. Pada 2022, kelompok peneliti lain dari Jerman dan Inggris berhasil menentukan asal-usul “strain sumber” Yersinia pestis.

    Mereka menghubungkan bukti penyakit yang melanda Eropa dengan wabah di Pegunungan Tian Shan, yang berbatasan dengan Kirgizstan modern, pada tahun 1338.

    Kemungkinan melalui perdagangan dan pergerakan manusia, tikus dan serangga pembawa penyakit dibawa jauh ke Eropa dan Eurasia barat, membawa wabah bersama mereka.

    Jejak lingkungan, implikasi sejarah, jalur wabah

    Bagaimana wabah masuk ke Eropa telah banyak diperdebatkan oleh para peneliti. Dalam studi terbaru ini, Bauch dan Bntgen menggunakan gabungan data ilmiah dan catatan sejarah untuk menjelaskan setidaknya satu jalur potensial masuknya penyakit ke benua tersebut.

    Mereka menjelaskan bahwa cincin pohon dari delapan wilayah di Eropa, serta kandungan sulfur dari letusan gunung berapi yang tercatat di inti es Kutub, menunjukkan bahwa letusan gunung berapi tropis besar pada 1345 mungkin menyebabkan pendinginan iklim. Hal ini berdampak pada gagal panen di Mediterania dan memicu kelaparan di Eropa selatan.

    Catatan menunjukkan bahwa kota pelabuhan utama Italia, seperti Venesia dan Genoa, melakukan perdagangan dengan Mongol Golden Horde menjelang akhir kelaparan ini, untuk mengimpor gandum melalui jalur perdagangan Laut Hitam.

    Pasokan gandum ke wilayah tersebut membantu mencegah kelaparan bagi penduduk setempat, tetapi kemungkinan juga memperkenalkan wabah yang terus menyebar ke kota-kota Italia lainnya ketika kota-kota lain memperoleh pasokan gandum dengan cara yang sama.

    Menggunakan referensi lingkungan seperti cincin pohon dan inti es memungkinkan ilmuwan dan sejarawan bekerja sama untuk memahami bagaimana perubahan lingkungan dapat memengaruhi peristiwa sosial dan kesehatan masyarakat.

    Studi tentang perubahan halus pada cincin pohon dan “proxy alami” lainnya membantu apa yang dikenal sebagai rekonstruksi paleoklimatik, pemahaman tentang iklim kuno.

    “Hanya cincin pohon yang memiliki kualitas yang benar-benar memungkinkan kita untuk menyatukan berbagai hal,” kata Bauch.

    Setelah data ilmiah digabungkan dengan catatan sejarah, peneliti seperti Bauch dan Bntgen dapat mulai menjelaskan faktor-faktor yang mungkin mendorong peristiwa besar, termasuk Wabah Hitam.

    Maria Spyrou, seorang paleopatolog di Universitas Tbingen, yang memimpin kelompok yang mengidentifikasi asal-usul wabah pada 2022, mengatakan bahwa studi baru Bauch-Bntgen menambahkan satu potongan lagi pada teka-teki bagaimana wabah menembus dan menginfeksi Eropa abad pertengahan.

    “[Studi Bauch-Bntgen] memberikan dukungan lebih lanjut untuk munculnya pandemi pada pertengahan abad ke-14, dan sejalan dengan data genetik yang menunjukkan bahwa nenek moyang strain Wabah Hitam di Eropa ada di wilayah Volga serta di wilayah Tian Shan,” kata Spyrou kepada DW melalui email.

    Namun, Spyrou juga mencatat bahwa meskipun jalur dari Laut Hitam ke Eropa kini tampaknya telah diambil, masih belum jelas bagaimana penyakit itu menyebar di seluruh Asia Tengah sendiri.

    Bauch setuju dengan penilaian itu. Ia mengatakan bahwa studi mereka hanya memberikan salah satu dari beberapa kemungkinan penjelasan tentang bagaimana wabah masuk dan menyebar di Eropa abad ke-14.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rahka Susanto
    Editor: Yuniman Farid

    Tnton juga video “4 Potensi Wabah Penyakit Pasca-Bencana Banjir dan Tanah Longsor”

    (ita/ita)

  • Uni Eropa Sepakati Aturan Migrasi Baru, Berlaku 2026

    Uni Eropa Sepakati Aturan Migrasi Baru, Berlaku 2026

    Jakarta

    Uni Eropa pada Senin (8/12) menyetujui perubahan besar terhadap sistem migrasinya, setelah bertahun-tahun menjadi perdebatan politik.

    Para menteri dalam negeri sepakat menerapkan aturan baru terkait deportasi, proses suaka, dan pembagian beban finansial antarnegara anggota.

    Poin utama reformasi migrasi UE:

    Deportasi lebih cepat dan penahanan migran diperketatPenetapan daftar “negara ketiga yang aman” dan “negara asal yang aman”Pembentukan dana kontribusi bersama sebesar €430 juta (sekitar Rp 8,35 triliun)Rencana tambahan relokasi 21.000 orang migranTiga opsi pembagian beban: relokasi, pendanaan, atau langkah alternatifSiprus, Yunani, Italia, dan Spanyol masuk daftar negara yang menerima tekanan migrasi terbesar

    Para menteri mengatakan perubahan ini memungkinkan penolakan permohonan suaka dengan lebih cepat bagi mereka yang tidak memenuhi syarat.

    Menteri Imigrasi Denmark, Rasmus Stoklund, menegaskan, “Kami akan bisa menolak mereka yang tidak punya alasan untuk mencari suaka di Eropa dan memulangkan mereka lebih cepat. Akses ke Eropa tidak boleh dikendalikan oleh penyelundup manusia.”

    Komisioner Migrasi UE, Magnus Brunner, menambahkan bahwa reformasi ini penting untuk memulihkan kepercayaan publik.

    “Kita perlu meyakinkan masyarakat bahwa kita kembali mengendalikan apa yang terjadi,” ujarnya.

    Ia menyerukan anggota parlemen untuk menolak langkah tersebut, memperingatkan bahwa kebijakan baru itu “akan menimbulkan dampak serius bagi para migran dan komunitas yang menerima mereka.”

    Anggota parlemen Partai Hijau Prancis, Melissa Camara, juga menilai reformasi ini sebagai “pengingkaran terhadap nilai-nilai dasar dan hak asasi manusia.”

    Reformasi suaka picu gesekan politik baru

    Reformasi ini merupakan bagian dari Pakta Migrasi dan Suaka dari UE yang baru, yang mencakup perluasan mekanisme deportasi serta pembentukan “pusat pemulangan” bagi pencari suaka yang ditolak. Pusat tersebut bisa berada di dalam atau di luar wilayah Uni Eropa. Austria dan Denmark diperkirakan akan mencari negara mitra di luar UE untuk menampung pusat-pusat ini.

    Namun, tidak semua negara anggota sepakat. Sejumlah pemerintah tetap menolak menerima pencari suaka atau memberikan dukungan dana. Seusai pertemuan pada Senin (8/12), Menteri Dalam Negeri Jerman Alexander Dobrindt menegaskan bahwa Jerman tidak akan menerima tambahan pencari suaka maupun memberikan kontribusi finansial.

    Reformasi ini dirancang untuk menjembatani perpecahan politik yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun sejak krisis migrasi 2015, ketika lebih dari satu juta orang datang ke Eropa untuk melarikan diri dari konflik di Suriah dan Irak.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu dan Adelia Dinda Sani

    Editor: Melisa Ester Lolindu

    Tonton juga video “Platform X Kena Denda Fantastis Uni Eropa, Apa Alasannya?”

    (ita/ita)

  • Zelensky Ngotot Tak Akan Serahkan Wilayah Ukraina ke Rusia

    Zelensky Ngotot Tak Akan Serahkan Wilayah Ukraina ke Rusia

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya tidak memiliki hak hukum maupun hak moral untuk menyerahkan wilayah kepada Rusia, dalam kesepakatan apa pun yang bertujuan mengakhiri invasi Moskow terhadap Kyiv yang berlangsung hampir empat tahun terakhir.

    “Apakah kami membayangkan akan menyerahkan wilayah? Kami tidak memiliki hak hukum untuk melakukannya, berdasarkan hukum Ukraina, konstitusi kami, dan hukum internasional. Dan kami juga tidak memiliki hak moral apa pun,” tegas Zelensky dalam konferensi pers terbaru, seperti dilansir AFP, Selasa (9/12/2025).

    Zelensky mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS), yang menjadi penengah antara Ukraina dan Rusia, sedang berusaha menemukan kompromi untuk masalah ini.

    “Rusia bersikeras agar kami menyerahkan wilayah, tetapi kami tidak ingin menyerahkan apa pun. Kami sedang memperjuangkannya, seperti yang Anda ketahui,” ucapnya.

    “Ada masalah-masalah sulit terkait wilayah dan sejauh ini, belum ada kompromi,” ujar Zelensky.

    Sebelumnya, seorang pejabat senior, yang enggan disebut namanya namun memahami perundingan yang sedang berlangsung, mengatakan kepada AFP bahwa masalah wilayah Ukraina merupakan yang “paling problematik” dalam negosiasi.

    Masalah jaminan keamanan untuk Kyiv juga menjadi salah satu poin penting dalam perundingan tersebut.

    “Kuncinya adalah mengetahui apa yang akan siap dilakukan oleh mitra-mitra kami jika terjadi agresi baru oleh Rusia. Saat ini, kami belum menerima jawaban apa pun untuk pertanyaan ini,” kata Zelensky dalam konferensi pers online pada Senin (8/12) waktu setempat.

    Setelah menghadiri pertemuan di London, ibu kota Inggris, Zelensky terbang ke Brussels, Belgia, untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin NATO dan Komisi Eropa.

    “Kemudian, pada malam hari, sekitar pukul 01.00 waktu setempat atau tengah malam, saya akan pergi ke Italia,” ujarnya dalam konferensi pers.

    Zelensky mengatakan bahwa para pejabat Ukraina dan Eropa “akan membahas 20 poin ini” yang diterima dari pihak AS. Dia menambahkan bahwa proposal balasan akan sudah siap pada Selasa (9/12) malam untuk dikirimkan ke Washington.

    Tonton juga video “Progres Perdamaian di Ukraina Masih Gitu-gitu Aja”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)