Category: Detik.com Ekonomi

  • Nggak Setiap Waktu, Ini Musim-musim Robeli Serbu Mal RI

    Nggak Setiap Waktu, Ini Musim-musim Robeli Serbu Mal RI

    Jakarta

    Rombongan benar-benar beli atau Robeli disebut-sebut dapat menyerbu mal atau pusat-pusat perbelanjaan Tanah Air, menggantikan Rojali atau rombongan jarang beli dan Rohana atau rombongan hanya nanya. Namun fenomena ini tidak terjadi setiap waktu.

    Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah mengatakan terdapat sejumlah ‘musim’ di mana para Robeli atau mereka yang datang ke mal dan berbelanja lebih banyak daripada Rojali dan Rohana.

    Salah satunya adalah saat perayaan Lebaran karena banyak pekerja mendapat tunjangan hari raya (THR). Kemudian para Robeli ini juga banyak memadati pusat-pusat perbelanjaan saat Natal tahun baru (Nataru) atau saat yang bersangkutan mendapat gaji ke-13.

    “Terutama Lebaran dapat THR, langsung bagus penjualan kita. Lebaran dapat THR, Natal dan tahun baru atau saat dapat gaji 13 itu naik,” ucapnya kepada detikcom, ditulis Kamis (31/7/2025).

    Selain hari raya besar, menurutnya Robeli juga cukup banyak memadati mal saat akhir atau awal bulan, di mana banyak pekerja memperoleh gaji. Sebab pada periode ini banyak masyarakat bisa mengeluarkan dana lebih, terutama untuk belanja bulanan.

    “Paling penting sih Lebaran dan Natal. Terus kedua pas gajian ya. Tanggal 25 gini biasanya mal sudah mulai ramai, ya sedikit-sedikit ada lah. Terutama yang sektor supermarket, orang belanja bulanan,” paparnya.

    Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan sejatinya Robeli alias rombongan benar-benar beli masih cukup banyak memadati mal-mal di Indonesia. Walau mereka masih terkonsentrasi di luar Pulau Jawa.

    Sebab menurutnya daya beli masyarakat luar Pulau Jawa saat ini masih lebih besar daripada daya beli masyarakat di Pulau Jawa. Sehingga perbedaan daya beli inilah yang kemudian membuat perbedaan jumlah Robeli di dalam dan luar Jawa.

    Namun dalam menyikapi faktor rendahnya daya beli masyarakat, maka strategi utama yang harus dilakukan perusahaan pengelola mal adalah dengan menopang daya beli tersebut melalui berbagai kegiatan ataupun promo. Terutama saat musim-musim di mana Robeli jarang mengunjungi mal.

    “Sejak pasca Idul Fitri, pusat perbelanjaan telah dan akan banyak menyelenggarakan berbagai program promo belanja sampai dengan menjelang Natal dan Tahun Baru nanti,” jelasnya.

    “Program promo belanja juga diselenggarakan sekaligus untuk memperpendek periode low season yang tahun ini berlangsung lebih panjang akibat Ramadan dan Idul Fitri datang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya,” sambung Alphonzus.

    Tonton juga video “Fenomena Rojali di Tengah Krisis Daya Beli” di sini:

    (igo/fdl)

  • Sektor Tambang Lagi Banyak Tantangan, Ini yang Mesti Dilakukan

    Sektor Tambang Lagi Banyak Tantangan, Ini yang Mesti Dilakukan

    Jakarta

    Sektor industri pertambangan belakangan ini tengah menghadapi tantangan yang berat, mulai dari tren penurunan harga hingga adanya tekanan operasional akibat lonjakan biaya bahan bakar.

    Menyikapi kondisi tersebut, VP Marketing PT Pertamina Lubricants Nugroho Setyo Utomo mengatakan pelaku industri tambang perlu mengoptimalkan teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya. Menurutnya, transformasi digital, manajemen alat berat berbasis data, dan teknologi pelumasan canggih penting dalam menciptakan operasi tambang yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan.

    Hal tersebut diungkapkannya dalam seminar teknis terkait Optimalisasi Efisiensi di Pertambangan Batubara: Strategi dan Teknologi untuk Peningkatan Produktivitas yang digelar yang digelar PT Pertamina Lubricants di Novotel Balikpapan beberapa waktu lalu.

    Nugroho menjelaskan bahwa dari hasil seminar tersebut menyebutkan bahwa salah satu komponen utama penyumbang tingginya operasional industri batubara adalah pengoperasian armada dan alat berat.

    “Efisiensi operasional tidak lagi hanya soal mengurangi biaya, tapi tentang bagaimana kita merancang ulang proses kerja dengan pendekatan yang lebih cerdas, digital, dan terintegrasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/7/2025).

    Nugroho juga menyampaikan bahwa pelumas berkualitas tinggi juga memiliki peran vital dalam mendukung efisiensi dan kinerja alat berat. Teknologi pelumasan modern bukan hanya menjaga stabilitas mesin dalam berbagai kondisi kerja ekstrem, tetapi juga membantu memperpanjang masa pakai komponen dan mengurangi frekuensi perawatan.

    Ia mengatakan selama ini pelumas mungkin hanya menyumbang 3% dari total biaya pemeliharaan, namun memiliki peran krusial dalam mengendalikan hingga 70% kegagalan mekanis yang dapat dicegah. Pasalnya sebagian besar kegagalan mesin justru disebabkan oleh kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan pelumas (43%) serta kesalahan perakitan dan penyelarasan komponen (27%).

    “Dengan sistem pelumasan yang dikelola dengan baik, perusahaan dapat meminimalkan kerusakan, mengurangi downtime, dan meningkatkan keandalan serta efisiensi operasional secara signifikan,” katanya.

    Sementara itu, Head of Tire Engineer dari PT Masabaru Gunapersada Andri Heryadi menambahkan pentingnya optimalisasi ban armada dan alat berat sebagai salah satu komponen strategis. Menurutnya overload yang umum terjadi di lapangan menyebabkan umur ban berkurang hingga 30%.

    “Solusinya adalah dengan penggunaan ban berkapasitas lebih tinggi dan penerapan teknologi iTrack untuk memantau tekanan, suhu, dan distribusi beban secara langsung. Hasilnya, umur pakai ban meningkat, risiko kecelakaan menurun, dan efisiensi keseluruhan dapat dijaga,” katanya.

    Tonton juga video “Tak Berizin, Pertambangan Pasir di Pulau Citlim Riau Dihentikan KKP” di sini:

    (acd/acd)

  • Bahlil Tiba-tiba ke Kantor Sri Mulyani, Bahas Apa?

    Bahlil Tiba-tiba ke Kantor Sri Mulyani, Bahas Apa?

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyambangi kantor Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Keduanya melakukan pertemuan kurang lebih sekitar dua jam.

    Usai pertemuan, Bahlil mengatakan kedatangannya untuk menyaksikan perjanjian kerja sama (PKS) terkait cara meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor mineral dan batu bara (minerba) maupun minyak dan gas (migas). Penandatanganan dilakukan antara Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, SKK Migas dan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

    “Tadi kita membahas beberapa program-program pemerintah dengan ibu Menkeu. Pertama bagaimana meningkatkan PNBP baik dari sektor minerba maupun dari migas. Kedua bagaimana tukar informasi data perjanjian kerja sama antara Dirjen Minerba dan DJP, kemudian dari SKK migas juga,” kata Bahlil di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (31/7/2025).

    Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu menambahkan perjanjian kerja sama dilakukan untuk pertukaran data atau informasi sampai dengan penagihan bersama terkait PNBP di sektor minerba dan migas.

    “Antara DJP dan Dirjen Minerba, juga DJP dengan SKK Migas dalam rangka untuk pertukaran data, pertukaran informasi, melakukan joint analysis, sampai dengan penagihan bersama,” beber Anggito.

    Sementara itu, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan pertemuan juga sempat membahas insentif yang bisa diberikan untuk mengundang investasi dan meningkatkan produksi migas. Sayangnya tidak disampaikan insentif apa yang kemungkinan bisa diberikan.

    “Untuk mengoptimalkan penerimaan negara terutama dari sektor pajak dan insentif yang bisa diberikan untuk membuat stimulus, buat undang investasi dan produksi migas,” bebernya.

    Sebagai informasi, realisasi PNBP sektor ESDM pada 2024 melebihi target hingga 115% atau sebesar Rp 269,6 triliun. Secara rinci, subsektor minerba menyumbang kontribusi terbesar yakni 52,1% dari total PNBP sektor ESDM, senilai 140,5 triliun. Subsektor migas menyusul sebesar Rp 110,9 triliun, kemudian EBTKE Rp 2,8 triliun dan sektor lainnya sebesar Rp 15,4 triliun.

    Tonton juga video “Pramono Punya Panggilan untuk Bahlil: Adinda Ketum Menteri” di sini:

    (acd/acd)

  • Siapa Robeli yang Disebut-sebut Bakal Serbu Mal di RI?

    Siapa Robeli yang Disebut-sebut Bakal Serbu Mal di RI?

    Jakarta

    Di tengah ramainya istilah rombongan jarang beli alias Rojali dan rombongan hanya nanya atau Rohana, kini muncul istilah baru yakni Robeli atau rombongan benar-benar beli. Namun siapa yang dimaksud sebagai Robeli itu?

    Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Anne Patricia Sutanto menyebut Robeli sebagai simbol optimisme akan meningkatnya daya beli masyarakat berkat pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. Apalagi jika cita-cita pertumbuhan ekonomi Presiden Prabowo Subianto sebesar 8% per tahun dapat benar tercapai.

    “Bapak Presiden kan keinginannya adalah growth Indonesia 8% per tahun. Kalau kita growth-nya tiap tahun 8% harusnya Rohana atau Robeli?” ucap Anne kepada detikcom, ditulis Kamis (31/7/2025).

    Meski begitu, menurutnya kondisi ini baru bisa tercapai jika industri-industri dalam negeri, khususnya sektor padat karya dapat terus berkembang dan memiliki daya saing. Sebab melalui sektor padat karya inilah banyak lapangan pekerjaan bisa tercipta yang secara langsung akan meningkatkan daya beli masyarakat.

    Dalam hal ini Anne menekankan pentingnya peran pemerintah yang bekerja sama dengan para pelaku usaha guna menjaga daya saing industri dalam negeri. Dengan begitu Indonesia dapat menarik investasi, membuka lapangan kerja, dan memperkuat daya beli masyarakat.

    “Nah dengan adanya kemungkinan itu, Robeli bisa atau ada kemungkinan tercapai, dan kalau Robeli itu tercapai retail juga akan sangat berdaya saing. Karena pengunjung bukan hanya mengelus-elus, membelai-belai, memfoto-foto atau hanya lihat-lihat, tapi benar-benar membeli,” terangnya.

    Sementara itu, Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah mengatakan mereka yang bisa menjadi rombongan benar-benar beli atau Robeli pastilah yang memiliki kemampuan finansial lebih. Misal masyarakat kelas menengah atas hingga turis mancanegara yang datang berkunjung ke Tanah Air.

    “Yang pasti beli ya yang punya duit. Ditanya yang rombongan pasti beli, ya yang orang kaya, orang menengah atas, yang turis, yang ada dana,” ucapnya.

    Masalahnya menurut Budiharjo saat ini banyak orang kaya atau menengah atas di Indonesia yang memilih belanja di luar negeri daripada di pusat-pusat perbelanjaan Tanah Air. Kondisi ini bisa disebabkan oleh sejumlah faktor seperti ketersediaan barang yang kurang lengkap karena perizinan sulit hingga mahalnya harga barang karena ongkos modal hingga operasional yang tinggi.

    Belum lagi saat ini menurutnya salah satu penyebab banyaknya Rohana dan Rojali di mal-mal Indonesia adalah karena mereka sudah membeli produk yang dibutuhkan mulai dari peralatan rumah tangga sampai fesyen secara online. Sehingga dengan adanya perbaikan regulasi, masyarakat kelas menengah atas mau kembali belanja di dalam negeri.

    “Kalau bisa diperbaiki online itu bersaing sama offline, fair budget, fair masuk import barang. Kami impor resmi jual di toko, tapi yang sebelah juga harus resmi, nggak boleh,” terang Budiharjo.

    “Jadi romongan pasti beli itu, satu menengah atas yang nggak keluar negeri karena di Indonesia barangnya ada. Mereka punya uang, mereka makan di mal belanja di mal. Makanya dikerahkan oleh kita belanja di Indonesia saja. Nah kalau turis datang ke Indonesia, datang makan, belanja di pasar malam, belanja di mal, itu juga punya duit,” sambungnya.

    Tonton juga video “Analisis Fenomena Rojali yang Kini Eksis” di sini:

    (igo/fdl)

  • Alasan Ritel Modern Tarik Beras Oplosan: Ada Ancaman Demo

    Alasan Ritel Modern Tarik Beras Oplosan: Ada Ancaman Demo

    Jakarta

    Ritel modern seperti, Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi masih menarik sejumlah merek beras dari peredaran. Langkah ini dilakukan buntut kasus beras oplosan yang tengah diusut Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan penarikan sejumlah merek beras ini dilakukan karena pihaknya telah mendapatkan ancaman dari berbagai pihak. Ia menegaskan, bahwa ritel bukan pihak yang memproduksi beras yang diumumkan telah dioplos.

    Salah satu ancaman yang baru-baru ini datang dari Aliansi Mahasiswa Anti Mafia Hukum Jawa Barat. Solihin mengatakan dalam surat yang diterima, massa aksi meminta agar ritel modern tidak men-display beras yang telah terindikasi oplosan.

    “Saya dikirimkan rencana unjuk rasa dari masyarakat atau mahasiswa yang menginginkan beras yang terindikasi oplosan supaya tidak di-display. Kalau ada begitu gimana? Kita akan tetap display dan diunjuk rasa? Kemarin juga sudah ada yang unjuk rasa ke kantor pusat. Kemudian, beberapa polres juga masih ada yang memanggil,” kata dia kepada detikcom, Kamis (31/7/2025).

    Melihat masih adanya protes, Corporate Affair Director Alfamart itu tidak ingin ada keributan di masyarakat dan toko-toko ritel modern seluruh Indonesia. Solihin menyebut, juga telah diimbau langsung oleh Satgas Pangan untuk tetap men-display beras di ritel modern.

    Tetapi pihaknya mengaku sulit melakukan hal tersebut jika masih terus mendapatkan ancaman atau protes dari masyarakat. Dia pun meminta pemerintah mengambil tindakan tegas agar bukan ritel yang menjadi sasaran keributan masyarakat.

    “Saya sudah ditelepon Wakil Kasatgas Pangan, dia meminta untuk men-display, saya bilang bagaimana saya men-display kalau sana-sini ada unjuk rasa, di mana masyarakat menuntut barang yang terindikasi oplosan. Kalau terjadi sesuatu di toko saya bagaimana?” jelasnya.

    Solihin juga menyoroti arahan dari Badan Pangan Nasional yang juga meminta tetap menjual stok beras dan menurunkan harga Rp 1.000. Namun menurutnya, setelah diturunkan harganya, ritel tetap tidak bisa menjual beras.

    “Ini kan imbauan ya boleh aja, tetapi kan di lapangan harus mengerti ya, kalau situasi seperti ini juga nggak bagus buat kita. Kenyataannya beras juga sudah tipis, iya saya pastikan, tetapi kalau saya men-display lalu saya didemo, apakah mau terjadi apa apa di toko? Kan nggak mungkin juga,” terangnya.

    Terkait sampai kapan beras di ritel akan ditarik dari peredaran, Solihin mengatakan menunggu ketegasan dari pemerintah agar tidak terjadi keributan di masyarakat.

    “Saya meminta Badan Pangan Nasional, Deputinya dan Kasatgas Pangan untuk memberikan ketegasan. Adanya pengusutan terhadap itu ya kita senang sekali. Tetapi kita jangan dipusingkan dengan demo-demo seperti itu,” pungkasnya.

    Penarikan telah dilakukan sejak akhir pekan lalu. Solihin beberapa waktu mengatakan ritel melakukan penarikan karena banyak kelompok masyarakat, penegak hukum daerah yang meminta penarikan beras tersebut. Ritel pun juga banyak diperiksa oleh aparta penegak hukum daerah.

    Solihin mencontohkan surat yang diterima salah satu ritel dari Kepolisian Jawa Timur Resor Sampang. Ia mengatakan terdapat setidaknya 13 syarat yang harus dibawa pelaku usaha ritel untuk dilakukan pemeriksaan.

    Selain dari penegak hukum, pengusaha ritel juga mendapatkan tekanan dari kelompok masyarakat untuk menarik beras premium dari edaran. Salah satunya imbauan dari salah satu ormas yang meminta agar ritel modern seperti Alfamart menarik sejumlah merek dari peredaran dalam waktu 3×24 jam.

    “Apabila dalam 3×24 jam beras tersebut masih beredar maka kami akan gunakan hak kami untuk melakukan aksi massa gabungan ormas di depan PT Alfaria Trijaya,” tulis surat yang dilihat detikcom.

    Tonton juga video “Mentan Sebut 16 Perusahaan Sudah Diperiksa Terkait Beras Oplosan” di sini:

    (ada/ara)

  • Kimia Farma Masih Catat Rugi Rp 141 M, Turun 11%

    Kimia Farma Masih Catat Rugi Rp 141 M, Turun 11%

    Jakarta

    PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membukukan kerugian sebesar Rp 126,44 miliar pada kuartal I 2025. Angka itu tercatat turun 11% secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 141,84 miliar.

    Pemangkasan kerugian ini didorong oleh penurunan persentase COGS (beban pokok penjualan) sebesar 2% menjadi Rp 1,43 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp 1,71 triliun.

    Kemudian beban usaha pada kuartal I 2025 yang juga turun 11% menjadi Rp 763,26 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 855,40 miliar turut membantu perbaikan kinerja keuangan Perseroan.

    Direktur Utama Kimia Farma, Djagad Prakasa Dwialam, mengatakan langkah efisiensi dan inovasi yang terus dilakukan perusahaan merupakan antisipasi terhadap berbagai tantangan eksternal dan internal yang dihadapi oleh industri farmasi.

    “Kimia Farma berkomitmen untuk terus berinovasi memberikan produk dan layanan kesehatan yang terbaik dalam rangka mendukung kesehatan masyarakat. Kimia Farma juga berperan aktif dalam membantu kemandirian kesehatan nasional,” kata Djagat dalam keterangan tertulis, Kamis (31/7/2025).

    Selain gencar melakukan inovasi dan efisiensi, Kimia Farma juga berfokus pada strategi penguatan fundamental bisnis. Perseroan terus memperkuat segmen manufaktur, segmen distribusi, segmen ritel farmasi serta layanan kesehatan.

    Perseroan optimis mampu menjaga pertumbuhan kinerja seiring dengan potensi pasar farmasi nasional yang masih tumbuh positif. Sebab menurutnya, pasar obat generik (OGB) nasional pada tahun 2024 tumbuh signifikan.

    Kemudian, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kesehatan dan belanja kesehatan per kapita di dalam negeri juga diproyeksikan masih terus tumbuh. Meski tentunya industri farmasi juga menghadapi tantangan yaitu persaingan yang semakin kompetitif, mengharuskan perusahaan farmasi untuk beroperasi lebih efisien, agar dapat bersaing dari sisi harga dan kualitas produk.

    “Dengan berbagai tantangan tersebut, Kimia Farma siap meraih peluang yang ada dan terus berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan yang berkualitas dan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia,” jelasnya.

    (igo/fdl)

  • 37 Sekolah Rakyat Rampung Hari Ini, Telan Anggaran Rp 206 M

    37 Sekolah Rakyat Rampung Hari Ini, Telan Anggaran Rp 206 M

    Jakarta

    Sebanyak 37 Sekolah Rakyat Tahap IB yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum (PU) resmi rampung dan siap digunakan mulai hari ini, Rabu (31/7/2025). Proyek ini menghabiskan anggaran Rp 206 miliar dan menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam menghadirkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.

    Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan pembangunan Sekolah Rakyat merupakan implementasi visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas pembangunan sumber daya manusia (SDM).

    “Program ini menjadi wujud nyata keberpihakan pemerintah kepada kelompok rentan. Kami memastikan infrastruktur pendidikan berkualitas tersedia secara merata,” kata Dody dalam keterangan tertulis.

    Pekerjaan Sekolah Rakyat Tahap IB ini meliputi renovasi aset bangunan eksisting milik Kementerian Sosial, pemerintah daerah, hingga perguruan tinggi yang dialihfungsikan menjadi fasilitas pendidikan. Sarana yang disiapkan antara lain ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang guru, mushola, lapangan, rumah dinas guru, ruang makan, hingga UKS.

    Sekolah-sekolah ini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Jambi, hingga Papua. Sebelumnya, sebanyak 63 Sekolah Rakyat Tahap I telah rampung 100% dan mulai digunakan sejak tahun ajaran baru 2025/2026 pada 14 Juli lalu.

    Tak berhenti di situ, Kementerian PU juga menyiapkan Sekolah Rakyat Tahap IC sebanyak 49 titik dengan proyeksi anggaran Rp 235 miliar. Lokasinya akan difokuskan di wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan kesiapan lahan.

    Selain renovasi, pemerintah juga bersiap membangun Sekolah Rakyat Tahap II secara permanen dengan kapasitas 1.000 siswa tiap sekolah. Sekolah ini akan memiliki fasilitas lengkap untuk jenjang SD, SMP, dan SMA dalam format boarding school atau berasrama.

    Sekolah Rakyat menjadi salah satu program strategis nasional untuk memastikan anak-anak dari keluarga prasejahtera memiliki akses pendidikan yang setara. Setiap unit dilengkapi fasilitas air bersih, sanitasi, serta kelistrikan off-grid guna menjamin kenyamanan dan keberlanjutan operasional di daerah terpencil.

    Tonton juga video “Pemerintah Siapkan Rp 1,1 T untuk Biayai Sekolah Rakyat Setahun” di sini:

    (shc/rrd)

  • WIKA Bayar Utang Rp 6,26 T dalam Setahun, Sisa Segini

    WIKA Bayar Utang Rp 6,26 T dalam Setahun, Sisa Segini

    Jakarta

    PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berhasil menurunkan total utang usaha baik berbunga maupun dengan mitra kerja sebesar Rp 6,26 triliun sepanjang kuartal II-2024 hingga kuartal II-2025. Dengan demikian total utang perseroan terkini senilai Rp 33,6 triliun.

    “Langkah ini mencerminkan pengelolaan kas operasional perseroan yang disiplin dan mandiri, serta upaya konsisten perseroan untuk terus menurunkan jumlah utang,” kata Corporate Secretary WIKA Ngatemin kepada wartawan di Antarasa One Satrio, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

    Komitmen WIKA memperkuat fondasi keuangan melalui penerapan 8 substream penyehatan. Salah satu pilar utama dari transformasi ini adalah restrukturisasi keuangan yang telah difinalisasi pada 28 Februari 2024.

    Dalam pelaksanaannya, WIKA berhasil membayar pokok obligasi sukuk dan utang kreditur perbankan senilai Rp 5,60 triliun sejak kuartal II-2024 hingga kuartal II-2025 dengan pendanaan yang bersumber dari kas operasional. Utang usaha kepada mitra kerja pun berhasil diturunkan Rp 660 miliar hingga kuartal II-2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    Selain fokus melakukan perbaikan struktur keuangan, sejak 2023 perseroan telah menghentikan penggunaan fasilitas skema pinjaman talangan supplier yang sebelumnya kerap digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan proyek.

    “Penghentian ini sejalan dengan komitmen perseroan untuk menyelesaikan proyek dengan termin tanpa membebani neraca dengan kewajiban jangka pendek,” jelasnya.

    Perbaikan di sisi kas juga diperkuat dengan stream percepatan penagihan piutang bermasalah. Dengan membentuk Divisi Asset Management dan mengintensifkan proses litigasi serta mediasi, WIKA berhasil menurunkan total piutang usaha sebesar Rp 1,33 triliun sepanjang kuartal II-2024 hingga kuartal II-2025.

    “Hal ini berkontribusi langsung terhadap likuiditas dan mengurangi ketergantungan terhadap pendanaan eksternal,” imbuhnya.

    Pada substream pemilihan proyek, perseroan lebih selektif melakukan project selection kontrak pekerjaan baru berbasis pembayaran bulanan (monthly progress payment). Saat ini kontrak berjalan perseroan berbasis pembayaran bulanan telah mencapai 96% dari seluruh kontrak berjalan, naik tajam dari posisi 35,5% di tahun 2019.

    “Mekanisme ini membantu menjaga arus kas perseroan tetap sehat, sekaligus mencegah akumulasi utang kepada pemasok maupun pihak ketiga,” pungkasnya.

    Lihat juga Video: Saat Wamen BUMN Buka Laporan Keuangan Waskita-WIKA Tak Sesuai Kenyataan

    (acd/acd)

  • Pegadaian Cetak Laba Bersih Rp 3,58 Triliun di Semester I 2025

    Pegadaian Cetak Laba Bersih Rp 3,58 Triliun di Semester I 2025

    Jakarta

    PT Pegadaian mengukir kinerja positif selama semester I tahun 2025. Tercatat pertumbuhan Aset sebesar 29,3% YoY dari sebelumnya Rp 93,6 triliun naik menjadi Rp 121,1 triliun.

    Kemudian Outstanding Loan (OSL) Gross tumbuh sebesar 31,8% YoY dari Rp 77,02 triliun menjadi Rp 101,5 triliun. Sementara itu Laba Bersih tumbuh sebesar 23,1% dari Rp 2,9 triliun menjadi Rp 3,58 triliun, yang didukung oleh ekspansi jumlah nasabah yang terus bertumbuh.

    Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan menyampaikan pencapaian tersebut turut dihasilkan dari kinerja Holding Ultra Mikro, kolaborasi Pegadaian bersama BRI dan PNM, serta hadirnya layanan Bank Emas Pegadaian.

    Kinejar itu semakin menyempurnakan ekosistem emas Pegadaian untuk MengEMASkan Indonesia dan selaras dengan visi Pegadaian sebagai The Leader In Gold Ecosystem and Accelerator in Financial Inclusion.

    “Alhamdulillah di usia 124 tahun ini, Pegadaian masih tetap membukukan kinerja yang gemilang. Selain transformasi yang dijalankan, konsistensi yang dilakukan, tentu pencapaian ini tidak luput dari Holding Ultra Mikro yang berhasil mendorong bisnis pembiayaan di Pegadaian. Kehadiran Layanan Bank Emas juga semakin menyempurnakan bisnis Pegadaian saat ini. Kami berkomitmen untuk terus memberikan edukasi dan literasi mengenai investasi emas bagi masyarakat, dengan harapan dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan,” ujar Damar dalam keterangan tertulis, Rabu (30/7/2025).

    Sejak diluncurkan pada Februari 2025 lalu, Layanan Bank Emas Pegadaian menunjukkan kinerja yang luar biasa melalui produk Layanan Bank Emas terlengkap, diantaranya Deposito Emas, Perdagangan Emas, Jasa Titipan Emas Korporasi, dan PMK Emas.

    Deposito Emas yang kian diminati masyarakat membukukan saldo sebesar 1,28 ton hingga 1 Juli 2025 ini. Bahkan kini Pegadaian menyediakan fitur Setor Fisik Emas untuk memudahkan masyarakat yang ingin mengubah emas fisik yang dimiliki menjadi saldo Tabungan Emas Pegadaian, agar lebih praktis, aman, dan mudah dipantau melalui aplikasi digital Pegadaian.

    Sementara itu dari sisi rasio keuangan, Pegadaian dinilai semakin sehat dengan adanya penurunan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menjadi 0,77% di Semester I Tahun 2025.

    Pegadaian berkomitmen untuk terus hadir di tengah masyarakat dengan tidak henti memberikan literasi keuangan dan menghadirkan berbagai produk dan layanan yang relevan bagi masyarakat, melalui lebih dari 4000 outlet dan 240 ribu Agen yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Kemudahan akses produk dan layanan melalui aplikasi Pegadaian Digital dan berbagai channel seperti Bank, E-Commerce dan aplikasi investasi. Pegadaian siap menjadi solusi finansial bagi seluruh lapisan masyarakat dan mendukung ekonomi kerakyatan, tentunya dengan tetap menjaga tata kelola yang rapi dan transparan sesuai dengan arahan Danantara.

    (anl/ega)

  • Heboh Fenomena Rojali, Kemenperin: Kebanyakan Hanya Makan

    Heboh Fenomena Rojali, Kemenperin: Kebanyakan Hanya Makan

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengomentari fenomena ‘Rojali’ atau rombongan jarang beli yang muncul belakangan ini. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyebut kondisi ini tak lepas dari efek Pandemi COVID-19.

    Menurut Yeni, masyarakat saat ini masih terbawa euforia setelah longgarnya pembatasan dari pemerintah. Hasilnya, masyarakat lebih memilih untuk jalan-jalan atau pergi ke tempat wisata ketimbang berbelanja.

    “Waktu kemarin lebaran diharapkan kan tumbuh. Ternyata memang kita itu euforia setelah COVID, jadi yang tumbuh itu dia jalan-jalannya, wisatanya. Atau kalau ke mall bukannya belanja, itu kebanyakan hanya makan. Itu memang dua bulan terakhir seperti itu (fenomena Rojali),” kata Reni saat ditemui di Kemenperin, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

    IKMA Kemenperin berharap kondisi ini berubah karena momentum tahun ajaran baru serta Natal dan tahun baru (Nataru). Di sisi lain, marketplace juga didorong untuk menggenjot penjualan.

    “Juli ini tahun ajaran baru kan, seragam sekolah, seragam olahraga, alas kaki, itu juga banyak. Nah nanti mungkin kita harapkan juga di akhir tahun ini, Nataru, itu juga,” sebut Reni.

    Sebelumnya, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani menyebut fenomena Rojali dan Rohana terjadi karena kondisi pasar Indonesia yang unik. Ia menyebut adanya lipstick index yang memperlihatkan adanya penurunan konsumsi di masyarakat.

    Namun untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya nonton konser atau pertandingan sepak bola, masyarakat tak segan mengeluarkan uang. Tak jarang tiket konser tetap ludes terjual meski dalam kondisi ekonomi seperti ini.

    “Tapi jangan lupa kita itu punya lipstick index. Itu artinya memang konsumsi mereka secara umum menurun, tapi kalau ada kebutuhan-kebutuhan ekstra, misalnya kalau kita nonton bola itu selalu penuh. Kalau ada konser-konser kita tiket war aja biasanya kehabisan,” sebut Ajib.

    “Nah, fenomena lipstick index adalah bagaimana masyarakat itu melakukan konsumsi untuk barang-barang ekstra tersebut, tapi barang-barang umumnya mereka justru melakukan seleksi konsumsi,” tambah dia.

    Oleh karena itu ia percaya fenomena Rojali dan Rohana akan hilang dengan sendirinya. Mereka akan berubah menjadi Robeli ketika kemampuan daya belinya menjadi naik.

    (kil/kil)