Category: CNBCindonesia.com News

  • Aksi Israel Jadi Bumerang, Iran Bisa Kian Cepat Punya Senjata Nuklir

    Aksi Israel Jadi Bumerang, Iran Bisa Kian Cepat Punya Senjata Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan Israel ke Iran yang berhasil menewaskan ilmuwan dan menghantam fasilitas nuklir kunci, bukannya menghentikan, justru berisiko mempercepat ambisi Tehran memiliki senjata nuklir. Para analis memperingatkan bahwa aksi militer ini bisa menjadi bumerang, terutama jika tidak diikuti dengan solusi diplomatik jangka panjang.

    “Serangan ini hanya menunda kemampuan Iran untuk ‘break out’ selama beberapa bulan,” ujar seorang pejabat militer Israel yang enggan disebutkan namanya.

    Pernyataan ini diperkuat oleh laporan intelijen AS yang meyakini bahwa Iran masih membutuhkan waktu tiga tahun untuk benar-benar dapat meluncurkan senjata nuklir, seperti dilaporkan CNN International.

    Ironisnya, tindakan militer Israel dinilai bisa memicu efek sebaliknya. Alih-alih menghentikan proliferasi nuklir, Iran bisa jadi semakin terdorong untuk mengejar senjata nuklir sebagai langkah perlindungan.

    “Jika perang ini berakhir tanpa penghancuran total program nuklir atau kesepakatan yang ketat, Iran kemungkinan akan mempercepat usahanya,” ujar Sima Shine, mantan kepala divisi penelitian di badan intelijen Israel, Mossad, seperti dikutip The Guardian, Rabu (18/6/2025).

    Shine mengaku belum pernah melihat perbincangan publik di Iran tentang kemampuan militer nuklir sebanyak dalam satu setengah tahun terakhir. “Keputusan Iran untuk menahan diri bisa berubah kapan saja,” katanya.

    Seorang pejabat militer Barat dengan pengalaman di kawasan itu turut menyuarakan kekhawatiran serupa. “Jika mereka (Iran) masih memiliki kapasitas setelah serangan ini, mereka mungkin akan bergerak secepat mungkin untuk mendapatkan senjata nuklir,” ujarnya.

    Fasilitas Fordow di dekat Qom disebut sebagai tantangan utama karena terletak jauh di bawah pegunungan dan hanya dapat dihancurkan dengan bom bunker milik Amerika Serikat (AS). Israel sendiri tak memiliki senjata sekuat itu.

    Dalam euforia usai serangan awal, Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, mengingatkan bahwa militer tidak dapat menghancurkan program nuklir Iran sendirian. “Itu tidak bisa dicapai lewat kekuatan militer saja. Kami hanya bisa menciptakan kondisi untuk kesepakatan jangka panjang yang dipimpin AS,” katanya.

    Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tampaknya lebih memilih opsi militer ketimbang diplomasi. Dalam wawancara dengan ABC, ia menyindir sikap pasif Washington, “Saya tidak mengerti Amerika yang sudah mati.” Netanyahu juga secara terbuka menginginkan perubahan rezim di Tehran.

    Meski demikian, setiap rudal yang menghantam wilayah sipil Iran justru memperlemah narasi moral Israel, menurut Vali Nasr, profesor hubungan internasional di Universitas Johns Hopkins.

    “Israel menunjukkan keinginan untuk membunuh sesuka hati, terutama warga sipil,” katanya, menambahkan bahwa toleransi Barat terhadap taktik brutal Israel telah mengikis kepercayaan pada tatanan liberal internasional.

    David Albright, presiden Institute for Science and International Security, memperingatkan bahwa strategi militer tanpa solusi diplomatik jangka panjang hanya akan menciptakan siklus kehancuran yang berulang. “Jika Israel berhenti mengebom, Iran bisa membangun kembali. Dan mereka harus mengebom lagi,” ujarnya.

    Sementara itu, analis militer Alex Grinberg menyebut bahwa Israel mungkin memiliki alternatif lain untuk melumpuhkan Fordow, seperti operasi khusus dengan pasukan elit. “Israel mungkin bisa menerbangkan tim menggunakan C-130 untuk menyerbu fasilitas bawah tanah,” katanya.

    Namun, banyak pihak menilai bahwa hanya melalui kesepakatan diplomatik ketat dengan mekanisme inspeksi yang kuat, ambisi nuklir Iran bisa benar-benar ditekan.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 5 Tahun Lagi Produksi Alumina Inalum Bakal Nambah Jadi 2 Juta Ton

    5 Tahun Lagi Produksi Alumina Inalum Bakal Nambah Jadi 2 Juta Ton

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berencana untuk menggenjot kapasitas produksi aluminium di Indonesia. Hal ini seiring dengan permintaan aluminium yang diperkirakan akan melonjak dalam beberapa tahun ke depan.

    Direktur Utama PT Inalum Melati Sarnita mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah megupayakan agar pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 2 yang merupakan ekspansi dari Proyek SGAR Fase 1, berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat dapat segera dimulai.

    Dengan demikian, produksi alumina domestik dapat meningkat hingga mencapai 2 juta ton per tahun dengan beroperasinya fase 2 pada 2028. Adapun, masing-masing proyek SGAR fase 1 dan 2 memiliki kapasitas produksi alumina 1 juta ton per tahun.

    “Target MIND ID kita tahun ini untuk fase kedua, jadi di tahun 2028 kita bisa produksi alumina 2 juta ton,” ujar Melati dalam Economic Update 2025, CNBC Indonesia Rabu, (18/06/2025).

    Lebih lanjut, Melati menilai dengan adanya kegiatan hilirisasi bauksit yang telah dilakukan, Indonesia diharapkan dapat swasembada aluminium, sebagai mineral kritis di dunia. Hal ini menyusul langkah perusahaan yang akan menggenjot kapasitas produksi aluminium dari yang semula 275 ribu ton menjadi 900 ribu ton.

    “Ini seiring langkah dengan kita menambah alumina refinery, ketika kita punya 2 juta, Inalum harus bisa punya aluminium 900 ribu ton,” katanya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: Inalum Targetkan Ekspansi Pasar dan Genjot Produksi

    Video: Inalum Targetkan Ekspansi Pasar dan Genjot Produksi

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mencatatkan laba bersih sebesar USD 123,7 juta pada 2024. Hal ini didorong oleh sejumlah factor mulai dari perbaikan internal hingga pembaruan teknologi.

    Untuk menjaga momentum positif di 2025, Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan bahwa pihaknya tengah meningkatkan kapasitas produksi hingga menjajaki pasar Eropa. Terkait dampak tarif global, Melati menilai dampaknya belum signifikan karena ekspor aluminium primer masih terbatas. Namun, ia mengkhawatirkan efeknya terhadap industri hilir dan berharap pemerintah memberikan perlindungan melalui advokasi kebijakan.

    Saksikan dialog Shafinaz Nachiar bersama Direktur Utama PT Inalum Melati Sarnita di Program Economic Update 2025 CNBC Indonesia, Rabu (18/06/2025).

  • Video: Trump Sesumbar Tahu Lokasi Ayatollah Khamenei, Minta Menyerah!

    Video: Trump Sesumbar Tahu Lokasi Ayatollah Khamenei, Minta Menyerah!

    Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku mengetahui lokasi persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan Trump sesumbar, Ayatollah Ali Khamenei adalah target mudah.

    Selengkapnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (Rabu, 18/06/2025) berikut ini.

  • Sri Mulyani Ungkap Ancaman Stagflasi Nyata

    Sri Mulyani Ungkap Ancaman Stagflasi Nyata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan dampak mengerikan akibat perang tarif dan perang senjata yang saat ini terjadi. Adanya perang tarif dan perang senjata menurut Sri Mulyani membuat dunia menghadapi ancaman stagflasi.

    Paling dekat dampaknya dari ancaman stagflasi adalah sikap bank sentral dunia yang maju mundur untuk memangkas suku bunga. Sri Mulyani mengatakan bank sentral dunia saat ini menghadapi dilema akibat ancaman stagflasi tersebut.

    “Growth melemah (PDB) tapi inflasi naik. Dilema ini akan dihadapi banyak bank sentral di dunia,” ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa di gedung Kementerian Keuangan pada Selasa (17/6/2025).

    Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan bahwa awalnya bank dunia diperkirakan akan menurunkan tingkat suku bunga yang tinggi pada tahun ini. Akan tetapi tertahan karena adanya ketidakstabilan ekonomi yang bisa membuat inflasi melonjak karena adanya disrupsi dari sisi pasokan.

    “Suku bujga akan tetap tinggi padahal kitai perkirakan 2025 akan ada penurunan. Tapi tertahan karena perang dagang tarif bisa sebabkan disrupsi supply. Ditambah perang di timur tengah” ungkapnya.

    Akibat dari disrupsi supply yang dikatakan Menteri Keuangan tersebut adalah kenaikan harga barang dan jasa sehingga potensi inflasi meningkat semakin tinggi.

    “Disrupsi di sisi suplly side sangat nyata. Harga akan melonjak tinggi. Ini yang akan menyebabkan bank sentral harus itung kembali kecepatan dan arah kebijakan suku bunga,” ucapnya.

    Stagflasi sendiri adalah kondisi di mana inflasi melonjak sementara ekonomi melemah.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • INDEF dan Guru Besar IPB Kasih Masukan ke Kementan Soal Pupuk Subsidi

    INDEF dan Guru Besar IPB Kasih Masukan ke Kementan Soal Pupuk Subsidi

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti kebijakan pemberian pupuk bersubsidi melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 15 Tahun 2025. INDEF memberikan masukan terkait beberapa pasal yang dinilai masih kurang efektif.

    Pertama, dalam pasal 15 Permentan tersebut, INDEF memberikan catatan prosedur yang diatur terlalu kompleks, sehingga banyak pihak yang harus dilapori dan dapat berujung terhadap kesulitan para petani.

    “Kalau kita lihat, kalau untuk mendapatkan subsidi pupuk, kok harus wajib lapor ke sana, kemari, jadi itu menurut saya terlalu kompleks,” ungkap Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti saat memberikan paparannya dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh IPB University, Selasa (17/6/2025).

    Kedua, dalam pasal 16, pemerintah seharusnya mendorong produksi pupuk dalam negeri dengan memberikan insentif, bukan mendorong impor pupuk.

    “Dalam pasal 16, catatannya yakni mendorong impor pupuk. Seharusnya produksi pupuk di dalam negeri lebih digenjot dan juga ada pemberian insentif oleh pemerintah,” tambah Esther.

    Selain itu, INDEF juga meminta kepada pemerintah untuk menaikkan produksi pupuk dalam negeri sesuai dengan target dalam rencana pengembangan strategis untuk menjaga pertumbuhan pupuk.

    Berikutnya, INDEF juga menyoroti masih banyaknya petani yang tidak menjadi anggota Kelompok Tani (Poktan) atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), di mana ada 42% petani di Indonesia yang belum masuk ke Gapoktan, sehingga cukup menyulitkan verifikasi kebutuhan dan alokasi subsidi pupuk.

    INDEF juga menyoroti adanya potensi pupuk bersubsidi yang rawan diperjualbelikan kembali di luar peruntukannya.

    Sementara itu, Guru Besar IPB University menyoroti masih adanya kendala dalam penerapan kebijakan pupuk bersubsidi di sektor pertanian kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Ketua Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah (MPD) Sekolah Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University Faroby Falatehan sejatinya menyambut baik dari terbitnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 15 Tahun 2025 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Pupuk Bersubsidi.

    Namun, Faroby menyampaikan masih banyak yang perlu dievaluasi terkait aturan ini, terutama terkait penunjukkan pihak penyalur pupuk bersubsidi.

    “Kami menyambut baik akan terbitnya Permentan 15 Tahun 2025. Namun, standarisasi penunjukkan pihak penyalur pupuk bersubsidi perlu diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis yang akan diterbitkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,” kata Faroby di tempat yang sama.

    Hal ini menurutnya dapat mengantisipasi hal negatif yang berpotensi terjadi seperti konflik antar penyalur pupuk bersubsidi, mundurnya para kios pengecer eksisting akibat penghasilan yang tidak lagi menguntungkan, belum profesionalnya penyalur pupuk bersubsidi yang baru ditunjuk, dan tingginya koreksi penyaluran yang dapat menjadi disinsentif bagi penyalur dapat diminimalisir.

    Dengan begitu, petani penerima manfaat program pupuk bersubsidi tetap terlayani dengan baik dan misi Asta Cita pemerintah dalam swasembada pangan dapat terwujud.

    Terkait penyiapan dan pembinaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan koperasi sebagai penyalur pupuk bersubsidi, Faroby menyebut masih ada 79,6% Gapoktan yang belum siap menjadi penyalur pupuk bersubsidi dan 20,4% Gapoktan sudah siap dengan catatan perlu pendampingan.

    Menurutnya, ketidaksiapan Gapoktan ini karena tidak memenuhi hampir seluruh indikator kesiapan yang dipersyaratkan

    Foto: Penyaluran pupuk bersubsidi. (Dok. Kementan)
    Penyaluran pupuk bersubsidi. (Dok. Kementan)

    “Ketidaksiapan ini mencakup aspek modal, legalitas, sumber daya manusia (SDM), administrasi perkantoran, pengelolaan keuangan, distribusi pupuk, dan sarana-prasarana teknologi informasi,” ujar Faroby.

    Hingga saat ini, sudah ada 26.576 koperasi yang bergerak di bidang pupuk, di mana sebagian besar sudah berstatus menjadi Koperasi Desa Merah Putih yang baru berdiri, sehingga masih membutuhkan sosialisasi dan pendampingan terhadap regulasi, mekanisme, dan pemenuhan sarana-prasarana usaha penyaluran pupuk bersubsidi.

    Selain itu, ada potensi mundurnya beberapa kios pengecer yang sudah ada saat ini akibat penurunan pendapatan kios yang disebabkan pengurangan alokasi karena adanya penambahan pihak penyalur pupuk subsidi, sehingga alokasi harus dibagi dengan pihak penyalur pupuk subsidi lainnya seperti Gapoktan, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), dan Koperasi.

    “Ada potensi penurunan pendapatan dari pengecer karena alokasi harus dibagi ke Gapoktan, Pokdakan, dan Koperasi, ditambah juga ada potensi konflik antar keempatnya apabila tidak ada aturan mengenai kriteria dan mekanisme penunjukan pihak penyalur pupuk subsidi,” ujar Faroby.

    Oleh karena itu, Berdasarkan hasil dari FGD tersebut, Faroby memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pihak terkait yang relevan dengan program pupuk bersubsidi, terutama berkaitan dengan kesiapan dan pembinaan Gapoktan sebagai penyalur pupuk bersubsidi.

    Berikut rekomendasi dari hasil FGD tersebut:

    A. Penyiapan dan Pembinaan Gapoktan dan Koperasi sebagai Penyalur Pupuk Bersubsidi

    Perlu adanya pembinaan secara berkelanjutan dalam aspek modal, legalitas, sumber daya manusia, administrasi perkantoran, pengelolaan keuangan, distribusi pupuk, serta sarana prasarana dan teknologi informasi;
    Perlu adanya pembentukan satuan tugas yang bertanggung jawab terhadap pembinaan penyalur pupuk bersubsidi pasca terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2025 berdasarkan tugas dan kewenangan masing-masing pihak yang tergabung dalam satuan tugas tersebut.
    Dalam rangka mendukung kelancaran proses distribusi pupuk bersubsidi, maka perlu ditetapkan mekanisme yang paling memungkinkan yaitu menggunakan mekanisme penyaluran melalui Pelaku Usaha Distribusi (PUD).

    B. Pemilihan Gapoktan dan Koperasi dan Pembagian Wilayah Tanggung Jawab Penyaluran Pupuk Bersubsidi

    Perlu adanya persyaratan standarisasi kelayakan dan kesiapan yang harus dipenuhi oleh penyalur/titik serah pupuk bersubsidi, diantaranya indikator teknis, pemodalan, legalitas usaha, sarana dan prasarana, volume penyaluran, hasil pemetaan ketersediaan penyalur pupuk bersubsidi eksisting di suatu wilayah, dan pengalaman sebagai penyalur pupuk bersubsidi.
    Perlu adanya petunjuk teknis dan sosialisasi yang mengatur kelembagaan yang akan menjadi penyalur pupuk subsidi/titik serah (Kios pengecer, koperasi merah putih, Gapoktan, dan Pokdakan).

    C. Kesiapan Permodalan Gapoktan dan Koperasi sebagai penyalur pupuk subsidi

    Perlu adanya integrasi dan kemudahan penyaluran fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap penyalur pupuk bersubsidi yang baru menjadi penyalur pupuk bersubsidi (Kios pengecer, Gapoktan, Pokdakan dan Koperasi) pasca terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2025;
    Perlu adanya mekanisme penerbitan bank garansi yang dananya ditanggung oleh pemerintah sebagai bentuk afirmasi pemerintah terhadap permodalan penyalur pupuk bersubsidi yang baru menjadi penyalur pupuk bersubsidi (Kios pengecer, Gapoktan, Pokdakan dan Koperasi) pasca terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2025

    D. Verifikasi, Validasi, dan Pengawasan Laporan Penyaluran Pupuk Bersubsidi oleh Gapoktan dan Koperasi

    Perlu adanya uji surveilans terhadap kinerja dan administratif penyalur pupuk bersubsidi yang baru menjadi penyalur pupuk bersubsidi (Kios pengecer, Gapoktan, Pokdakan dan Koperasi) pasca terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2025;
    Perlu adanya afirmasi terhadap penyalur pupuk bersubsidi yang baru menjadi penyalur pupuk bersubsidi (Kios pengecer, Gapoktan, Pokdakan dan Koperasi) pasca terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2025, dalam bentuk penyederhanaan pelaporan, verifikasi, dan validasi.

    (chd/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harga Minyak RI Turun Jadi US$ 65,29 per Barel, Ini Pemicunya

    Harga Minyak RI Turun Jadi US$ 65,29 per Barel, Ini Pemicunya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) bulan Mei 2025 sebesar US$ 62,75 per barel.

    Hal itu seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 208.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Mei 2025 yang ditandatangani pada 10 Juni 2025. Angka tersebut terpantau turun dibandingkan ICP bulan April 2025 sebesar US$ 65,29 per barel.

    Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan penurunan harga minyak mentah RI bulan Mei 2025 seiring dengan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional.

    Hal itu disebabkan oleh kesepakatan negara-negara penghasil minyak (OPEC +) untuk meningkatkan suplai sebesar 410 ribu barel per hari (bph). Tri mengatakan terdapat pula informasi potensi OPEC+ juga akan kembali meningkatkan produksi di bulan Juli 2025 hingga 411 ribu barel per hari.

    “Faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak mentah bulan Mei 2025 adalah stok minyak mentah komersial Amerika Serikat (AS) di akhir Mei 2025 yang mengalami peningkatan sebesar 2,8 juta barel bila dibandingkan akhir April 2025,” kata Tri dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (18/6/2025).

    Selain itu, untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor yang sama, juga dipengaruhi oleh proyeksi penurunan permintaan minyak di kawasan Asia Pasifik yang berlanjut ke loading atau periode pengiriman di bulan Juli karena kilang memasuki periode turn around atau berhenti operasi sementara waktu.

    Adapun rincian perkembangan harga minyak mentah utama pada Mei 2025 dibandingkan April 2025 sebagai berikut:

    1. Dated Brent turun sebesar US$ 3,56/barel dari US$ 67,79/barel menjadi US$ 64,22/barel.

    2. WTI (Nymex) turun sebesar US$ 2,03/barel dari US$ 62,96/barel menjadi US$ 60,94/barel.

    3. Brent (ICE) turun sebesar US$ 2,45/barel dari US$ 66,46/barel menjadi US$ 64,01/barel.

    4. OPEC Basket turun sebesar US$ 5,34/barel dari US$ 68,98/barel menjadi US$ 63,64/barel.

    5. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar US$ 2,54/barel dari US$ 65,29/barel menjadi US$ 62,75/barel

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Live Now! Ekonom Amerika Buka-Bukaan Nasib Ekonomi Indonesia

    Live Now! Ekonom Amerika Buka-Bukaan Nasib Ekonomi Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – CNBC Indonesia kembali menghadirkan Economic Update 2025 untuk mengupas secara mendalam kondisi ekonomi terkini di tengah berbagai ketidakpastian. Economic Update 2025

    akan dibuka keynote speech oleh Sri Mulyani – Menteri Keuangan RI, Dr. Arthur B. Laffer – American Economist, serta Ferry Irawan – Deputi I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.

    Berbagai topik-topik hangat akan dibahas dalam sejumlah panel diskusi. Panel Discussion 1 mengangkat tema “Managing Adjustment & Growth through Innovative Change” yang akan diisi oleh Febrio Kacaribu – Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Kementerian Keuangan, dan juga Mari Elka Pangestu – Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional.

    Sedangkan, Panel Discussion 2 mengusung tema “Downstreaming Update in Prabowo’s Era”. Panel ini akan dihadiri oleh Bambang Patijaya – Ketua Komisi XII DPR RI, Surya Herjuna – Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara, Kementerian ESDM RI, Melati Sarnita – Direktur Utama PT Inalum, Andre Barahamin – Koordinator Penjangkauan Komunitas IRMA di Indonesia.

    Bukan hanya panel diskusi, acara ini juga akan menghadirkan diskusi menarik bersama Ferry Irawan hingga Dr. Arthur B. Laffer.

    Saksikan CNBC Indonesia Economic Update 2025 secara LIVE! Di cnbcindonesia.com dan CNBC Indonesia TV, Rabu, 18 Juni 2025 pukul 10:00 WIB.

    (rah/rah)

    Next Article

    Peluang & Tantangan RI Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Bisa Tercapai?

  • Siap-Siap! RI Mendekati Puncak Produksi Batu Bara

    Siap-Siap! RI Mendekati Puncak Produksi Batu Bara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Permintaan batu bara asal Indonesia pada tahun ini diproyeksikan mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan melemahnya permintaan dari China dan India yang merupakan negara tujuan utama ekspor terbesar Indonesia.

    Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan bahwa melemahnya permintaan tersebut terjadi lantaran kedua negara tersebut tengah mengupayakan untuk meningkatkan konsumsi energi dalam negeri.

    “Production Indonesia saya gak tau apakah peak di tahun lalu, tapi memang trendnya di tahun 2025 ini akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nah ini karena tentu saja market demandnya juga melemah di Tiongkok dan India, mereka boosting domestic consumption,” ujar Hendra dalam sesi diskusi peluncuran laporan The Energy Shift Institute “Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty”, dikutip Rabu (18/6/2025).

    Meski begitu, Hendra menekankan bahwa secara jangka panjang, peran batu bara sebagai sumber energi dalam negeri masih cukup vital. Terlebih, pemerintah mempunyai target dalam mewujudkan swasembada energi.

    “Kita relatively masih cukup panjang hanya untuk memenuhi kepentingan domestik, apalagi di asta cita pemerintah, swasembada energi ini merupakan salah satu prioritas,” katanya.

    Selain itu, Hendra juga mengungkapkan bahwa sekitar 98-99% ekspor batu bara Indonesia ditujukan ke negara-negara di kawasan Asia. Oleh sebab itu, ia memastikan ketegangan yang terjadi di Timur Tengah maupun konflik India-Pakistan diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor.

    “Jadi kita banyak mendapat pertanyaan satu dua hari ini mengenai konflik di Timur Tengah, bagaimana dampaknya terhadap batu bara Indonesia, tentu saja minimum impact ya. jadi less impact lah gitu ya,” katanya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ada Sinyal Fee Distributor-Pengecer Pupuk Bersubsidi Bakal Naik Segini

    Ada Sinyal Fee Distributor-Pengecer Pupuk Bersubsidi Bakal Naik Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Pertanian (Kementan) akan menyesuaikan besaran margin fee untuk penyalur pupuk bersubsidi (distributor dan pengecer) seiring telah terbitnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 15 Tahun 2025 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 6 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Pupuk Bersubsidi.

    Kepala Kelompok Kerja (Pokja) Pupuk Bersubsidi Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sri Pujiastuti mengatakan telah selesai membuat kajian terkait kewajaran margin fee tersebut. Namun, pihaknya masih akan mereview dan mengkoordinasikan dengan Kementerian Keuangan.

    “Kami baru selesai membuat kajian berapa margin fee yang wajar. Kami akan sesuaikan dengan penilaian kewajaran. Tapi, kami terlebih dahulu mereview dan juga akan koordinasikan dengan Kemenkeu karena ini ada hubungannya dengan harga pokok penjualan (HPP) pupuk bersubsidi,” kata Sri saat ditemui wartawan setelah Forum Group Discussion (FGD) yang digelar oleh IPB University, Selasa (17/6/2025).

    Sri menambahkan margin fee yang layak dan wajar tentu harus dengan mempertimbangkan berbagai komponen dalam HPP pupuk bersubsidi yang diatur dalam Permentan Nomor 28 Tahun 2020.

    Foto: Ilustrasi petani memupuk. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)
    Ilustrasi petani memupuk. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

    “Nah, kita melihat dulu dari komponen-komponen tersebut, baru bisa tahu kewajarannya berapa. Mungkin bisa jadi kisaran kenaikannya di atas Rp 50 per kg atau sampai Rp 100 per kg, kita review dulu. Bisa jadi nanti Rp 145 per kg, Rp 150 per kg. Karena ini semua terkait dengan anggaran,” ujar Sri.

    “Kenaikan margin fee Rp 1 per kg tentu akan berdampak ke anggaran nantinya karena dikalikan dengan alokasi pupuk tahun ini sebesar 9,5 juta ton,” tambah Sri.

    Adapun penyesuaian margin fee ini terjadi seiring hadirnya Perpres Nomor 6 Tahun 2025 dan Permentan Nomor 15 Tahun 2025 memberi konsekuensi pada tata kelola pupuk bersubsidi, seperti pelibatan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), dan koperasi sebagai titik serah selain kios pengecer eksisting.

    Standar margin fee biasanya mencapai 15-20% dari nilai atau harga barang. Dengan margin fee yang layak da wajar tentu para penyalur di titik serah ini nantinya jadi lebih bersemangat dan tentu bisa menghindarkan praktik-praktik tidak terpuji karena sudah mempunyai keuntungan yang memadai.

    (chd/wur)

    [Gambas:Video CNBC]