Category: Bisnis.com

  • Industri Petrokimia Kritisi Rencana Proyek DME Pengganti LPG

    Industri Petrokimia Kritisi Rencana Proyek DME Pengganti LPG

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah terus mendorong pengembangan proyek Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). 

    Namun, pelaku industri petrokimia menilai bahwa keekonomian DME masih perlu dikaji lebih dalam, terutama terkait harga, rantai proses, dan beban regulasi.

    Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan saat ini kebutuhan LPG untuk industri berkisar 6 juta ton. Sementara itu, konsumsi keseluruhan mencapai  10 juta ton. 

    Proyek DME diproyeksikan dapat menekan ketergantungan impor tersebut karena bahan bakunya berasal dari batu bara dalam negeri melalui proses coal-to-DME.

    “Dari sisi industri petrokimia, sebenarnya tidak ada keberatan terhadap pengembangan DME,” kata Fajar kepada Bisnis, dikutip Minggu (16/11/2025). 

    Pasalnya, proses produksi DME umumnya menghasilkan produk samping berupa metanol, yang juga menjadi bahan baku penting bagi sejumlah industri, termasuk proses methanol-to-olefin (MTO) serta campuran untuk biodiesel.

    Namun demikian, pelaku industri menilai tantangan terbesar ada pada keekonomian harga DME dibandingkan LPG. Terlebih, saat ini proses MTO masih belum kompetitif. 

    “Harga DME dibandingkan LPG, murah mana? Itu yang perlu dihitung. Methanol-to-olefin itu masih minus. Yang masih positif sekarang itu refinery-to-olefin atau langsung coal-to-olefin,” jelasnya. 

    Fajar menyebut pemrosesan batu bara menjadi metanol kemudian diolah menjadi olefin akan membuat rantai proses terlalu panjang dan tidak ekonomis. 

    Selain persoalan keekonomian, industri juga menyoroti aspek regulasi dan perpajakan, yang dinilai dapat semakin membebani biaya produksi. 

    “Dari sisi regulasi perlu dibedah lagi karena ada banyak aturan, terutama soal perpajakan. Dari coal-to-methanol kena pajak, methanol-to-olefin kena pajak lagi. Ini akan membuat keekonomian DME semakin buruk,” ujarnya.

    Dengan berbagai pertimbangan tersebut, sebagian pelaku industri menyatakan lebih memilih skema coal-to-chemical secara langsung, yang dinilai memberikan keekonomian lebih baik pada kondisi saat ini. 

    “Kalau DME itu nanti kembali lagi seberapa besar keekonomiannya, apakah cukup menarik. Tapi untuk sekarang, coal-to-chemical lebih bagus secara keekonomian,” pungkasnya.

    Untuk diketahui, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kebutuhan LPG pada 2026 akan mencapai 10 juta ton. Dari angka tersebut, sekitar 6,8 juta ton atau 68% masih harus dipenuhi dari impor, membebani anggaran negara miliaran dolar AS setiap tahunnya.

    Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, mengungkapkan pendekatan realistis yang diambil pemerintah. Fokus utama saat ini bukan pada besaran persentase penggantian LPG, melainkan pada keberlanjutan proyek itu sendiri.

    “Pak Menteri sudah menggarisbawahi bahwa kalau kita hitung terus keekonomiannya ini nggak jalan-jalan. Seharusnya kita jalanin dulu, sudah implementasi kita hitung ulang keekonomiannya seperti apa. Tapi dia harus menghasilkan dulu DME-nya,” ujar Laode, Rabu (29/10/2025).

    Laode menambahkan, pemerintah tidak ingin terburu-buru. Soal konversi, pemerintah menyebut keberadaan DME sama dengan proyek jargas.

    Dengan begitu, meski target Menteri Bahlil ambisius, eksekusi di lapangan akan dilakukan dengan hati-hati, memprioritaskan kelayakan jangka panjang. Dengan basis konsumen LPG yang mencapai lebih dari 50 juta, nantinya substitusi ke DME tidak akan langsung signifikan, melainkan bertahap.

    Soal infrastruktur distribusi, untuk mengatasi tantangan biaya, pemerintah mengusung strategi pemanfaatan infrastruktur eksisting. Pertamina, yang ditunjuk sebagai offtaker, akan mendistribusikan DME menggunakan rantai pasok dan tabung LPG yang sudah ada.

    “Kalau mau murah ya, kalau mau bikin semua infrastruktur baru nanti akan mahal lagi. Jadi harusnya yang existing LPG tadinya dipakai buat LPG, nah ini dipakai buat DME. Jadi cost tidak terlalu tinggi dari sisi penyiapan infrastruktur,” tegas Laode.

  • Medco Pamer Capaian 45 Tahun, Perkuat Portofolio Migas dan Energi Bersih

    Medco Pamer Capaian 45 Tahun, Perkuat Portofolio Migas dan Energi Bersih

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) pamer peran mendukung ketersediaan energi dan transisi energi rendah karbon selama 45 tahun beroperasi di Indonesia. 

    Direktur & Chief Administrative Officer MedcoEnergi Amri Siahaan mengatakan, bersama SKK Migas, Medco E&P menjalankan peran strategis dalam memastikan pasokan energi yang andal bagi industri dan masyarakat.

    Menurutnya, sejak berdiri pada 1980, MedcoEnergi telah berevolusi dari perusahaan pengeboran migas nasional menjadi pelaku energi terintegrasi yang mencakup sektor migas, energi terbarukan, serta pertambangan tembaga dan emas. 

    “Kami bersyukur dan bangga dapat berkiprah selama 45 tahun dan terus berkontribusi bagi kemandirian energi Indonesia. Penguatan portofolio migas dan ketenagalistrikan menjadi pondasi bagi pertumbuhan energi yang berkelanjutan,” ujar Amri dalam acara Media Briefing di Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat, Sabtu (15/11/2025).

    Dia menyebut, 2025 menjadi momentum penting Perseroan untuk memperkuat portofolio di bidang energi baik hulu migas maupun ketenagalistrikan. 

    Sepanjang 2025, Medco E&P mencatat sejumlah capaian penting, antara lain keberhasilan pengembangan lapangan migas Forel dan Terubuk di South Natuna Sea Block B, penyelesaian akuisisi 24% Participating Interest (PI) di Corridor PSC dari Repsol E&P S.à r.l., serta pengambilalihan 45% PI sekaligus hak pengelolaan (operating interest) di Sakakemang PSC. 

    Amri mengatakan, langkah strategis ini memperluas portofolio migas Perseroan di wilayah Sumatera bagian selatan yang sebelumnya telah mencakup blok Rimau, South Sumatra, Lematang, dan Corridor.

    Transisi Energi dan Pengembangan Energi Bersih

    Di sisi keberlanjutan, Medco E&P berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca lebih dari 1,5 juta ton CO2e dibandingkan base year 2019, hasil dari efisiensi operasi dan program dekarbonisasi berkelanjutan.

    “Kami memperkuat portofolio migas nasional dengan proyek bernilai tinggi dan sekaligus mempercepat pengembangan energi rendah karbon. Arah ini memperkokoh posisi MedcoEnergi sebagai perusahaan Indonesia yang kompetitif di tingkat regional,” ucap Amri.

    Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Medco Power Indonesia Eka Satria mengatakan bahwa melalui anak perusahaannya, PT Medco Power Indonesia, perseroan juga mencatat kemajuan dalam pengembangan energi bersih. 

    Dia mengatakan, tahun ini Medco Power berhasil menyelesaikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya East Bali berkapasitas 25 MWp di Bali, serta Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ijen Tahap I berkapasitas 35 MW yang mulai beroperasi di kuartal I 2025. 

    Kedua proyek ini diresmikan Presiden RI dan merupakan komitmen MedcoEnergi memperluas bauran energi rendah karbon nasional. Medco Power juga menambah kapasitas listrik sistem Batam–Bintan sebesar 39 MW lewat pengoperasian Pembangkit Listrik Combined Cycle (CCPP) Add-On di Tanjung Uncang, pada November 2025.

    “Potensi energi bersih Indonesia sangat besar. Kami percaya kolaborasi lintas sektor merupakan kunci. Melalui inovasi dan kemitraan strategis, kami terus menghadirkan energi hijau, efisien, inklusif — mendukung pertumbuhan ekonomi rendah karbon berkelanjutan.” ujar Eka.

    Dalam kesempatan yang sama, Heru Setyadi, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, menegaskan pentingnya kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan media dalam menjaga kepercayaan publik terhadap sektor energi. 

    “Investasi hulu migas Indonesia pada semester I 2025 mencapai sekitar US$7,2 miliar, meningkat hampir 29 persen year-on-year. Capaian ini menunjukkan Indonesia tetap menjadi tujuan utama investasi energi, dan sinergi antara SKK Migas, KKKS, dan media sangat penting untuk memastikan tercapainya ketahanan energi nasional,” ujarnya. 

  • Hak Guna Lahan 190 Tahun Batal, Bagaimana Kelanjutan Investasi di IKN?

    Hak Guna Lahan 190 Tahun Batal, Bagaimana Kelanjutan Investasi di IKN?

    Bisnis.com, JAKARTA — Mahkamah Konstitusi (MK) menetapkan pembatalan pada ketentuan Pemberian Hak Atas Tanah (HAT) bagi para investor di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang tertuang pada Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN).

    Dalam Aturan tersebut, semulanya ditetapkan bahwa para investor akan mendapat hak atas tanah berbentuk Hak Guna Usaha (HGU) hingga 190 tahun yang diberikan melalui dua siklus. Adapun, dalam satu siklus pemberian HGU tersebut diberikan paling lama 35 tahun, perpanjangan hak paling lama 25 tahun, dan pembaruan hak paling lama 35 tahun.

    Menanggapi hal tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menjelaskan bahwa pembaruan ketentuan alas hak itu tidak akan menghambat geliat investasi di IKN.

    “Putusan MK tidak menghambat investasi. Yang dikoreksi adalah durasi hak, bukan kepastian berusaha,” jelasnya dalam keterangan resmi, Minggu (16/11/2025).

    Lebih lanjut, Nusron menyebut, seiring dengan keputusan MK tersebut maka proses pemberian HAT yang telah dilaksanakan akan dilanjutkan dengan melakukan penyesuaian. 

    Nusron menambahkan, putusan MK tersebut juga dinilai konsisten dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pembangunan IKN yang adil, transparan, modern, dan tetap berlandaskan konstitusi.

    “Semua proses yang sudah berjalan dapat dilanjutkan dengan penyesuaian. Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk menjaga iklim investasi yang sehat,” ujar Nusron.

    Sebagai informasi, MK menetapkan untuk membatalkan Pemberian HAT lahan IKN Selama 190 tahun dalam putusan yang dibacakan pada Kamis (13/11/2025). MK menyatakan sejumlah ketentuan Pasal 16A UU IKN bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mengikat sepanjang tidak dimaknai sesuai batas waktu pemberian, perpanjangan, dan pembaruan hak.

    Ketua MK Suhartoyo dalam sidang pembacaan amar Putusan Nomor 185/PUU-XXII/2024 menyampaikan ketentuan yang dinilai bertentangan dengan konstitusi.

    Selain itu, Suhartoyo juga membacakan dua amar serupa untuk HGB (Hak Guna Bangunan) dan HP (Hak Pengelolaan), masing-masing dengan jangka waktu maksimal 30 tahun untuk pemberian, 20 tahun untuk perpanjangan, dan 30 tahun untuk pembaruan. Dia kemudian menegaskan aturan tersebut turut bertentangan dengan konstitusi.

  • SNI Wajib Berlaku, 90% Importir Keramik Beralih jadi Produsen

    SNI Wajib Berlaku, 90% Importir Keramik Beralih jadi Produsen

    Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja industri keramik disebut makin melesat. Terlebih, produktivitas kian bergairah lantaran para importir kini beralih menjadi produsen keramik lokal. Kondisi ini dipicu kebijakan SNI Wajib untuk keramik. 

    Adapun, beleid tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 26/2024 tentang Pemberlakuan SNI untuk ubin keramik secara wajib mulai akhir tahun lalu. 

    Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan kebijakan SNI sangat proposional untuk melindungi konsumen dan mendukung kemajuan industri domestik.

    “Hampir 90% importir besar yang bonafid telah menandatangani kontrak OEM [Original Equipment Manufacturing] dengan industri keramik nasional, dan mereka mengaku lebih puas dibanding mengimpor sendiri,” kata Edy dalam keterangan tertulis, Minggu (16/11/2025). 

    Edy menerangkan para importir kini bersinergi dengan produsen lokal melalui skema Original Equipment Manufacturing (OEM). Dengan konsep ini, importir tidak lagi mendatangkan produk dari luar negeri, tetapi bekerja sama dengan pabrikan dalam negeri untuk memproduksi keramik dengan merek mereka sendiri.

    Hal tersebut memberikan efek lanjutan yakni meningkatnya kapasitas produksi tersebut adalah kemampuan industri nasional untuk sepenuhnya menggantikan keramik impor, yang sebelumnya mencapai 80 juta meter persegi per tahun. “Industri keramik nasional menawarkan sejumlah kelebihan yang membuat konsep OEM semakin diminati,” ujarnya. 

    Beberapa kelebihan di antaranya yaitu, pertama, kepastian suplai dan ketepatan waktu pengiriman, sehingga tidak ada keterlambatan akibat proses logistik internasional.

    Kedua, harga lebih stabil karena tidak dipengaruhi fluktuasi kurs valuta asing. Ketiga, pelayanan purna jual dan garansi kualitas yang tidak mungkin diperoleh jika melakukan impor langsung.

    “Keunggulan tersebut membuat ekosistem industri keramik nasional semakin kompetitif, sekaligus memperkuat substitusi impor di sektor penunjang pembangunan dan properti,” jelasnya. 

    Di sisi lain, dia juga menyoroti kebijakan pro industri lainnya seperti antidumping dan safeguard yang disebut telah menimbulkan multiplier effect positif pada pelaku industri.

    “Tahun ini terdapat tambahan kapasitas produksi baru hingga 25 juta meter persegi dan berhasil menyerap sekitar 1.500 tenaga kerja baru,” tuturnya.

    Dia berharap kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dapat terus dipertahankan sehingga pertumbuhan positif dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

    Dengan permintaan keramik nasional yang terus meningkat, serta kemampuan produsen dalam negeri yang semakin kuat, sektor keramik diproyeksikan akan menjadi salah satu motor penggerak industri manufaktur nasional pada tahun 2026.

  • Hilirisasi dan Industrialisasi Bersimpang Jalan, Tak Menambah Lapangan Kerja

    Hilirisasi dan Industrialisasi Bersimpang Jalan, Tak Menambah Lapangan Kerja

    Bisniscom, JAKARTA – Hilirisasi dan industrialisasi adalah duet maut bagi pertumbuhan ekonomi maupun pembukaan lapangan kerja. Tidak heran jika pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadikan hilirisasi dan industrialisasi sebagai salah satu dari Asta Cita, bagaimana nasibnya kini?

    Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat program hilirisasi. Dalam rapat terbatas dengan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih pada Kamis (6/11/2025) lalu, Presiden Prabowo Subianto kembali menekankan pentingnya program hilirisasi di berbagai sektor strategis. Baik itu sektor perikanan, pertanian, hingga energi dan sumber daya mineral.

    Pemerintah pun menargetkan prastudi kelayakan 18 proyek hilirisasi dengan nilai investasi hampir mencapai Rp600 triliun rampung pada tahun ini. Bahkan, DataIndonesia yang merupakan tim riset Bisnis Indonesia Group, mencatat potensi nilai investasi penghiliran mineral dan batu bara (minerba) menjadi yang paling tinggi.

    Data Editor DataIndonesia Gita Arwana Cakti menjabarkan sektor minerba mencapai Rp321,8 triliun, sedangkan ketahanan energi sebesar Rp232 triliun, disusul transisi energi senilai Rp40 triliun. 

    “Kelautan dan perikanan Rp17,22 triliun dan yang terakhir, yang paling kecil itu pertanian, padahal dia yang di posisi kedua [kontribusi terhadap PDB], tapi potensi nilai investasinya Rp7,11 triliun,” ungkap Gita dalam siniar Factory Hub yang dikutip pada Minggu (16/11/2025).

    Dari sisi investasi, sektor penyerap terbesar adalah industri logam dengan nilai investasi Rp62,02 triliun pada kuartal III/2025.  Pada posisi kedua terdapat sektor pertambangan sebesar Rp55,87 triliun. 

    Lebih rinci lagi, realisasi investasi hilirisasi diserap paling besar oleh komoditas nikel yakni senilai Rp42 triliun. Untuk komoditas nikel, pemerintah sebelumnya berharap hilirisasi itu bisa menopang pengembangan produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV). 

    Hanya saja, hingga kini proses itu belum tersambung, sebab mobil listrik yang dipasarkan justru lebih banyak menggunakan baterai jenis lithium ferro phosphate (LFP). Para produsen menilai LFP relatif lebih murah dibandingkan baterai berbasis nikel.

    LAPANGAN KERJA

    Lebih lanjut, investasi jumbo proyek hilirisasi juga tidak berjalan beriringan dengan penyerapan tenaga kerja yang optimal. Hingga periode kuartal III/2025, tercatat penyerapan  tenaga kerja mencapai 696.478 orang. Posisi tersebut naik dari periode yang sama pada 2024 sebanyak 650.172 orang. 

    Namun, jika melihat data lebih dekat, pada 2024 sendiri jenis industri dengan proporsi pekerja manufaktur terbesar adalah industri makanan dengan persentase 4% disusul dengan industri pakaian jadi atau tekstil sebanyak 2%. 

    Berbanding terbalik dengan kucuran investasinya, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya serta industri logam dasar hanya berkontribusi masing-masing 0,43% dan 0,16%.

    Industri produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi juga tidak lebih baik, sektor ini mencatat proporsi tenaga kerja manufaktur sebanyak 0,03%. Hal ini menunjukkan hilirisasi yang ada bersifat padat modal tetapi minim rangsangan terhadap industri padat karya lainnya.

    Padahal, hilirisasi diharapkan bisa mewujudkan indonesia sebagai negara industri mengingat hilirisasi dan industrialisasi saling berkaitan. Industrialisasi, jelas Gita, merupakan proses transformasi ekonomi dari sektor agraris ke sektor manufaktur yang menghasilkan barang produksi massal.

    Oleh karena itu, penghiliran menjadi salah satu prasyarat negara industri karena mengolah sumber daya mentah menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi. “Nah jadi penghiliran itu langkah awal menciptakan industrialisasi, keduanya saling berkaitan,” ujar Gita.

    Lebih jauh, data menunjukkan hilirisasi di Indonesia tidak menambah geliat industri sebagaimana yang diharapkan. Kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada kuartal II tahun 2023–2025 masih datang dari industri pengolahan. 

    Pada Kuartal II/2025, industri pengolahan menyumbang kontribusi sebesar 18,67%. Pencapaian ini menurun dari tren kontribusi manufaktur terhadap PDB pada awal 2000-an yang bisa mencapai 30%.  

    “Itu sekitar awal 2000-an tapi sekitar 2020-an sampai sekarang itu [kontribusi industri manufaktur] masih di bawah 20% gitu,” terang Gita. 

    Berdasarkan laporan S&P Global Market, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia terus mengalami fluktuasi selama setahun terakhir.

    DataIndonesia memaparkan PMI manufaktur Indonesia tercatat 51,2 poin pada Oktober 2025. Sebelumnya, sempat mengalami kontraksi dari 51,5 poin pada Agustus 2025 menjadi 50,4 poin di September 2025.

    “Satu tahun terakhir PMI Manufaktur ini juga cukup dinamis sih. Sempat kontraksi terus naik ke ekspansif, tapi turun lagi dan baru Agustus kemarin naik ke ekspansi. Tapi, kemudian Septembernya turun lagi,” jelas Gita.

    Persoalannya, berdasarkan data yang sama, manufaktur Indonesia cukup tertinggal dibandingkan negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Thailand, misalnya, tercatat PMI berada di level 56,6 poin dan Vietnam 54,5 poin pada Oktober 2025.

    Berdasarkan pengamatan data-data tersebut, maka pemerintah perlu menggenjot agar hilirisasi bisa mendongkrak industri. Hanya saja, keduanya juga dibutuhkan bagi pembukaan luas lapangan kerja, agar Indonesia Emas bisa diwujudkan. Bukan sebaliknya, malah terjadi deindustrialisasi dini!

  • Bareskrim Sita 47 Kg Ganja Siap Edar di Sumatra Utara

    Bareskrim Sita 47 Kg Ganja Siap Edar di Sumatra Utara

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri mengungkap kasus peredaran narkoba jenis ganja sebanyak 47 kilogram (Kg) di Sumatera Utara.

    Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri, Brigjen Eko Hadi Santoso mengatakan pihaknya telah menetapkan dua tersangka dalam perkara ini yakni S (35) dan H (38).

    “Sebagai penjaga gudang penyimpanan narkotika jenis ganja dan H sebagai penjemput dan pengantar narkotika jenis ganja,” ujar Eko dalam keterangan tertulis, Minggu (16/11/2025).

    Dia menambahkan, pengungkapan ini berawal dari laporan masyarakat soal adanya peredaran narkoba di Deli Serdang, Sumatera Utara pada (13/11/2025).

    Menindaklanjuti informasi itu, tim dari kepolisian langsung melakukan penelusuran di lokasi. Singkatnya, tim penyidik telah menemukan dua tersangka dan langsung diringkus di lokasi.

    “Ditemukan pada tersangka yaitu barang bukti 47 Bal atau 47 Kg diduga narkotika jenis ganja yg disimpan di dalam kamar tersangka,” imbuhnya.

    Dua tersangka itu kemudian telah dilakukan tes urine dengan hasil positif amphetamine dan THC. Setelah itu, kedua tersangka ini bakal diserahkan ke Mabes Polri untuk dilakukan pendalaman lebih lanjut.

    “Rencana tindak lanjut menyerahkan tersangka dan Barang bukti ke Tipidnarkoba Subdit IV Bareskrim Mabes Polri,” pungkas Eko.

  • Mayoritas Harga Pangan Turun Pekan Ini, dari Beras, Bawang hingga Telur Ayam

    Mayoritas Harga Pangan Turun Pekan Ini, dari Beras, Bawang hingga Telur Ayam

    Bisnis.com, JAKARTA – Harga pangan sebagian besar mengalami penurunan secara rata-rata nasional pada pekan kedua November 2025. Adapun, harga pangan yang turun yaitu beras, bawang, hingga telur. 

    Menurut data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), periode Senin (10/11/2025) hingga Minggu (12/10/2025) pukul 09.00 WIB, harga beras medium turun 0,43% menjadi Rp13.555 per kg dibandingkan pekan lalu.

    Hal yang sama terjadi pada harga beras premium yang turun sebesar 0,33% menjadi Rp15.560 per kg, dan harga beras SPHP turun 0,1% menjadi Rp12.470 per kg.

    Komoditas pangan yang harganya juga turun yaitu bawang putih bonggol turun 0,14% menjadi Rp36.783 per kg sedangkan bawang merah naik 0,03% menjadi Rp39.307 per kg.

    Harga cabai merah keriting yang naik 1,06% menjadi Rp52.936 per kg, dan harga cabai rawit merah naik 2,18% menjadi Rp38.555 per kg.

    Di sisi lain, kedelai biji kering impor naik harganya 0,09% menjadi Rp10.695 per kg dan harga jagung tingkat peternak naik 0,13% menjadi Rp6.835 per kg.

    Di samping itu, harga telur ayam ras turun 0,01% menjadi Rp30.450 per kg. Sementara, harga daging ayam ras turun 0,39% menjadi Rp37.006 per kg.

    Selanjutnya, harga daging sapi murni turun 0,03% menjadi sebesar Rp135.127 per kg. Di sisi lain, harga gula konsumsi naik 0,5% menjadi Rp17.996 per kg.

    Sementara itu, harga minyak goreng kemasan sederhana berada di angka Rp20.937 per liter atau turun 0,09% dari hari sebelumnya.

    Di sisi lain, harga tepung terigu curah turun 0,02% menjadi Rp9.753 per kg. Sedangkan, minyak goreng curah naik 0,06% menjadi Rp17.501 per liter.

    Berbagai jenis ikan seperti ikan kembung, ikan tongkol, dan ikan bandeng memiliki harga bervariasi. Harga ikan kembung hari ini yaitu Rp42.914 per kg atau naik 1,8% dari pekan sebelumnya.

    Sementara itu, harga ikan tongkol naik 1,7% menjadi Rp35.238 per kg dan ikan bandeng naik 0,98% menjadi Rp35.619 per kg.

  • Catat Jadwal Pencairan BSU Rp600.000 November 2025

    Catat Jadwal Pencairan BSU Rp600.000 November 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Berikut adalah informasi tentang jadwal pencairan BSU Rp600.000 bulan November 2025 yang ditunggu-tunggu.

    Sebagaimana diketahui, BSU menjadi salah satu program yang cukup ditunggu untuk karyawan bergaji di bawah Rp3.5 juta.

    Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengatakan BSU ditujukan untuk meringankan beban para pekerja serta menekan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

    “Penyaluran BSU bertujuan meringankan beban ekonomi para pekerja dan buruh di tengah situasi ketidakpastian ekonomi,” ujar Yassierli pada September lalu, dikutip dari Antaranews.

    Pemerintah sebelumnya telah menyalurkan BSU Tahap I pada Juni-Juli 2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun sempat mengatakan bahwa program BSU akan tetap disalurkan pada semester kedua tahun 2025.

    Sayangnya hingga saat ini, penyaluran BSU Tahap II masih belum ada pembahasan dari pemerintah.

    Terbaru, Menaker Yassierli mengatakan bahwa belum ada arahan atau kebijakan khusus terkait BSU Tahap II dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Jadi BSU yang ada itu hanya sekali kemarin, bulan Juni Juli. Belum ada sampai sekarang arahan dari Pak Presiden terkait dengan BSU,” katanya pada Senin 13 Oktober 2025.

    Jadwal Pencairan BSU November 2025

    Pekerja masih harus menunggu pengumuman dan informasi resmi dari pemerintah, Kemenaker dan BPJS Ketenagakerjaan terkait kapan BSU bulan November 2025 cair.

    Pemerintah pun mengimbau pekerja rutin memantau informasi terkini melalui laman resmi Kemnaker, aplikasi JMO, maupun kanal BPJS Ketenagakerjaan.

    Cara Daftar BSU ada di halaman 2…

  • Industri Kosmetik Kebut Penjualan Akhir Tahun, Incar Momentum Nataru

    Industri Kosmetik Kebut Penjualan Akhir Tahun, Incar Momentum Nataru

    Bisnis.com, JAKARTA — Industri kosmetik optimistis dapat menggenjot penjualan hingga penghujung tahun dengan memanfaatkan momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kuartal III/2025, industri pengolahan nonmigas (IPNM) tumbuh 5,58% (yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,04%.

    Pertumbuhan solid juga tercermin pada sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) yang meningkat 5,92%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini berkontribusi 3,88% terhadap PDB, dengan realisasi investasi mencapai Rp142,15 triliun sepanjang Januari–September 2025, naik dari Rp116,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Adapun sektor farmasi, kosmetik, dan obat bahan alam kini menjadi salah satu penopang utama agenda hilirisasi industri nasional.

    Chrisensia Nimas, Head of Marketing & E-Commerce The Body Shop Indonesia, mengatakan pihaknya mengusung strategi berbeda untuk mendongkrak penjualan. Tidak sekadar menawarkan produk, The Body Shop menonjolkan pengalaman emosional yang identik dengan suasana Natal.

    “Menawarkan pengalaman dan nilai emosional memberikan keunggulan kompetitif. Bukan hanya memperkuat brand di tengah momentum Natal, tetapi juga menumbuhkan loyalitas jangka panjang,” ujarnya, Sabtu (16/11/2025).

    Menurut Nimas, akhir tahun menjadi momen ideal untuk meluncurkan produk baru bertema kehangatan dan keceriaan Natal, seiring meningkatnya belanja konsumen untuk kebutuhan hadiah.

    “Pada momentum Natal, konsumen biasanya merangkai hadiah istimewa dengan pilihan kertas kado, box, sentuhan personal, hingga pesan khusus untuk orang terkasih,” tambahnya.

    The Body Shop juga memanfaatkan tingginya traffic pusat perbelanjaan akhir tahun seperti di Lippo Mall Kemang dan Mall Kelapa Gading 3. Salah satu pendekatannya adalah menghadirkan pengalaman emosional bertema wrapped in love, yang tidak hanya menawarkan koleksi hadiah, tetapi juga mengajak konsumen berbagi kasih yang melampaui sekadar kemasan.

    CEO The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo menegaskan ekspansi gerai baru tetap menjadi strategi perusahaan. Ia meyakini pasar Indonesia masih sangat vibrant dan terus menawarkan peluang pertumbuhan.

    Menurut Suzy, daya tumbuh pasar kosmetik Indonesia didorong oleh kemampuan pelaku industri beradaptasi cepat ke pasar digital. Saat pandemi Covid-19 melanda, The Body Shop sudah memiliki infrastruktur digital yang kuat sehingga penjualan tetap terjaga.

    Pasar skincare dan makeup The Body Shop Indonesia juga kian luas, tidak lagi terbatas pada konsumen wanita usia matang, tetapi semakin merambah kelompok dewasa muda.

    Sementara itu, Hasto Widiharto, Direktur PT Natural Cosmetics Indonesia, menilai penting bagi produk kecantikan untuk memperkuat klaim natural dan sustainable dengan mengangkat kearifan lokal sebagai diferensiasi.

  • Adopsi Baru 50%, Kemenhub Dorong Percepatan Digitalisasi Operator Bus

    Adopsi Baru 50%, Kemenhub Dorong Percepatan Digitalisasi Operator Bus

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendorong digitalisasi di sektor transportasi darat, termasuk moda bus antarkota, untuk meningkatkan layanan dan keselamatan transportasi jalan.

    Kasubdit Angkutan Orang Antar Kota Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, Irly S. Permata, mengatakan transportasi darat tengah berada pada fase krusial menuju pemanfaatan teknologi secara lebih luas. 

    Adapun, penguatan ekosistem digital akan memudahkan pemerintah dalam memantau kinerja operator secara real time maupun menyusun kebijakan berbasis data.

    “Saat ini dunia transportasi sedang bertransformasi akibat digitalisasi,” ujar Irly dalam keterangannya, Sabtu (15/11/2025).

    Digitalisasi memungkinkan pencatatan data perjalanan, frekuensi layanan, hingga respons pengguna menjadi lebih transparan. Hal itu dianggap penting untuk meningkatkan kualitas layanan sekaligus mendorong industri angkutan jalan tetap kompetitif di tengah perubahan preferensi masyarakat.

    Irly mengatakan, kolaborasi antara penyedia layanan, operator, terminal, dan pengguna melalui sistem digital merupakan model kemitraan baru yang perlu diperluas ke seluruh ekosistem transportasi darat.

    Dari sisi pelaku industri, CEO redBus Prakash Sangam memaparkan tingkat digitalisasi operator bus di Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 50%. Kondisi tersebut dinilai masih memberi ruang besar untuk peningkatan adopsi teknologi di lingkungan operator maupun terminal.

    “Operator bus di Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga konektivitas bangsa, selain itu redBus hadir juga untuk mendorong digitalisasi bus di Tanah Air, yang saat ini baru 50%,” kata Prakash.

    Menurut Prakash, integrasi layanan digital memungkinkan operator meningkatkan ketepatan waktu, efisiensi armada, dan kepuasan pelanggan. Dia, menilai umpan balik (feedback) penumpang berbasis aplikasi dapat menjadi tolok ukur kepercayaan sekaligus memperkuat standar layanan industri.

    Alhasil, redBus sebagai platform pemesanan tiket bus secara daring menegaskan komitmennya untuk memperluas digitalisasi operator bus dan meningkatkan standar layanan melalui kolaborasi dengan pemerintah serta pelaku industri.

    Di lain sisi, digitalisasi di sektor transportasi darat juga memainkan peran penting untuk memudahkan mobilitas masyarakat jelang momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.

    Data Kemenhub mencatat, pada tahun lalu, jumlah penumpang angkutan jalan atau bus periode sepekan menjelang Nataru 2024/2025 tercatat sebanyak 141.149 orang. Jika dibandingkan dengan pergerakan normal harian, jumlah penumpang bus mengalami kenaikan sebesar 10,8%.