Category: Bisnis.com Ekonomi

  • Kemendag Beberkan Dampak Kemenangan Trump ke Perdagangan RI

    Kemendag Beberkan Dampak Kemenangan Trump ke Perdagangan RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia. 

    Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin menyampaikan Trump dalam kampanyenya mengusulkan tarif impor di kisaran 60%-100% untuk barang-barang dari China serta tambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke AS.

    “Adanya kebijakan tersebut diperkirakan akan berdampak pada perdagangan Indonesia,” kata Rusmin kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Rusmin menuturkan peningkatan tarif dan hambatan perdagangan antara kedua negara dapat mengurangi permintaan terhadap produk-produk yang diekspor oleh Indonesia ke China dan AS. 

    Secara langsung, tarif impor yang lebih tinggi di pasar AS dapat berdampak pada penurunan kinerja produk/eksportir Indonesia yang bergantung dengan pasar AS.

    Selain itu, kata dia, ketidakpastian global yang diakibatkan oleh potensi perang dagang antara kedua negara akan memicu menurunnya permintaan global. “Kondisi ini dapat memengaruhi ekspor Indonesia ke negara-negara lain,” ujarnya.

    Dampak lainnya, lanjut dia, impor produk China di pasar Indonesia berpotensi melonjak, utamanya produk-produk China yang tidak dapat masuk ke pasar AS. Dengan kata lain, China akan mengalihkan pasarnya ke Indonesia.

    Kendati begitu, Rusmin menilai hal tersebut juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia dapat menjadi alternatif supplier dan investasi bagi perusahaan AS yang ingin mengurangi ketergantungan pada China.

    Sebagai gambaran, Rusmin menuturkan bahwa pada masa pemerintahan Trump (2017-2020), rata-rata surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS sebesar US$9,14 miliar. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dibandingkan surplus pada era pemerintahan Biden (2021-2023) yang rata-rata mencapai US$14,36 miliar.

    Pada 2024, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mencapai US$14,34 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar US$11,97 miliar. 

    Hal yang sama juga terjadi pada kinerja ekspor. Pada pemerintahan Trump, kinerja nilai ekspor rata-rata Indonesia ke AS senilai US$18,18 miliar, lebih rendah dibandingkan ketika pemerintahan Biden dengan rata-rata nilai ekspor sebesar US$25,74 miliar. 

    Pada tahun 2024 (angka sementara), nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$26,31 miliar, meningkat 13,18% (Year on Year/YoY).

    Di sisi lain, Rusmin menyebut bahwa pemerintah berupaya menyiapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan ekspor pasca kemenangan Trump.

    Di antaranya, diversifikasi pasar ekspor, memperkuat daya saing dan pengamanan pasar dalam negeri, meningkatkan akses pasar melalui perjanjian perdagangan, dan melakukan upaya untuk memanfaatkan peluang dari perang dagang.

    “Kemendag juga akan mencoba melakukan pendekatan melalui kerja sama bilateral agar tarif dapat diturunkan dan produk lokal Indonesia mampu menembus pasar AS,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Rusmin menyebut bahwa Indonesia juga akan meningkatkan keikutsertaan dalam Global Value Chain (GVC) dengan memberikan nilai tambah dan kemudahan dalam melakukan produksi dan berbisnis di Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk menarik investor global brand agar dapat memindahkan basis produksinya ke Indonesia.

  • Bulog Serap Gabah Petani Rp6.500 per Kilogram, Simak Ketentuannya!

    Bulog Serap Gabah Petani Rp6.500 per Kilogram, Simak Ketentuannya!

    Bisnis.com, JAKARTA — Perum Bulog akan menyerap hasil produksi petani, termasuk Gabah Kering Panen (GKP), dengan harga Rp6.500 per kilogram sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

    Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono mengatakan Bulog diberikan keleluasaan menyerap gabah di luar kualitas yang telah ditetapkan HPP melalui kebijakan rafaksi harga gabah, selain ketetapan mengenai Harga Pembelian Pemerinta (HPP) gabah dan beras.

    Adapun, rafaksi gabah diatur di dalam Keputusan Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

    Rafaksi sendiri merupakan pengurangan terhadap harga gabah yang dijual ke Perum Bulog karena mutunya lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Dalam hal ini, Bulog akan membeli gabah di harga Rp6.500 per kilogram, dengan maksimal kadar air 25% dan kadar hampa maksimal 10%.

    “Namun, pada saat kadar air di atas 26-30% dan kadar hampa 11-15% itu kita tetap beli atau serap dengan harga Rp5.750 per kilogram sesuai ketentuan rafaksi harga,” kata Wahyu dalam keterangan tertulis, dikutip pada Sabtu (18/1/2025).

    Sementara itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan bahwa per 15 Januari 2025, Bulog akan mulai menyerap GKP dengan harga Rp6.500 per kilogram.

    Kendati demikian, Bapanas menyampaikan bahwa ada faktor-faktor lain, seperti kadar air dalam gabah sesuai standar yang telah ditetapkan untuk menyerap gabah petani.

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa urgensi penyerapan gabah dan beras yang sesuai kualitas berkaitan erat dengan pemanfaatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog. Adapun, stok CBP ini yang disalurkan ke masyarakat melalui berbagai program pemerintah.

    Dengan adanya standar kualitas GKP untuk harga Rp6.500 per kilogram ditetapkan kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%, dengan demikian beras yang disalurkan kepada rakyat merupakan beras yang bermutu.

    “Kami menyarankan para petani kita harusnya bisa dinaikkan kelasnya. Jadi para Gapoktan itu diberikan fasilitas dryer [pengering], sehingga bisa mendukung Bulog dengan harga Rp8.000 dan Rp8.200 untuk Gabah Kering Giling [GKG],” katanya.

    Dia menjelaskan, langkah upscaling ini perlu dilakukan agar kalangan petani tidak hanya mengandalkan GKP, sehingga bisa tercipta diferensiasi produksi. Terlebih, target pengadaan Bulog pada 2025 untuk GKG lebih besar daripada GKP.

  • Bank Tanah Siapkan 11 Titik Lahan untuk Disulap jadi Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG)

    Bank Tanah Siapkan 11 Titik Lahan untuk Disulap jadi Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG)

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Bank Tanah (BBT) mengungkap terdapat 11 titik lokasi Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung perluasan pembangunan dapur makan bergizi gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

    Deputi Bidang Pemanfaatan Tanah dan Kerja Sama Usaha Badan Bank Tanah Hakiki Sudrajat menjelaskan 11 lokasi lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi dapur MBG itu tersebar di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi.

    “Mengenai dapur tadi ini merupakan inisiatif dari kami dulu karena kami juga banyak mendapat masukan. Saat ini masih ada 11 titik [lahan yang bisa dimanfaatkan untuk dapur MBG],” jelasnya dalam agenda Kinerja 2024 dan Outlook 2025 di Bandung, Jumat (17/1/2025).

    Perinciannya, 11 titik lahan yang dapat dialokasikan menjadi dapur MBG itu berada di Batubara Sumatra Utara, Solok Sumatra Barat, serta Kepulauan Bangka yang berlokasi di Belitung.

    Di wilayah Jawa, terdapat 4 titik lahan kelolaan Bank Tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangunan dapur SPPG, di antaranya, Cianjur, Purwakarta, Kendal, hingga Brebes.

    Kemudian ada dua titik di wilayah Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, Poso, hingga Lombok Utara. “Ini rata-rata lokasi kami hampir 95% itu di atas 500 meter [jaraknya dari sekolahan terdekat]  jadi mungkin sudah cocok untuk bisa dioperasikan menjadi dapur MBG,” pungkasnya.

    Untuk diketahui, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah resmi dimulai pada Senin hari (6/1/2024). Di mana, pangan MBG itu dipasok dari 190 lokasi SPPG yang telah beroperasi per 6 Januari 2025.

    Mengutip data yang dibagikan oleh BGN, sebanyak 190 SPPG itu tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Adapun, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah SPPG paling banyak, yakni 57 lokasi. Kemudian disusul oleh Jawa tengah dengan 36 titik dan Jawa Timur 31 titik. 

    Selain Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, SPPG juga tersebar di Aceh, Bali, Banten, DI Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan.

    Kemudian, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua Selatan. 

    Selanjutnya, dapur pemasok Makan Bergizi Gratis itu juga tersebar di Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, serta Sumatra Utara.

  • Jelang Pelantikan Trump, Neraca Dagang RI Diramal US Miliar pada Kuartal I/2025

    Jelang Pelantikan Trump, Neraca Dagang RI Diramal US$7 Miliar pada Kuartal I/2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada kuartal I/2025 mencapai US$6 miliar – US$7 miliar.

    Kendati begitu, Ekonom LPEM UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa proyeksi tersebut masih sangat dinamis lantaran pihaknya belum mengetahui kebijakan apa yang akan dikeluarkan oleh Donald Trump usai dilantik sebagai Presiden AS.

    “Proyeksi neraca dagang di kuartal I/2025 ini mungkin kita melihat bisa mencapai US$6-7 miliar, tapi ini memang masih sangat dinamis ya angkanya,” kata Riefky kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Dia mengatakan, Trump dalam kampanyenya sempat menyatakan akan memberlakukan tarif impor di kisaran 60%-100% untuk barang-barang dari China serta tambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke AS.

    Menurutnya, dengan Indonesia bergabung ke dalam BRICS – aliansi negara yang dibentuk oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan – hal ini dapat menjadi risiko tambahan untuk neraca perdagangan Indonesia usai kemenangan Trump. 

    “Dengan Indonesia bergabung ke BRICS, tentu ini menjadi risiko tambahan untuk neraca perdagangan Indonesia,” pungkasnya.

    Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis dapat mencapai target ekspor senilai US$294,45 miliar tahun ini, meski ada ancaman perang dagang antara AS-China pascakemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

    Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin menyampaikan optimistis itu sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

    “Kemendag optimistis dapat mencapai target nilai ekspor US$294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1% pada 2025,” kata Rusmin kepada Bisnis.

    Pihaknya juga berupaya menyiapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan ekspor usai kemenangan Trump.

    Di antaranya, diversifikasi pasar ekspor, memperkuat daya saing dan pengamanan pasar dalam negeri, meningkatkan akses pasar melalui perjanjian perdagangan, dan melakukan upaya untuk memanfaatkan peluang dari perang dagang.

    “Kemendag juga akan mencoba melakukan pendekatan melalui kerja sama bilateral agar tarif dapat diturunkan dan produk lokal Indonesia mampu menembus pasar AS,”  tuturnya.

    Lebih lanjut, Rusmin menyebut bahwa Indonesia juga akan meningkatkan keikutsertaan dalam Global Value Chain (GVC) dengan memberikan nilai tambah dan kemudahan dalam melakukan produksi dan berbisnis di Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk menarik investor global brand agar dapat memindahkan basis produksinya ke Indonesia.

  • Kemendag Optimistis Capai Target Ekspor 2025 di Tengah Ancaman Perang Dagang AS-China

    Kemendag Optimistis Capai Target Ekspor 2025 di Tengah Ancaman Perang Dagang AS-China

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis dapat mencapai target ekspor senilai US$294,45 miliar tahun ini, meski ada ancaman perang dagang antara AS-China pasca kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

    Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin menyampaikan, optimistis itu sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

    “Kemendag optimistis dapat mencapai target nilai ekspor US$294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1% pada 2025,” kata Rusmin kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Rusmin mengakui, kemenangan Trump memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia. Apalagi dalam kampanyenya, Trump mengusulkan tarif impor di kisaran 60%-100% untuk barang-barang dari China serta tambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke AS.

    Rusmin mengatakan, peningkatan tarif dan hambatan perdagangan antara kedua negara dapat mengurangi permintaan terhadap produk-produk yang diekspor oleh Indonesia ke China dan AS. 

    Secara langsung, tarif impor yang lebih tinggi di pasar AS dapat berdampak pada penurunan kinerja produk/eksportir Indonesia yang bergantung dengan pasar AS.

    Selain itu, kata dia, ketidakpastian global yang diakibatkan oleh potensi perang dagang antara kedua negara akan memicu menurunnya permintaan global. 

    “Kondisi ini dapat memengaruhi ekspor Indonesia ke negara-negara lain,” ujarnya.

    Dampak lainnya, lanjut dia, impor produk China di pasar Indonesia berpotensi melonjak, utamanya produk-produk China yang tidak dapat masuk ke pasar AS. Dengan kata lain, China akan mengalihkan pasarnya ke Indonesia.

    Kendati begitu, pemerintah meyakini bahwa tantangan tersebut tidak menghambat Indonesia dalam mencapai target ekspor di 2025. 

    Untuk mencapai target tersebut, Rusmin menuturkan bahwa pihaknya memiliki fokus program yaitu perluasan pasar ekspor dengan meningkatkan pangsa pasar produk ekspor Indonesia di pasar global dan peningkatan UMKM ‘Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor’ untuk mendorong kontribusi ekspor UMKM terhadap ekspor nasional.

    Di sisi lain, pemerintah juga meyakini bahwa neraca perdagangan Indonesia tahun ini masih mencatatkan surplus seiring dengan target ekspor US$294,45 miliar di 2025.

    Tahun ini, Rusmin mengharapkan terjadi peningkatan permintaan terhadap produk-produk Indonesia, utamanya komoditas dan produk manufaktur serta masuknya investasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing produk dalam negeri.

  • Harga Pangan Hari Ini 18 Januari 2025: Bawang Merah Turun, Cabai dan Telur Naik

    Harga Pangan Hari Ini 18 Januari 2025: Bawang Merah Turun, Cabai dan Telur Naik

    Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas harga pangan hari ini mengalami kenaikan secara rata-rata nasional. Lonjakan harga terjadi pada komoditas beras premium dan medium, bawang putih bonggol, cabai merah keriting, telur ayam, hingga minyak goreng kemasan.

    Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sabtu (18/1/2025) pukul 10.30 WIB harga beras premium berada di kisaran Rp14.717 per kg hingga Rp17.608 per kg. Adapun harga beras premium zona II sebesar Rp16.103 per kg atau turun 0,01% dari hari sebelumnya.

    Harga beras medium zona II juga mengalami penurunan 0,21% menjadi Rp14.080 per kg hari ini. Di sisi lain, harga beras SPHP naik 0,11% menjadi Rp12.749 per kg. 

    Tak hanya beras, harga bawang putih bonggol juga naik 0,23% menjadi Rp41.936 per kg dari hari sebelumnya dan harga bawang merah turun 0,12% menjadi Rp39.447 per kg. 

    Sementara itu, komoditas daging sapi murni mengalami penurunan 0,04% menjadi Rp134.775 per kg. Harga daging ayam ras turun 0,17% menjadi Rp37.494 per kg dan telur ayam ras naik 0,17% menjadi Rp30.019 per kg.

    Tak hanya itu, harga kedelai biji kering (impor) turun 0,15% menjadi Rp10.232 per kg, sedangkan harga gula konsumsi naik 0,11% menjadi Rp17.998 per kg. 

    Lebih lanjut, harga minyak goreng kemasan sederhana naik 0,22% menjadi Rp19.981 per kg. Sementara itu, harga minyak goreng curah turun 0,23% menjadi Rp17.715 per kg. 

    Komoditas pangan lainnya yang naik yaitu harga tepung terigu curah Rp9.793 per kg dan harga tepung terigu noncurah naik 0,11% menjadi Rp12.845 per kg. Harga jagung tingkat peternak naik 0,5% menjadi Rp6.399 per kg. 

    Di sisi lain, harga cabai rawit merah turun 0,29% menjadi Rp55.111 per kg, sementara harga cabai merah keriting naik 0,77% menjadi Rp56.041 per kg. 

    Di samping itu, harga pangan ikan hari ini bervariasi. Adapun, harga ikan kembung naik 0,27% menjadi Rp39.795 per kg dan ikan tongkol naik 0.26% menjadi Rp32.419 per kg, sementara ikan bandeng turun 0,47% menjadi Rp32.838 per kg. 

  • Mengukur Sisi Positif Perang Dagang AS-China ke Ekspor RI

    Mengukur Sisi Positif Perang Dagang AS-China ke Ekspor RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menilai perang dagang antara AS dan China kemungkinan berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia.

    Ekonom LPEM UI Teuku Riefky menyampaikan ketika terjadi perang dagang, akan ada trade diversion atau pengalihan perdagangan yang biasanya terjadi peningkatan permintaan untuk produk-produk selain produk dari AS dan China.

    “Ini ada kemungkinan bisa ada diversion atau demand terhadap produk buatan Indonesia, tapi potensinya pun kami rasa tidak akan terlalu besar,” kata Riefky kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Di tengah kondisi ini, Riefky menyebut pemerintah perlu mengambil langkah-langkah, meski diakuinya akan sulit untuk mengantisipasi perang dagang tersebut. Mengingat, perang dagang antar kedua negara adidaya ini tidak hanya berdampak ke Indonesia tapi negara lainnya.

    Menurutnya, beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah adalah diversifikasi pasar ekspor dan impor. Selain itu, pemerintah perlu memikirkan bagaimana arus barang impor dari China akan membanjiri negara-negara lain, termasuk Indonesia, agar tidak mengganggu produktivitas produsen dalam negeri.

    “Ini perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia tapi bukan dengan cara proteksi, tapi bagaimana kemudian arus impor ini tidak mengganggu produktivitas produsen dalam negeri,” tuturnya.

    Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya menyiapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan guna mengantisipasi pelemahan ekspor pasca kemenangan Trump.

    Diantaranya, diversifikasi pasar ekspor, memperkuat daya saing dan pengamanan pasar dalam negeri, meningkatkan akses pasar melalui perjanjian perdagangan, dan melakukan upaya untuk memanfaatkan peluang dari perang dagang.

    “Kemendag juga akan mencoba melakukan pendekatan melalui kerja sama bilateral agar tarif dapat diturunkan dan produk lokal Indonesia mampu menembus pasar AS,”  kata Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Lebih lanjut, Rusmin menyebut bahwa Indonesia juga akan meningkatkan keikutsertaan dalam Global Value Chain (GVC) dengan memberikan nilai tambah dan kemudahan dalam melakukan produksi dan berbisnis di Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk menarik investor global brand agar dapat memindahkan basis produksinya ke Indonesia.

  • Impor Garam Industri Dibatasi, Bahan Baku Farmasi Aman?

    Impor Garam Industri Dibatasi, Bahan Baku Farmasi Aman?

    Bisnis.com, JAKARTA – Industri farmasi dinilai siap untuk menggunakan garam lokal. Pasalnya, produksi garam lokal untuk kebutuhan bahan baku obat dan infus sudah dapat diproduksi oleh pabrikan dalam negeri. 

    Sebelumnya, garam untuk industri farmasi, termasuk untuk cuci darah masih mengandalkan impor. Kendati demikian, pemerintah telah melarang dan membatasi impor garam lewat Peraturan Presiden (Perpres) 126/2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional. 

    Sekjen Asosiasi Biofarmasi dan Bahan Baku Obat (AB3O) Irfat Hista mengatakan industri farmasi membutuhkan garam sekitar 6.000-6.500 ton sebagai bahan baku untuk cuci darah 4.000 ton, 1.500 ton untuk garam infus, dan 500 ton sisanya untuk vaksin, obat pil, tablet, sirup, dan lainnya.

    “Sekarang sudah ada mesin untuk produksi garam untuk di laboratorium, namanya Garam Pro Analisa Laboratorium, di mana garam itu reagen sifatnya, garam untuk standar uji. Itu kita buat mesin teknologi nya di pabrik saya di Sentul,” kata Irfat kepada Bisnis, Kamis (16/1/2025). 

    Mesin untuk membuat garam farmasi itu saat ini dimiliki oleh PT Karya Daya Sayafarmasi yang dikembangkan sendiri oleh Irfat. Sejak beroperasi 2022, pabrik di Sentul tersebut memproduksi garam farmasi sebanyak 500 ton per tahun. 

    Adapun, produksi garam tersebut untuk memasok bahan baku obat yang digunakan oleh lebih dari 200 perusahaan farmasi, termasuk Kalbe Farma, dan lainnya. 

    Di sisi lain, PT Tudung Karya Daya Inovasi merupakan pabrik garam farmasi kedua yang dimiliki Irfat di wilayah Jawa Timur mampu memasok kebutuhan garam untuk infus sebanyak 1.500 ton. 

    “Kalau untuk cuci darah [garam] itu sebetulnya tidak dikategorikan farmasi karena mereka memang sudah menggunakan garam dari lokal sebagian, ada yang impor juga,” tuturnya. 

    Irfat menerangkan bahwa untuk dapat mendistribusikan produk garam lokal yang dihasilkan pabrikannya, pihaknya telah mendapatkan seritifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

    Sementara, untuk garam yang digunakan cairan cuci darah tidak memerlukan sertifikasi BPOM, melainkan masuk dalam kategori alat kesehatan, sehingga sertifikat yang diperlukan yaitu Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB). 

    Dengan larangan impor garam lewat Perpres 126/2022, Irfat menyebut kebutuhan garam untuk cuci darah yang dipasok lewat PT Intan Jaya Mas sebanyak 4.000 ton itu kini dapat dipasok oleh produsen lokal tersebut. 

    “Jadi, garam farmasi [cuci darah] itu 4.000 ton sebagiannya memang masih diimpor dari Australia, Dominion South yang kategorinya garam farmasi, sebagian garam dari pabrik lokal, enggak jelas garamnya apa,” terangnya. 

    Sebelumnya, selama ini yang memasok garam farmasi untuk global yaitu produsen kimia global, Dominion Salt. Garam yang digunakan kebanyakan datang dari Australia. Seiring berjalan waktu, pemerintah menyadari pentingnya swasembada dan mengembangkan sentra garam nasional.

    Kendati demikian, potensi pengembangan lahan garam perlu diteliti lebih lanjut, sebab tak semua wilayah mampu membudidayakan garam. Salah satu wilayah dengan topografi yang cocok kuntuk produksi garam saat ini yaitu wilayah Madura. 

    “Garam pangan belum bisa sepenuhnya diproduksi di Indonesia karena keterbatasan lahan dan produktivitas, [sehingga] harus diimpor. Garam farmasi lebih parah lagi, selalu diimpor karena enggak ada yang bisa bikin pabriknya,” tuturnya.

  • Jelang 100 Hari Kinerja Prabowo, Menangkan Gugatan Sawit di WTO

    Jelang 100 Hari Kinerja Prabowo, Menangkan Gugatan Sawit di WTO

    Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memenangkan sengketa dagang akan diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit RI di di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Dunia atau Dispute Settlement Body World Trade Organization/DSB WTO.

    Kemenangan tersebut memberi catatan manis pada 100 hari pertama Prabowo Subianto menjabat sebagai Presiden Indonesia. 

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan pemerintah menyambut baik Putusan Panel WTO pada 10 Januari 2025 lalu pada sengketa dagang terkait kelapa sawit yang telah diperjuangkan beberapa tahun silam.

    “Pemerintah Indonesia menyambut baik Putusan Panel WTO pada sengketa dagang sawit dengan Uni Eropa yang dikaitkan dengan isu perubahan iklim, sebagai dasar agar Uni Eropa tidak sewenang-wenang dalam memberlakukan kebijakan yang diskriminatif,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat (17/1/2025).

    Budi berharap negara mitra dagang lainnya tidak memberlakukan kebijakan serupa yang berpotensi menghambat arus perdagangan global, utamanya sawit.

    Secara umum, Panel WTO menyatakan bahwa Uni Eropa (UE) melakukan diskriminasi dengan memberikan perlakuan yang kurang menguntungkan terhadap biofuel berbahan baku kelapa sawit dari Indonesia dibandingkan dengan produk serupa yang berasal dari UE seperti rapeseed dan bunga matahari. 

    Uni Eropa juga terbukti membedakan perlakuan dan memberikan keuntungan lebih kepada produk sejenis yang diimpor dari negara lain seperti kedelai.

    Selain itu, Panel WTO menilai UE gagal meninjau data yang digunakan untuk menentukan biofuel dengan kategori alih fungsi lahan kelapa sawit berisiko tinggi (high ILUC-risk) serta ada kekurangan dalam penyusunan dan penerapan kriteria serta prosedur sertifikasi low ILUC-risk dalam Renewable Energy Directive (RED) II. 

    Ilustrasi sawitPerbesar

    Oleh karena itu, UE diwajibkan untuk menyesuaikan kebijakan di dalam Delegated Regulation yang dipandang Panel melanggar aturan WTO.

    “Indonesia melihat kebijakan tersebut sebagai bentuk tindakan proteksionisme dengan dalih menggunakan isu kelestarian lingkungan yang sering didengungkan oleh Uni Eropa,” kata Budi Santoso.  Pada Desember 2019, Indonesia menggugat pertama kali UE di WTO dengan nomor kasus DS593: European Union-Certain Measures Concerning Palm Oil and Oil Palm Crop-Based Biofuels. 

    Gugatan mencakup kebijakan RED II dan Delegated Regulation UE, serta kebijakan Prancis yang menjadi hambatan akses pasar kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel. 

    Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kemenangan Indonesia di World Trade Organization/WTO terkait sengketa kelapa sawit membawa titik terang terhadap penyelesian perjanjian dagang IEU CEPA.

    Saat ini, pemerintah tengah menyelesaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa atau Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

    “Dengan kemenangan ini, hambatan yang selama ini menghantui perundingan IEU CEPA ini bisa hilang dan kita dapat segera selesaikan EU CEPA,” ujarnya.

    Perundingan IEU-CEPA mencakup berbagai aspek, antara lain seperti tarif bea cukai, menghilangkan hambatan non-tarif, dan menyederhanakan prosedur kepabeanan untuk memudahkan aliran barang antara kedua wilayah dan lain sebagainya.

    Selain itu, Airlangga menegaskan bahwa kemenangan tersebut turut membuktikan bahwa Eropa terbukti melakukan diskriminasi terhadap produk kelapa sawit dan biodiesel Indonesia. 

    “Sehingga sekarang biodiesel yang kita ambil sebagai sebuah kebijakan, itu mau tidak mau dunia harus menerima. Tidak hanya [mengakui] biodiesel berbasis bunga matahari atau kedelain, tapi juga yang berbasis CPO,” lanjutnya. 

  • Kemendag Siap Hadapi Uni Eropa jika Ajukan Banding Putusan WTO soal Sawit

    Kemendag Siap Hadapi Uni Eropa jika Ajukan Banding Putusan WTO soal Sawit

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengapresiasi keputusan Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) terkait dengan minyak sawit.

    Putusan ini memutuskan bahwa Uni Eropa (UE) terbukti melakukan diskriminasi terhadap bahan bakar nabati (biofuel) berbahan baku minyak sawit asal Indonesia.

    Keputusan ini tertuang dalam laporan hasil putusan panel WTO (panel report) yang disirkulasikan pada 10 Januari 2025. Kementerian Perdagangan Indonesia menyambut positif putusan tersebut dan berharap kebijakan serupa tidak diterapkan oleh mitra dagang lainnya.

    Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan pihaknya mengapresiasi putusan WTO yang menyebut UE mendiskriminasi biofuel berbahan baku minyak sawit 

    “Kami berharap ini justru akan bisa berkontribusi terhadap nilai perdagangan kita secara keseluruhan otomatis dengan jumlah ekspor kita yang semakin meningkat, ketergantungan kita ke impor juga berkurang,” kata Dyah Roro di Kementerian ESDM, Jumat (17/1/2025).

    Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono melihat bahwa keputusan WTO soal biofuel berbahan baku minyak sawit sudah tepat.

    Apalagi, Djatmiko menilai bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa dalam Renewable Energy Directive (RED) II memang diskriminatif terhadap Indonesia.

    Terkait dengan kemungkinan UE bakal melakukan banding, Djatmiko menyebut pemerintah bakal terus melawan banding tersebut.

    “Pemerintah tetap akan lakukan pembelaan kalau Uni Eropa banding,” ujar Djatmiko kepada Bisnis.

    Adapun, Secara umum, Panel WTO menyatakan bahwa Uni Eropa (UE) melakukan diskriminasi dengan memberikan perlakuan yang kurang menguntungkan terhadap biofuel berbahan baku kelapa sawit dari Indonesia dibandingkan dengan produk serupa yang berasal dari UE seperti rapeseed dan bunga matahari.

    Uni Eropa juga terbukti membedakan perlakuan dan memberikan keuntungan lebih kepada produk sejenis yang diimpor dari negara lain seperti kedelai.

    Selain itu, Panel WTO menilai UE gagal meninjau data yang digunakan untuk menentukan biofuel dengan kategori alih fungsi lahan kelapa sawit berisiko tinggi (highILUC-risk) serta ada kekurangan dalam penyusunan dan penerapan kriteria serta prosedur sertifikasi low ILUC-risk dalam Renewable Energy Directive (RED) II.

    Oleh karena itu, UE diwajibkan untuk menyesuaikan kebijakan di dalam Delegated Regulation yang dipandang Panel melanggar aturan WTO.