Category: Bisnis.com Ekonomi

  • Perjalanan Wisnus Sentuh 128 Juta April 2025, Naik 23% YoY

    Perjalanan Wisnus Sentuh 128 Juta April 2025, Naik 23% YoY

    Bisnis.com, PONTIANAK – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Wisnus) pada April 2025 mencapai 128 juta perjalanan. Jumlah tersebut naik, baik secara bulanan maupun tahunan.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan jumlah perjalanan wisnus pada April 2025 naik 44,63% (Month-to-Month/MtM), dan secara tahunan juga naik 23,02% (Year-on-Year/YoY).

    Secara kumulatif, sepanjang Januari-April 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 410,99 juta perjalanan atau naik 15,74% dibanding periode yang sama tahun lalu. 

    Lebih lanjut, BPS mengungkap total keberangkatan wisnus selama masa Idulfitri 1446H/2025M atau periode 24 Maret-7 April 2025.

    Pudji mengatakan pada periode tersebut, total keberangkatan perjalanan wisnus mencapai 77,09 juta perjalanan.

    “Selama periode 24 Maret-7 April 2025, total keberangkatan perjalanan wisnus mencapai 77,089 juta perjalanan,” ungkap Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/5/2025).

    Sementara itu, BPS melaporkan total kepulangan perjalanan wisnus selama periode Idulfitri 1446H/2025M mencapai 72.659.317 atau 72,6 juta perjalanan.

    BPS mengungkap bahwa puncak keberangkatan perjalanan wisnus selama periode tersebut terjadi pada 1 April 2025. Pudji mengatakan, total keberangkatan perjalanan wisnus selama periode ini mencapai 11.665.303 atau 11,6 juta perjalanan.

    Adapun, titik puncak kepulangan perjalanan wisnus terjadi pada 6 April 2025. BPS mencatat titik puncak kepulangan perjalanan wisnus selama periode ini sebanyak 8.380.849 atau 8,38 juta perjalanan.

    “Titik puncak kepulangan perjalanan wisnus terjadi pada 6 April 2025 sebesar 8.380.849 perjalanan,” ungkapnya. 

  • Cabai Rawit hingga Bawang Putih jadi Biang Kerok Deflasi Mei 2025

    Cabai Rawit hingga Bawang Putih jadi Biang Kerok Deflasi Mei 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap cabai rawit, cabai merah, hingga bawang putih menjadi komoditas penyumbang utama deflasi Mei 2025. Sejumlah komoditas itu termasuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi terbesar pada Mei 2025 adalah sebesar 0,41% secara bulanan (month to month/MtM).

    Jika dirinci, Pudji menuturkan deflasi cabai merah dan cabai rawit masing-masing adalah sebesar 26,10% (MtM) dan 30,83% (MtM) pada Mei 2025. Kedua komoditas ini menyumbang andil deflasi sebesar 0,12%.

    “Adapun beberapa komoditas yang menyumbang andil deflasi terbesar dari kelompok ini adalah komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,09% dan deflasi mencapai 14,91% (MtM). Begitu pula dengan deflasi bawang putih yang mencapai 7,82% (MtM) dengan andil deflasi sebesar 0,04%.

    Dia menjelaskan bahwa pola inflasi atau deflasi yang terjadi di setiap Mei 2021—2025 searah dengan inflasi atau deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terlihat pada andil kelompok tersebut di setiap Mei 2021—2025.

    Di sisi lain, BPS juga mengungkap beberapa komoditas seperti tomat, tarif pulsa ponsel, tarif angkutan udara, beras, hingga emas perhiasan memberikan andil inflasi pada Mei 2025.

    “Khusus untuk tarif pulsa ponsel dan tarif angkutan udara, kondisinya kembali ke tarif normal setelah adanya program diskon dari pemerintah dan juga operator penyedia layanan pada periode mudik dan juga pada Nyepi 2025,” terangnya.

    Jika dirinci lebih lanjut, komoditas utama yang menyumbang andil inflasi pada Mei 2025 adalah tomat dengan tingkat inflasi sebesar 12,41% dan andilnya adalah sebesar 0,03%.

    Data BPS juga menunjukkan komoditas beras masih mengalami inflasi dan memberikan andil inflasi pada Mei 2025 sebesar 0,01%. Sementara itu, komoditas dari kelompok lain yang juga menyumbang inflasi adalah emas perhiasan.

    “Komoditas emas perhiasan ini terus mengalami inflasi sejak September 2023,” ungkapnya.

    Pudji mengungkap komoditas emas perhiasan masih mengalami inflasi pada Mei 2025, akan tetapi tingkat inflasi Mei 2025 lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi April 2025. Pada Mei 2025, inflasi emas perhiasan mencapai 0,45% (MtM).

  • Kesejahteraan Petani Naik Tipis Mei 2025, Terpangaruh NTP Harga Cabai – Kelapa Sawit

    Kesejahteraan Petani Naik Tipis Mei 2025, Terpangaruh NTP Harga Cabai – Kelapa Sawit

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi di level 121,15 pada Mei 2025. Adapun pada April 2025 angkanya hanya mencapai 121,06.

    Sekadar informasi, nilai tukar petani (NTP) adalah indikator yang mengukur kemampuan daya beli petani di pedesaan, menunjukkan seberapa baik mereka bisa bertukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang dibutuhkan.

    NTP dihitung dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib).

    NTP Naik menunjukkan bahwa harga hasil panen petani naik lebih cepat daripada harga barang-barang yang mereka beli. Ini berarti petani memiliki lebih banyak daya beli.

    Adapun mengenai kenaikan NTP April 2025, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,24% mtm, dari 150,19 pada April 2025 menjadi 149,84 pada Mei 2025.

    Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) turun lebih dalam, yaitu sebesar 0,31% mtm. Angkanya menjadi 123,68 dari bulan sebelumnya di level 124,07.

    “Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani nasional adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kelapa sawit,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Jika dilihat berdasarkan subsektor, Pudji mengungkap subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam adalah subsektor tanaman hortikultura (NTPH). Subsektor ini mengalami penurunan NTP sebesar 8,07% secara bulanan.

    “Hal ini karena It turun 8,36%, lebih dalam dari penurunan Ib yang sebesar 0,31%,” ujarnya.

    Sementara itu, komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kentang.

    Data BPS juga menujukkan, nilai tukar nelayan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,06%. Hal ini lantaran It turun 0,27% dan lebih dalam dari penurunan Ib yang sebesar 0,22%.

    “Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It untuk nilai tukar nelayan adalah tongkol, selar, ketamba, dan juga cakalang,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia tercatat sebesar 121,06 poin pada April 2025. Nilainya turun 2,15% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 123,72 poin.

    Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, NTP Indonesia pada April 2025 masih lebih tinggi 3,66%. Tercatat, pada April 2024, NTP Indonesia adalah sebesar 116,79 poin.

    Penurunan NTP pada bulan lalu ini terjadi seiring dengan penurunan indeks harga yang diterima oleh petani (lt) sebesar 1,35% menjadi 150,19 poin dari 152,24 poin. Sementara itu, indeks harga yang dibayar oleh petani (lb) mengalami kenaikan 0,82% menjadi 124,07 poin dari 123,05 poin.

  • BPS: Harga Beras di Tingkat Grosir hingga Eceran Kompak Naik pada Mei 2025

    BPS: Harga Beras di Tingkat Grosir hingga Eceran Kompak Naik pada Mei 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran kompak mengalami kenaikan secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei 2025.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan rata-rata harga beras di penggilingan naik 2,37% yoy menjadi Rp12.733 per kilogram pada Mei 2025.

    Namun jika dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan turun tipis 0,01% secara bulanan (mont-to-month/mtm) sebesar Rp12.634 per kilogram pada April 2025.

    “Dan jika kita lihat menurut kualitas beras di penggilingan, beras premium turun 0,35% secara mtm dan naik 0,01% secara yoy. Sementara beras medium naik 0,17% secara mtm dan naik 4,18% secara yoy,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Adapun jika menengok data beras di tingkat grosir, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,05% mtm dan terjadi inflasi sebesar 2,07% yoy.

    Data BPS menunjukkan rata-rata harga beras di tingkat grosir naik dari Rp13.728 per kilogram pada April 2025 menjadi Rp13.735 per kilogram pada Mei 2025.

    Selain itu, rata-rata harga beras juga naik di tingkat eceran dengan inflasi sebesar 0,20% mtm dan inflasi sebesar 2,46% yoy.

    Tercatat, rata-rata harga beras di tingkat eceran naik menjadi Rp14.784 per kilogram pada Mei 2025, dari bulan sebelumnya yang hanya di level Rp14.754 per kilogram.

    Lebih lanjut, Pudji menjelaskan bahwa rata-rata harga beras ini telah mencakup berbagai jenis kualitas dan harga beras di Tanah Air.

    “Sebagai informasi, harga beras yang kami sampaikan ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan juga mencakup harga beras di seluruh wilayah di Indonesia,” tandasnya.

  • Tukar Dolar AS di India Bikin Tambah Kaya, Nilai Tukar Rupee Diprediksi Makin Memburuk

    Tukar Dolar AS di India Bikin Tambah Kaya, Nilai Tukar Rupee Diprediksi Makin Memburuk

    Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupee India terhadap dolar Amerika Serikat tercatat terus melemah. Kondisi ini menyebabkan rupee sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia pada kuartal ini dan diperkirakan masih akan tertinggal dari mata uang regional lainnya hingga akhir tahun nanti.

    Dikutip dari Bloomberg, Senin (2/6/2025), analis menilai tekanan terhadap rupee seiring upaya bank sentral India, Reserve Bank of India (RBI) berusaha menjaga stabilitas cadangan devisanya. Terpantau net short forwards RBI turun menjadi sekitar US$73 miliar per April, dari posisi tertinggi sepanjang masa US$88,8 miliar pada Februari. Penurunan ini mengindikasikan pembayaran dolar dalam jumlah besar yang dapat menguras cadangan devisa India.

    Net short forwards sendiri adalah data yang yang mencerminkan jumlah dolar AS yang dijadwalkan untuk dijual di masa depan.

    “RBI kemungkinan akan membeli dolar untuk menjaga cadangan devisa, sehingga nilai tukar rupee bisa melemah ke 86,50 per dolar AS pada akhir Desember,” tulis analis IDFC First Bank Ltd. dikutip dari Bloomberg.

    Sementara Commerzbank AG memperkirakan nilai tukar rupee dapat mencapai 87,50 per dolar pada akhir 2025 nanti.

    Pada Senin (2/6/2025), rupee sempat menguat tipis 0,2% ke level 85,40 per dolar, setelah data pemerintah menunjukkan pertumbuhan ekonomi India mencapai 7,4% pada kuartal terakhir, melebihi ekspektasi pasar.

    Namun begitu, rupee tetap tertinggal dibanding mata uang negara berkembang Asia lainnya yang menguat di tengah pelemahan dolar AS. “Rupee berada di jalur untuk berkinerja buruk bahkan ketika dolar melemah,” tulis analis Barclays Bank Plc, termasuk Mitul Kotecha, dalam catatan riset mereka.

    Para analis memperkirakan RBI akan lebih fokus pada menumpuk ulang cadangan devisa dan membiarkan kontrak forward-nya jatuh tempo secara alami, ketimbang mempertahankan posisi aktif di pasar. “Menjaga posisi forward justru berisiko menguras cadangan,” kata Gaura Sen Gupta, kepala ekonom IDFC First Bank.

    Cadangan devisa India saat ini berada di kisaran US$693 miliar per 23 Mei, menurun dari rekor tertinggi US$705 miliar yang tercatat pada September tahun lalu. Data RBI mencatat, posisi short forwards dolar jangka pendek hingga tiga bulan mencapai US$15 miliar, sedangkan untuk tenor tiga bulan hingga satu tahun mencapai US$37,8 miliar.

    Menurut Vikas Jain, kepala perdagangan pendapatan tetap, mata uang, dan komoditas di Bank of America India, otoritas moneter India cenderung hanya akan melakukan intervensi di pasar valuta asing dalam kisaran ekstrem nilai tukar 84–87 per dolar AS.

    Pasar kini menantikan kebijakan suku bunga RBI yang akan diumumkan pada 6 Juni mendatang. Commerzbank AG memperkirakan bank sentral India berpotensi memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam upaya menjaga daya dorong ekonomi.

  • Neraca Dagang April 2025: AS Sumbang Surplus Terbesar, China Defisit Terdalam

    Neraca Dagang April 2025: AS Sumbang Surplus Terbesar, China Defisit Terdalam

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat Amerika Serikat masih menjadi negara penyumbang surplus perdagangan terbesar dengan Indonesia selama Januari—April 2025. Sebaliknya, China menjadi negara penyumbang defisit perdagangan dengan Indonesia pada periode yang sama.

    Deputi Statistik bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini merincikan AS menyumbang surplus dagang non-migas hingga US$6,42 miliar selama Januari—April 2025.

    “Didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya atau HS 85 [surplus US$1,25 miliar], kemudian alas kaki atau HS 64 [US$838,4 juta], kemudian pakaian dan aksesoris/rajutan atau HS 61 [US$801,4 juta],” jelas Pudji dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).

    Di posisi kedua ada India, yang menyumbang surplus dagang non-migas dengan total US$4 miliar selama Januari—April 2025. Komoditas utama pendorong surplus itu adalah bahan bakar mineral (US$2,03 miliar), lemak dan minyak hewani/nabati (US$805 juta), serta besi dan baja (US$398,4 juta).

    Di posisi ketiga ada Filipina, yang menyumbang surplus dagang non-migas hingga US$2,92 miliar selama Januari—April 2025. Komoditas utama pendorong surplus dagang itu yaitu kendaraan dan bagiannya (US$904,2 juta), bahan bakar mineral (US$751,3 juta), serta lemak dan minyak hewani/nabati (US$326,2 juta).

    Sebaliknya, Pudji juga memaparkan tiga negara penyumbang defisit dagang terbesar dengan Indonesia selama Januari—April 2025. BPS mencatat, China ada di urutan pertama dengan total defisit dagang non-migas hingga US$6,9 miliar.

    “Ini didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 [defisit US$5,72 miliar], mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian atau HS 85 [US$5,2 miliar], serta kendaraan dan bagiannya atau HS 87 [US$1,38 miliar],” ujar Pudji.

    Di posisi kedua ada Australia, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$1,57 miliar. Komoditas utama pendorong defisit dagang dengan Australia yaitu bahan bakar mineral (US$441,2 juta), serealia (US$435,1 juta), serta logam mulia dan perhiasan/permata (US$329,8 juta).

    Di posisi ketiga ada Hongkong, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$485,5 juta. Komoditas utama pendorong defisit itu adalah logam mulia dan perhiasan/permata (US$329,4 juta), kain rajutan (US$56,8 juta), serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (US$49,3 juta).

    Surplus Neraca Perdagangan Terendah sejak Mei 2020

    Adapun secara keseluruhan, BPS mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus US$160 juta per April 2025.

    Pudji menjabarkan bahwa Indonesia mencatatkan ekspor senilai US$20,74 miliar atau naik 5,76% (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai US$20,59 miliar. Alhasil, surplus neraca perdagangan April 2025 susut jadi US$160 juta.

    “Pada April 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$0,16 miliar dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji.

    Meskipun mencatatkan rekor 60 bulan berturut-turut, rupanya data April 2025 itu menjadi surplus neraca perdagangan terendah sejak Mei 2020.

    Tidak hanya itu, surplus neraca perdagangan juga berada di bawah proyeksi para ekonom. Berdasarkan konsensus proyeksi 22 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada April 2025 diproyeksikan sebesar US$2,85 miliar.

    Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai US$4,33 miliar.

    Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini dengan angka US$4 juta.

    Adapun Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan surplus dagang mencapai US$2,7 miliar pada April 2025, menurun dari realisasi US$4,33 miliar pada bulan sebelumnya.

    Asmo mengungkapkan penurunan surplus dagang tersebut sejalan. Dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga komoditas.

    “Namun demikian, kami masih memperkirakan bahwa antisipasi pelaku usaha terhadap penundaan tarif resiprokal pada April diperkirakan menjadi faktor utama yang mendorong ekspor tetap tumbuh positif,” jelas Asmo dalam keterangannya.

  • BPS: Nilai Ekspor CPO Naik 20% Januari-April 2025

    BPS: Nilai Ekspor CPO Naik 20% Januari-April 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor komoditas unggulan, yakni minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya mengalami kenaikan hingga 20% secara kumulatif sepanjang Januari—April 2025.

    Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan bahwa nilai ekspor komoditas nonmigas unggulan meningkat kecuali batu bara pada Januari—April 2025.

    Berdasarkan data BPS, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$7,05 miliar pada Januari—April 2025. Angkanya naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$5,87 miliar.

    “[Sepanjang Januari—April 2025] nilai ekspor besi dan baja naik 6,62% secara kumulatif, kemudian nilai ekspor batubara turun 19,74% secara kumulatif, dan nilai ekspor CPO dan turunannya naik 20,00% secara kumulatif,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Data BPS menunjukkan, total volume ekspor CPO dan turunannya hanya mencapai 6,41 juta ton pada Januari—April 2025, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 6,78 juta ton.

    Sementara itu, dari sisi harga CPO dan turunannya di tingkat global pada Januari—April 2025 adalah US$1.099,82 per ton. Nilainya naik 26,54% dari Januari—April 2024 yang hanya mencapai US$869,16 per ton.

    BPS juga mencatat nilai ekspor besi dan baja mengalami kenaikan sebesar 6,62% secara kumulatif pada Januari—April 2025. Nilainya naik dari US$8,26 miliar pada Januari—April 2024 menjadi US$8,81 miliar pada periode yang sama di tahun ini.

    Adapun, komoditas besi dan baja mencatatkan share 10,67% pada Januari—April 2025. Dari sisi lain, total volume besi dan baja naik 5,38% secara kumulatif dari 6,86 juta ton menjadi 7,23 juta ton.

    Kemudian, dari sisi harga besi dan baja di tingkat global adalah US$1.205,13 per ton pada Januari—April 2024 menjadi US$1.217,82 per ton pada Januari—April 2025, atau naik 1,05%.

    Di sisi lain, nilai ekspor batu bara justru turun 9,89% secara kumulatif, yakni dari US$10,18 miliar pada Januari—April 2024 menjadi US$8,17 miliar pada Januari—April 2025, sedangkan untuk kontribusi pada komoditas ini adalah 9,89%.

    Dari sisi volume, komoditas batu bara turun 5,79% dari 130 juta ton pada Januari—April 2024 menjadi 122,76 juta ton pada Januari—April 2025. Untuk rata-rata nilainya juga turun 14,92% dari US$78,2 per ton menjadi US$66,53 per ton.

    Secara keseluruhan, BPS mencatat total ketiga komoditas unggulan ini memberikan share sekitar 29,10% dari total ekspor nonmigas indonesia pada Januari—April 2025.

  • Kementan Prediksi Kebutuhan Hewan Kurban Tahun Ini Naik 1,98%

    Kementan Prediksi Kebutuhan Hewan Kurban Tahun Ini Naik 1,98%

    Bisnis.com, PONTIANAK – Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan kebutuhan hewan kurban nasional tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. Kendati begitu, ketersediaan hewan kurban nasional tercatat mengalami surplus tahun ini.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menyampaikan, kebutuhan hewan kurban diperkirakan mencapai 2,07 juta ekor. 

    “Kebutuhan hewan kurban nasional pada 2025 diperkirakan mencapai 2.074.269 ekor, meningkat 1,98% dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkap Agung dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (2/6/2025).

    Selain kebutuhan nasional yang mengalami peningkatan, Agung menyebut bahwa ketersediaan hewan kurban nasional tercatat mencapai 3,21 juta ekor. Dengan demikian, kata dia, terdapat surplus sekitar 1,14 juta ekor hewan kurban.

    Kendati pasokan hewan kurban mencukupi, Agung meminta semua pihak untuk tetap waspada terhadap penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lumpy Skin Disease (LSD), dan antraks. Sejalan dengan hal itu, Kementan juga telah menerbitkan surat edaran kewaspadaan terhadap zoonosis menjelang Iduladha.

    Di samping itu, Agung juga mengimbau agar hewan kurban yang tidak terjual, tidak dikembalikan ke daerah asal. Alih-alih mengembalikan ke daerah asal, pemerintah meminta agar hewan kurban tersebut dipotong di rumah potong hewan (RPH) atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah potensi penyebaran penyakit.

    “…mengimbau agar hewan kurban yang tidak terjual tidak dikembalikan ke daerah asal, melainkan dipotong di RPH atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah potensi penyebaran penyakit,” imbaunya. 

    Di sisi lain, Ditjen PKH melaporkan bahwa kebutuhan sapi kurban Bantuan Kemasyarakatan (Banmas) Presiden tahun ini mencapai 756 ekor. Nantinya, sapi kurban tersebut akan didistribusikan ke 38 masjid provinsi, 514 masjid kabupaten/kota, masjid Istana Presiden di daerah, masjid sekitar kediaman Presiden, serta organisasi masyarakat Islam.

    Pekan lalu, Kementan telah melepas sebanyak 9.743 petugas pemantau hewan kurban untuk memastikan pelaksanaan kurban di seluruh Indonesia berjalan sesuai prinsip Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH).

    Agung menuturkan, pelaksanaan pengawasan hewan kurban tahun ini akan fokus pada pemeriksaan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem, legalitas tempat pemotongan, serta jaminan penerapan prinsip Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan (Kesrawan).

    “Kami ingin memastikan hewan kurban sehat, bebas dari penyakit, dan proses penyembelihan memenuhi prinsip kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan,” ujarnya.

  • Prabowo Mau Beri Diskon Tarif Listrik 50%, Bos PLN Bilang Begini

    Prabowo Mau Beri Diskon Tarif Listrik 50%, Bos PLN Bilang Begini

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) menanggapi rencana pemerintah untuk menerapkan diskon tarif listrik 50% pada periode Juni-Juli 2025. Perseroan juga berkomitmen mengikuti arahan pemerintah. 

    Direktur PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya akan mempersiapkan diri untuk menjalankan amanah dari pemerintah, termasuk berkenaan diskon tarif listrik. 

    “Kami siap menjalankan arahan dari pemerintah,” kata Darmawan saat ditemui di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Jakarta, Senin (2/6/2025). 

    Adapun, rencana pemberian diskon tarif listrik 50% untuk Juni-Juli 2025 pertama kali dilontarkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Potongan harga itu akan menyasar 79,3 juta rumah tangga dengan daya listrik di bawah 1.300 volt ampere (VA).

    Diskon tarif listrik 50% ini bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya, pemerintah pernah menerapkan kebijakan yang sama untuk periode Januari-Februari 2025.

    Namun, pada periode Januari-Februari diskon listrik diberikan kepada 81,4 juta pelanggan PLN dengan daya di bawah 2.200 VA.

    Sama dengan alasan periode sebelumnya, pemberian diskon listrik pada kuartal II/2025 ini merupakan bagian dari kebijakan stimulus ekonomi yang disiapkan pemerintah. Kebijakan ini demi menjaga daya beli masyarakat dan menggerakkan perekonomian nasional, terutama selama periode libur sekolah di bulan Juni–Juli 2025.

    “Stimulus ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua. Jadi momentum ini kita manfaatkan untuk membuat beberapa program. Nah, ini beberapa program yang disiapkan tentunya untuk mendorong pertumbuhan melalui apa yang bisa ditingkatkan melalui konsumsi,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dikutip dari siaran pers, Minggu (25/5/2025).

    Kendati demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengaku belum mengetahui rencana pemberian diskon tarif listrik 50% selama Juni-Juli 2025.

    Dia menuturkan, kebijakan pemerintah terkait diskon seharusnya ada pembahasan dengan Kementerian ESDM. Namun, Bahlil mengaku belum mendapat laporan resmi terkait kebijakan tersebut.

    “Saya nggak tahu apakah di [tim] teknis sudah ada [bahasan] atau belum, saya belum tahu. Yang jelas sampai hari ini saya belum mendapat laporan itu, ya. Itu saja,” kata bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin(27/5/2025).

    Bahlil mengatakan, pihaknya bakal mempelajari terlebih dahulu kebijakan diskon tarif listrik itu. Menurutnya, jangan sampai kebijakan tersebut juga malah merugikan negara.

  • Trump Klaim AS Dekati Kesepakatan Nuklir dengan Iran

    Trump Klaim AS Dekati Kesepakatan Nuklir dengan Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim kesepakatan nuklir dengan Iran berpeluang segera terwujud. 

    Pada konferensi pers di Gedung Putih, Sabtu (31/5/2025), Trump menyebut Iran lebih memilih untuk bernegosiasi dengan AS terkait dengan senjata nuklir yang dimiliki. 

    “Saya pikir kita berpeluang membuat kesepakatan dengan Iran. Mereka tidak mau dihancurkan, mereka lebih memilih untuk membuat kesepakatan,” ujar Trump di Gedung Putih AS, Washington DC, dikutip dari YouTube Gedung Putih, Minggu (1/6/2025). 

    Menurutnya, kesepakatan antara kedua negara bisa segera terwujud. Dia menilai kesepakatan bisa terwujud tanpa harus adanya ledakan-ledakan bom terus-terusan terjadi di kawasan Timur Tengah. 

    Presiden ke-45 dan ke-47 AS itu mengatakan, dia menginginkan agar Iran menjadi negara yang berhasil dan aman, tanpa kepemilikan senjata nuklir.

    “Biarkan Iran menjadi negara yang hebat, tetapi mereka tidak bisa memiliki senjata nuklir. Itu adalah hal yang sangat sederhana, dan saya pikir kita sangat dekat untuk mencapai kesepakatan dengan Iran,” ujarnya. 

    Sejauh ini, AS khawatir bahwa Iran berpotensi mengembangkan senjata nuklir dan memicu perang kawasan di Timur Tengah, serta mengancam Israel. 

    Sementara itu, Republik Islam Iran berharap agar dibebaskan dari sanksi dari Negeri Paman Sam itu. 

    Dilansir Reuters, delegasi dari kedua negara telah bertemu di Roma pekan lalu untuk membicarakan soal kesepakatan nuklir. 

    Diskusi berlangsung dalam beberapa tahapan, di mana Iran dan AS sama-sama memiliki ketegasan sikap. 

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araqchi menyebut terdapat kemajuan dalam pembahasan kesepakatan setelah Oman mengajukan sejumlah proposal. 

    “Proposal dan solusi akan dikaji kembali di masing-masing ibu kota negara [Washington dan Tehran] dan pembicaraan-pembicaraan selanjutnya akan dijadwalkan demikian,” kata Abbas di stasiun televisi milik negara, seperti diberitakan Reuters. 

    Adapun berdasarkan data The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), terdapat 12.331 hulu ledak nuklir yang dimiliki oleh 9 negara di dunia. AS, sebagai salah satu negara dengan kepemilikan hulu ledak terbanyak, diketahui memiliki 5.277 hulu ledak. 

    Kendati demikian, jumlah hulu ledak yang dimiliki AS masih kalah dari Rusia yaitu 5.449 buah hulu ledak. 

    Setelah Rusia dan AS, negara-negara yang memiliki hulu ledak nuklir yaitu China (600), Prancis (290), Inggris (225), Pakistan (180), India (170), Israel (90) dan Korea Utara (50).