Category: Bisnis.com Ekonomi

  • Perhapi: Mandatory B50 Bakal Kerek Signifikan Beban Operasi Penambang

    Perhapi: Mandatory B50 Bakal Kerek Signifikan Beban Operasi Penambang

    Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai rencana penerapan bahan bakar biodiesel B50 akan meningkatkan beban biaya operasional sektor pertambangan secara signifikan. 

    Ketua Umum Perhapi Sudirman Widhy mengatakan, selain harga yang lebih tinggi, penggunaan B50 juga berpotensi menimbulkan persoalan teknis pada peralatan tambang.

    Harga biodiesel B50 secara umum diperkirakan akan lebih mahal sekitar 10% dibandingkan B40 karena komponen FAME (fatty acid methyl ester), bahan baku biodiesel, memiliki harga lebih tinggi daripada solar murni. 

    Terlebih, konsumsi bahan bakar juga akan meningkat sekitar 3–5% dibandingkan B40 sehingga memperbesar ongkos operasional.

    “Concern utama dari para pengusaha tambang, terutama yang mengoperasikan peralatan besar adalah penggunaan B50 akan menambah biaya perawatan [maintenance] peralatan pertambangan cukup besar,” kata Sudirman kepada Bisnis, Rabu (5/11/2025). 

    Menurut dia, dampak penggunaan biodiesel di sektor tambang perlu dievaluasi lebih dulu sebelum pemerintah melanjutkan ke tahap B50. 

    Sejumlah perusahaan tambang telah melaporkan kenaikan biaya signifikan sejak penerapan B40, termasuk hangusnya garansi pabrik untuk peralatan baru karena bahan bakar tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi mesin yang direkomendasikan produsen.

    Untuk itu, kebijakan B50 harus dikaji secara menyeluruh karena tidak memberikan manfaat langsung bagi industri tambang, melainkan hanya menambah beban biaya. 

    Menurut Sudirman, jika alasan utamanya adalah pengurangan emisi, maka perlu ada perhitungan yang jelas dan terukur terkait manfaat lingkungan yang dihasilkan.

    “Kalau dianggap lebih ramah lingkungan, maka kita harus bisa mengklaim berapa besar emisi yang bisa direduksi dengan penggunaan B50 dibandingkan solar murni,” terangnya.

    Di sisi lain, dia juga menyoroti potensi dampak kebijakan ini terhadap rantai pasok industri sawit dalam negeri. Menurutnya, alokasi minyak sawit mentah (CPO) untuk kebutuhan biodiesel dapat mengurangi peluang ekspor bagi produsen maupun petani sawit. 

    “Produsen dan petani sawit pun menolak kebijakan B50 dengan alasan hilangnya potensi ekspor karena harus dialokasikan untuk kebutuhan biosolar di dalam negeri,” pungkasnya.

  • Pertanian Jadi Penggerak Utama Ekonomi, Sumbang 14,35% PDB RI

    Pertanian Jadi Penggerak Utama Ekonomi, Sumbang 14,35% PDB RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan kembali menegaskan perannya sebagai penopang utama perekonomian nasional, dengan kontribusi mencapai 14,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan III-2025. Angka ini meningkat dari 13,83 persen pada triwulan sebelumnya, menempatkan pertanian sebagai kontributor terbesar kedua setelah industri pengolahan, sekaligus menunjukkan ketahanan sektor ini di tengah tantangan ekonomi global.

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis 5 November 2025, nilai PDB sektor pertanian pada triwulan III-2025 mencapai Rp869,4 triliun (harga berlaku), naik dari Rp822,6 triliun pada triwulan II-2025. Secara riil, sektor pertanian tumbuh 3,32 persen (q-to-q) dan 4,93 persen (y-on-y), dengan pertumbuhan kumulatif 5,37 persen (c-to-c) dibandingkan periode yang sama tahun lalu

    Kinerja positif ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas pertanian mulai membuahkan hasil. Program modernisasi alat dan mesin pertanian, perbaikan irigasi, serta perluasan areal tanam turut menopang peningkatan output sektor ini.

    Secara spasial, pertumbuhan ekonomi daerah yang kuat di Sulawesi (5,84 persen), Jawa (5,17 persen), dan Sumatera (4,90 persen) juga menunjukkan peran besar wilayah-wilayah sentra pangan terhadap stabilitas ekonomi nasional

    Dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor barang dan jasa meningkat 9,91 persen (y-on-y), hal ini sejalan dengan upaya hilirisasi pertanian dan peningkatan daya saing komoditas ekspor seperti kelapa sawit, kopi, dan hasil hortikultura yang terus dikembangkan.

    Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) menilai capaian ini sebagai bukti nyata bahwa pertanian kini bukan hanya penyedia pangan, tetapi juga penggerak utama ekonomi rakyat.

    “Kita tidak boleh hanya berpikir menanam dan panen. Pertanian harus memberi nilai tambah. Kita dorong hilirisasi dan ekspor agar petani menikmati hasil yang lebih besar,” ujar Mentan Amran.

    Dengan kontribusi yang terus meningkat, sektor pertanian tidak hanya menjaga ketahanan pangan nasional, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

  • Kejar Target Pertumbuhan 5,2%, Ekonom Dorong Pemerintah Lebih Ekspansif

    Kejar Target Pertumbuhan 5,2%, Ekonom Dorong Pemerintah Lebih Ekspansif

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Faisal Rachman mendorong pemerintah lebih ekspansif pada sisa akhir tahun, usai pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 hanya capai 5,03%.

    Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87% pada kuartal I/2025 dan 5,12% pada kuartal II/2025. Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi capai 5,2% sepanjang tahun. Agar target tersebut bisa tercapai, ekonomi pada kuartal IV/2025 harus tumbuh minimal 5,77%.

    Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2025 tidak akan capai target. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun masih bisa tetap berada di kisaran 5,0%—5,1% apabila pemerintah lebih ekspansif pada akhir tahun ini.

    “Penting mempertahankan kebijakan ekonomi yang bersifat ekspansif, terutama melalui percepatan belanja pemerintah, khususnya pada sektor-sektor produktif yang memiliki efek pengganda tinggi,” ujar Faisal dalam keterangannya, Rabu (5/11/2025) 

    Selain itu, prospek konsumsi rumah tangga diperkirakan membaik seiring perbaikan pasar tenaga kerja dan inflasi yang tetap terkendali. Dia melihat stabilitas harga dan meningkatnya pendapatan riil masyarakat akan memperkuat daya beli, terutama di segmen menengah.

    Dari sisi investasi, Faisal melihat prospek yang lebih positif dibandingkan paruh awal 2025. Penurunan suku bunga kebijakan global dan domestik diproyeksikan akan menurunkan biaya pendanaan dan meningkatkan kepercayaan investor untuk berekspansi.

    Meski demikian, Faisal mengingatkan bahwa kenaikan impor barang modal dapat meningkat kembali seiring pemulihan investasi.

    Lebih lanjut, dia menilai ekspor Indonesia masih akan menghadapi tantangan eksternal, terutama akibat perang dagang yang berlanjut dan perlambatan ekonomi China. Kendati demikian, tekanan terhadap ekspor diperkirakan mulai berkurang seiring pelonggaran sikap AS terhadap negosiasi dagang dan upaya diversifikasi pasar ekspor oleh pemerintah.

    Selain itu, upaya diversifikasi negara mitra dagang lewag perjanjian-perjanjian perdagangan baru dan pemulihan harga komoditas utama juga bisa membantu performa ekspor.

    Sementara pada tahun depan, risiko makroekonomi diperkirakan relatif sama dengan 2025: tekanan utama berasal dari faktor eksternal seperti geopolitik, perdagangan global, dan pemulihan ekonomi China yang lambat.

    Hanya saja, secara umum, kondisi global yang cenderung stagnan akan menekan inflasi dunia dan membuka ruang bagi penurunan suku bunga lanjutan, yang dapat mendorong arus modal masuk ke pasar berkembang termasuk Indonesia.

    Faisal pun melihat stabilitas politik dan makroekonomi akan menjadi kunci pada periode mendatang. Pemerintah dinilai masih memiliki ruang untuk memperluas kebijakan fiskal dan moneter, namun harus tetap berhati-hati.

    “Karena defisit transaksi berjalan berpotensi melebar di tengah friksi perdagangan dan defisit fiskal dapat meningkat akibat kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan,” ungkap Faisal.

    Perkembangan Kuartal III/2025

    Faisal turut merincikan perkembangan indikator-indikator pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025, sepeti yang dirilis Badan Pusat Statistik pada hari ini, Rabu (5/11/2025).

    Dari sisi pengeluaran, pertama ada konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi lebih dari separuh terhadap produk domestik bruto (PDB). Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89% secara tahunan (year on year/YoY), sedikit menurun dari 4,97% YoY pada kuartal sebelumnya.

    Menurutnya, normalisasi konsumsi terjadi setelah lonjakan musiman pada kuartal II akibat perayaan keagamaan dan musim libur. Secara kuartalan, perlambatan terutama terlihat pada komponen konsumsi yang terkait rekreasi dan mobilitas.

    Transportasi dan komunikasi tumbuh 6,41% YoY, melambat dari 6,48% YoY. Kemudian, restoran dan hotel tumbuh 6,32% YoY, turun dari 6,77% yoy.

    Peralatan rumah tangga juga melambat cukup signifikan menjadi 3,74% YoY dari 4,34% YoY, mencerminkan penurunan permintaan barang tahan lama.

    Sebaliknya, sebagian komponen menunjukkan perbaikan. Konsumsi pakaian meningkat menjadi 4,21% YoY dari 2,91% YoY, didorong oleh awal tahun ajaran baru dan meningkatnya aktivitas ritel daring.

    Dari sisi pembentukan modal tetap bruto atau investasi, pertumbuhan investasi melambat tajam menjadi 5,04% YoY dari 6,99% YoY pada kuartal II/2025.

    Investasi bangunan dan struktur tumbuh hanya 3,02% YoY, turun dari 4,89% YoY seiring penurunan konsumsi semen dan beralihnya fokus pemerintah dari pembangunan infrastruktur ke program peningkatan sumber daya manusia.

    Sementara itu, investasi mesin dan peralatan tetap menjadi segmen tercepat dengan pertumbuhan 17,00% YoY, menurun dari 24,58% YoY sejalan dengan penurunan impor barang modal.

    Kemudian Faisal menjelaskan komponen pengeluaran pemerintah menjadi sumber pertumbuhan baru pada periode ini. Konsumsi pemerintah tumbuh 5,49% YoY, berbalik dari kontraksi 0,33% YoY di kuartal sebelumnya.

    Menututnya, pemulihan ini mencerminkan pergeseran kebijakan fiskal ke arah ekspansif, setelah sebagian anggaran yang sebelumnya ditahan kembali dicairkan sejak pertengahan tahun. Hingga 22 September 2025, pemerintah telah merealisasikan pencairan Rp168,5 triliun dari total Rp256,1 triliun dana cadangan anggaran, mempercepat realisasi proyek dan belanja sosial.

    Sedangkan ekspor-impor juga mencatatkan surplus neraca perdagangan, meski keduanya sama-sama melambat. Ekspor tumbuh 9,91% YoY, turun dari 10,95% YoY; sedangkan impor turun tajam menjadi 1,18% YoY dari 11,65% YoY.

    Dia mencatat perlambatan ekspor mencerminkan normalisasi pasca percepatan pengiriman (front-loading) sebelum penerapan tarif timbal balik oleh Amerika Serikat pada Agustus 2025. Sementara itu, impor melemah karena penurunan investasi dan berakhirnya musim haji serta libur sekolah, yang menekan impor jasa perjalanan.

    Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruh sektor mencatatkan pertumbuhan positif. Sektor pendidikan tumbuh paling tinggi 10,59% YoY, diikuti jasa perusahaan sebesar 9,94% YoY, ditopang awal tahun ajaran baru dan meningkatnya aktivitas wisata domestik.

    Manufaktur yang masih menjadi penopang utama ekonomi dengan pertumbuhan 5,54% YoY, sedikit menurun dari 5,68% YoY. Industri logam dasar tumbuh kuat 18,62% YoY, sedangkan makanan dan minuman meningkat ke 6,49% YoY, didukung oleh permintaan global atas CPO, baja, dan mesin listrik.

    Sebaliknya, subsektor tekstil dan produk kayu tertekan akibat penerapan tarif timbal balik oleh AS, masing-masing hanya tumbuh 0,93% YoY dan -9,60% yoy.

    Pertanian melonjak menjadi 4,93% YoY dari 1,65% YoY. Sementara pertambangan terkontraksi 1,98% YoY karena menurunnya produksi batu bara.

  • BILA 2025: Pelni Sabet Penghargaan Excellence in Tol Laut Service Innovation

    BILA 2025: Pelni Sabet Penghargaan Excellence in Tol Laut Service Innovation

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni menyabet penghargaan Excellence in Tol Laut Service Innovation di ajang Bisnis Indonesia Logistic Award (BILA) 2025.
     
    Pelni meraih penghargaan untuk kategori tersebut atas kinerjanya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mampu melakukan terobosan dan inovasi dalam layanan penumpang maupun angkutan barang melalui program Tol Laut yang mampu mendorong kegiatan ekonomi kawasan.
     
    Penghargaan dalam ajang BILA 2025 untuk kategori BUMN dan anak usaha BUMN diserahkan langsung oleh Direktur dan Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Group Maria Y Benyamin kepada Direktur Utama PT Pelni Tri Andayani pada malam puncak Bisnis Indonesia Logistic Award (BILA) 2025 yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu (5/11/2025).
     
    Penghargaan BILA merupakan bentuk apresiasi dari Bisnis Indonesia Group kepada sektor transportasi dan logistik yang dinilai memiliki kinerja andal dan efisien serta berperan dalam mendorong perekonomian nasional.
     
    Bertindak selaku Ketua Dewan Juri BILA 2025 adalah Carmelita Hartoto yang juga Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA).
     
    Dalam sambutannya, Carmelita memberikan apresiasi atas peran Bisnis Indonesia Group dalam mengawal industri transportasi dan logistik sejak pertama kali terbit.
     
    Ajang BILA pertama kali digelar pada 2022 dan berlangsung secara konsisten setiap tahun dengan menghadirkan beragam inovasi dan tolok ukur penilaian untuk menggali perusahaan di sektor transportasi dan logistik terbaik.
     
    Pada Oktober lalu, Pelni menjalin kerja sama strategis dalam memperluas jaringan bisnis keagenan kapal sekaligus memperkuat peran Pelni sebagai mitra resmi Pemerintah di sektor pelayaran wisata.
     
    Pelni bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses pemeriksaan keimigrasian, memperkuat kualitas layanan keagenan kapal, serta mendorong pertumbuhan sektor pelayaran wisata nasional yang berdaya saing internasional.
     
    Pelni juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Pertamina International Shipping tentang kerja sama strategis dalam bisnis dry bulk, liquid bulk, dan peluang usaha lainnya. (*)

  • Pertamina International Shipping hingga HK Infrastruktur Sabet BILA 2025

    Pertamina International Shipping hingga HK Infrastruktur Sabet BILA 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis Indonesia Logistik Award (BILA) 2025 memberikan penghargaan kepada perusahaan logistik dan pendukungnya untuk kategori BUMN dan anak usaha BUMN. 

    Malam penghargaan yang berlangsung di Hotel Borobudur, Rabu (5/11/2025) ini merupakan kali keempat ajang BILA digelar. BILA 2025 merupakan ajang pemberian apresiasi kepada perusahaan di bidang logistik dan sektor pendukungnya, yang memiliki kinerja andal dan efisien.

    Ketua Umum Indonesia National Shipoewners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto, selaku dewan juri, menjelaskan bahwa seleksi penjurian dilakukan dalam dua tahap, yakni secara kualitatif dan kuantitatif. 

    “Tahap pertama berupa seleksi kuantitatif berdasarkan kinerja keuangan perusahaan atau emiten yang memenuhi kualifikasi yang sudah disepakati bersama,” ujarnya dalam malam penghargaan BILA 2025 di Hotel Borobudur, Rabu (5/11/2025). 

    Selanjutnya hasil seleksi kuantitatif dari kelompok kategori perusahaan terbuka diajukan ke dalam tahap seleksi kualitatif yang dilakukan oleh dewan juri untuk ditentukan nomini maksimal 5 nama perusahaan serta menerima penghargaan.

    Bertindak sebagai dewan juri, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indoensia (ALI) Mahendra Rianto, Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iman Gandimihardja, Ketua Umum Indonesia National Shipoewners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto, Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto, dan Redaktur Senior Sektor Transportasi dan Logistik Bisnis Indonesia Group Hendra Wibawa. 

    Selain kategori BUMN dan Anak Usaha BUMN, BILA 2025 juga memberikan penghargaan kepada perusahaan terbuka atau emiten, special award, dan best CEO perusahaan logistik.

    Untuk Kategori Jajak Pendapat, diberikan kepada Penyedia Layanan Kurir, Penyedia Layanan, Pengantaran Makanan, Penyedia Layanan Jasa Pindahan, Penyedia Layanan Ride Hailing, dan Penyedia Layanan E – Grocery. 

    Tahun ini, penerima penghargaan terdiri dari 9 perusahaan transportasi dan logistik serta penyedia logistik kategori perusahaan terbuka/emiten, 5 perusahaan berdasarkan Jajak Pendapat; 12 perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN, 8 Special Award, dan 1 orang CEO terbaik.

    Pemenang Kategori BUMN dan Anak Usaha BUMN BILA 2025: 

    -Excellence in Automation & AI-Driven Logistics – PT Pos Indonesia (Persero)

    -Leadership in Sustainable & Integrated Freight Transport – PT Kereta Api Indonesia (Persero)

    -Integrated Connectivity & 3T Service Excellence – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)

    -Excellence in Tol Laut Service Innovation – PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

    -Outstanding Contribution to Regional Maritime Leadership – PT Pelabuhan Indonesia (Persero)

    -Outstanding State-Owned Subsidiary in Toll Road Development – PT Hutama Karya Infrastruktur

    -Excellence in Integrated Rail-Based Logistics Solutions – PT Kereta Api Logistik

    -Excellence in Integrated Rail-Based Urban Mobility – PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek

    -Excellence in Non-Container Terminal Operations – PT Pelindo Multi Terminal

    -Leadership in Maritime Energy Logistics – PT Pertamina International Shipping 

    -Excellence in Airport Infrastructure and Connectivity – InJourney Airports (PT Angkasa Pura Indonesia)

    -Driving Force of Logistic Reliability – PT Pertamina Lubricants

  • Bandara Kaltim Sepi Penumpang, Pelabuhan Sesak Barang September 2025

    Bandara Kaltim Sepi Penumpang, Pelabuhan Sesak Barang September 2025

    Bisnis.com, BALIKPAPAN – Sektor transportasi Kalimantan Timur mengalami dinamika kontradiktif pada September 2025.  Penumpang angkutan udara domestik merosot 2,20%, volume barang yang diangkut melalui jalur laut justru menanjak signifikan hingga 5,24% dibandingkan bulan sebelumnya.

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur Yusniar Juliana menyatakan, sebanyak 219.244 penumpang pesawat domestik tercatat pada September 2025. 

    Angka ini turun dari 224.170 penumpang pada Agustus 2025. Sementara itu, penumpang internasional bahkan mengalami penurunan lebih tajam, yaitu 21,88% menjadi hanya 4.324 orang, setelah selalu tumbuh pada bulan-bulan sebelumnya.

    “Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah penumpang  di beberapa Bandara di Kalimantan Timur, yaitu Bandara Melalan-Kutai Barat sebesar 18,44 persen; Bandara APT Pranoto-Samarinda sebesar 6,76 persen, dan Bandara Sepinggan-Balikpapan sebesar 2,76 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (5/11/2025).

    Kendati demikian, tidak semua bandara mengalami tren negatif. Bandara Kalimarau-Berau justru membukukan pertumbuhan 17,48%, sementara Bandara Datah Dawai-Mahakam Ulu naik tipis 1,39%. 

    Hingga kini, Bandara Sepinggan-Balikpapan tetap menjadi tulang punggung transportasi udara Kalimantan Timur dengan pangsa pasar mencapai 75,29% atau 165.062 penumpang domestik.

    Menariknya, dalam rentang Januari hingga September 2025, penumpang internasional mengalami lonjakan drastis 25,98% dibandingkan periode sama tahun 2024, mencapai 48.644 orang. 

    Capaian ini kontras dengan penumpang domestik yang justru tergerus 4% menjadi 2,09 juta orang dalam periode serupa.

    Sektor transportasi laut menampilkan pola yang tak jauh berbeda. Jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri pada September 2025 tercatat 37.875 orang, atau turun 1,66% dari bulan sebelumnya. 

    Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya aktivitas di Pelabuhan Semayang-Balikpapan sebesar 3,52%, meskipun Pelabuhan Bontang-Lhok Tuan dan Samarinda mencatatkan kenaikan masing-masing 2,25% dan 1,08%.

    “Dari sisi penumpang memang ada penurunan bulanan, tetapi jika dilihat secara akumulatif Januari-September 2025, justru terjadi peningkatan sebesar 23,53% dibandingkan tahun lalu,” jelas Yusniar.

    Yang mencuri perhatian adalah volume barang angkutan laut. September 2025 mencatat 9,39 juta ton kargo, naik 5,24% dari Agustus 2025. Pelabuhan Kuala Samboja mendominasi dengan kontribusi 34,89% atau 3,27 juta ton, disusul Pelabuhan Sangkulirang (17,79%) dan Tanjung Redeb (16,81%).

    Kenaikan volume barang paling mencolok terjadi di Pelabuhan Kuala Samboja yang melesat 31,70%, diikuti Samarinda (19,61%), Semayang (11,26%), dan Sangatta (0,95%). 

    Sebaliknya, Pelabuhan Kariangau mengalami penurunan paling tajam hingga 41,79%.

    Namun, ketika ditelisik lebih jauh, capaian kumulatif Januari sampai dengan September 2025 menunjukkan fakta lain. 

    Total barang yang diangkut mencapai 79,52 juta ton, atau turun tipis 0,48% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. 

    Adapun, Yusniar menuturkan penurunan signifikan terjadi di Pelabuhan Tanjung Santan (50,75%), Kariangau (43,65%), dan Sangatta (18,75%).

  • Daftar Emiten Peraih Penghargaan Bisnis Indonesia Logistic Award (BILA) 2025

    Daftar Emiten Peraih Penghargaan Bisnis Indonesia Logistic Award (BILA) 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis Indonesia Group mengumumkan para penerima penghargaan Bisnis Indonesia Logistics Award (BILA) 2025 untuk kategori perusahaan terbuka atau emiten yang bergerak di bidang logistik dan pendukungnya. 

    BILA 2025 merupakan kali keempat Bisnis Indonesia Group menggelar penghargaan bagi perusahaan logistik. Ajang ini menjadi momen pemberian apresiasi kepada perusahaan di bidang logistik dan sektor pendukungnya, yang memiliki kinerja andal dan efisien.

    Untuk kelompok kategori perusahaan terbuka, penerima penghargaan ditentukan melalui penjurian. 

    Untuk kelompok kategori perusahaan terbuka, penghargaan diberikan kepada perusahaan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terhadap perusahaan-perusahaan tersebut, dilakukan kategorisasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan.

    Ketua Umum Indonesia National Shipoewners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto, selaku dewan juri, menjelaskan bahwa seleksi penjurian dilakukan dalam dua tahap, yakni secara kualitatif dan kuantitatif. 

    Tahap pertama berupa seleksi kuantitatif berdasarkan kinerja keuangan perusahaan atau emiten yang memenuhi kualifikasi yang sudah disepakati bersama. 

    “Penelitian kuantitatif mencakup sejumlah indikator seperti Return on Asset, Operating Margin, Current Ratio, Debit to Equity Ratio, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, serta Total Asset perusahaan untuk tahun buku 2024,” ujarnya dalam malam penghargaan BILA 2025 di Hotel Borobudur, Rabu (5/11/2025).

    Bertindak sebagai dewan juri, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto, Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iman Gandimihardja, Ketua Umum Indonesia National Shipoewners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto, Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto, dan Redaktur Senior Sektor Transportasi dan Logistik Bisnis Indonesia Group Hendra Wibawa. 

    Berikut Daftar Penerima Penghargaan Kategori Perusahaan Terbuka BILA 2025:

    Kategori Perusahaan Pelayaran Tanker – PT Humpuss Maritim Internasional Tbk. (HUMI)
    Kategori Perusahaan Pelayaran Curah – PT Trans Power Marine Tbk. (TPMA)
    Kategori Perusahaan Pelayaran Offshore – PT Sillo Maritime Perdana Tbk. (SHIP)
    Kategori Perusahaan Pelayaran Peti Kemas – PT Temas Tbk. (TMAS)
    Kategori Pelabuhan – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC)
    Kategori Operator Jalan Tol – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
    Kategori Perusahaan Ekspedisi – PT Prima Globalindo Logistik Tbk. (PPGL)
    Kategori Perusahaan Trucking – PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk. (GTRA)
    Kategori Pergudangan – PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP)

  • Daya Beli Lesu, Pengusaha Ritel Berharap Momentum Akhir Tahun

    Daya Beli Lesu, Pengusaha Ritel Berharap Momentum Akhir Tahun

    Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,04% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2025 akan mendorong kinerja sektor ritel menjelang akhir tahun.

    Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan kuartal IV biasanya menjadi momentum penting bagi pelaku ritel, seiring meningkatnya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang diyakini menjadi penggerak utama lonjakan penjualan.

    Budihardjo menjelaskan, selain faktor musiman, penjualan ritel juga terdorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang lebih longgar, termasuk likuiditas yang meningkat di pasar.

    “Di samping itu ditambah dengan kebijakan uang beredar yang digelontorkan oleh pemerintah ke market, sehingga ada bunga-bunga ringan, kartu kredit juga memberikan banyak program, dan itu juga menggerakkan ekonomi untuk sektor retail offline,” kata Budihardjo kepada Bisnis, Rabu (5/11/2025).

    Dia menambahkan, perbaikan sentimen publik dan konsumen setelah gelombang demonstrasi beberapa waktu lalu turut memperkuat optimisme pelaku ritel.

    Dihubungi terpisah, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai geliat pertumbuhan ekonomi 5,04% yoy pada kuartal III/2025 belum sepenuhnya mencerminkan pemulihan daya beli masyarakat.

    Bhima menyebut pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 yang mencapai 5,04% yoy itu lebih didorong oleh ekspor daripada konsumsi rumah tangga. 

    Alhasil, kondisi ini membuat banyak pelaku usaha ritel masih menahan ekspansi karena indikator konsumsi seperti penjualan kendaraan bermotor dan barang elektronik yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.

    “Masih belum terlalu confidence sih sebenarnya untuk pelaku usaha ritel. Jadi mereka masih mengatur strategi dulu untuk ekspansi,” ujar Bhima kepada Bisnis.

    Meski begitu, Celios melihat dampak stimulus seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) kemungkinan baru terasa di kuartal IV, bersamaan dengan puncak belanja Nataru di akhir tahun.

    Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai kondisi ekonomi pada kuartal III/2025 masih diwarnai ketegangan akibat ketimpangan ekonomi.

    Menurutnya, dinamika sosial dan aksi demonstrasi yang terjadi beberapa waktu lalu itu mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap distribusi pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.

    Dalam hal sektor ritel, kata Faisal, meski pertumbuhannya masih terjaga dengan laju sekitar 5,5%, namun kenaikannya didominasi oleh kelompok berpendapatan menengah atas dan ritel berskala besar.

    Dia menyebut pertumbuhan tersebut lebih banyak disumbang oleh kelompok ekonomi atas, sementara ritel menengah, kecil, dan mikro masih berjuang menghadapi lemahnya daya beli.

    “Dan ini terkonfirmasi juga dengan kalau kita cross-analysis dengan pertumbuhan konsumsinya, konsumsi rumah tangganya itu kan lebih rendah juga 4,89%, jadi artinya daya beli sebetulnya tidak cukup ada peningkatan,” ucap Faisal kepada Bisnis.

    Menurutnya, kenaikan ritel secara agregat banyak ditopang oleh konsumsi kalangan menengah atas, sementara kelompok menengah ke bawah belum menunjukkan pemulihan signifikan.

    Faisal menuturkan konsumsi kalangan menengah dan calon kelas menengah menyumbang lebih dari 80% terhadap total konsumsi nasional. Untuk itu, keberlanjutan pertumbuhan ritel akan sangat bergantung pada pemulihan daya beli kedua segmen tersebut.

    Meski demikian, Faisal menilai prospek jangka pendek sektor ritel masih positif karena ukuran pasar domestik yang besar. Namun, pemerataan pertumbuhan akan menjadi pekerjaan rumah utama bagi pemerintah dan pelaku usaha.

    “Prospek untuk industri ritel ini akan ditentukan juga mestinya oleh seberapa besar pemulihan daya beli dari kelas menengah ke bawah,” pungkasnya.

  • Kementerian Haji Minta DPR Percepat Alih Anggaran Rp523,27 Miliar dari Kemenag

    Kementerian Haji Minta DPR Percepat Alih Anggaran Rp523,27 Miliar dari Kemenag

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) meminta DPR RI untuk mempercepat peralihan anggaran penyelenggaraan haji dan umrah 2026 senilai total Rp523,27 miliar dari Kementerian Agama (Kemenag).

    Menteri Haji dan Umrah (Menhaj) Mochamad Irfan Yusuf menjelaskan bahwa nominal tersebut merupakan anggaran revitalisasi asrama haji dan pembangunan Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) yang bersumber dari surat berharga syariah negara (SBSN), serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk asrama haji.

    Nilai SBSN asrama haji dan PLHUT tercatat sebesar Rp488,88 miliar, sedangkan PNBP asrama haji mencapai Rp34,38 miliar.

    “Kami mengusulkan kepada para pimpinan dan anggota Komisi VIII DPR RI untuk dapat mengagendakan pembahasan peralihan anggaran dimaksud guna kelancaran penyelenggaraan ibadah haji dan umrah,” kata Irfan dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

    Menurutnya, peralihan anggaran tersebut tak terlepas dari berakhirnya kewenangan penyelenggaraan ibadah haji oleh Kemenag seiring pengesahan Undang-undang (UU) No. 14/2025 tentang Perubahan Ketiga UU No. 8/2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

    Saat ditemui usai rapat, Irfan menjelaskan bahwa proses peralihan anggaran tersebut pada mulanya berbelit.

    Kendati demikian, dia menyebut, telah bertemu dengan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafi’i untuk membahas lebih lanjut soal transisi penyelenggaraan dua ibadah umat Islam ini.

    Menurut Irfan, progres peralihan anggaran itu mulai tampak usai pertemuan dengan Wamenag. Dengan demikian, yang menjadi perhatian saat ini adalah percepatan prosesnya.

    “Sebetulnya tidak ada kendala. Masalahnya hanya bagaimana mempercepat proses ini saja. Karena semua aset itu kita perlukan segera untuk persiapan haji 2026,” ujarnya.

    Dalam perkembangan sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin memastikan proses peralihan aset haji kepada Kementerian Haji dan Umrah berjalan lancar.

    Menurutnya, Kemenag berkomitmen untuk menyukseskan transisi ini dan menjamin tidak ada kendala signifikan. Mengenai target waktu penyelesaian, Kamaruddin mengatakan, prosesnya akan dilakukan secepat mungkin.

    “Insyaallah tidak ada kendala yang signifikan. Secara teknis kami pastikan tidak ada kendala karena kita semua sama-sama punya komitmen. Kemenag sepenuhnya mendukung Kementerian Haji dan transisi ini harus disukseskan,” ujar Kamaruddin di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

  • Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Naik Agustus 2025, Sentuh 4,85%

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Naik Agustus 2025, Sentuh 4,85%

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sebanyak 7,46 juta orang Indonesia masih menganggur atau tak punya pekerjaan pada Agustus 2025.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan selama periode Agustus 2024–Agustus 2025, terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT).

    “Pada Agustus 2025, terdapat sebanyak 7,46 juta penganggur atau setara dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,85%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Edy dalam Rilis BPS, Rabu (5/11/2025).

    Sebagai pembanding, data BPS menunjukkan, TPT pada Agustus 2024 mencapai 7,47 juta orang yang menganggur atau TPT 4,91%.

    Meskipun demikian, TPT Agustus 2025 yang sebesar 4,85% ini naik jika dibandingkan Februari 2025 yakni 4,76%. Pada Februari 2025, jumlah pengangguran tercatat mencapai 7,28 juta orang.

    Jika dirinci, Edy mengatakan penurunan tingkat pengangguran terbuka dibandingkan Agustus 2024 terjadi baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan, serta di wilayah perkotaan maupun di perdesaan.

    Lebih jauh, TPT tertinggi terjadi pada penduduk laki-laki yang mencapai 4,85%, sedangkan perempuan sebanyak 4,84%. Sementara itu, TPT tertinggi terjadi di perkotaan yang mencapai 5,75%, sedangkan di perdesaan sebanyak 3,47% pada Agustus 2025.

    Secara keseluruhan, BPS mencatat, ada 218,17 juta penduduk usia kerja pada Agustus 2025. Angka tersebut bertambah 2,80 juta jika dibandingkan kondisi Agustus tahun lalu. Namun, tidak semua terserap di pasar kerja.

    Perinciannya, bukan angkatan kerja (BAK) tercatat mencapai 64,17 juta orang atau naik 0,91 juta orang dan angkatan kerja (AK) sebanyak 154,00 juta orang atau naik 1,89 juta orang.

    Adapun, penduduk yang bekerja mencapai 146,54 juta orang atau naik 1,90 juta orang, sedangkan penduduk yang menganggur sebanyak 7,46 juta orang atau turun 4.000 orang pada Agustus 2025.

    Secara terperinci, Edy mengungkap penduduk yang bekerja tersebut terdiri dari pekerja penuh, pekerja paruh waktu, dan setengah pengangguran.

    Pertama, pekerja penuh tercatat sebanyak 98,65 juta orang. Angka tersebut bertambah 0,20 juta orang dari Agustus 2024. Asal tahu saja, kategori pekerja penuh adalah para pekerja dengan jam kerja maksimal 35 jam seminggu.

    Kedua, pekerja paruh waktu atau mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu tapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain. Angkanya mencapai 36,29 juta orang atau bertambah 1,66 juta orang.

    Ketiga, setengah pengangguran. Edy menuturkan, sebanyak 11,60 juta orang masuk dalam kategori ini atau bertambah 0,04 juta orang pada Agustus 2025. Adapun, setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan.