Jakarta, Beritasatu.com – Masyarakat saat ini sedang ramai membicarakan istilah lavender marriage atau pernikahan lavender, yang semakin dikenal seiring dengan gugatan cerai yang diajukan penyanyi Sherina Munaf terhadap suaminya, Baskara Mahendra.
Kabar perceraian ini memunculkan spekulasi bahwa pasangan yang menikah pada November 2020 tersebut mungkin terlibat dalam lavender marriage. Istilah ini merujuk pada pernikahan antara pria dan wanita yang tidak didasari oleh cinta sejati, melainkan untuk menyembunyikan orientasi seksual salah satu atau kedua pasangan.
Pengertian ini mengejutkan banyak orang, karena di Indonesia, pernikahan yang umumnya diterima adalah pernikahan tradisional antara pria dan wanita. Namun, seperti yang dikutip dari Forbes pada Sabtu (18/1/2025), semakin banyak orang yang melihat pernikahan sebagai tradisi kuno yang sudah tidak relevan lagi.
“Seiring dengan perkembangan zaman, pernikahan tradisional kehilangan signifikansinya sebagai landasan norma sosial,” tulis Forbes.
Menurut buku The New “I Do” yang ditulis psikolog Susan Pease Gadoua dan jurnalis Vicki Larson, saat ini sedang berkembang tujuh bentuk pernikahan baru. Fenomena ini menggambarkan bagaimana hubungan masa kini semakin dapat mengakomodasi beragam realitas kehidupan modern, termasuk lavender marriage yang memungkinkan pasangan pria dan wanita bersatu untuk menyembunyikan orientasi seksual mereka.
Sherina Munaf gugat cerai Baskara Mahendra – (Beritasatu.com/Instagram)
Namun, dalam buku tersebut, Susan Pease Gadoua dan Vicki Larson tidak memasukkan lavender marriage sebagai tren pernikahan baru. “Berbagai bentuk pernikahan alternatif ini memberi pasangan lebih banyak fleksibilitas untuk merancang hubungan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka,” tulis keduanya.
Berikut adalah tujuh bentuk pernikahan baru yang dijelaskan dalam buku tersebut. Bentuk-bentuk pernikahan ini masih tergolong baru dan bisa saja menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia.
1. Pernikahan Pemula (Starter Marriages)
Pernikahan pemula biasanya bersifat sementara dan berfungsi sebagai pengalaman pembelajaran untuk memahami apa yang dibutuhkan dalam hubungan jangka panjang. Pernikahan ini memberi individu kesempatan untuk mengeksplorasi dinamika pernikahan tanpa ekspektasi akan berlangsung selamanya, memberikan wawasan berharga untuk hubungan masa depan.
2. Pernikahan Persahabatan (Companionship Marriage)
Pernikahan persahabatan lebih berfokus pada membangun hubungan emosional yang dalam dan menikmati kebersamaan, bukan cinta romantis. Pernikahan jenis ini seringkali melibatkan pasangan yang telah lama bersama dan merasa nyaman satu sama lain meski romantisme awal sudah memudar.
Mereka menemukan kepuasan dalam persahabatan dan dukungan emosional, menciptakan ruang aman untuk saling menikmati kebersamaan tanpa harus menjaga romantisme.
3. Pernikahan Pengasuhan (Parenting Marriage)
Pernikahan pengasuhan ideal untuk pasangan yang berkomitmen untuk membesarkan anak-anak bersama. Meskipun hubungan romantis antara pasangan mungkin telah berubah atau berkurang, mereka memilih untuk tetap berkomitmen pada penyediaan lingkungan yang stabil dan mendukung bagi anak-anak mereka. Pernikahan ini mengutamakan kebutuhan anak-anak di atas kepentingan pribadi, menciptakan stabilitas bagi mereka.
4. Pernikahan Keamanan (Safety Marriage)
Pernikahan keamanan biasanya dilandasi oleh alasan praktis atau strategis, seperti jaminan keuangan, status sosial, atau manfaat hukum. Dalam pernikahan ini, pasangan mungkin lebih mengutamakan stabilitas dan keamanan daripada hubungan emosional yang mendalam, memilih pasangan berdasarkan alasan praktis.
Ilustrasai menikah siri – (Pixabay/Pexel)
5. Pernikahan Hidup Terpisah (Living-Apart-Together Marriage)
Pernikahan hidup terpisah memungkinkan pasangan mempertahankan rumah tangga masing-masing sementara tetap berkomitmen satu sama lain secara emosional. Pasangan dalam pernikahan ini menikmati kebebasan pribadi sekaligus membina hubungan yang dekat, sering kali karena alasan praktis seperti kesempatan karier atau kewajiban keluarga.
6. Pernikahan Terbuka (Open Marriage)
Pernikahan terbuka cocok untuk pasangan yang menghargai eksplorasi seksual dan variasi bersama kedekatan emosional. Dalam pernikahan terbuka, pasangan sepakat untuk memungkinkan satu sama lain menjalani hubungan seksual atau romantis dengan orang lain di luar pernikahan utama, dengan dasar kepercayaan, komunikasi, dan persetujuan bersama.
7. Pernikahan Perjanjian (Covenant Marriage)
Pernikahan perjanjian melibatkan persyaratan hukum yang lebih ketat dan pembatasan perceraian, menekankan komitmen dan ketahanan. Pasangan yang memilih pernikahan jenis ini seringkali menjalani konseling pranikah dan hanya setuju pada alasan terbatas untuk perceraian, memberikan pendekatan yang lebih terstruktur untuk mempertahankan pernikahan jangka panjang.
Di tengah isu Lavender Marriage, bentuk tujuh pernikahan baru yang disebutkan di atas tentu perlu dicermati. Pasalnya setiap bentuk pernikahan baru akan memunculkan konsekuensi.