Category: Beritasatu.com Ekonomi

  • Tarif AS Tinggi, Indonesia Perlu Perluas Pasar ke BRICS dan Eropa

    Tarif AS Tinggi, Indonesia Perlu Perluas Pasar ke BRICS dan Eropa

    Jakarta, Beritasatu.com – Indonesia perlu memperluas kerja sama perdagangan dengan negara-negara BRICS dan Uni Eropa sebagai langkah strategis meredam dampak negatif kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden Donald Trump baru-baru ini.

    Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Anggota Badan Supervisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2023–2028, Muhammad Edhie Purnawan, menyatakan Indonesia menghadapi tantangan besar akibat tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan AS.

    “Tarif 32% dari AS tentu akan menggerus kinerja ekspor Indonesia,” ujarnya dalam Forum Group Discussion bertajuk Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trump di kantor B-Universe, Jakarta, Kamis (17/4/2025).

    AS diketahui berkontribusi sekitar 10% terhadap total ekspor Indonesia pada 2024. Untuk itu, Indonesia perlu mengantisipasi dampak kebijakan tarif AS tersebut dengan memperluas pasar ekspor alternatif.

    Edhie menilai, langkah diplomasi dan negosiasi yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dengan AS adalah langkah awal yang baik, tetapi perlu diiringi dengan strategi diversifikasi pasar ekspor.

    “Pemerintah harus jeli melihat peluang kerja sama baru. Negara-negara BRICS seperti India dan Afrika Selatan serta pasar Uni Eropa adalah potensi yang besar,” jelasnya.

    Menurutnya, penguatan posisi Indonesia di ASEAN dan keanggotaan BRICS dapat menjadi solusi jangka menengah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

    “Keanggotaan Indonesia di BRICS bisa membuka akses pasar alternatif, dan kerja sama regional dengan Uni Eropa juga patut dikedepankan untuk menyiasati tarif AS,” pungkas Edhie.

  • Fenomena Borong Emas Berlanjut, Fomo atau Rasional?

    Fenomena Borong Emas Berlanjut, Fomo atau Rasional?

    Jakarta, Beritasatu.com – Fenomena borong emas masih berlanjut hingga saat ini. Tren borong emas berdampak pada tingkat pembelian emas yang meningkat tajam. Momentum ini terjadi lantaran kondisi ekonomi yang tak menentu yang disebabkan gejolak geopolitik serta fluktuasi harga komoditas yang serta merta mendorong perubahan pola perilaku masyarakat Indonesia, termasuk dalam berinvestasi.

    Emas sendiri sering kali disebut investasi yang safe haven lantaran menjadi instrumen investasi yang relatif stabil meski kondisi pasar sedang bergejolak, karena selain likuiditas yang tinggi, emas juga tahan terhadap inflasi untuk menjaga nilai aset. Emas dipercaya menjadi instrumen investasi paling aman saat ini, apalagi harga emas diprediksi akan terus menanjak naik.

    Salah satu gerai penjualan emas terpercaya di Indonesia, Galeri 24, yang merupakan anak usaha PT Pegadaian, juga mengalami dampak dari fenomena tersebut. Antrian pembeli emas membludak tidak hanya di gerai Galeri 24 Jakarta, namun merata di seluruh Indonesia. Tercatat dari 8 hingga 13 April 2025, Galeri 24 telah menjual sebanyak lebih dari 250 kg emas batangan dan lebih dari 6 kg emas perhiasan.

    Salah satu pelanggan Galeri Galeri 24, Riri, menyampaikan alasannya membeli emas di Galeri 24, 

    “Hari ini saya beli emas batangan 100 gram. Dalam hal ini, kenapa saya pilih emas, karena menurut saya emas itu pergerakan harganya selalu naik. Saya yakin harga emas akan terus naik, jadi menurut saya tidak masalah untuk berinvestasi di emas. Saya juga lebih nyaman beli emas di Galeri 24, karena gerainya banyak, ada yang dekat dengan rumah, dan harga buyback-nya tinggi,” ujarnya.

    Beragam produk yang ditawarkan oleh anak usaha PT Pegadaian ini, memungkinkan masyarakat memilih jenis emas yang dibutuhkan. Sebut saja emas batangan dengan denominasi 1 gram hingga 1 kilogram, jenis Baby Gold dengan denominasi 0,001 gram hingga 0,5 gram, berbagai perhiasan dengan aneka model, emas souvenir yang dapat di customize, bahkan kini tersedia emas batangan 12,5 kilogram yang dapat menjadi opsi investasi bagi pencinta emas.

    Tidak hanya dalam bentuk emas fisik, fenomena borong emas ini juga dalam bentuk digital. Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan menyampaikan bahwa selama bulan April 2025, tercatat transaksi Tabungan Emas Pegadaian mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat.

    “Menanggapi tren berburu emas saat ini tentu kami menyambut dengan baik. Pegadaian sendiri memiliki produk emas seperti Cicilan Emas dan Tabungan Emas. Lonjakan transaksi emas ini tidak hanya dalam bentuk fisik namun juga secara digital. Selama bulan April 2025 ini transaksi Tabungan Emas Pegadaian mengalami peningkatan hingga 4 kali lipat. Rata-rata transaksi 380 miliar kini menjadi 1,5 triliun. Kami juga optimis hingga akhir April transaksi ini akan meningkat hingga 10 kali lipat,” ungkap Damar.

    Damar juga menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu ragu dalam bertransaksi emas secara digital di Pegadaian karena emas yang dibeli oleh masyarakat stoknya sudah ada di Pegadaian.

    “Masyarakat juga tidak perlu khawatir karena Pegadaian menerapkan sistem 1:1 untuk layanan transaksi emas, dimana ketika ada permintaan transaksi Cicil Emas maupun Tabungan Emas oleh nasabah, maka Pegadaian telah menyiapkan persediaan emas secara fisik sejumlah gram yang ditransaksikan,” tambah Damar.

    Berbagai opsi investasi berbasis emas yang ditawarkan Pegadaian dapat dimiliki masyarakat dengan mudah, cepat, dan aman. Tidak hanya Cicil Emas dan Tabungan Emas, sebagai penyedia layanan Bank Emas pertama di Indonesia, Pegadaian juga menawarkan Deposito Emas yang tengah menjadi primadona pada layanan ekosistem bulion tersebut.

    Sebagai perusahaan jasa keuangan yang dekat dengan masyarakat, Pegadaian berkomitmen untuk membantu memberikan beragam solusi finansial yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, Pegadaian juga mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan sejak dini, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dalam upaya meng-EMAS-kan Indonesia.

  • Sempat Berfluktuasi, IHSG Hari Ini Ditutup Menguat 0,60 Persen

    Sempat Berfluktuasi, IHSG Hari Ini Ditutup Menguat 0,60 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat pada akhir sesi perdagangan hari ini, Kamis (17/4/2025), setelah sempat bergerak fluktuatif sepanjang hari.

    IHSG hari ini naik 0,60 persen atau 38,2 poin ke posisi 6.438,2. Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 6.384 hingga 6.438, mencerminkan volatilitas pasar yang cukup tinggi.

    Dari total saham yang diperdagangkan, 324 saham mengalami kenaikan harga, sementara 267 saham terkoreksi, dan 214 saham stagnan.

    Volume perdagangan tercatat mencapai 15,8 miliar lembar saham dengan nilai sebesar Rp 9,76 triliun dari 1,15 juta kali transaksi.

    Penguatan IHSG hari ini juga terjadi di tengah pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot exchange, rupiah pada Kamis sore ditutup menguat tipis sebesar 3,5 poin atau 0,02 persen ke level Rp 16.833 per dolar Amerika Serikat (AS).

  • Sektor Properti Peringkat Keempat Penyumbang Realisasi Investasi 2024

    Sektor Properti Peringkat Keempat Penyumbang Realisasi Investasi 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Sektor properti, khususnya perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menempati peringkat empat sebagai penyumbang realisasi investasi terbesar pada tahun 2024 dengan total nilai realisasi mencapai Rp 1.714,2 triliun.

    Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rakhmat Yulianto mengatakan, total realisasi investasi masuk ke Indonesia pada 2024 mencapai Rp 1.714,2 triliun. Kemudian di sektor ini memberikan kontribusi investasi sebesar 7,2% atau setara Rp 122,9 triliun.

    “Dan kalau kita lihat sendiri rata-rata 5 tahun terakhir, kontribusinya bahkan hampir mencapai 10% yaitu 9,33%,” kata Rakhmat di Jakarta Selatan, Kamis (17/04/2025).

    Adapun investasi properti yang paling banyak berperan dalam 5 tahun terakhir berasal dari dalam negeri dengan total nilai sebesar Rp 350,13 triliun atau 65% dari total investasi yang masuk Rp 541,32 triliun.

    “Kalau dari asing sendiri, Singapura masih memegang peranan penting karena memiliki nilai paling besar, diikuti oleh Tiongkok dan juga Hongkong,” ujarnya.

    Dalam 5 tahun terakhir, Singapura memberikan kontribusi investasi sebesar US$ 5,04 miliar, Tiongkok US$ 2,17 miliar, dan Hongkong US$ 1,58 miliar.

    Ia juga mengatakan bahwa tren pengembangan properti ke depan mengarah ke arah pembangunan berkelanjutan.

    Tren ini harus tetap didorong menyusul komitmen Indonesia mencapai net zero emission (NZE) pada 2060, meskipun AS menunjukkan sinyal kembali ke pengembangan industri tidak berkelanjutan.

    “Tentunya adalah peluang bagi kita agar tidak hanya menciptakan residensial atau properti baru yang ramah lingkungan, tetapi juga dapat merenovasi ataupun kita mengembangkan properti yang sudah ada menjadi lebih berkelanjutan,” paparnya.
     

  • Sektor Keuangan dan Teknologi Menarik Saat Perang Dagang Memanas

    Sektor Keuangan dan Teknologi Menarik Saat Perang Dagang Memanas

    Tangerang, Beritasatu.com – Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, sektor keuangan dan teknologi menarik untuk dikoleksi di tengah perang dagang global yang kian agresif.

    Menurut Liza, sektor keuangan saat ini cukup menarik untuk dicermati, meskipun likuiditas masih menjadi kendala perbankan. Ia pun menjagokan Bank Syariah Indonesia (BRIS) karena pertumbuhannya yang paling kuat dibandingkan dengan bank besar lainnya di Indonesia.

    “Sektornya tadi saya sudah bahas finance (keuangan) cukup menarik. Dari sekian banyak bank besar, BRIS yang pertumbuhan net profitnya bisa sekitar 20%,” kata Liza usai hadir sebagai panelis Forum Group Discussion Berita Satu Spesial bertema “Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trump” di Tokyo Hub PIK2, Kabupaten Tangerang, Kamis (17/4/2025).

    Selain sektor keuangan, Liza merekomendasikan sektor teknologi yang layak untuk dikoleksi. Menurutnya, sektor teknologi saat ini perlahan merangkak naik karena didukung kemajuan teknologi, seperti pembuatan robot dan penggunaan artificial intellegence (AI) di negara-negara maju.

    “Jadi perusahaan Indonesia yang mulai bergerak ke arah situ (pembuatan robot dan penggunaan AI), kayaknya lagi dapat angin segar saat ini,” ujar Liza.

    Di sisi lain, Liza menyarankan investor untuk melakukan aksi speculative buy atau buy on weakness saat harga saham berfluktuatif di tengah ketidakpastian perang dagang global. Harapannya, harga saham yang dibeli akan meningkat di masa depan.

    Kendati demikian, Liza mengatakan investor juga perlu memperhatikan manajemen keuangan yang cukup disiplin. Dia menyarankan, setidaknya menyisihkan 30% dana dari total dana trading masing-masing.

    Dikatakan Liza, investor juga perlu merencanakan strategi pembelian saham dalam jangka pendek (short term investment) dan jangka panjang (long term investment). Hal ini melihat harga saham yang kian menarik, bahkan berada pada support bottom.

    “Untuk jangka panjang, mereka juga boleh melakukan akumulasi harga saat ini untuk ditahan misalkan sampai akhir tahun. Siapa tahu nanti The Fed akan memotong suku bunganya, walaupun sekarang higher or longer,” tambah Liza terkait sektor keuangan dan teknologi.

  • Properti Investasi Paling ‘Seksi’ di Tengah Gonjang-ganjing Ekonomi

    Properti Investasi Paling ‘Seksi’ di Tengah Gonjang-ganjing Ekonomi

    Jakarta, Beritasatu.com – Sektor properti disebut menjadi salah satu tujuan investasi yang paling menjanjikan di tengah adanya kondisi perekonomian yang dipenuhi ketidakpastian.

    Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Clement Francis mengungkapkan, hal tersebut telah terbukti pada periode-periode dengan kondisi perekonomian di Indonesia mengalami pelemahan.

    Sebagai contoh, saat perekonomian nasional tengah mengalami penurunan saat pandemi Covid-19 dan konsumsi masyarakat anjlok, beberapa orang menjual aset propertinya dengan harga yang relatif rendah pada tahun 2021. Dengan demikian, hal tersebut merupakan momen yang tepat.

    Terbukti, ketika situasi ekonomi membaik, harga properti kembali normal, bahkan mengalami peningkatan. Di saat itu lah, keuntungan mulai terlihat bagi para pelaku yang berkecimpung di dunia properti.

    Clement melanjutkan, saat ini kondisi ekonomi di Indonesia juga tengah menghadapi ketidakpastian imbas adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, sehingga dapat dikatakan bahwa momen tersebut merupakan hal yang tepat.

    Hal ini diungkapkan Clement dalam Forum Group Discussion bertajuk Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trumph, di kantor B-Universe, PIK 2, Tangerang, Banten, Kamis (17/4/2025).

    “Kalau kita lihat dengan adanya ketidakpastian ekonomi global, tentang pajak, perang dagang AS-China, properti masih menjadi instrumen yang seksi untuk investasi,” ungkapnya.

    Mengingat prospek investasi properti sangat menjanjikan dalam kurun waktu jangka panjang, Clement mengingatkan agar para calon investor berhati-hati.

    Faktor yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana para calon investor sebelum masuk ke sektor properti harus pandai dalam mengatur keuangan pribadinya.

    Lantaran, investasi di sektor properti memerlukan modal yang cukup besar. Jangan sampai, para calon investor ini memaksakan kesanggupan kas keuangannya.

    “Namun, untuk investasi ini harus berhati-hati. Kita harus mengatur cashflow, jangan sampai berinvestasi long term tetapi mengganggu cashflow kita. Namun, kalau ada ekstra uang, ini waktunya untuk membeli,” beber Clement.

    Terkait untuk jenis properti yang paling potensial bagi para calon investor, menurut Clement adalah rumah tapak dan properti untuk kebutuhan komersial, seperti ruko. Adapun, lokasi yang masih menjanjikan dan tinggi peminatnya adalah kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.

    Mengingat, wilayah tersebut merupakan kawasan pusat perekonomian, layaknya kota-kota besar lainnya.

    “Jenis properti yang bagus saat ini adalah rumah. Dan juga properti komersial yang bisa menghasilkan uang, karena bisa disewakan, dan long term bisa bagus,” pungkasnya. 

  • Kontribusi Properti untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional

    Kontribusi Properti untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional

    Jakarta, Beritasatu.com – Dalam lima tahun terakhir total sektor properti menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 10% atau sekitar 7,2 %. Dengan kontribusi tersebut pemerintah menjadikan sektor properti salah satu strategi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.

    Direktur Pengembangan Promosi BKPM Rahmad Yulianto menyebut, data beberapa tahun terakhir, kontribusi sektor properti terhadap investasi nasional telah mencapai 7,2%. Mayoritas investasi ini masih didominasi oleh modal dalam negeri, dengan nilai mencapai Rp 350 triliun atau sekitar 60% dari total realisasi investasi.

    “Kalau kita melihat dari angka tahun-tahun sebelumnya, memang realisasi di sektor properti kontribusinya sebesar 7,2% dari total realisasi investasi nasional,” ujar Rahmad Yulianto, dalam ajang CEO and Leaders Forum 2025, Kamis (17/4/2025).

    “Saya rasa ini merupakan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan investasi ke depannya. Dan kalau kita lihat sendiri rata-rata 5 tahun terakhir, kontribusinya bahkan hampir mencapai 10% yaitu 9,33%,” jelasnya.

    Pemerintah juga menekankan pentingnya pembangunan hunian yang cepat, berkualitas, dan mampu menciptakan lapangan kerja. Tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, strategi ini juga diharapkan dapat mendorong inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum bankable agar dapat mengakses kepemilikan rumah.

    Lebih lanjut, pemerintah menyoroti tren global yang mendorong pembangunan properti berkelanjutan. Dengan kontribusi emisi karbon dari sektor properti yang mencapai sekitar 40% secara global, transformasi menuju bangunan hijau dinilai menjadi kebutuhan mendesak.

    “Kita harus mulai fokus bukan hanya membangun properti baru, tetapi juga merenovasi bangunan lama agar lebih ramah lingkungan. Ini menjadi tanggung jawab bersama, baik dari sisi korporasi maupun kesadaran konsumen,” ujar Rahmad.

    Tiongkok masih menjadi investor asing terbesar di sektor properti Indonesia, diikuti oleh Hongkong. Sementara itu, investasi dari dalam negeri tetap mendominasi, terutama di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

    Meski begitu, pemerintah mengakui masih banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti tumpang tindih regulasi, kebijakan perpajakan yang belum optimal, serta persoalan pembebasan lahan. Untuk itu, pemerintah terus mendorong penyederhanaan perizinan melalui penerapan Omnibus Law.

    “Kami ingin menciptakan proses investasi yang sederhana, transparan, dan efisien. Penerbitan izin seperti KKPR, BPG, dan SLR akan dipercepat sebagai bagian dari reformasi birokrasi,” tambahnya.

    Pemerintah juga telah menyediakan platform informasi proyek investasi potensial melalui situs regional.bkpm.go.id, serta membuka kantor perwakilan di berbagai negara guna menjaring lebih banyak investor asing.

    Dengan berbagai langkah ini, pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjadi mitra strategis bagi para pelaku usaha yang ingin menanamkan modal di sektor properti nasional.
     

  • Perang Dagang AS China Kian Agresif, Ini Saran untuk Investor Saham

    Perang Dagang AS China Kian Agresif, Ini Saran untuk Investor Saham

    Tangerang, Beritasatu.com – Menghadapi ketidakpastian kebijakan tarif Trump, investor saham diminta untuk melakukan aksi speculative buy atau buy on weakness saat harga saham berfluktuasi. Harapannya, harga saham yang dibeli akan meningkat di masa depan.

    Hal ini dikatakan Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata seusai hadir sebagai panelis Forum Group Discussion BeritaSatu Spesial bertema “Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trump” di Tokyo Hub PIK2, Kabupaten Tangerang, Kamis (17/4/2025).

    “Buat saya kalau harga saham saat ini sedang menarik, at least lakukan speculative buy atau buy on weakness,” ujar Liza kepada Beritasatu.com di Tokyo Hub PIK2, Kabupaten Tangerang, Kamis (17/4/2025).

    Kendati demikian, Liza mengatakan investor saham juga perlu memperhatikan manajemen keuangan yang cukup disiplin. Dia menyarankan, setidaknya menyisihkan 30% dana dari total dana trading masing-masing.

    Di sisi lain, Liza menyampaikan investor perlu merencanakan strategi pembelian saham dalam jangka pendek (short term investment) dan jangka panjang (long term investment). Hal ini melihat harga saham yang kian menarik, bahkan berada pada support bottom.

    “Untuk jangka panjang, mereka juga boleh melakukan akumulasi harga saat ini untuk ditahan misalkan sampai akhir tahun. Siapa tau nanti The Fed akan memotong suku bunganya, walaupun sekarang higher or longer,” tambah Liza.

    Teranyar, China tak mau terseret gimik dalam perang tarif terbaru yang dilancarkan Amerika Serikat. Beijing menegaskan sikapnya untuk tidak terpancing pada permainan angka tarif yang diumumkan Gedung Putih, termasuk bea masuk fantastis yang bisa mencapai 245% untuk produk asal China.

    Dalam pernyataan resmi pada Kamis (17/4/2025), Kementerian Luar Negeri China menyebut bahwa satu-satunya jalan keluar dari konflik dagang adalah melalui negosiasi yang adil, dengan prinsip saling menghormati. 
    Sementara itu, China juga melayangkan keluhan resmi baru ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menuding tindakan tarif sepihak AS sebagai pelanggaran serius terhadap aturan perdagangan global.

    Langkah ini muncul setelah Gedung Putih merilis rincian struktur tarif baru, termasuk bea balasan 125%, tambahan 20%  untuk merespons krisis fentanyl, serta tarif lain antara 7,5%  hingga 100%  untuk produk tertentu.

    Secara total, tarif yang dibebankan pada China bisa menyentuh angka 245%, yang oleh banyak pihak dinilai lebih sebagai manuver politik ketimbang strategi dagang. Kondisi ini turut menjadi perhatian serius bagi investor saham, karena potensi eskalasi perang dagang dapat memicu volatilitas pasar dan mengganggu sentimen investasi global.

  • Pasar Saham Goyang gegara Trump, Ini Sektor yang Diincar Investor

    Pasar Saham Goyang gegara Trump, Ini Sektor yang Diincar Investor

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar saham dunia diguncang ketidakpastian akibat perang tarif yang dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Usai mengumumkan tarif resiprokal yang tinggi kepada puluhan negara di dunia, Trump memilih untuk menahan implementasi kebijakan kontroversial tersebut selama 90 hari sejak Rabu, 9 April 2025.

    Mencermati Hal tersebut, Direktur KISI Asset Management Arfan F Karniody mengatakan bahwa pada saat ini investor dapat membidik saham saham berbasis ekspor yang dapat mendulang dollar AS.

    “(Stabilitas global,) Ini kita enggak ada yang tahu. Ini hanya di benaknya Donald Trump. Jadi begitu kita melihat kemungkinan rupiah akan melemah, kita langsung beralih dan mulai melakukan repositioning, yaitu kita melakukan penambahan kepemilikan di beberapa saham yang export-based,” ucap Arfan kepada B-Universe di PIK2 Tangerang, Kamis (17/4/2025). 

    Menurut Arfan, selain sektor komoditas berbasis ekspor, komoditas emas dan saham emas juga patut untuk diperhatikan. Sebab, menurut pengamatannya selama beberapa hari terakhir, harga saham emas cenderung naik.  

    Sektor ketiga yang dapat dicermati oleh investor, menurut Arfan, adalah konsumer. Alasan sektor konsumer masuk dalam radar Arfan adalah karena sektor tersebut dianggap agile. 

    Terakhir, Arfan menjelaskan peluang yang bisa diintip oleh investor pada pasar saham yang harganya telah terdiskon. 

    “Saya bilang sudah cukup, waktunya sudah minimal mulai melirik-lirik dan melihat-lihat. Terbukti juga dengan banyaknya perusahaan yang mulai melakukan dan mengumumkan, paling enggak mengumumkan untuk melakukan buyback,” ujarnya.

    “Ya, artinya mereka tahu value-nya sekarang lagi di bawah, lagi tertekan, tetapi mereka tidak melihat adanya gangguan yang signifikan, sehingga langsung mengumumkan buyback. Ditambah lagi ada relaksasi peraturan untuk buyback enggak perlu RUPS lagi, jadi langsung cepet bisa. Saya bilang sih, itu berita yang sangat baik,” pungkas Arfan terkait pasar saham.

  • Bisnis Properti Masih Menjanjikan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Bisnis Properti Masih Menjanjikan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Tangerang, Beritasatu.com – Investasi bisnis di sektor properti masih menjadi salah satu pilihan oleh sejumlah kalangan. Terlebih situasi perekonomian di Indonesia tengah menghadapi tantangan, imbas adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Clement Francis mengungkapkan, di tengah situasi ekonomi apapun, baik saat keterpurukan imbas pandemi Covid-19 hingga adanya perang dagang di tingkat global, bisnis properti masih menjadi daya tarik masyarakat. Khususnya masyarakat di tingkat menengah dan menengah atas.

    Hal ini diungkapkan Clement dalam Forum Group Discussion bertajuk Meracik Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tarif Trumph, di kantor B-Universe, PIK 2, Tangerang, Banten, Kamis (17/4/2025).

    “Dengan ketidakpastian daripada ekonomi global, kami Arebi melihat investasi properti itu masih menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat,” ungkap Clement terkait bisnis properti.

    “Especially buat yang kelas menengah, atas, di kawasan-kawasan penunjang daripada kota besar. Itu masih menjadi salah satu daya tarik,” sambungnya.

    Ia mencontohkan, terdapat laporan dari salah satu pengembang properti yang bisnisnya berada di kawasan Tangerang Selatan, Banten, di mana bisnisnya masih meraup nilai penjualan yang cukup besar.

    Bayangkan saja, dalam kurun waktu 3 bulan ke belakang, pengembang tersebut dapat meraup angka penjualan hingga Rp 700 miliar, khusus properti tipe residensial.

    Barusan sebelum saya diminta sebagai narasumber, saya ketemu dengan salah satu developer di daerah Tangerang Selatan. Tiga bulan terakhir mereka bisa menjual residential saja, itu Rp 700 miliar. Dan bulan lalu, khusus residential saja, ini satu developer karena di Tangsel itu banyak sekali developer besar, itu mereka bisa membutuhkan 350 miliar.

    Hal tersebut membuktikan, tren bisnis atau pun investasi di sektor properti masih tergolong menjanjikan.

    Terdapat pula faktor lain yang menandakan prospek bisnis properti cerah. Yakni angka populasi di Indonesia khususnya di kota-kota besar meningkat, yang tentunya mendorong permintaan jenis properti residensial.

    “Artinya, investasi pada bisnis properti ini masih menjadi daya tarik yang bagus. Dengan gonjang-ganjing ekonomi global, yang pasti investor pun juga ada berhati-hati di dalam berinvestasi,” pungkasnya.