Beijing, Beritasatu.com – Deflasi China bulan Mei mencapai level terburuknya dalam hampir dua tahun. Harga konsumen terus menurun, karena ekonomi bergulat dengan ketegangan perdagangan dan penurunan penjualan perumahan yang berkepanjangan.
Ketidakpastian dari perang tarif dengan Amerika Serikat dan konsumsi dalam negeri yang lemah, telah mengguncang sentimen dan memicu ekspektasi akan lebih banyak stimulus kebijakan untuk memerangi tekanan deflasi.
Indeks harga produsen turun 3,3% pada bulan Mei, lebih buruk dari bulan April yang turun 2,7%. Data Biro Statistik Nasional menunjukkan kontraksi ini pun menjadi yang terdalam dalam 22 bulan.
“Tiongkok terus menghadapi tekanan deflasi yang terus-menerus,” kata kepala ekonom Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).
“Perang harga di sektor otomotif menjadi sinyal lain dari persaingan ketat yang mendorong harga turun. Saya juga khawatir tentang harga properti yang melanjutkan tren penurunannya dalam beberapa bulan terakhir, setelah periode stabilisasi,” katanya.
Aktivitas pabrik yang menurun juga terjadi dampak dari tarif AS. Pusat manufaktur terbesar di dunia ini masih menanti hasil pembicaraan perdagangan AS-China yang akan berlangsung di London hari ini.









