Category: Beritajatim.com

  • Pemuda Ngawi Hanyut di Bengawan Madiun Ditemukan Meninggal di Jarak 15 Km 

    Pemuda Ngawi Hanyut di Bengawan Madiun Ditemukan Meninggal di Jarak 15 Km 

    Ngawi (beritajatim.com) – Didik Nugroho (28), seorang pemuda asal Desa Ngompro, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ditemukan meninggal dunia setelah tiga hari dicari karena hanyut di Sungai Bengawan Madiun.

    Jasad Didik ditemukan mengambang di Sungai Bengawan Madiun, kawasan Jembatan Jetak tepatnya di Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota, pada Minggu (17/3/2024) sekitar pukul 08.00 WIB. Jarak penemuan jasadnya sekitar 15 kilometer dari lokasi awal ia dikabarkan hanyut.

    Didik dikabarkan hanyut pada Jumat (15/3/2024) siang saat mandi di Sungai Bengawan Madiun. Saat itu, hanya pakaian dan sabunnya yang ditemukan di lokasi kejadian.

    Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, Damkar, dan relawan setempat melakukan pencarian selama tiga hari. Pada hari ketiga, jasad Didik ditemukan mengambang di sungai.

    “Kami sudah lakukan pencarian selama tiga hari. Hingga akhirnya, korban ditemukan pada pagi hari. Setelah dipastikan, jasad ini merupakan jasad korban atas nama Didik Nugroho,” terang Andris Dwi Prasetya, Petugas Basarnas Pos SAR Trenggalek.

    Tim SAR mengevakuasi jasad Didik menggunakan perahu karet. Pihak keluarga yang datang ke lokasi langsung memastikan bahwa jasad tersebut adalah Didik.

    Jenazah Didik kemudian dibawa ke RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk divisum. Setelah divisum, jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

    Kejadian ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di sungai, terutama saat musim hujan dengan arus yang deras. [fiq/suf]

  • Cuaca Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo 17 Maret 2024, BMKG: Hujan Siang Hari

    Cuaca Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo 17 Maret 2024, BMKG: Hujan Siang Hari

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memberikan informasi lebih lengkapnya mengenai kondisi cuaca di Surabaya Raya, yang mencakup Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, pada Minggu (17/3/2024).

    “Wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo perlu waspadai terjadinya hujan siang hari ini, mulai dari intensitas ringan hingga disertai petir,” Oky Sukma Hakim, S.Tr, prakirawan BMKG Juanda Surabaya, Sabtu (16/3/2024).

    Adapun berikut ini lebih lengkapnya prakiraan cuaca di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, untuk hari ini, Minggu 17 Maret 2024.

    Cuaca Surabaya

    Pagi: Berawan

    Siang: Hujan Ringan

    Malam: Hujan Ringan

    Dini hari: Berawan Tebal

    Suhu antara 24-30 derajat celcius dan kelembapan mencapai 65-95 persen.

    Cuaca Sidoarjo

    Pagi: Berawan

    Siang: Hujan Petir

    Malam: Hujan Ringan

    Dini hari: Berawan

    Suhu antara 24-30 derajat celcius dan kelembapan mencapai 65-95 persen.

    Cuaca Gresik

    Pagi: Berawan

    Siang: Hujan Ringan

    Malam: Berawan Tebal

    Dini hari: Berawan Tebal

    Suhu antara 25-30 derajat celcius dan kelembapan mencapai 65-95 persen.

    Penting untuk dicatat bahwa prakiraan cuaca dapat berubah, oleh karena itu, disarankan untuk selalu memantau pembaruan informasi cuaca dari sumber yang terpercaya.

    Dengan mengetahui prakiraan cuaca ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi kondisi cuaca yang mungkin terjadi pada periode tersebut. (fyi/ian)

  • Jembatan Kodik Ambruk Akibat Banjir di Pamekasan

    Jembatan Kodik Ambruk Akibat Banjir di Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Jembatan penghubung antar desa di Desa Kodik, Kecamatan Proppo, Pamekasan, ambruk tak tersisa akibat terjangan banjir yang melanda wilayah Pamekasan, Selasa (12/3/2024) lalu.

    Jembatan penghubung tersebut merupakan akses jalan dari menuju Desa Samiran-Talango, Proppo. Sekaligus sebagai akses alternatif dari tiga desa berbeda di wilayah setempat.

    “Jembatan Kodik, Proppo, menjadi salah satu fasilitas umum yang rusak akibat banjir yang terjadi beberapa waktu lalu,” kata Plt Kalaksa BPBD Pamekasan, Akhmad Dhofir Rosidi, Sabtu (16/3/2024).

    Pihaknya menyampaikan jembatan tersebut sekaligus menjadi satu-satunya fasilitas umum yang rusak, saat terjadi banjir yang menyerang 9 desa/kelurahan di Pamekasan. “Jadi Jembatan Kodik ini menjadi satu-satunya fasilitas umum yang rusak akibat banjir, lainnya alhamdulillah aman,” ungkap pria yang akrab disapa Pak Dhofir.

    Jauh sebelum ambruk, kondisi jembatan tersebut memang sangat mengkhawatirkan. Hanya saja warga tetap memaksa melewati jembatan yang terbuat dari besi dan bahan cor.

    Bahkan pihak BPBD Pamekasan, juga sempat memasang plakat sebagai tanda peringatan bagi warga agar tidak melintasi jembatan yang menjadi akses alternatif.

    “Memang sebelum ambruk, kondisi jembatan memang sangat mengkhawatirkan, dan sempat dipasang plakat peringatan agar tidak dilintasi, sehingga saat ini benar-benar ambruk tak tersisa,” jelasnya.

    Akibat peristiwa banjir tersebut, terdapat sebanyak 2.517 KK menjadi korban banjir yang di dua kecamatan berbeda di Pamekasan, yakni Kecamatan Pademawu, dan Kecamatan Pamekasan (Kota).

    Jumlah tersebut tersebar di sebanyak 9 (sembilan) desa/kelurahan di Pamekasan, meliputi sebanyak 3 (tiga) desa dan 6 (enam) kelurahan di dua kecamatan berbeda. Berdasar data BPBD Pamekasan, musibah banjir terjadi di 8 desa/kelurahan di kecamatan Pamekasan, serta satu desa di kecamatan Pademawu. [pin/kun]

  • Salat Tarawih 30 Juz di Ponpes Al-Fatah Temboro Magetan Diminati Jamaah Luar Negeri

    Salat Tarawih 30 Juz di Ponpes Al-Fatah Temboro Magetan Diminati Jamaah Luar Negeri

    Magetan (beritajatim.com) – Tradisi shalat tarawih semalam suntuk di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan, Jawa Timur, semakin diminati. Tahun 2024 ini, jumlah jamaah shalat tarawih terlama yang mencapai 8 jam dengan bacaan 30 juz Alquran khatam dalam semalam itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Ustadz Barly Musaddad, salah satu pengasuh Ponpes Al-Fatah Temboro, mengatakan bahwa jumlah jamaah salat tarawih terlama tahun ini mencapai 40-50 orang per kelompok. Sebelumnya, jumlahnya hanya sekitar 20 orang.

    Tak hanya jamaah asal Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, namun juga jamaah asal luar negeri seperti Malaysia juga datang ke Temboro. “Jamaah datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang dari luar negeri seperti Malaysia. Katanya tahun depan mau ke sini lagi, bawa rombongan sampai 100 orang,” kata Ustadz Barly.

    Muhammad Samsudin, salah satu peserta shalat tarawih terlama, mengatakan bahwa ia ingin mencoba pengalaman baru dan merasakan susahnya shalat tarawih dengan bacaan 30 juz Alquran. “Tidak ada persiapan khusus, hanya ingin mencoba saja. Kalau lelah, ya istirahat,” kata Samsudin.

    Tradisi shalat tarawih semalam suntuk di Ponpes Al-Fatah Temboro sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Awalnya, tradisi ini hanya diikuti oleh beberapa jamaah saja, namun kini sudah diikuti oleh ratusan jamaah.

    Shalat tarawih semalam suntuk di Ponpes Al-Fatah Temboro menjadi daya tarik bagi umat Islam untuk merasakan pengalaman spiritual yang berbeda. Tradisi ini terus berkembang dan menarik minat jamaah dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. [fiq/kun]

  • Banjir Sampang Ancam Gagalkan Panen Padi Petani

    Banjir Sampang Ancam Gagalkan Panen Padi Petani

    Sampang (beritajatim.com) – Banjir yang melanda Desa/Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, selama 3 hari merugikan para petani padi. Tanaman padi mereka terendam dan rusak, terancam gagal panen.

    “Banjir tak hanya merendam, tapi juga merusak tanaman padi karena arus airnya deras,” ungkap H. Ahmadi, petani asal Desa Torjun, Sabtu (16/3/2024).

    Ahmadi memperkirakan puluhan hektar lahan pertanian di Torjun dan Jrengik terdampak banjir.

    Sebelumnya, banjir air hujan melanda Sampang selama 3 hari (12-14 Maret 2024) dan merendam 16 desa di 4 kecamatan.

    “Data kami menunjukkan 16 desa dan kelurahan di 4 kecamatan terdampak banjir,” kata H. Muhammad Hozin, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sampang.

    Hozin mengimbau warga untuk waspada dan siaga menghadapi cuaca ekstrim saat ini. Segera laporkan potensi bencana kepada aparat terdekat.

    “Cuaca ekstrim masih melanda Sampang. Kami harap warga siaga dan waspada,” harapnya. (ted)

  • Tanggap Banjir Semarang, Kemensos Dirikan Dapur Umum dan Pasok Logistik

    Tanggap Banjir Semarang, Kemensos Dirikan Dapur Umum dan Pasok Logistik

    Semarang (beritajatim.com) – Hujan deras disertai petir dan angin kencang sejak Rabu (13/3) mengakibatkan banjir di Kota Semarang.

    Data BPBD Kota Semarang per 15 Maret 2024 menunjukkan 169.991 warga terdampak. Banjir Kanal Timur (BKT) meluap karena tak mampu menampung debit air dari daerah Ungaran dan sekitarnya, memperparah situasi.

    Kementerian Sosial (Kemensos) bergerak cepat, mendirikan dapur umum di beberapa titik untuk menyediakan logistik. Bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Dinas Sosial Kota Semarang, TNI, Polri, Relawan, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana), Kemensos memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk memastikan kesehatan mereka.

    Sekretaris Jenderal Kemensos, Robben Rico didampingi Plt. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M. Delmi, dan Kepala Sentra Terpadu Kartini Temanggung, Iyan Kusmadiana, turun langsung meninjau kondisi banjir di beberapa wilayah, posko pengungsian, dan posko bantuan Kemensos pada Jum’at (15/3). Kelurahan Kaligawe merupakan salah satu kawasan terparah.

    “Kita membuat empat dapur umum, dan membantu beberapa dapur umum mandiri yang dibuat warga,” kata Robben Rico.

    Kemensos, melalui Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), bersinergi dengan berbagai Sentra Terpadu mengirimkan bantuan makanan siap saji, kebutuhan wanita dan anak, kasur, selimut, dan tenda.

    Bantuan Makanan Kemensos untuk banjir di Jateng

    Banjir parah membuat beberapa masyarakat mengungsi. Robben Rico bersama tim mendistribusikan bantuan langsung kepada masyarakat di pengungsian, salah satunya di Gedung Serbaguna Universitas Semarang.

    “Tadi sampai jam 3 pagi kita keliling di beberapa tempat, mensupply kasur dan selimut. Harapannya warga bisa beristirahat dengan baik dan nyaman di pengungsian,” ucap Robben.

    Salah satu pengungsi, Etty, mengucapkan rasa terima kasihnya. “Sebelumnya, tidur hanya dengan alas tikar, sehingga selimut dan kasur ini sangat dibutuhkan,” Ucap Etty.

    Bantuan Kemensos untuk bencana banjir di Kota Semarang total nilai sebesar Rp. 3,088 miliar. Bantuan tersebut sebagai bentuk komitmen Kemensos untuk membantu masyarakat yang terdampak banjir agar dapat melewati masa sulit ini dengan lebih baik. (ted)

  • Jembatan Menuju Pura Balekambang Malang Rusak, Satu Gazebo Pantai Ngliyep Hancur

    Jembatan Menuju Pura Balekambang Malang Rusak, Satu Gazebo Pantai Ngliyep Hancur

    Malang (beritajatim.com) – Cuaca ekstrim kembali menerjang Kabupaten Malang. Akibatnya, jembatan menuju Pura Luhur Amertha Jati di Pantai Balekambang, Kabupaten Malang rusak diterjang gelombang tinggi.

    Sementara di Pantai Ngliyep juga dikabarkan satu gazebo mengalami kerusakan.

    Menanggapi hal itu, Direktur Utama Perumda Jasa Yasa selaku pengelola pantai milik Pemkab Malang, Raden Djoni Sudjatmoko mengatakan, saat ini cuaca kembali normal dan tim langsung melakukan perbaikan-perbaikan.

    “Kerusakan hanya terjadi pada lantai jembatan, tidak sampai pada struktur jembatan. Sehingga hari ini kami langsung mulai perbaikan,” kata Djoni, Sabtu (16/3/2024).

    Djoni menjelaskan, untuk jembatan Balekambang terpaksa ditutup. Namun demikian, tidak berpengaruh terhadap suasana pantai. Katanya, pantai Balekambang hingga saat ini tetap dibuka untuk wisatawan yang hendak berlibur di Balekambang.

    “Hanya akses menuju Pura saja yang ditutup,” ujarnya.

    Saat disinggung apakah air laut juga sampai menerjang kios-kios yang ada di sekitaran Balekambang, Djoni mengatakan tidak. Air laut yang sedang pasang dengan ketinggian yang tidak seperti biasanya, hanya menyentuh di bibir pantai saja.

    “Airnya nggak ada yang sampai kios hanya sampai menyentuh bibir jalan,” katanya.

    “Jadi yang sedikit ada kerusakan cuman lantai jembatan, dan langsung mulai kami perbaiki hari ini. Struktur jembatan aman nggak ada kerusakan,” lanjutnya.

    Djoni menambahkan, untuk fasilitas pantai tidak ada kerusakan yang serius di sana walaupun ada satu pohon yang tumbang. Pohon tumbang itupun bukan karena air laut, tapi karena hempasan angin yang sangat kencang.

    Tak hanya di Balekambang, di pantai Ngliyep juga tak luput dari amukan angin. Akibatnya, satu gazebo di sana alami kerusakan.

    Kata Djoni, dua pantai milik Pemkab Malang itu sudah diperbaiki dan kembali normal. Kemudian tetap dibuka bagi masyarakat umum yang hendak berlibur ke area pantai tersebut. (yog/ted)

  • Mushola Panggung An-Nur, Saksi Perjuangan Pangeran Diponegoro di Blitar

    Mushola Panggung An-Nur, Saksi Perjuangan Pangeran Diponegoro di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Mushola An-Nur di Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar diyakini masyarakat sekitar sebagai peninggalan Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya.

    Mushola itu diyakini warga adalah bangunan yang didirikan oleh Pangeran Diponegoro.

    “Sejak berdirinya langgar gantung ini. yang didirikan oleh Mbah Irodikoro sebagai inisiatifnya. Mendirikan sejak tahun 1825–1830 sampai saat ini masih berdiri dan berfungsi,” kata Isman Hadi, Ketua Takmir Mushola An-Nur Plosokerep Blitar.

    Sejarah berdirinya Mushola An-Nur bermula dari pelarian Laskar Diponegoro bernama Irodikoro. Ia adalah Bupati Demak yang sekarang adalah Kudus.

    Dalam pelariannya, Irodikoro tiba di sebuah hutan yang sangat lebat dan banyak ditumbuhi pohon ploso. Di tengah hutan tersebut, Irodikoro bertemu dengan tiga orang yang sudah lebih dahulu menghuni kawasan tersebut, yaitu Mbah Sirodongso, Mbah Singodongso, dan Mbah Morodongso.

    Ketiga orang inilah yang pertama menebang (membabat) hutan ploso yang sangat lebat. Selanjutnya di situ didirikan sebuah desa yang diberi nama Plosokerep.

    Berselang setahun setelah berdirinya Desa Plosokerep, Mbah Singodongso kedatangan tamu seorang anggota pasukan Diponegoro yang sedang menjadi buronan Belanda. Orang itu adalah Irodikoro.

    Irodikoro kemudian diambil mantu oleh Mbah Singodongso yang kemudian beranak cucu di Plosokerep. Sang pangeran yang sebelumnya terlibat perang dengan Belanda akhirnya bersembunyi di hutan belantara Plosokrep.

    Di sana pangeran Diponegoro membangun sebuah mushola yang saat ini dikenal sebagai Langgar An-Nur sebagai tempat beribadah dan tempat berkumpul untuk mengatur strategi mengalahkan Belanda.

    Di depan mushola tersebut, Pangeran Diponegoro menanam beberapa pohon sawo kecik sebagai penanda. Nama ‘sawo’ sendiri diambil dari Bahasa Arab yang berarti ‘sama’.

    Tanda pohon sawo kecik tersebut juga berfungsi sebagai penanda. Jika sewaktu-waktu terjadi peperangan di sekitar tempat tersebut, maka tanda tersebut menunjukkan pendukung laskar perjuangan Diponegoro.

    “Bagaimana caranya, orang-orang sini yang waktu itu masih awam dengan agama terutama Agama Islam. Oleh sebab itu merintis pendidikan Agama Islam di Plosokerep di Blitar ini dengan cara mendirikan tempat ibadah, bukan hanya untuk dibuat ibadah saja tetapi juga dipakai untuk belajar Agama Islam. Mengumpulkan anak-anak di sekitar untuk diajari pendidikan Agama Islam,” bebernya.

    Arsitektur mushola ini juga cukup unik. Lantaran lantai dari mushola ini tidak menyentuh tanah alias menggantung. Model bangunan mushola ini mirip rumah joglo dengan konstruksi bangunan berupa kayu jati.

    Lantai dan tiang bangunan tersebut berbahan kayu jati. Sedangkan dindingnya dari anyaman bambu. “Langkah tersebut, konstruksinya berbahan kayu dan bambu,” tegasnya

    Berdiri sejak tahun 1826-1828, bangunan Mushola An-Nur peninggalan Pangeran Diponegoro ini masih tetap sama. Pihak takmir mushola tidak pernah sekalipun mengganti atau mengubah desain dari bangunan bersejarah ini. (owi/ted)

  • Sejumlah Wilayah Pantura Jawa Tengah Terdampak Cuaca Ekstrem

    Sejumlah Wilayah Pantura Jawa Tengah Terdampak Cuaca Ekstrem

    Jakarta (beritajatim.com) – Sejumlah wilayah Kabupaten/Kota di Pantai Utara (Pantura) Jawa bagian tengah terdampak bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem.

    Cuaca ekstrem yang ditandai dengan intensitas curah hujan tinggi disertai petir dan angin kencang sebelumnya termonitor dari satelit klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Rabu (13/3/2024) lalu.

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, konsentrasi awan yang memicu cuaca ekstrem ini ditandai dengan adanya warna merah-oranye pada peta satelit di sepanjang garis pantai mulai dari Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan.

    “Hasil akumulasi data yang dihimpun tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Jumat (15/3), sejumlah wilayah Kabupaten/Kota telah melaporkan kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor,” papar Muhari.

    Muhari menambahkan, BMKG melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, telah mengeluarkan informasi awal peringatan dini cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi hingga pekan depan.

    Menurut BMKG, lanjut Muhari, wilayah Jawa Tengah terpantau adanya gangguan pada atmosfer hingga menyebabkan potensi cuaca ekstrem yang dipengaruhi oleh gelombang equatorial rossby, gangguan atmosfer madden julian oscillation (MJO) dan kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia serta bibit siklon tropis 94S di teluk Carpentaria sekitar utara Australia.

    Adapun kondisi tersebut menurut BMKG dapat mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah. Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa Tengah dapat berlangsung hingga tanggal 18 Maret 2024.

    “BNPB mengimbau kepada masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak bencana seperti banjir, banjir bandang tanah longsor, angin kencang, sambaran petir dan pohon tumbang,” ujarnya. (ted)

  • Kronologi Gadis Magetan Meninggal Tertabrak Truk Usai Terjeblos Lubang Jalan Ngawi

    Kronologi Gadis Magetan Meninggal Tertabrak Truk Usai Terjeblos Lubang Jalan Ngawi

    Ngawi (beritajatim.com) – Yuliana Ajeng Pradita (27) warga Desa Kalang Kecamatan Sidorejo Kabupaten Magetan, Jawa Timur meninggal dunia usai mengalami kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-Solo masuk desa Pengkol Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada Sabtu (16/3/2024) pukul 11.45 WIB. 

    Dia terjeblos lubang di jalan yang merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.

    Usai terjeblos, korban kemudian terjatuh dan naasnya, di depannya ada truk yang kemudian menabraknya. 

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Ngawi Ipda Yudhi Yulianto menerangkan, kejadian berawal saat korban yang mengendarai Honda Beat (sebelumnya ditulis NMax) nopol H 2684 QW berkendara dari arah Ngawi ke arah Solo. Sampai di lokasi korban menabrak lubang di  jalan sehingga oleng ke kanan. 

    ‘’Nah, dari arah berlawanan ini melaju truk nopol S 9263 NH yang dikendarai oleh Abd Kharis (44) warga Desa Grobogan, Mojowarno, Jombang. Karena jarak sudah dekat dan tidak bisa menghindar, truk ini akhirnya menabrak Honda Beat. Akibatnya korban meninggal dunia dan saat ini sudah dievakuasi ke RSUD dr Soeroto,’’ terang Yudhi. 

    Saat ini dua kendaraan yang terlibat kecelakaan sudah diamankan di Kantor Unit Gakkum Satlantas Polres Ngawi. Sementara, pengemudi truk masih dimintai keterangan lebih lanjut oleh pihak kepolisian. Kecelakaan itu masih dalam penyelidikan Polres Ngawi. 

    Diketahui, Gadis asal Desa Kalang Kecamatan Sidorejo Kabupaten Magetan meninggal dunia akibat kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-Solo masuk Desa Pengkol Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi, Sabtu (16/3/2024)

    Adalah Yuliana Ajeng Pradita (27), dia mengendarai motor N-Max. Dia merupakan karyawan swasta. Diduga, dia terjatuh karena melintasi lubang di jalan raya tersebut. Naasnya, ada kendaraan lain yang saat itu melintas dan kemudian menabraknya. 

    Akibatnya, korban meninggal di lokasi kejadian. Untuk kendaraan korban mengalami kerusakan parah akibat kejadian tersebut. [fiq/ted]