Category: Beritajatim.com Regional

  • Diduga Depresi, Pemuda di Mojokerto Gantung Diri

    Diduga Depresi, Pemuda di Mojokerto Gantung Diri

    Mojokerto (beritajatim.com) – Aksi gantung diri terjadi di wilayah hukum Polres Mojokerto tepatnya di Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Rabu (29/1/2025). Diduga korban depresi sehingga mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

    Korban berinsial RS (34). Korban ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa oleh sang kakak yang hendak menjenguk korban pada sekira pukul 11.00 WIB. Korban diketahui selama ini tinggal sendiri di Kelurahan Wonokusumo RT 6 RW 2 sejak orang tuanya meninggal.

    Sementara dua kakaknya sudah berumah tangga dan tinggal terpisah. Penemuan jenazah korban yang tergantung tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Mojosari. Petugas yang datang langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan identifikasi jenazah.

    Kapolsek Mojosari, Kompol Purnomo mengatakan, hasil identifikasi jenazah tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. “Korban murni gantung diri diduga depresi. Korban setiap hari tinggal sendirian karena orang tua sudah meninggal dunia, sementara dua kakak tinggal terpisah,” ungkapnya.

    Dari keterangan pihak keluarga, lanjut Kapolsek, korban diketahui mengalami depresi karena setiap hari sering berbicara sendiri. Korban diketahui gantung diri saat sang kakak menjenguk korban di rumah Kelurahan Wonokusumo RT 6 RW 2, Kecamatan Mojosari.

    “Kakak korban masuk rumah dan mendapati korban sudah dalam keadaan meninggal dunia dengan cara gantung diri. Kakak korban kemudian menghubungi Ketua RT dan melaporkan ke Polsek Mojosari. Keluarga korban menolak dilakukan autopsi, jenazah langsung dimakamkan,” katanya. [tin/kun]

    Jika Kamu butuh bantuan konsultasi untuk mengatasi masalah depresi atau Kamu melihat orang yang ingin melakukan aksi bunuh diri bisa menghubungi nomor darurat Kementerian Kesehatan di 119.

  • Korban Ombak Pantai Drini Minta Foto Ibu Sebelum Outing Class ke Yogyakarta

    Korban Ombak Pantai Drini Minta Foto Ibu Sebelum Outing Class ke Yogyakarta

    Mojokerto (beritajatim.com) – Korban ombak Pantai Drini di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) dikenal sebagai pribadi yang baik dan suka bergaul (supel). Sebelum outing class, korban minta foto sang ibu.

    Sang ibu Siti Rositasari sudah meninggal dunia saat korban duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Korban juga ditinggal dua adiknya dan ketiganya dimakamkan di Desa Kraton, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Hal tersebut disampaikan Pengurus RW 03, Latif Sutopo.

    Pelajar kelas 7 SMPN 7 Kota Mojokerto ini, selama ini tinggal di Perumahan The Suam Residence Blok N Nomor 6 RT 02 RW 03, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Korban tinggal bersama sang nenek, Sarminah.

    “Sebelum berangkat (outing class ke Yogyakarta), ananda Rifky ini minta foto ibunya ke neneknya. Foto itu dimasukkan di dompet. Wallahu a’lam. Apa ini firasat, saya tidak tahu?,” ungkapnya, Rabu (29/1/2025).

    Masih kata Pengurus RW 03, korban dikenal sebagai anak supel dan rajin beribadah. Korban setiap sholat magrip selalu berjamaah di masjid perumahan dan mengajak teman-temannya. Bahkan korban merupakan vokalis kelompok hadrah di masjid perumahan.

    “Anaknya sangat baik, kalau magrib itu pasti ngajak anak-anak kecil untuk sholat ke masjid. Ananda Rifky ini sempat ikut pengajian Isro Miroj malamnya (Minggu malam). Dimakamkan di Krian berdampingan dengan ibu dan dua adiknya,” katanya.

    Sebelumnya, Rifky Yoeda Pratama dinyatakan hilang oleh Tim SAR saat ombak Pantai Drini menyeret 13 siswa SMPN 7 Kota Mojokerto pada, Selasa (28/1/2025) kemarin. Dari 13 siswa tersebut, tiga ditemukan dalam kondisi meninggal dan sembilan ditemukan selamat. [tin/kun]

  • Polres Madiun: Benda Mencurigakan di Pintu Tol Madiun Hanya Petasan

    Polres Madiun: Benda Mencurigakan di Pintu Tol Madiun Hanya Petasan

    Madiun (beritajatim.com) – Kepolisian Resor (Polres) Madiun menegaskan bahwa benda mencurigakan yang ditemukan di Exit Tol Madiun atau Simpang Empat Dumpil, Desa Bagi, Kecamatan Madiun, bukanlah bom, melainkan petasan.

    Kapolres Madiun, AKBP Mohammad Zainur Rofik, dalam keterangannya di Mapolres Madiun pada Rabu sore (29/1/2025), menjelaskan bahwa laporan mengenai benda tersebut diterima sekitar pukul 02.00 WIB. Setelah mendapat laporan, pihak kepolisian segera mendatangi lokasi dan berkoordinasi dengan Tim Gegana Satbrimob Polda Jatim untuk memastikan keamanan di sekitar area temuan.

    “Isi benda yang dimasukkan ke dalam kardus, dan dibungkus koran itu petasan, dengan diameter 11 dan 12 centimeter,” jelas AKBP Mohammad Zainur.

    Kapolres juga mengungkapkan bahwa berdasarkan keterangan awal, benda tersebut dikirim oleh seseorang yang diminta untuk mengantarkannya ke luar kota. Namun, karena muncul kecurigaan, laporan segera dibuat dan pihak kepolisian bertindak cepat untuk menyelidikinya.

    “Ternyata pada saat itu ada kecurigaan sehingga dilaporkan kepada kami. Maka dari itu kami dalami, dan tindaklanjuti bersama Gegana mengecek bingkisan tersebut,” ungkapnya.

    Dalam kasus ini, polisi telah mengamankan dua orang yang diketahui sebagai pengantar bingkisan tersebut. Saat ini, mereka masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap fakta-fakta lain yang berkaitan dengan kasus ini.

    “Kami lakukan pendalaman terlebih dahulu dengan fakta-fakta yang ada, sehingga nanti bisa jelas,” tambah Kapolres.

    Benda yang ditemukan telah dimusnahkan oleh aparat kepolisian di area hutan Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. “Bingkisan satu rangkaian seperti mercon. Artinya siap ledak, karena ada sumbunya,” pungkasnya.

    Kasus ini menyoroti pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap benda mencurigakan di ruang publik. Polres Madiun mengimbau warga agar segera melapor jika menemukan hal serupa demi menjaga keamanan dan ketertiban. [kun]

  • Kecelakaan Maut di Randupitu Probolinggo, Pengendara Motor Meninggal Dunia

    Kecelakaan Maut di Randupitu Probolinggo, Pengendara Motor Meninggal Dunia

    Probolinggo (beritajatim.com) – Kecelakaan tragis terjadi di Jalan Raya Randupitu, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Rabu (29/1/2025). Sebuah microbus Isuzu Elf bertabrakan dengan sepeda motor Honda yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan satu lainnya luka-luka.

    Korban meninggal dunia diketahui bernama Andika Ramadani (16), warga Desa Gending, Kabupaten Probolinggo. Andika merupakan penumpang sepeda motor Honda yang dikendarai oleh Moch Dimas Ridwani, juga warga Desa Gending.

    Kecelakaan ini juga melibatkan Alimurti Adikara (22), sopir microbus Isuzu Elf, warga Wonokromo, Surabaya. Saat kejadian, Alimurti membawa penumpang bernama Ernawati dan empat orang lainnya.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Probolinggo, Iptu Aditya Wikrama, menjelaskan kronologi kecelakaan. “Kejadian bermula saat microbus Isuzu Elf yang dikemudikan Alimurti Adikara berjalan dari arah timur ke barat,” ujarnya.

    “Sesampainya di TKP, saat mendahului kendaraan roda empat yang berjalan searah di depannya, microbus tersebut bertabrakan dengan sepeda motor Honda yang dikendarai Moch Dimas Ridwani dari arah berlawanan,” lanjutnya.

    Akibat kecelakaan tersebut, microbus Isuzu Elf lepas kendali ke kanan, terguling, dan masuk ke persawahan di utara jalan. Sementara itu, Andika Ramadani yang mengalami luka parah, dilarikan ke RSUD Wonolangan, namun nyawanya tidak tertolong.

    “Korban Andika Ramadani meninggal dunia di rumah sakit, sedangkan pengendara motor, Moch Dimas Ridwani, masih dirawat karena luka-luka,” terang Iptu Aditya. (ada/kun)

  • Satpolairud dan TNI AL Masih Mencari Nelayan Bawean yang Hilang Diterjang Ombak

    Satpolairud dan TNI AL Masih Mencari Nelayan Bawean yang Hilang Diterjang Ombak

    Gresik (beritajatim.com) – Memasuki hari ketiga Satpolairud Polres Gresik dan TNI AL masih mencari nelayan asal Pulau Bawean yang hilang diterjang ombak. Korban atas nama Sukandi (63) warga asal Deket Agung, Kecamatan Sangkapura hingga saat ini belum ditemukan.

    Sebelumnya korban (Sukandi) bersama tiga rekannya pada 27 Januari 2025 mencari ikan 3 mil dari bibir pantai Pulau Bawean. Naas saat menjaring ikan kedua kalinya, tiba-tiba datang ombak besar sehingga menerjang kapal ikan yang ditumpanginya terbalik.

    Dari kejadian tersebut, Sudariono (57) menjadi korban dan jasadnya ditemukan oleh nelayan lain. Sementara Nurul Mujahata (57) dan Nur Fali (65) berhasil diselematkan.

    Kasatpolairud Polres Gresik, Iptu Arifin mengatakan, timnya bersama TNI AL terus berupaya mencari korban dengan menyisir area perairan serta memeriksa titik-titik lokasi yang diduga menjadi tempat korban tenggelam.

    “Kami bersama TNI AL dan masyarakat nelayan terus melakukan pencarian, baik di perairan maupun di sekitar bibir pantai, namun hingga saat ini korban belum ditemukan,” katanya, Rabu (29/1/2025).

    Masih menurut Arifin, tim gabungan melakukan pencarian korban dengan menggunakan perahu patroli untuk memperluas area pencarian. Namun, cuaca yang kurang bersahabat menjadi salah satu tantangan dalam pencarian ini.

    “Kami juga menghimbau kepada para nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan sebelum melaut dan selalu memperhatikan kondisi cuaca yang akhir-akhir ini kurang bersahabat,” ungkapnya.

    Perwira pertama Polri ini menambahkan, guna menghindari kejadian serupa. Anggotanya di lapangan akan terus berkoordinasi untuk menentukan langkah lanjutan dalam pencarian korban yang masih hilang. “Mudah-mudahan besok cuaca cerah, sehingga memudahkan pencarian korban yang hanyut diterjang ombak,” imbuhnya. [dny/kun]

  • Hamil Duluan Masih Jadi Momok untuk Remaja Kota Blitar

    Hamil Duluan Masih Jadi Momok untuk Remaja Kota Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Angka pernikahan dini di Kota Blitar cukup tinggi. Tercatat pada tahun 2024 kemarin terdapat 22 remaja di Bumi Bung Karno yang mengajukan dispensasi nikah dini.

    Data tersebut dihimpun dari tiga kantor urusan agama (KUA) yang ada di wilayah Kota. Dari data yang ada tersebut dapat diketahui bahwa pengajuan dispensasi nikah ini mayoritas disebabkan oleh faktor marriage by accident (MBA) atau terjadi kehamilan di luar nikah.

    Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan Masyarakat Islam (Binmais) Kementerian Agama (Kemenag) Kota Blitar, Purnomo menyebut bahwa selama tahun 2024, 14 remaja perempuan yang mengajukan dispensasi nikah.

    Para remaja ini umumnya masih berusia sekolah dan dipaksa oleh keadaan untuk menjalani pernikahan karena faktor marriage by accident. Tentu tujuan pernikahan dini ini adalah untuk menutupi aib dan mempertanggungjawabkan kehamilan.

    “Sebagian besar kasus ini terjadi karena hamil duluan. Ini sangat disayangkan karena masa depan mereka, terutama yang masih di usia sekolah,” kata Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan Masyarakat Islam (Binmais) Kementerian Agama (Kemenag) Kota Blitar, Purnomo, Rabu (29/01/2025).

    Kasus ini pun menjadi pembelajaran berharga untuk para orang tua dan lembaga pendidikan dalam pencegahan pergaulan bebas yang beresiko pada anak remaja. Orang tua diharapkan dapat aktif memantau aktivitas dan pergaulan anak-anak mereka.

    Para orang tua diharapkan bisa menjadi teman atau sahabat untuk anaknya. Sehingga anak nyaman dalam bercerita termasuk perihal asmara dan pergaulannya.

    Diharapkan dengan adanya pendekatan tersebut, anak-anak atau remaja pergaulannya bisa terkontrol sehingga tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Termasuk perihal hamil di luar nikah.

    “Iya, orang tua harus sebisa mungkin dekat dengan anak. Ketika terjadi kasus seperti ini,” ujarnya. (owi/ian)

  • Wajah Patung Dewi Kwan Im di Klenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep Dipercaya Bisa Berubah Sesuai Hati Pengunjung

    Wajah Patung Dewi Kwan Im di Klenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep Dipercaya Bisa Berubah Sesuai Hati Pengunjung

    Sumenep (beritajatim.com) – Klenteng Pao Sian Lin Kong , di Jl. Slamet Riyadi, Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep, tidak seperti klenteng lain yang khusus sebagai tempat ibadah warga konghucu.

    Klenteng di Sumenep ini merupakan satu-satunya Klenteng di Madura yang beraliran ‘Tri Darma’. Artinya ada tiga agama yang bisa melakukan ‘sembahyang’ disini, yakni umat Konghucu, Budha, dan Tao.

    Klenteng ini diperkirakan sudah berumur 190 tahun dan masuk dalam cagar budaya Sumenep. Halaman klenteng ini cukup besar, karena dibangun di atas lahan seluas 2.685 meter persegi.

    Tiba di Klenteng Pao Sian Lin Kong, pengunjung akan melewati ‘men lou wu’ atau pintu gerbang untuk masuk ke dalam bangunan utama. Di bagian depan, ada sebuah hiolo (tempat dupa besar), yang di kanan kirinya terdapat ‘cok say’ (patung singa) yang menghadap ke hiolo. Sedangkan di atas pintu utama terdapat kaligrafi dalam aksara Tionghoa yang memiliki makna ‘keramatnya mendunia’ serta ‘negara dan lautan tenang’.

    Di ruang utama klenteng ini, ada tiga altar pemujaan. Masing-masing untuk Kongco Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi), kemudian Makco Thian Siang Sing Bo (Dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian), dan Kong Tik Cung Ong. ‘Makco’ yang berada di tengah atau altar nomer dua ini kerap disebut sebagai tuan rumah.

    Ketua pengurus tempat ibadah Tri Darma/Klenteng Pao Sian Lin Kong, Sugiarto Irwan Darsono menceritakan, bagi para pengunjung, yang paling menarik perhatian di Klenteng Pao Sian Lin Kong ini adalah keberadaan patung Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih.

    Patung berukuran besar ini berada di sebuah bangunan ber-cat merah, di belakang ruang utama. Patung Dewi Kwan Im ini banyak diperbincangkan karena konon, patung ini bisa berubah wajah sesuai dengan kondisi jemaat yang datang berdoa.

    “Kalau yang datang kesini orangnya berdoa tulus ikhlas, maka wajah Dewi Kwan Im yang aslinya putih tulang bisa berubah menjadi kemerah-merahan di pipi. Kemudian mata sang dewi yang semula sipit berubah lebar. Sang Dewi seperti terlihat gembira,” ujarnya.

    Sebaliknya, wajah Dewi Kwan Im akan murung kalau jemaat yang berdoa itu punya niat yang kurang baik. Atau bisa juga sebagai pertanda akan mendapat hal-hal yang tidak mulus dalam usaha.

    ‘Karena itu pula, Klenteng Pao Sian Lin Kong ini juga dikenal sebagai tempat berdoa supaya rejeki lancar, dagangan laris,” tuturnya.

    Namun yang membuatnya sedih, dari tahun ke tahun, jumlah pengunjung klenteng semakin berkurang. Terutama setelah pandemi, nyaris tidak ada pengunjung, kecuali jemaat yang akan beribadah. Itupun dengan jumlah yang semakin sedikit.

    “Saat ini jemaat yang tersisa hanya sekitar 20 orang. Sebagian besar lebih suka merayakan imlek di Surabaya atau kota-kota besar lainnya,” ujarnya.

    Namun ia juga memaklumi, karena momen Imlek ini juga menjadi momen bagi warga tionghoa untuk mudik, seperti halnya umat muslim saat lebaran. “Jadi para jemaat Klenteng ini saat Imlek akan pulang ke rumah orang tuanya yang rata-rata tidak tinggal di Sumenep. Sekaligus mudik lah. Apalagi tahun ini kan bertepatan dengan long weekend,” paparnya.

    Ia berharap Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili atau tahun ular kayu ini menjadi tahun penuh rejeki bagi semua umat manusia. (tem/ian)

  • Disholati di Mojokerto, Jenazah Korban Ombak Pantai Drini Dimakamkan di Krian Sidoarjo

    Disholati di Mojokerto, Jenazah Korban Ombak Pantai Drini Dimakamkan di Krian Sidoarjo

    Mojokerto (beritajatim.com) – Jenazah korban hilang di Pantai Drini, Rifky Yoeda Pratama tiba di rumah duka di Perumahan The Suam Residence Blok N Nomor 6, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Usai disholati, jenazah langsung dibawa ke Sidoarjo.

    Jenazah korban dimakamkan di Dusun Kraton RT 12 RW 3, Desa Kraton, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo didampingi dengan makam sang ibu, Siti Rositasari dan dua adiknya. Dengan menggunakan ambulance milik Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto, jenazah korban diantar ratusan peziarah.

    Ketua RT 02, Vivi Yuliana mengatakan, ibu dan adik korban telah meninggal dan dimakamkan di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo sehingga korban dimakamkan di Krian. “Ibu kandung dan adik-adiknya sudah meninggal dimakamkan, jadi kenapa korban dimakamkan di sana,” ujarnya, Rabu (29/1/2025).

    Sementara itu, Pengurus RW 03, Latif Sutopo mengatakan, jika sebelumnya pihak keluarga menanti kabar terkait korban yang dinyatakan hilang di Pantai Drini Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari,Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (28/1/2025). “Alhamdulilah tadi pagi ditemukan,” ungkapnya.

    Pihak keluarga mendapat informasi terkait penemuan jenazah korban pada Rabu pagi dan kepulangan jenazah korban sekira pukul 10.00 WIB. Jenazah korban dimakamkan di Sidoarjo sesuai dengan permintaan sang nenek agar bisa dimakamkan berdampingan dengan ibu dan dua adiknya.

    “Disholatkan dulu di sini (Kota Mojokerto) dan dimakamkan di Krian (Sidoarjo), permintaan keluarga ingin dimakamkan bersama ibu dan adiknya. Iya di Krian (Desa Kraton, Kecamatan Krian). Tinggal bersama neneknya di sini, sekolah di SMPN 7. Bapak ibunya (ibu sambung) dari kemarin ikut ke Jogja,” katanya.

    Dengan ditemukan jenazah Rifky Yoeda Pratama, total ada empat korban meninggal akibat didulung ombak Pantai Drini pada, Selasa (28/1/2025) kemarin. Tiga korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia langsung dibawa ke rumah duka di Mojokerto usai menjalani otopsi.

    Tiga korban meninggal sebelumnya yakni Alfian Aditya Pratama warga Jalan Flamboyan, Kelurahan Wates dan Malvein Yusuf Adh Dhuqa, warga Jalan Al-Azhar, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto dan Bayhaki Faqtyansah warga Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

    Sebelumnya, kabar duka menyelimuti dunia pendidikan di Kota Mojokerto. Sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Kota Mojokerto mengalami musibah di Pantai Drini Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari,Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (28/1/2025).

    Dikabarkan sejumlah siswa menjadi korban akibat diseret ombak Pantai Drini. Tiga orang siswa dikabarkan meninggal dunia, sementara sembilan orang siswa berhasil selamat. Sementara satu orang siswa masih dalam pencarian Tim SAR Gabungan. [tin/ian]

  • Tanah Longsor di Telaga Sarangan Magetan, Ada Pohon Besar Berpotensi Tumbang

    Tanah Longsor di Telaga Sarangan Magetan, Ada Pohon Besar Berpotensi Tumbang

    Magetan (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, mengakibatkan tanah longsor di kawasan wisata Telaga Pasir Sarangan, Rabu (29/01/2025). Longsor terjadi sekitar pukul 12.04 WIB, menutupi 50% badan jalan di lokasi kejadian

    Menurut Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, Eka Wahyudi, tim gabungan segera melakukan upaya penanganan. “Kami melakukan penanganan tanah longsor,” ujarnya.

    Laporan awal diterima dari warga yang menghubungi call center BPBD Magetan, melaporkan adanya longsoran sepanjang sekitar 5 meter dengan ketinggian 10 meter.

    BPBD Magetan bersama tim gabungan dari TNI, Polri, Perhutani, PMI, perangkat kelurahan, serta potensi relawan segera bergerak ke lokasi. Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) tiba di lokasi pada pukul 12.15 WIB untuk melakukan asesmen dan kaji cepat.

    “Pada pukul 13.00 WIB, proses pembersihan material longsor dilakukan secara gotong royong. Arus lalu lintas yang sempat terganggu akhirnya kembali normal setelah pembersihan selesai pada pukul 14.00 WIB,” kata Eka.

    Selain pembersihan tanah longsor, tim juga menemukan satu pohon jenis puspa dengan lingkar sekitar 1,5 meter yang berpotensi tumbang. Pohon tersebut berada di ketinggian sekitar 10 meter dan akan ditebang sebagai langkah mitigasi saat kondisi sudah lebih sepi dari pengunjung.

    BPBD Magetan mengimbau masyarakat, khususnya wisatawan yang berkunjung ke Telaga Sarangan, agar tetap waspada terhadap potensi bencana alam, terutama saat cuaca ekstrem. [fiq/ian]

  • Lonjakan Penumpang di Terminal Seloaji Ponorogo, Armada Bus Ditambah untuk Kelancaran Arus Balik

    Lonjakan Penumpang di Terminal Seloaji Ponorogo, Armada Bus Ditambah untuk Kelancaran Arus Balik

    Ponorogo (beritajatim.com) – Terminal Tipe A Seloaji Ponorogo mengalami lonjakan penumpang pada hari terakhir libur panjang ini. Warga memanfaatkan momen arus balik untuk kembali ke perantauan atau tempat asal, mengingat esok hari aktivitas rutin akan dimulai kembali.

    Kepala Terminal Tipe A Seloaji Ponorogo, Purwanto, menyampaikan bahwa pada Rabu (29/1), jumlah penumpang yang berangkat mencapai sekitar 2.500 orang, sementara penumpang yang tiba berjumlah sekitar 1.200 orang. Ia memperkirakan total penumpang yang berangkat hari ini bisa mencapai 4.000 orang.

    “Hari ini diprediksi menjadi puncak arus balik libur panjang. Kami perkirakan penumpang yang berangkat mencapai 4.000 orang,” ujar Purwanto saat ditemui di terminal, Rabu siang.

    Meski terjadi peningkatan jumlah penumpang, Purwanto memastikan arus balik berjalan lancar. Hal ini berkat antisipasi dengan menambah hampir dua kali lipat armada bus, terutama untuk rute antar kota dalam provinsi (AKDP).

    “Untuk menghindari penumpukan penumpang, kami telah berkoordinasi dengan perusahaan otobus untuk menambah armada. Sehingga, penumpang dapat terangkut dengan baik dan lancar,” jelasnya.

    Penambahan armada didominasi oleh bus AKDP. Jika pada hari biasa terdapat 60 bus yang beroperasi, kali ini jumlahnya meningkat menjadi 100 bus. Sementara itu, untuk bus antar kota antar provinsi (AKAP), terutama jurusan Jakarta, seluruhnya telah penuh. Hari ini, dijadwalkan 70 bus AKAP akan berangkat.

    “Kami menerima laporan bahwa bus AKAP hari ini sudah penuh penumpang. Total ada 70 bus AKAP yang berangkat hari ini,” tutup Purwanto. (end/ian)