Category: Beritajatim.com Regional

  • Pengemudi PT DABN Probolinggo Meninggal Terjebur Laut

    Pengemudi PT DABN Probolinggo Meninggal Terjebur Laut

    Probolinggo (beritajatim.com) – Kecelakaan kerja terjadi di salah satu perusahaan BUMD milik Pemerintah Provinsi Jatim yakni PT Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) Probolinggo.

    Menurut keterangan yang beredar, sopir dari DABN terjebur di laut bersama mobil pick-up yang dikendarainya.

    Pengemudi yang sampai saat ini masih belum diketahui identitasnya tersebut langsung dievakuasi dan di bawa ke rumah sakit. Namun setelah dibawa ke rumah sakit, keadaan pemgendara sudah tidak tertolong dan meninggal dunia.

    Dugaan awal kronologi terjeburnya pegawai DABN ini bermula saat pengemudi berjalan dari arah barat dan hendak masuk pada area Jety 2.

    Namun saat berada di tengah-tengah Jety, pengemudi hendak melakukan putar balik namun pengemudi beserta mobil pick up masuk ke laut.

    Sementara itu Direktur DABN Hudi Utomo saat dikonfirmasi beritajatim.com dirinya masih belum mengetahui kejadian tersebut. “Saya kebetulan masih di luar kota. Silahkan hubungi direktur operasional,” jawabnya melalui pesan singkat.

    Sementara Direktur Operasional PT DABN Andri Irawan saat dihubungi masih belum memberikan komentar saat berita ini dinaikkan. (ada/ted)

  • Banjir Susulan Kembali Terjang Desa Wonoboyo Bondowoso, Puluhan Rumah Rusak

    Banjir Susulan Kembali Terjang Desa Wonoboyo Bondowoso, Puluhan Rumah Rusak

    Bondowoso (beritajatim.com) – Banjir susulan kembali menerjang Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, Selasa (4/2/2025) petang. Banjir kali ini bahkan lebih deras dari banjir yang terjadi sebelumnya pada Senin (3/2/2025) petang.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso masih berada di lokasi untuk melakukan asesmen dan upaya solutif. Berdasarkan data yang dihimpun, delapan RT terdampak banjir bandang, yakni RT 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, dan 11.

    Kepala Pelaksana BPBD Bondowoso, Sigit Purnomo, menyatakan bahwa dampak banjir bandang di Desa Wonoboyo sangat besar. “Ada sekitar 37 rumah yang rusak. Rinciannya, 12 rumah rusak berat dan 25 rumah rusak ringan,” kata Sigit Purnomo kepada BeritaJatim.com, Selasa (4/2/2025) malam.

    Banjir bandang ini menyebabkan sekitar 96 warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti di dataran yang lebih tinggi. “Selain rumah rusak, ada dua ekor ternak yang hanyut terbawa arus banjir yang sangat deras,” sebut Sigit.

    Hingga berita ini ditulis, lokasi kejadian masih dikunjungi oleh Muspika Klabang, seperti pihak kecamatan, Koramil, dan Polsek Klabang. Jajaran Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (Forkopimda) Bondowoso berencana akan turun langsung ke lapangan pada Rabu (5/2/2024). [awi/ian]

  • Ratusan Warga Dusun Sempu Pasuruan Masih Mengungsi, Relokasi Jadi Opsi

    Ratusan Warga Dusun Sempu Pasuruan Masih Mengungsi, Relokasi Jadi Opsi

    Pasuruan (beritajatim.com) – Bencana tanah bergerak di Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, masih terus menjadi perhatian. Hingga kini, ratusan warga masih mengungsi di SDN Cowek 2.

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, mengungkapkan bahwa kondisi di lokasi bencana belum menunjukkan perubahan signifikan. “Kami terus memantau perkembangan di lokasi,” ujarnya.

    Dari data yang tercatat, sebanyak 53 rumah warga mengalami kerusakan, dengan 17 di antaranya dalam kondisi rusak parah. Kondisi rumah yang tidak layak huni ini membuat warga terpaksa mengungsi.

    Selama berada di pengungsian, warga mendapatkan pelayanan yang cukup memadai. BPBD telah menyediakan kebutuhan logistik dan kesehatan. Selain itu, keamanan di lokasi pengungsian juga diperketat.

    Meskipun demikian, warga tetap diperbolehkan untuk beraktivitas seperti biasa, seperti berkebun. Namun, mereka wajib kembali ke pengungsian setelah selesai beraktivitas.

    “Kami mengizinkan warga untuk beraktivitas, tetapi mereka harus tetap waspada dan selalu kembali ke pengungsian,” tegas Sugeng.

    Sebelumnya, tim ahli geologi dari ITS Surabaya telah melakukan peninjauan ke lokasi bencana dan menyimpulkan bahwa relokasi warga menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan.

    “Kami masih menunggu rekomendasi resmi dari tim ahli,” kata Sugeng. “Rekomendasi ini akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil keputusan terkait relokasi warga.”

    BPBD Kabupaten Pasuruan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah desa, kecamatan, dan instansi terkait untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada warga terdampak. (ada/ted)

  • Diduga Regulator Elpiji Bocor, Dapur Warung Asapan Sambal Tempong Mojokerto Terbakar

    Diduga Regulator Elpiji Bocor, Dapur Warung Asapan Sambal Tempong Mojokerto Terbakar

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tempat usaha Asapan Sambal Tempong di Jalan Raya Desa Pacing, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Selasa (4/2/2025) terbakar.

    Diduga terjadi kebocoran regulator gas LPG sehingga mengakibatkan dapur dengan luas ± 6 x 12 m² terbakar.

    Komandan Regu Pemadam Kebakaran (Damkar), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Sukamto mengatakan, tempat usaha Asapan Sambal Tempong milik Zainal. “Sekira pukul 13.15 WIB, kami mendapatkan informasi terkait kebakaran,” ungkapnya.

    Satu unit mobil damkar diterjunkan ke lokasi kebakaran. Petugas memadamkan api yang membakar dapur berukuran ± 6 x 12 m² tersebut. Sekira pukul 14.05 WIB, api berhasil dipadamkan. Diduga penyebab kebakaran karena adanya kebocoran pada regulator gas LPG.

    “Diduga penyebab kebakaran karena adanya kebocoran pada regulator gas LPG. Terkait kerugian yang dialami pemilik tempat usaha akibat kebakaran tersebut masih dalam penghitungan, kasus kebakaran ini dalam penangganan pihak kepolisian,” katanya. [tin/ted]

  • Pria di Magetan Tewas Disengat Tawon Vespa, Warga Diimbau Waspada

    Pria di Magetan Tewas Disengat Tawon Vespa, Warga Diimbau Waspada

    Magetan (beritajatim.com) – Seorang pria bernama Lestari Widodo (49), warga Desa Jonggrang, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, meninggal dunia setelah disengat tawon vespa saat membersihkan kebun di belakang rumahnya, Selasa (4/2/2025).

    Kapolsek Barat, AKP Bayu Nirbaya Bhakti, membenarkan insiden tersebut. Menurutnya, korban pertama kali ditemukan oleh tetangganya, Sugiyo, dalam kondisi terlentang di teras rumah hanya mengenakan celana pendek.

    “Saat ditanyai saksi, korban ini masih sempat memberi tahu bahwa ia baru saja tersengat tawon saat membersihkan dahan pohon melinjo di belakang rumah,” ungkap AKP Bayu.

    Melihat kondisi korban yang semakin memburuk, Sugiyo bersama warga segera membawanya ke Rumah Sakit Sogaten Madiun menggunakan mobil pribadi. Namun, nahas, korban meninggal dunia dalam perjalanan sebelum mendapatkan perawatan medis.

    Berdasarkan penyelidikan awal, AKP Bayu menyebut korban diduga meninggal akibat sengatan tawon vespa yang bersarang di pohon melinjo di kebunnya. “Korban ditemukan dalam kondisi tidak sadar setelah disengat. Meski demikian, untuk memastikan penyebab pastinya, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” jelasnya.

    Peristiwa ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di area yang berpotensi menjadi sarang tawon vespa, serangga yang dikenal memiliki sengatan beracun dan mematikan.

    Duka mendalam menyelimuti keluarga dan kerabat atas kepergian Lestari Widodo. Jenazahnya telah dimakamkan di desanya. Sementara itu, pihak desa telah melaporkan keberadaan sarang tawon vespa tersebut ke BPBD Magetan agar segera dimusnahkan guna mencegah insiden serupa terjadi di kemudian hari. [fiq/kun]

  • Pantauan BMKG, Bojonegoro Tak Mengalami Hari Tanpa Hujan di Awal Februari 2025

    Pantauan BMKG, Bojonegoro Tak Mengalami Hari Tanpa Hujan di Awal Februari 2025

    Bojonegoro (beritajatim.com) – BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Stasiun Klimatologi Jawa Timur merilis update terkini mengenai kondisi cuaca di wilayah Provinsi Jawa Timur.

    Berdasarkan pantauan Pos Hujan, data mencakup Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut, distribusi curah hujan Dasarian III Januari 2025, serta prakiraan curah hujan Dasarian I Februari 2025.

    Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny, dalam rilis yang diterima dari BMKG menyebut, secara umum, wilayah Jawa Timur mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) dalam kriteria Sangat Pendek.

    Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Jawa Timur masih sering diguyur hujan, meskipun intensitasnya bervariasi. Termasuk di wilayah Kabupaten Bojonegoro.

    Distribusi curah hujan Dasarian III Januari 2025 di Kabupaten Bojonegoro masih berpotensi mengalami hujan dengan kriteria menengah hingga sangat tinggi. Dengan begitu, pihaknya mengimbau agar daerah yang berpotensi banjir dan longsor masyarakat perlu waspada. “Beberapa wilayah bahkan mengalami curah hujan sangat tinggi (>300 mm),” ujarnya, Selasa (4/2/2025).

    Sementara, curah hujan Dasarian I Februari 2025 sesuai prakiraan BMKG bahwa curah hujan pada Dasarian I Februari 2025 di Jawa Timur umumnya berada dalam kriteria menengah (51-150 mm). Peluang terjadinya hujan dengan intensitas ini mencapai lebih dari 90 persen.

    Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny, mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG dan BPBD setempat. “Masyarakat diharapkan waspada terhadap potensi banjir, longsor, dan genangan air, terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi,” ujarnya. [lus/suf]

    Beberapa wilayah yang mengalami hujan dengan kriteria menengah hingga sangat tinggi:

    – Kabupaten Bangkalan
    – Bojonegoro
    – Jombang
    – Kediri
    – Madiun
    – Malang
    – Mojokerto
    – Ngawi
    – Pamekasan
    – Pasuruan
    – Probolinggo
    – Sampang
    – Sumenep
    – Tulungagung

  • Tuntut Kadus Dipecat, Warga Sumberbendo Mojokerto Ngluruk Balai Desa

    Tuntut Kadus Dipecat, Warga Sumberbendo Mojokerto Ngluruk Balai Desa

    Mojokerto (beritajatim.com) – Puluhan warga Dusun Sumberbendo, Desa Lolawang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto ngluruk Kantor Balai Desa Lolawang, Selasa (4/2/2025). Aksi ini menuntut pemecatan Kepala Dusun (Kadus) Sumberbendo, Nur Malik.

    Aksi massa yang dipimpin Ketua Karang Taruna Dusun Sumberbendo, Arifin ini menuntut masa pemberhentian Kadus Sumberbendo yang tertunda 2 tahun. Selain itu, massa aksi juga dilakukan lantaran adanya dugaan korupsi pajak yang dilakukan yang bersangkutan.

    Audensi langsung digelar antara warga Dusun Sumberbendo dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Lolawang. Turut hadir dalam audiensi tersebut Penjabat (Pj) Kepala Desa (Kades) Lolawang Dewi Anggraeni, Sekretaris Desa (Kades) Lolawang) M. Fais dan Ketua Badan Pemerintah Desa (BPD) Lolawang Jaenurin.

    Dalam audensi tersebut, perwakilan warga Dusun Sumberbendo, Bagong menyampaikan jika warga Dusun Sumberbendo, Desa Lolawang sudah tidak mau dipimpin oleh Kadus Nur Malik. Karena warga menduga banyak penyimpangan terhadap kinerja yang bersangkutan.

    “Diduga banyak pungli yang dilakukan oleh Kadus Sumberbendo sehingga menyebabkan warga resah. Seperti meminta sejumlah uang untuk penerbitan surat kegiatan hajatan dan penjualan kayu makam yang uangnya tidak untuk kepentingan warga,” ungkapnya.

    Masih kata Bagong, warga tetap akan menuntut pemberhentian jabatan Kadus Sumberbendo dan tidak bersedia apabila Kadus Sumberbendo saat ini tetap menjabat. Aspirasi warga Dusun Sumberbendo tersebut langsung ditanggapi pihak Pemdes Lolawang.

    Sekdes Lolawang, M Fais mengatakan, jika mekanisme pemberhentian masa jabatan Kadus Sumberbendo sudah diatur sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) dan dari pihak Desa Lolawang tidak bisa serta merta untuk memberhentikan jabatan Kadus.

    “Terkait masalah pemberhentian jabatan Kadus hanya bisa dilakukan apabila Kadus membuat surat pernyataan surat pengunduran diri dan apabila Kadus terlibat masalah hukum dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun. Terkait dugaan pelanggaran pidana harus disertai dengan bukti yang kuat apabila warga akan menempuh jalur hukum,” katanya.

    Sementara itu, Pj Kades Lolawang, Dewi Anggraeni menambahkan, surat pengunduran diri Kadus Sumberbendo yang sudah pernah dibuat secara aturan sudah tidak berlaku. “Karena surat pengunduran diri tersebut dibuat pada tahun 2021,” jelasnya.

    Tak puas dengan jawaban Pemdes Lolawang, warga Dusun Sumberbendo sepakat akan melaksanakan audensi lanjutan bersama dengan Pj Camat Ngoro. Hal tersebut dilakukan untuk membahas penyelesaian masalah Kadus Sumberbendo tersebut. [tin/but]

  • Pesawat Latih API Banyuwangi Jatuh di Perairan Muncar, Jadi Tontonan Warga

    Pesawat Latih API Banyuwangi Jatuh di Perairan Muncar, Jadi Tontonan Warga

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Sebuah pesawat latih milik Akademi Penerbangan Indonesia (API) Banyuwangi mengalami insiden jatuh dengan keadaan menukik.

    Lokasi jatuhnya pesaeat latihan tersebut tepatnya di perairan Gumuk Kantong, Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, pada Selasa (4/2/2025) pada siang hari.

    Kapolsek Muncar AKP Mujiono, membenarkan adanya tragedu pesawat latih milik API tersebut. Diketahui jatuhnya pesawat latih di pantai Gumuk Kantong terjadi sekira pukul 14.30 WIB.

    Melalui keterangan yang telah didapat, pesawat latihan yang memiliki kode PK-BYK tersebut mendadak terbang rendah dan menukik tepat di bibir pantai.

    “Pesawat ditemukan jatuh kurang lebih 100 Meter dari bibir pantai Gumuk Kantong,” ujarnya, Selasa (4/2/2025).

    Dari insiden tersebut diakui tidak ada korban jiwa. Diketahui dua orang selamat, yang mana kedua orang tersebut merupakan seorang taruna dan instruktur.

    “Untuk sementara Black Box telah diamankan pihak API sebagai petunjuk penyebab pesawat jatuh,” ujar AKP Mujiono.

    Pesawat Latih milik Akademi Penerbangan Indonesia Jatuh di perairan Muncar

    Dari kejadian jatuhnya pesawat latihan tersebut diketahui cukup membuat masyarakat geger sehingga menjadi tontonan. Pasalnya lokasi jatuhnya pesawat yang terjadi tepat berada di area destinasi wisata.

    “Meski demikian, masyarakat, Polisi hingga TNI tetap bergotong royong untuk menarik pesawat ke daratan,” pungkasnya. (alr/ted)

  • Lumba-Lumba Terdampar di Pesisir Kenjeran, Nelayan: Sudah Sering Terjadi

    Lumba-Lumba Terdampar di Pesisir Kenjeran, Nelayan: Sudah Sering Terjadi

    Surabaya (beritajatim.com) – Seekor lumba-lumba berukuran tiga meter ditemukan terdampar di Pesisir Laut Kenjeran, Surabaya, pada Senin (3/2) sore. Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi di wilayah tersebut. Nelayan setempat menyebut bahwa lumba-lumba, paus, dan ikan hiu kerap terdampar akibat ombak besar.

    “Nelayan menemukan lumba-lumba terdampar di sini sudah sering. Tidak hanya lumba-lumba, ikan hiu, atau paus juga sering ditemukan, dan saking seringnya tidak bisa dihitung,” kata nelayan Pesisir Timur Laut Kenjeran Surabaya, Mujib, saat ditemui beritajatim.com, Selasa (4/2/2025).

    Mujib menjelaskan bahwa insiden terdamparnya lumba-lumba kali ini disebabkan oleh ombak besar saat air laut pasang. Namun, dalam beberapa kejadian sebelumnya, beberapa hewan laut juga ditemukan tersangkut di jaring nelayan.

    “Lumba-lumba, paus, ikan hiu kadang terdampar murni, dan kadang juga tidak sengaja tersangkut di jaring jebakan nelayan,” jelas dia.

    Beruntung, lumba-lumba yang terdampar kemarin dapat dikembalikan ke laut lepas. Mujib menyebut bahwa lumba-lumba pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan bernama Selamet. Hewan tersebut dilepaskan kembali ke laut sekitar pukul 17.00 WIB dengan cara digiring menggunakan kain.

    “Lumba-lumba ini gak boleh ditangkap, dilindungi, kalau pun ditangkap kita bisa dihukum,” tambahnya.

    Mujib, pria berusia 45 tahun itu, juga mengisahkan bahwa sebelum adanya undang-undang perlindungan satwa, lumba-lumba yang terdampar kerap ditangkap oleh warga nelayan setempat. Hewan-hewan tersebut kemudian dipelihara dalam kandang khusus dan dipertontonkan dengan tarif tertentu.

    Tarif tersebut, lanjut Mujib, digunakan sebagai tarikan uang kas yang kemudian dialokasikan untuk pembangunan tempat ibadah, seperti masjid atau musala.

    “Kalau zaman dulu itu masih boleh ditangkap dan dipertontonkan ditarik uang kas kampung nelayan. Dari situ kita bisa dapat uang banyak, uangnya untuk pembangunan musala dan masjid,” ucap Mujib. [ram/beq]

  • Bertahan di Laut yang Mengering: Perjuangan Nelayan Surabaya Melawan Sedimentasi Lumpur

    Bertahan di Laut yang Mengering: Perjuangan Nelayan Surabaya Melawan Sedimentasi Lumpur

    Surabaya (beritajatim.com) – Pukul enam pagi, ketika mentari baru saja merekah, kami menyusuri Pesisir Timur Laut Surabaya. Di sana, para nelayan bercerita tentang perjuangan mereka melawan sedimentasi lumpur yang membentang hingga tiga kilometer; sebuah rintangan besar dalam upaya mencari rezeki di laut lepas.

    Pemandangan laut mengering, serta lumpur yang membentang sejauh tiga kilometer ini tentu berbeda dengan yang ada di dalam buku-buku puisi. Tidak ada buih, debur ombak, sorot cahaya keemasan matahari yang terpantul di permukaan air. Yang ada hanya air laut coklat yang memprihatinkan.

    Mujib (45), seorang nelayan di Pesisir Timur Laut Surabaya mengatakan bahwa kondisi seperti ini sudah lama terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu. Akibat proyek penanaman paku bumi di Jembatan Suroboyo dan Pakuwon City, Sukolilo.

    “Dulu belum ada sedimentasi atau pendangkalan lumpur, ini baru ada sekitar 10 tahun yang lalu. Itu terjadi setelah ada proyek pembangunan Jembatan Suroboyo, serta pembangunan Gedung Pakuwon City di Mulyorejo, Sukolilo. Dampak dari pemasangan paku bumi yang menghunjam dasar laut,” terang Mujib, seraya yakin mengingat rekam ingatannya saat ditemui beritajatim.com, Selasa (4/2/2025).

    Sepuluh tahun yang lalu, 2015, Pesisir Timur Laut Surabaya semuanya pasir. Tidak ada lumpur atau sampah. Mujib mengaku, kondisi laut yang bersih zaman dulu membuat dirinya gemar mencari ikan di usia lima tahun, dan memutuskan menjadi nelayan di usia enam tahun saat masih sekolah kelas lima SD.

    Pria kelahiran 1980 itu juga merasakan turunnya hasil tangkapan ikan setelah adanya sedimentasi lumpur. Kata dia, dulu sekali pulang melaut dapat ikan 3 – 5 kwintal, sekarang sehari hanya dapat 20 – 30 kilogram. Dengan harus menempuh jarak yang jauh ke perairan luar laut Surabaya, Sidayu – Gresik.

    “Sekarang ongkos modalnya berangkat ke laut itu mahal Rp300 ribu untuk BBM saja, karena jaraknya jauh. Nelayan sini rata-rata melautnya ke arah utara di perairan Gresik, di sana itu tidak ada pengaruh lumpur dan ikannya masih banyak,” ujar dia.

    “Kita ini bisa apa? Proyek penanaman paku bumi itu kan dari pemerintah, atau yang telah disetujui oleh pemerintah. Kita harus hidup dan menghidupi keluarga. Gak boleh menyerah sama lumpur,” imbuhnya.

    Sedimentasi lumpur yang sudah menjadi bagian dari kehidupan nelayan Pesisir Surabaya ini akan meluas setelah surutnya air laut di setiap tanggal 15. Hal itu membuat sedimentasi sejauh lima kilometer dan menyusahkan nelayan saat pulang melaut, karena harus pulang berjalan kaki di atas lumpur sedalam 1,5 meter sambil membawa ikan hasil tangkapan.

    “Haduh, kalau pas musim ikan kerapu dan pas di selesai tanggal 15 itu yang paling susah. Nelayan harus menambatkan perahu di sisa air laut surut, menyeret ikan sejauh lima kilometer untuk melewati lumpur. Agar ikan kerapu tidak mati. Karena ikan kerapu ini paling mahal, dan kalau mati harganya anjlok,” ucap Mujib.

    Meskipun banyak kisah getir yang ia bagi tentang kondisi laut Surabaya, Mujib tetap menuturkannya dengan senyum dan tawa, seolah menjadi bukti nyata bahwa rasa syukurnya masih bersemi di hatinya.

    “Ya memang begini ini kehidupan nelayan, dijalani aja pokoknya,” tutup Mujib. [ram/beq]