Category: Beritajatim.com Regional

  • Pemkab dan Kejaksaan Pasuruan Tebar Benih Bandeng, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

    Pemkab dan Kejaksaan Pasuruan Tebar Benih Bandeng, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

    Pasuruan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Pasuruan bersama Kejaksaan Negeri Pasuruan turut berkontribusi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan melakukan penebaran benih ikan bandeng di Tambak Petani Bandeng, Desa Patuguran, Kecamatan Rejoso, pada Selasa (18/2/2025).

    Kegiatan ini dilakukan langsung oleh Penjabat Bupati Pasuruan, Nurkholis, bersama Kepala Kejaksaan Negeri Pasuruan, Teguh Ananto. Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Daerah Kabupaten Pasuruan, Yudha Triwidya Sasongko, dan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Alfi Khasanah.

    “Kami berharap dengan penebaran benih ikan bandeng ini dapat meningkatkan produksi ikan di Kabupaten Pasuruan dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional,” ujar Nurkholis.

    Kepala Kejaksaan Negeri Pasuruan, Teguh Ananto, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sinergi antara pemerintah dan penegak hukum dalam mendukung program ketahanan pangan.

    “Selain benih bandeng, kami juga mendukung program penanaman bibit mangga alpukat dan tanaman pangan lainnya,” tambah Teguh.

    Lebih lanjut, Teguh menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan isu yang sangat penting. Oleh karena itu, semua pihak harus terlibat aktif dalam upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

    “Kita harus bekerja sama untuk memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat,” tegasnya.

    Selain penebaran benih ikan bandeng, Pemkab Pasuruan juga telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan benih ikan lele kepada kelompok pembudidaya ikan di beberapa kecamatan.

    “Kami berharap bantuan ini dapat meningkatkan produksi ikan air tawar di Kabupaten Pasuruan,” ujar Nurkholis. (ada/ian)

  • Ratusan Calon Jemaah Haji Magetan Mulai Pelunasan Bipih

    Ratusan Calon Jemaah Haji Magetan Mulai Pelunasan Bipih

    Magetan (beritajatim.com) – Ratusan Calon Jemaah Haji (CJH) 2025 dari Magetan telah memasuki tahap pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (Bipih). Proses pelunasan tahap 1 dibuka sejak 14 Februari dan akan berlangsung hingga 14 Maret.

    “Pelunasan bipih tersebut harus dilakukan di Bank Syariah,” ujar Kasi PHU Kankemenag Magetan Ida Dwi Martini,  Senin (17/2/2025)

    Ida menjelaskan bahwa ada 325 CJH yang masuk dalam kuota reguler dan berhak melunasi biaya perjalanan haji. Sementara itu, kuota lansia tahun ini berjumlah 16 orang, dengan 4 di antaranya siap berangkat.

    “Untuk CJH lansia tahun ini tidak ada aturan terbaru, artinya sama dengan reguler yang waktu pelunasannya juga sampai tanggal 14 Maret,” tambahnya.

    Berdasarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2025 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1446 H/2025 M, biaya embarkasi Surabaya ditetapkan sebesar Rp 94.934.259 untuk biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) dan Rp 60.955.751 untuk biaya perjalanan ibadah haji (BIPIH). “Untuk biaya pelunasan yang dilakukan CJH senilai Rp 35.955.751,” pungkasnya. [fiq/suf]

  • Makan Bergizi Gratis di Sumenep Berjalan Lagi, Hanya untuk 150 Siswa

    Makan Bergizi Gratis di Sumenep Berjalan Lagi, Hanya untuk 150 Siswa

    Sumenep (beritajatim.com) – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sumenep yang sempat terhenti pada Senin (17/2/2025), berjalan lagi hari ini, Selasa (18/2/2025). Namun kali ini hanya untuk 150 siswa yang mendapat program MBG tersebut, yakni siswa-siswi Paud Al-Qodar.

    Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman menjelaskan, MBG di Sumenep kemarin diliburkan karena ada barang baru yang harus ditestimoni.

    “Hari ini sudah jalan lagi. Penerima manfaatnya 150 anak di Paud Al-Qadar. Kalau untuk besok Insya Allah sudah normal kembali,” ujarnya.

    Ia menolak untuk menjelaskan lebih detil tentang terhentinya MBG di Sumenep Senin kemarin. Ia hanya menyatakan dengan singkat, bahwa SPPG akan berusaha sebaik mungkin untuk kelancaran MBG Di Kabupaten sumenep.

    Sebelumnya, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Sumenep melalui grup WhatsApp yang beranggotakan sekolah penerima program tersebut menyatakan bahwa MBG di Sumenep dihentikan. Penghentian sementara MBG tersebut disebabkan kendala teknis di internal penyelenggara. Namun ia enggan merinci apa kendala teknis tersebut.

    Ia hanya menyampaikan bahwa kondisi tersebut telah disampaikan ke Badan Gizi Nasional (BGN). SPPG Sumenep akan menunggu petunjuk BGN untuk prograk MBG tersebut.

    Pada tahap pertama, program MBG di Sumenep tersebut mencakup siswa di 18 sekolah mulai PAUD hingga SMA. Total penerima sebanyak 2.965 siswa.

    Sekolah-sekolah yang menjadi sasaran MBG tersebut adalah PAUD Al-Qadar, Melati, Aqidah Usymuni, TK Ashabus Sekkep, Al-Kautsar, Anggraini, dan Terate. Selain itu juga SDN 2 Pamolokan, MIN 1, SDN Pandian 1, SDN Pamolokan 1, dan SDN Pandian 5.

    Sedangkan untuk MBG tingkat SMP menyasar siswa di SMP Binar, MTsN Aqidah Usymuni, MTsN 1 Sumenep, dan SMP Miftahul Ulum. Untuk SMA, MBG dilakukan di SMA Al-Azhar dan MA Zainal Arifin. [tem/beq]

  • Tuntut Keadilan Kematian Kasus KDRT, Ratusan Warga Sumenep ‘Kepung’ Kejaksaan dan Pengadilan Negeri

    Tuntut Keadilan Kematian Kasus KDRT, Ratusan Warga Sumenep ‘Kepung’ Kejaksaan dan Pengadilan Negeri

    Sumenep (beritajatim.com) – Ratusan warga Sumenep yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Peduli Neneng (AMPN), berunjukrasa ke Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri Sumenep.

    Awalnya, massa ‘mengepung’ Kantor Kejaksaan. Mereka meminta jaksa menuntut pelaku dengan hukuman mati.

    “Kasus ini bukan lagi KDRT. Tapi ini masuk dalam pembunuhan berencana. Lihat itu kondisi korban. Luka dimana-mana. Lihat kronologisnya. Kami perlu keadilan. Pak Jaksa jangan main-main dengan kasus ini,” kata Korlap Aksi, Ahmad Hanafi, Selasa (18/02/2025).

    Ia mengaku geram karena jaksa penuntut umum (JPU) hanya mendakwa pelaku dengan pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT.

    “Kenapa hanya pasal KDRT yang didakwakan pada pelaku. Ini tidak memenuhi esensi pembunuhan. Ini sangat mengistimewakan pelaku,” ujar Hanafi.

    Ia mengungkapkan, masyarakat dan keluarga korban minta pelaku dituntut dan dihukum pidana mati. Dakwaan JPU tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Menurutnya, seharusnya JPU menetapkan dakwaan sesuai pasal 340 juncto pasal 338 KUHP.

    “Kami meminta jaksa membuka kembali berkas perkara dan mengusut tuntas pelaku lain yang diduga terlibat dalam kasus ini, mulai keluarga terdakwa yang serumah, aparat desa, dan pihak-pihak lain,” ungkapnya.

    Ia menilai terlalu banyak fakta yang ditutup-tutupi oleh terdakwa dan orang-orang di sekitarnya. Mulai upaya penculikan, penyekapan, pemukulan, hingga akhirnya korban meninggal, tidak berani diungkap.

    “Bahkan keluarga korban tidak diberitahu oleh terdakwa dan keluarganya, kalau si Neneng ini sudah meninggal. Kami tahunya dari tetangga terdakwa. Ketika kami kesana, korban dibilang meninggal karena tersengat tawon. Ini kan sangat tidak masuk akal. Lihat itu hasil visumnya, pak Jaksa. Ini bukan sekedar KDRT,” tandas Hanafi.

    Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menimpa Neneng (27), warga Dusun Sarperreng Utara, Desa Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng,  Ia meninggal di tangan suaminya sendiri berinisial AR (28) warga Dusun Birampak, Desa Jenangger, Kecamatan Batang-Batang.

    Neneng kerap dipukuli oleh suaminya. Bahkan pada bulan Juni, kasus pemukulan itu sempat dilaporkan ke Polres Sumenep. Namun kasus itu tidak berlanjut karena versi Polisi, Neneng dan AR sudah rujuk.

    Kemudian pada 4 Oktober 2024, Neneng dan AR terlibat cekcok dan AR kembali melakukan penganiayaan kepada istrinya, dengan cara memukul wajah korban menggunakan tangan kanan dan menyebabkan mata sebelah kanan korban mengalami memar.

    Neneng roboh kemudian dilarikan ke Puskesmas Kecamatan Batang-Batang dengan ditemani suaminya. Pada saat di Puskesmas, suami Neneng ini ternyata mencabut selang oksigen yang baru saja dipasang perawat untuk membantu pernafasan Neneng. Setelah selang korban dicabut suaminya, korban mengalami sesak napas dan dinyatakan meninggal pada Sabtu sore (05/10/2025).

    “Ini bukan lagi KDRT, pak Jaksa. Ini pembunuhan. Bahkan sebelum Neneng dipukul, Neneng ini tidak dikasih makan berhari-hari. Hasil visum menyatakan tidak ada cairan dan makanan sama sekali di lambung korban,” ungkap Hanafi.

    Menanggapi tuntutan itu, Kasi Intelijen selaku Humas Kejaksaan Negeri Sumenep, Moch. Indra Subrata menjelaskan, dakwaan JPU menyesuaikan dengan berkas perkara yang dilimpahkan dari penyidik Polres Sumenep.

    “Kami tidak mungkin menerapkan pasal di luar BAP. Harusnya fakta-fakta yang diungkapkan tadi itu disampaikan ke penyidik Polres. Kalau di Kejaksaan, kami membuat dakwaan sesuai berkas dari Polres,” terangnya.

    Selain itu, lanjut Indra, terdakwa dan korban saat kejadian itu, faktanya masih berstatus sebagai
    suami istri yang sah. Karena itulah, yang diterapkan adalah pasal KDRT.

    “Ini merupakan ‘lex specialis’ atau hukum yang bersifat khusus. Kalau memang tadi disampaikan ada fakta-fakta lain seperti penculikan, silahkan membuat laporan baru. Ini menjadi dasar untuk membuka perkara ini lebih terang,” ujarnya.

    Usai melakukan aksi di Kejaksaan Negeri Sumenep, Massa berpindah ke Pengadilan Negeri Sumenep untuk menyaksikan sidang lanjutan perkara tersebut dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi. (tem/ted)

  • BPBD Banyuwangi Sedot Air di Lingkungan Kertosari

    BPBD Banyuwangi Sedot Air di Lingkungan Kertosari

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Akibat hujan deras yang melanda Banyuwangi, Senin (17/2/2025) sebagian wilayah di wilayah Bumi Blambangan mengalami banjir.

    Oleh karena itu, sebagai antisipasi adanya banjir susulan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi melakukan penyedotan banjir yang melanda pemukiman warga di wilayah Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi.

    Penyedotan dilakukan di Lingkungan Karanganom, RT 04 / RW 04, Selasa (18/2/2025). Penyedotan air banjir dilaksanakan akibat genangan air sama sekali tidak menandakan surut selama lebih dari 12 jam.

    Kalaksa BPBD Banyuwangi Danang Hartanto menjelaskan, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Senin (17/2/2025) mulai sore hingga malam menyebabkan beberapa wilayah terdampak banjir. Salah satu lokasi yang terdampak yakni di Kelurahan Kertosari.

    Akibat hujan tersebut, drainase tidak mampu menampung debit air hujan yang tinggi dan mengakibatkan banjir setinggi kurang lebih 60 cm hingga masuk rumah warga.

    “Penyebab utamanya, saluran utama ada pendangkalan, hujan cukup tinggi, serapan air minim karena berada di dataran paling rendah,” kata Danang.

    Banjir menyebabkan ratusan KK di Kelurahan Kertosari terdampak. Menurut Danang, BPBD sudah melakukan penanganan banjir sejak hujan terjadi. Selain itu, bantuan logistik seperti roti dan makanan siap saji juga telah terdistribusi untuk warga terdampak di beberapa titik lokasi.

    “Di lingkungan yang lain sudah surut, tinggal di Lingkungan Karanganom yang masih tergenang banjir. Disini ada 50 KK yang terdampak,” jelas Danang.

    Danang menyebut, selama proses penyedotan air banjir BPBD menggubakan alat tiga unit pompa untuk mengurangi genangan air. Pihaknya berharap, dengan adanya penyedotan, banjir perlahan surut. Sehingga masyarakat dapat melakukan aktifitas normal.

    “Mudah-mudahan banjir yang ada di lingkungan Karanganom segera surut sepenuhnya. Kami sudah membantu dengan berbagai upaya, semoga tidak ada banjir susula ” jelasnya.

    Ketua RW 02 Lingkungan Kramat, Kelurahan Kertosari, Farid Junaidi mengungkapka , kurang lebih ada sekitar 500 KK di kelurahan setempat yang terdampak.

    Farid menjelaskan, banjir terjadi sekitar pukul 17.50 WIB, setelah hujan dengan intensitas tinggi dan baru surut sekitar pukul 08.00 WIB. Bahkan ada salah satu warga yang sampai mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi imbas banjir.

    “Semalam ada yang mengungsi satu orang karena terkena dampak yang cukup signifikan,” katanya.

    Di wilayah setempat memang menjadi langganan banjir. Akan tetapi banjir kali ini menurut Farid, merupakan yang terparah dalam lima tahun terakhir.
    Melalui pantauan di lapangan, saat ini banjir perlahan surut dan tersisa setinggi mata kaki.

    “Bersyukur sekarang perlahan mulai surut, jadi warga tinggal bersih-bersih saja,” pungkasnya. (ted)

  • Dua Penambang Pasir Tertimbun Longsor di Blitar Ditemukan

    Dua Penambang Pasir Tertimbun Longsor di Blitar Ditemukan

    Blitar (beritajatim.com) – Kedua penambang pasir yang tertimbun longsor di Kali Putih Kecamatan Garum Kabupaten Blitar akhirnya ditemukan. Korban terakhir yang ditemukan adalah Nur Kholis warga Nglegok Kabupaten Blitar.

    Sebelumnya seorang penambang pasir atas nama Rohman juga telah ditemukan di area longsoran. Keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Para korban pun langsung dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan dan selanjutkan dimakamkan.

    “Korban tertimbun longsor berjumlah 2 orang sudah berhasil ditemukan dan dievakuasi, hari pertama pencarian ditemukan korban atas nama Rohman dan kini korban kedua yakni Nur Kholis juga sudah ditemukan,” ucap Kasubsi Pdim Sihumas Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi, Selasa (18/2/2025).

    Nur Kholis dan Rahman menjadi korban longsor di area tambang pasir Kali Putih Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Keduanya harus meregang nyawa usai lokasi tambang pasirnya longsor.

    Keduanya yang tidak sempat melarikan diri akhirnya tertimbun material longsor. Diperlukan waktu selama 2 hari untuk menemukan jasad kedua penambang yang tertimbun longsor tersebut.

    “Kami mengimbau kepada para penambang agar lebih hati-hati dan waspada karena tebing di sekeliling Kali Putih ini memang labil,” imbaunya.

    Kali Putih sendiri merupakan area pertambangan pasir yang berada di aliran lahar Gunung Kelud. Di lokasi tambang ini ada puluhan hingga ratusan penambang pasir yang setiap hari mengeruk pasir dan batu.

    Tambang pasir ini sudah menjadi penghidupan bagi sebagian masyarakat. Namun demikian sering kali di lokasi tambang ini terjadi longsor yang memakan korban jiwa.

    Tercatat pada tahun 2024 lalu, 2 penambang juga tewas usai tertimbun longsor. Keduanya merupakan penambang pasir dan batu tradisional yang setiap hari mencari nafkah di Kali Putih. [owi/beq]

  • Pengajian Selasa Legi di Masjid Ulil Albab Tebuireng Jombang Dihadiri 2.000 Jamaah

    Pengajian Selasa Legi di Masjid Ulil Albab Tebuireng Jombang Dihadiri 2.000 Jamaah

    Jombang (beritajatim.com) – Sedikitnya 2.000 jamaah menghadiri pengajian rutin Selasa Legi di Masjid Ulil Albab Tebuireng, Selasa (18/2/2025). Acara yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Diwek ini berlangsung penuh khidmat.

    Hadir dalam kegiatan tersebut Camat Diwek beserta unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), jajaran MWCNU Diwek, serta jamaah dari ranting dan badan otonom (banom) NU, khususnya dari Muslimat NU.

    Acara diawali dengan tahlil dan pemberian santunan kepada 50 anak yatim. Setelah itu, dilakukan penyerahan 18 papan NU untuk mushola-mushola yang ada di Kecamatan Diwek. Rangkaian acara berlanjut dengan pengajian kitab At-Tahdzib oleh Ketua MWCNU Diwek, KH Hamdi Sholeh.

    Lalu ditutup dengan mauidzah hasanah yang disampaikan oleh Ketua PCNU Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi), yang juga merupakan Pengasuh Pesantren Putri Tebuireng.

    Ketua Panitia, Agus Sawung Basuki, mengapresiasi suksesnya acara yang berlangsung di Cukir. Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Cukir ini mengaku senang desanya ditunjuk sebagai tuan rumah.

    Ia menilai rangkaian acara berlangsung lebih tertib karena tidak ada pedagang yang masuk ke area pengajian. Masyarakat Cukir, lanjutnya, tidak keberatan jika kegiatan NU sering digelar di wilayahnya. “Semoga tahun-tahun ke depan makin banyak jamaah yang hadir,” ujarnya.

    Camat Diwek, Agus Sholihuddin, juga memberikan apresiasi terhadap kontribusi NU bagi masyarakat. Ia menyampaikan bahwa pada bulan Ramadan mendatang, Kecamatan Diwek akan menggelar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). “Saya yakin Diwek gudangnya qari, sehingga pasti banyak peserta dari sini,” ungkapnya.

    Ia juga membuka pintu bagi NU dan banomnya untuk mengadakan kegiatan di kantor Kecamatan Diwek yang baru. “Itu adalah milik masyarakat, bukan hanya kantornya Pak Camat Diwek saja,” katanya. Ia berharap keberadaan kantor kecamatan bisa memberikan lebih banyak manfaat bagi warga.

    Dalam mauidzah hasanah-nya, Gus Fahmi mengajak jamaah untuk bersyukur menjadi bagian dari NU.
    Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keutuhan NKRI. “Karena para pendiri NU rata-rata juga pendiri NKRI yang sekarang ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” imbuhnya.

    Hal serupa ditegaskan oleh Rais Syuriah MWCNU Diwek, KH Nur Hadi, yang akrab disapa Mbah Bolong. Ia mengutip kitab Hidayatul Adzkiya yang menyatakan bahwa menjalankan ajaran Islam juga merupakan bentuk menjaga NKRI. “Sehingga tidak ada lagi yang tersesat,” katanya.

    Mbah Bolong juga mengingatkan bahwa bulan Ramadan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan ketakwaan. “Warga NU Diwek harus memanfaatkan itu,” pungkasnya. [suf]

  • Tidak Hanya Api, Damkar Pamekasan Jinakkan Hewan Liar

    Tidak Hanya Api, Damkar Pamekasan Jinakkan Hewan Liar

    Pamekasan (beritajatim.com) – Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Pamekasan, tidak hanya bertugas sebagai penjinak si jago merah, tetapi mereka juga memiliki tugas tambahan mengamankan beberapa hewan liar yang meresahkan warga di wilayah setempat.

    Sejauh ini, mereka juga selalu sigap menangani bencana kebakaran guna sekaligus melakukan berbagai langkah antisipatif guna mengurangi resiko maupun kerugian materil bagi korban terdampak.

    “Memang tugas utama kami sebagai tim pemadam kebakaran, tapi tidak jarang kami juga melakukan aksi di luar peristiwa kebakaran. Di antaranya penangkapan ular, biawak hingga pengamanan sarang tawon,” kata Kasi Ops Damkar Satpol-PP dan Damkar Pamekasan, Zainuddin, Selasa (18/2/2025).

    Aksi tersebut dilakukan bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi pihaknya seringkali mendapat laporan dari masyarakat terhadap berbagai peristiwa yang meresahkan akibat hewan liar. “Hal ini terjadi bukan hanya siang hari, bahkan terkadang malam hari,” ungkapnya.

    Tim Damkar Pamekasan, membersihkan sarang tawon di Pamekasan.

    “Namun yang pasti, sekalipun kita melakukan berbagai aksi di luar tugas memadamkan api, tetapi untuk tugas pemadaman maupun pencegahan terhadap peristiwa kebakaran tetap menjadi prioritas kami,” tegasnya.

    Tidak hanya itu, berbagai kegiatan sosialisasi bencana kebakaran juga seringkali dilakukan oleh timnya, termasuk saat memberikan pendampingan dan edukasi bagi para siswa taman kanak-kanak maupun sekolah dasar seputar si jago merah.

    “Tentu kami bersama rekan-rekan di damkar, selalu memiliki komitmen tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Serta selalu mengedepankan prinsip memberikan manfaat bagi sesama sesuai dengan tugas dan tanggungjawab,” pungkasnya. [pin/beq]

  • Terobos Lampu Merah, Bus Ranajaya Tabrak Pasutri di Blitar

    Terobos Lampu Merah, Bus Ranajaya Tabrak Pasutri di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Bus Ranajaya terlibat kecelakaan dengan sepeda motor yang dinaiki pasangan suami istri (pasutri) di perempatan Poluhan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Selasa (18/2/2025). Kecelakaan ini terjadi lantaran Bus Ranajaya menerobos lampu merah.

    Awalnya Bus Ranajaya itu melaju kencang dari arah barat ke timur menuju Kota Blitar. Melihat lampu merah menyala, Bus Ranajaya bukannya berhenti namun justru tetap kencang hingga akhirnya menabrak sepeda motor yang melaju dari arah selatan ke utara di perempatan Poluhan.

    “Korbannya dua orang, meninggal dunia di lokasi kejadian,”ungkap Kasatlantas Polres Blitar Kota, AKP Andreas Andang Wastiyono, Selasa (18/2/2025).

    Kedua korban merupakan suami istri yang bekerja sebagai pedagang kaki lima. Saat itu diduga korban yang berboncengan sepeda motor hendak memeriksa lokasi jualan.

    Namun nahas, saat tiba di perempatan Poluhan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar keduanya justru dihantam oleh Bus Ranajaya yang menerobos lampu merah. Kedua korban pun langsung meninggal dunia di lokasi kejadian.

    “Kalau dilihat dari CCTV bus itu terlihat ngeblong sehingga menyebabkan kecelakaan,” ungkap Andang.

    Kini seluruh kendaraan yang terlibat kecelakaan diamankan oleh Satlantas Polres Blitar Kota. Sopir Bus Ranajaya juga tengah dimintai keterangan terkait kecelakaan yang menyebabkan 2 nyawa melayang tersebut.

    “Ini busnya dalam keadaan kosong bus pariwisata, untuk korban di rumah sakit terdekat sementara untuk sopir kita bawa ke Polres,” tegasnya. [owi/beq]

  • Polisi di Mojokerto Sukses Kembangbiakan Burung Kakatua Tua Jambul Kuning

    Polisi di Mojokerto Sukses Kembangbiakan Burung Kakatua Tua Jambul Kuning

    Mojokerto (beritajatim.com) – Seorang polisi yang berdinas di Polsek Pacet, Polres Mojokerto sukses mengembangbiakan burung Kakatua Jambul Kuning dan beberapa jenis burung dilindungi lainnya. Langkah ini diambil Aipda Ahmad Sodig lantaran keprihatinannya sudah jarang melihat burung lokal di lingkungan sekitar.

    “Karena burung lokal seperti ciblek, prenjak, cendet sudah mulai punah sehingga kita mulai mengembangbiakan di tahun 2007. Kalau di rumah sini mulai tahun 2009, memang kita (keluarga) pecinta burung. Awalnya pelihara burung tidak di sangkar kita liarkan di sekitar rumah,” ungkapnya, Selasa (18/2/2025).

    Tak seperti kebanyakan peternak lainnya, ia lebih memilih mengembangbiarkan di alam terbuka. Sodig membeli sepasang burung dari pasar kemudian dipelihara dan saat besar dilepasliarkan di alam. Sementara untuk burung Kakatua Jambul Kuning mulai dikembangbiarkan sejak tahun 2020 yang awalnya hanya sepasang.

    “Kita biarkan liar di sekitar rumah tapi tetap kita suplai makanan, tahun 2021 bertelur hanya satu telur dan menetas. Kalau jenis yang dikembangbiakan banyak dari Kakatua, burung lokal kayak Ciblek, Prenjak Merah, Gelatik, Pentet, Branjangan, Betet Jawa semua kita lepaskan cuma kita beri suplai makanan akhirnya mereka balik tapi tetap produksi di luar,” bebernya.

    Selain burung lokal dan Kakatua Jambul Kuning, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhanbinkamtibmas) Desa Mojokembang ini juga mengembangbiarkan berbagai jenis ayam dan kucing. Mulai dari Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau dan Kucing Macan Akar Hutan.

    “Ayam dan kucing itu awalnya dikasih dari warga karena mereka tahu kita mengembangbiarkan dan melestarikan satwa langka yang hampir punah. Untuk kebutuhan makan ya, saya menyisihkan sedikit gaji. Kita pribadi karena melakukan pelestarian ya harus bertanggungjawab dengan kelangsungan hidup mereka,” paparnya.

    Sodig mengaku, banyak dari masyarakat yang juga memberikan bantuan untuk makan. Ini setelah ia mengenalkan berbagai satwa langka tersebut ke media sosial (medsos). Ia memberikan sosialisasi cara mengembangbiakan dan setiap perkembangan burung yang dikembangbiarkan selalu diunggah di medsosnya.

    “Tujuannya untuk memberikan sosialisasi ke masyarakat jadi kita memanfaatkan medsos karena memang saat ini masyarakat sudah banyak yang punya medsos. Jadi setiap perkembangannya selalu kita unggah di medsos, medsos juga memudahkan kita untuk evaluasi dan mengikuti perkembanganya,” jelasnya.

    Menurutnya, medsos juga memberikan keuntungan karena ia juga bisa mensosialisasikan agar masyarakat tidak berburu satwa langka yang hampir punah tersebut. Lantaran adanya satwa langka di alam bebas, salah satunya karena hasil ia mengembangbiakan yang kemudian dilepasliarkan dengan tujuan agar tidak punah.

    “Jadi burung itu bukan burung lepas dari sangkar yang kemudian diburu ramai-ramai tapi memang sengaja dilepasliarkan. Pernah memang bukan warga sini jadi nggak tahu, dia lewat depan rumah melihat burung Jalak Nias terus ditangkap dan dibawa pulang. Setelah tahu itu burung kita, dia kembali dan melepaskan burung itu di sini,” pungkasnya. [tin/ted]