Category: Beritajatim.com Regional

  • Gen Z Surabaya Tetap Kenal Kartini, Sekolah Jadi Benteng Pelestarian Semangat Emansipasi

    Gen Z Surabaya Tetap Kenal Kartini, Sekolah Jadi Benteng Pelestarian Semangat Emansipasi

    Surabaya (beritajatim.com) – Di tengah gempuran teknologi dan derasnya arus informasi, sosok Raden Ajeng Kartini dan peringatan Hari Kartini pada 21 April ternyata masih melekat di benak generasi muda,

    khususnya Generasi Z (Gen Z) di Surabaya dan sekitarnya. Survei terbatas yang dilakukan StatsMe dalam tujuh hari, melibatkan 109 responden yang tersebar di Pulau Jawa dan Sulawesi, dengan mayoritas (sekitar 80 persen) berasal dari Jawa Timur, menunjukkan hal tersebut.

    Survei yang menyasar langsung Gen Z ini bertujuan untuk melihat bagaimana generasi yang tumbuh di era digital ini memandang ketokohan RA Kartini dan relevansi Hari Kartini di tengah isu-isu modern seperti *gender equality*, *gender equity*, feminisme, dan *independent women*.

    Hasilnya cukup menggembirakan. Sebanyak 82,57 persen responden masih mengingat bahwa 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Bahkan, RA Kartini hingga kini masih identik dengan emansipasi. Namun, makna emansipasi di mata Gen Z Surabaya telah mengalami pergeseran. Jika dulu identik dengan kesetaraan akses pendidikan, kini maknanya meluas.

    “Hari-hari ini, makna emansipasi saat ini sudah bergeser menjadi lebih luas. Tidak hanya tentang kesetaraan akses di dunia pendidikan,” terang Direktur StatsMe Lussi Agustin pada Sabtu (19/4).

    Sebanyak 58 persen responden mengaitkan emansipasi dengan konsep kesetaraan gender. Sementara, 18 persen responden lainnya menilai emansipasi sebagai kebebasan dan kemandirian perempuan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, baik dalam pendidikan, karier, maupun peran dalam keluarga dan masyarakat. Sebanyak 24 persen responden masih menganggap emansipasi erat kaitannya dengan perjuangan perempuan, selaras dengan jejak langkah RA Kartini.

    **Sekolah Memainkan Peran Sentral**

    Survei juga mengungkap bahwa sekolah memiliki peran yang sangat signifikan dalam melestarikan semangat Kartini di kalangan Gen Z. Sebanyak 64,22 persen responden menilai ketokohan RA Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan Indonesia sangat berpengaruh, dan 32,11 persen lainnya menyebut berpengaruh.

    Menariknya, Gen Z menyatakan bahwa sekolah menjadi sumber utama informasi dan pengetahuan tentang RA Kartini. Peringatan Hari Kartini pun masih dominan dilakukan di lingkungan pendidikan. “Rupanya, segala bentuk peringatan maupun perayaan yang sifatnya seremonial, seperti memakai baju adat pada tanggal 21 April atau perlombaan Hari Kartini, penting bagi generasi muda. Buktinya, hal-hal yang seremonial itulah yang justru membuat mereka selalu ingat pada RA Kartini dan ingat bahwa 21 April adalah Hari Kartini,” papar Lussi.

    Sebanyak 63 persen responden menyebut sekolah sebagai tempat terakhir kali mereka memperingati Hari Kartini. Menurut Lussi, hal ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di berbagai wilayah, termasuk Surabaya dan sekitarnya, masih rutin menggelar peringatan Hari Kartini.

    Tantangan Kesetaraan Gender Masih Nyata

    Meskipun semangat Kartini masih terjaga, survei StatsMe juga menyoroti bahwa mewujudkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki masih menjadi pekerjaan rumah besar di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) mengalami penurunan tipis sebesar 0,012 poin menjadi 0,447 pada 2024, namun angka ini masih menunjukkan adanya ketidaksetaraan.

    Responden survei mengungkapkan bahwa budaya patriarki menjadi tantangan utama bagi perempuan dalam mencapai kesetaraan gender (52,29 persen). “Ada banyak sekali anggapan miring terhadap perempuan dalam masyarakat akibat budaya patriarki yang kental. Ini tentunya sangat disayangkan,” ungkap Lussi. Ia mencontohkan anggapan bahwa pendidikan perempuan tidak terlalu penting, atau anggapan bahwa perempuan mandiri secara finansial akan merendahkan laki-laki.

    Selain budaya patriarki, kesenjangan dalam kesempatan kerja dan karier juga menjadi hambatan serius (36,7 persen). Hal ini terlihat dalam peluang promosi, ketimpangan upah, dan stereotip negatif terhadap kemampuan perempuan di sektor tertentu. “Itu membuat perempuan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan pengakuan dan posisi yang sama dengan laki-laki,” tandas Lussi.

    Lussi menekankan perlunya partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, serta konsistensi dalam upaya untuk mengubah pandangan dan struktur sosial yang menghambat kesetaraan gender.[rea]

  • Kapolres Magetan Bakal Temui Pimpinan Perguruan Silat Cegah Konflik Lanjutan

    Kapolres Magetan Bakal Temui Pimpinan Perguruan Silat Cegah Konflik Lanjutan

    Magetan (beritajatim.com) – Aparat gabungan TNI dan Polri melakukan tindakan cepat untuk mencegah terjadinya potensi konflik lanjutan antar perguruan silat di wilayah Kabupaten Magetan dan Kota Madiun. Upaya ini dilakukan usai betrokan yang pecahdi Desa Madigondo, Takeran, Magetan setelah kegiatan halal bihalal yang digelar salah satu perguruan silat di Desa Kiringan, Takeran, Minggu (20/4/2025)

    Kapolres Magetan, AKBP Erik Bangun Prakasa menjelaskan bahwa langkah penyekatan dilakukan secara terkoordinasi bersama jajaran TNI dan dipimpin langsung oleh Dandim Magetan.

    “Ini bersama-sama dengan rekan-rekan dari TNI dipimpin langsung oleh Bapak Dandim Magetan. Kami dari Polres Magetan melakukan upaya penyekatan terjadinya potensi konflik antara dua perguruan silat yang ada di wilayah Kabupaten Magetan dan Kota Madiun. Kebetulan tadi ada acara kegiatan halal bihalal di Takeran,” jelas AKBP Erik.

    Menurutnya, langkah cepat aparat berhasil mengurai massa yang sempat berkumpul usai acara, sebelum mereka kembali ke wilayah Kota Madiun.

    “Dan setelah selesai kegiatan, ketika akan kembali ke wilayah Kota Madiun, terjadi penyekatan dan Alhamdulillah, berkat kerja cepat dari aparat yang ada di lapangan dibantu dengan Bapak Dandim. Kami berhasil untuk melakukan pendekatan dan masa kemudian berangsur-angsur sudah memubarkan diri. Tidak ada korban yang ada di lokasi ini dan mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi ke depannya,” lanjutnya.

    Dalam rangka mencegah eskalasi lebih lanjut, aparat berencana melakukan pertemuan dengan para pimpinan perguruan silat dari wilayah Magetan dan Keresidenan Madiun. Tujuannya adalah membangun komunikasi yang baik serta menyelesaikan potensi permasalahan yang mungkin timbul.

    “Besok (21/4/2025) kemungkinan juga kami dengan Bapak Dandim langsung bertemu dengan para pimpinan dari ee pondok ee silat yang ada di wilayah Magetan maupun di Keresidenan Madiun supaya kita bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dan tidak ada gejolak-gejolak lagi ke depannya,” tambah Kapolres.

    Langkah antisipatif ini diapresiasi sebagai bentuk sinergi dan respons cepat aparat dalam menjaga kondusifitas wilayah serta mengedepankan dialog dalam penyelesaian potensi konflik sosial. [fiq/but]

  • Seorang Warga Jember Mati Bersimbah Darah di Rumah Nenek

    Seorang Warga Jember Mati Bersimbah Darah di Rumah Nenek

    Jember (beritajatim.com) – Pria berinisial ML (29), warga Dusun Loncatan, Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, ditemukan mati dalam keadaan bersimbah darah di lantai rumah kontrakan sang nenek, Sutama (65), di Dusun Krajan, Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah, Jember, Minggu (20/4/2025).

    ML ke Jenggawah sendirian untuk menjenguk Sutama yang sakit. Tiba sekitar pukul delapan pagi, dia sempat ditawari sarapan oleh neneknya.

    Namun ML tidak begitu berminat dan memilih masuk ke dalam kamar. Sutama pun pergi ke rumah tetangga dan baru pulang dua jam kemudian.

    Lampu kamar sang cucu padam, saat Sutama datang. Tak curiga, dia masuk ke kamar untuk menyalakan lampu dan menawarkan makananan kepada ML.

    Namun betapa terkejutnya Sutama. Begitu lampu menyala, dilihatnya ML tergeletak di lantai dengan genangan darah.

    Sutama menjerit bergegas ke rumah tetangga untuk memberitahu keadaan ML. Tetangga berdatangan untu kemudian melaporkannya kepada polisi.

    Tim Inafis Satreskrim Polres melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengamankan sebuah pisau berlumur darah di dekat jenazah ML. “Ada sayatan di leher korban,” kata Kepala Polisi Sektor Jenggawah Ajun Komisaris Eko Basuki Teguh Argowibowo.

    Polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan dan kerusakan barang di sekutar korban. “Ini kejadian bunuh diri,” kata Eko. Soal motif bunuh diri, masih perlu pendalaman. [wir]

  • Bentrok 2 Perguruan Silat di Magetan, Warga Ketakutan karena Ada yang Bawa Senjata Tajam

    Bentrok 2 Perguruan Silat di Magetan, Warga Ketakutan karena Ada yang Bawa Senjata Tajam

    Magetan (beritajatim.com) – Bentrokan antar anggota perguruan silat kembali terjadi di Kabupaten Magetan. Insiden terjadi pada Minggu (20/4/2025) pukul 15.30 WIB di Jalan Raya Magetan–Madiun, tepatnya di Desa Madigondo, Kecamatan Takeran, Magetan, Jawa Timur.

    Bentrok membuat suasana mencekam. Sejumlah warga dan pedagang panik. Mereka memilih menutup toko dan menghindari lokasi bentrokan. Lalu lintas di sekitar lokasi macet total, banyak kendaraan memutar arah demi menghindari potensi bahaya.

    Ahmad Toifuri, warga Desa Madigondo, menjadi salah satu saksi mata insiden tersebut. Ia mengaku tidak mengetahui penyebab awal kericuhan. Saat melintas, dia mendapati kemacetan panjang dan melihat adanya kericuhan tak jauh dari Kantor Desa Madigondo.

    “Ramai-ramai gitu, ada yang lempar batu. Dan barang apa sedapatnya dilempar-lempar begitu. Saya tidak tahu bagaimana kok bisa terjadi begitu. Katanya ini antar perguruan silat. Ada juga tadi yang membawa senjata tajam,” ujarnya.

    Diduga kuat bentrokan tersebut melibatkan dua kelompok perguruan silat yang sebelumnya mengikuti kegiatan halal bihalal di Desa Kiringan, Kecamatan Takeran. Situasi kemudian berkembang menjadi kerusuhan jalanan, dengan saling lempar batu dan penggunaan benda tajam.

    Rifki Setiawan, penjaga toko di sekitar lokasi, langsung mengambil tindakan cepat dengan menutup tokonya dan mengamankan pelanggan.

    “Saya lihat sebentar, ternyata bentroknya cukup parah. Saya tutup toko dan pelanggan saya suruh masuk. Katanya antar perguruan silat begitu,” tuturnya.

    Situasi semakin mengkhawatirkan ketika diketahui ada remaja yang hampir menjadi korban kekerasan fisik. Remaja berinisial D, asal Kota Madiun, menceritakan bahwa dirinya sempat diserang dengan senjata tajam saat berada di lokasi.

    “Saya sudah kena pukul di dahi. Kemudian, saya kabur ke sawah. Karena ada yang bawa sabit begitu. Udah nyaris kena saya, akhirnya saya kabur,” katanya.

    Kapolres Magetan AKBP Erik Bangun Prakasa mengaku menerjunkan 200 personel ditambah BKO dari Brimob Masiun dan Kodim 0804 Magetan.

    “Tidak ada korban dari kejadian ini. Kami berupaya membuat situasi kembali kondusif. Kami meminta massa untuk meninggalkan lokasi,” kata Erik. [fiq/but]

  • Kecelakaan Tunggal di Tol Jombang-Mojokerto, Dua Orang Terluka

    Kecelakaan Tunggal di Tol Jombang-Mojokerto, Dua Orang Terluka

    Jombang (beritajatim.com) – Kecelakaan tunggal terjadi di ruas Tol Jombang – Mojokerto (Tol Jomo) KM 702+000 arah Surabaya pada Minggu (20/4/2025) sekitar pukul 12.40 WIB. Peristiwa ini melibatkan kendaraan Daihatsu Granmax pikap box bernomor polisi L 9764 NJ yang melaju dari arah Semarang menuju Surabaya dengan kecepatan sekitar 90 km/jam.

    Menurut keterangan Head of Business & Relation Astra Tol Jomo, Zanuar Firmanto, dugaan sementara kecelakaan disebabkan oleh kondisi pengemudi yang mengantuk. Sehingga kendaraan oleng ke kiri, menabrak pembatas jalan (guardrail), lalu terguling dan melintang di lajur satu (L1) serta lajur luar (LOS), menghadap ke arah selatan.

    “Kecelakaan terjadi pada saat kondisi cuaca berawan. Pengemudi dan satu penumpang mengalami luka ringan,” ujar Zanuar dalam keterangannya.

    Identitas korban diketahui bernama Sakurayis (40), warga Dasok, Pademawu, Pamekasan, yang bertindak sebagai pengemudi. Ia mengalami luka lecet dan nyeri pada lutut kiri serta bahu kanan.

    Sementara itu, penumpangnya, Agus Ichean Rosyadi (40), warga Barurambat Kota, Pamekasan, juga mengalami luka lecet dan nyeri di bagian kepala belakang. Keduanya telah dirujuk ke RS Basoeni untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

    Tim gabungan dari unit 242, 241, KP1A, G02A, Elang 1, dan PJR 308 tiba di lokasi secara bertahap mulai pukul 12.52 WIB hingga 13.19 WIB. Mereka segera melakukan evakuasi kendaraan dan pengamanan lokasi kejadian. Diketahui, kendaraan tersebut tidak membawa muatan dan berasal dari Gerbang Tol Banyumanik.

    Insiden ini menyebabkan kerusakan pada infrastruktur jalan tol, berupa tiga batang beam guardrail dan tiga tiang doyong. Penanganan lebih lanjut atas perkara ini telah diserahkan kepada pihak PJR Jatim 3, sementara barang bukti kendaraan telah diarahkan ke pos Junkyard.

    Pihak Astra Tol Jomo kembali mengingatkan para pengemudi agar tidak memaksakan diri berkendara dalam kondisi lelah atau mengantuk. Imbauan ini disampaikan demi menjaga keselamatan pengguna jalan tol lainnya. [suf]

  • Bentrok Usai Acara Silat di Madigondo, Jalan Magetan-Madiun Ditutup Sementara

    Bentrok Usai Acara Silat di Madigondo, Jalan Magetan-Madiun Ditutup Sementara

    Magetan (beritajatim.com) – Ketegangan terjadi di wilayah Desa Madigondo, Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan, pada Minggu (20/4/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. Sebuah bentrokan pecah usai acara salah satu perguruan silat. Benrok mengakibatkan arus lalu lintas di jalur utama Magetan–Madiun terganggu total.

    Pihak kepolisian mengambil tindakan cepat dengan menutup akses jalan. Seluruh kendaraan dari dua arah, baik dari Magetan maupun dari Madiun, diminta untuk putar balik guna menghindari area kericuhan yang terjadi di depan Kantor Desa Madigondo. Pengalihan arus lalu lintas dilakukan mulai dari Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.

    Kapolres Madiun, AKBP Wiwin Junianto Supriyadi bersama anggotanya, terlihat berjaga di titik-titik strategis seperti di Sambirejo untuk menghalau kendaraan yang menuju lokasi bentrok. Hingga berita ini diturunkan, arus lalu lintas menuju Madigondo masih belum kembali normal.

    Pihak kepolisian dari dua wilayah, Madiun dan Magetan, tampak bekerja sama dalam mengendalikan situasi. Sejumlah personel tambahan dikerahkan untuk menjaga kondusivitas agar tidak terjadi eskalasi kerusuhan yang lebih luas. Belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa ataupun kerugian materiil akibat bentrokan tersebut.

    Kapolres Magetan, AKBP Erik Bangun Prakasa, turun langsung ke lokasi bentrok untuk menenangkan massa. Dalam imbauannya, ia menekankan pentingnya menahan diri dan menjaga situasi tetap damai.

    “Sebagai Kapolres Magetan yang mengambil alih keamanan di sini. Saya minta tolong kita sama-sama jaga situasi yang kondusif. Saya bersama beliau, Pak Zakaria yang ada di sini sebagai penanggung menjawab,” ucap AKBP Erik kepada massa.

    Dia juga mengingatkan bahwa bentrok justru akan memperkeruh situasi dan menimbulkan intervensi aparat yang lebih besar.

    “Tidak akan ada yang menang di antara kita, tidak akan ada yang kalah di antara kita. Kita cari solusi tengahnya dengan beliau. Saya siap membantu. Saya siap membantu,” lanjutnya.

    Kapolres juga sempat memberi arahan dalam bahasa Jawa kepada peserta yang hadir agar mundur dan menghindari tindakan provokatif seperti pelemparan dan perusakan fasilitas umum.

    “Tolong dulur-dulur saya. Ini situasi seperti ini bahaya. Bahaya untuk kita semua maupun masyarakat. Engko nek ngene terus gak selesai. Nanti justru akan diambil oleh Kapolda Jawa Timur. Brimob akan turun sampeyan semua akan diambil. Kita ngalah dulu. Nggih!” ujarnya menenangkan situasi.

    Pihak kepolisian mengimbau masyarakat sekitar dan pengguna jalan untuk menghindari jalur Magetan–Madiun hingga situasi benar-benar kondusif. Hingga saat ini, petugas masih terus berjaga dan melakukan mediasi antar pihak yang bertikai.

    Saat ini, jalur Magetan-Madiun via Madigondo sudah kembali normal meski sejumlah petugas masih berjaga di sekitar lokasi. [fiq/but]

  • Puluhan Warga Bangkalan Hadang Truk Sampah Masuki Desa, Ini Alasannya!

    Puluhan Warga Bangkalan Hadang Truk Sampah Masuki Desa, Ini Alasannya!

    Bangkalan (betitajatim.com) – Sebuah video memperlihatkan puluhan orang mengadang truk sampah viral di media sosial. Sayangnya, belum diketahui penyebab penghadangan truk sampah yang masuk ke desa ini. Namun diduga terjadi di perbatasan Desa Bragang dan Desa Bulung Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan.

    Wakil Bupati Bangkalan, Fauzan Jakfar mengatakan, pengadangan terjadi akibat adanya miskomunikasi di warga Sehingga, saat truk hendak membuang sampah di area tersebut mendapat penolakan dari warga.

    “Iya itu saya rasa karena salah paham, miskomunikasi saja,” ujarnya, Minggu (20/4).

    Ia mengatakan, pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah menyewa lahan kosong di area itu untuk pembuangan sampah. Tak sekedar asal sewa, pemerintah juga telah memilih lokasi yang jauh dari pemukiman warga agar mengurangi dampak buruk untuk masyarakat.

    “Itu lahan sewa dan sebetulnya sudah tidak ada masalah dengan pemilik lahan, kepala desa dan warga sekitarnya,” jelasnya.

    Fauzan mengaku, adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sementara di lokasi itu juga memiliki nilai ekonomis yang dimanfaatkan oleh warga. Sehingga adanya pengadangan dinilai sebagai adanya kesalahpahaman komunikasi dengan masyarakat.

    “Dan sampah yang dibuang kesana juga bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. Beberapa warga juga dipekerjakan disana,” imbuhnya.

    Ia mengatakan, saat ini pemerintah masih melakukan komunikasi dengan masyarakat agar permasalahan serupa tak lagi muncul. Tak hanya itu, pihaknya juga masih melakukan finalisasi untuk lokasi TPA yang akan digunakan secara permanen.

    “Kami juga masih memproses adanya TPA untuk lokasinya masih nunggu finalisasi,” pungkasnya. [sar/aje]

  • DPC PKB Bojonegoro Berduka, Anggota DPRD Bojonegoro Dyah Ratna Dewi Meninggal

    DPC PKB Bojonegoro Berduka, Anggota DPRD Bojonegoro Dyah Ratna Dewi Meninggal

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro Dyah Ratna Dewi meninggal dunia. Perempuan berusia 45 tahun itu dikabarkan meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Bojonegoro, Minggu (20/4/2025) sekitar pukul 05.00 WIB.

    Anggota DPRD Bojonegoro Fraksi PKB, Sutikno tidak menyangka atas kepergian rekan sejawatnya itu. Sebab, sebelumnya almarhumah masih aktif berkantor. Namun, sehari sebelum meninggal, dikabarkan bahwa Dyah Ratna Dewi tidak sadarkan diri usai salat magrib.

    “Beliau masih sehat-sehat saja kemarin, dan tidak pernah mengeluh kalau sedang sakit. Paling ya sakit umum seperti demam, dan lain sebagainya,” ujar anggota komisi C DPRD Bojonegoro Fraksi PKB itu.

    Sutikno menceritakan, setelah tidak sadarkan diri saat berada di rumahnya, yang ada di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, almarhumah sempat dilakukan perawatan di RSUD Sumberrejo kemudian dirujuk ke RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

    Perempuan yang juga memiliki pondok pesantren itu diduga kecapekan dan sakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

    “Kecapekan mungkin. Tiba-tiba tidak sadarkan diri, terus dibawa ke RSUD Sumberrejo, lalu dirujuk ke RSUD dr Sosodoro,” tambah Ketua DPRD Bojonegoro Abdulloh Umar.

    Sementara saat ini, jenazah almarhumah disemayamkan di rumah duka di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Rencana, almarhumah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di area Pondok Pesantren Alhamdulillah, di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, pada Minggu (20/04/2025) pukul 14.00 WIB.

    Diketahui, Dyah Ratna Dewi, merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bojonegoro, dan saat ini merupakan Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro, yang sekaligus merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Alhamdulillah, Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.

    Dalam Pemilu 2024, Dyah Ratna Dewi merupakan calon legislatif (Caleg) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nomor urut 2, dari Daerah Pemilihan (Dapil) Bojonegoro 4, yang meliputi Kecamatan Bubulan, Gondang, Kedungadem, Sekar, Sugihwaras, dan Temayang.

    Dyah Ratna Dewi, ditetapkan menjadi Anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro periode 2024-2029 setelah dalam Pemilu 2024 memperoleh 8.709 suara.

    Sebelumnya, anggota DPRD Bojonegoro dari fraksi PKB Bojonegoro juga meninggal dunia. Anggota Komisi B DPRD dari Fraksi PKB Eny Soedarwati meninggal saat menjalankan ibadah umroh dan terlibat kecelakaan. Bus yang ditumpanginya kecelakaan hingga terbakar pada 21 Maret 2025 di Arab Saudi. Saat ini DPC PKB Bojonegoro sedang melakukan pembahasan internal untuk melakukan Pergantian Antarwaktu (PAW).

    Dalam proses PAW itu, Nafik Sahal berpotensi menggantikan Eny Soedarwati untuk duduk di kursi DPRD Bojonegoro. Dalam Pemilu 2024 lalu, Nafik Sahal mendapat perolehan 6.837 suara. Berada di urutan ketiga pada Dapil Bojonegoro 2. [lus/aje]

  • DPC PKB Bojonegoro Berduka, Anggota DPRD Bojonegoro Dyah Ratna Dewi Meninggal

    DPC PKB Bojonegoro Berduka, Anggota DPRD Bojonegoro Dyah Ratna Dewi Meninggal

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro Dyah Ratna Dewi meninggal dunia. Perempuan berusia 45 tahun itu dikabarkan meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Bojonegoro, Minggu (20/4/2025) sekitar pukul 05.00 WIB.

    Anggota DPRD Bojonegoro Fraksi PKB, Sutikno tidak menyangka atas kepergian rekan sejawatnya itu. Sebab, sebelumnya almarhumah masih aktif berkantor. Namun, sehari sebelum meninggal, dikabarkan bahwa Dyah Ratna Dewi tidak sadarkan diri usai salat magrib.

    “Beliau masih sehat-sehat saja kemarin, dan tidak pernah mengeluh kalau sedang sakit. Paling ya sakit umum seperti demam, dan lain sebagainya,” ujar anggota komisi C DPRD Bojonegoro Fraksi PKB itu.

    Sutikno menceritakan, setelah tidak sadarkan diri saat berada di rumahnya, yang ada di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, almarhumah sempat dilakukan perawatan di RSUD Sumberrejo kemudian dirujuk ke RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

    Perempuan yang juga memiliki pondok pesantren itu diduga kecapekan dan sakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

    “Kecapekan mungkin. Tiba-tiba tidak sadarkan diri, terus dibawa ke RSUD Sumberrejo, lalu dirujuk ke RSUD dr Sosodoro,” tambah Ketua DPRD Bojonegoro Abdulloh Umar.

    Sementara saat ini, jenazah almarhumah disemayamkan di rumah duka di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Rencana, almarhumah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di area Pondok Pesantren Alhamdulillah, di Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, pada Minggu (20/04/2025) pukul 14.00 WIB.

    Diketahui, Dyah Ratna Dewi, merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bojonegoro, dan saat ini merupakan Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro, yang sekaligus merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Alhamdulillah, Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.

    Dalam Pemilu 2024, Dyah Ratna Dewi merupakan calon legislatif (Caleg) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nomor urut 2, dari Daerah Pemilihan (Dapil) Bojonegoro 4, yang meliputi Kecamatan Bubulan, Gondang, Kedungadem, Sekar, Sugihwaras, dan Temayang.

    Dyah Ratna Dewi, ditetapkan menjadi Anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro periode 2024-2029 setelah dalam Pemilu 2024 memperoleh 8.709 suara.

    Sebelumnya, anggota DPRD Bojonegoro dari fraksi PKB Bojonegoro juga meninggal dunia. Anggota Komisi B DPRD dari Fraksi PKB Eny Soedarwati meninggal saat menjalankan ibadah umroh dan terlibat kecelakaan. Bus yang ditumpanginya kecelakaan hingga terbakar pada 21 Maret 2025 di Arab Saudi. Saat ini DPC PKB Bojonegoro sedang melakukan pembahasan internal untuk melakukan Pergantian Antarwaktu (PAW).

    Dalam proses PAW itu, Nafik Sahal berpotensi menggantikan Eny Soedarwati untuk duduk di kursi DPRD Bojonegoro. Dalam Pemilu 2024 lalu, Nafik Sahal mendapat perolehan 6.837 suara. Berada di urutan ketiga pada Dapil Bojonegoro 2. [lus/aje]

  • Kasus Lampu Berkamera di Toilet Siswi Gegerkan SMA Magetan, Ini Penjelasan Pihak Dinas

    Kasus Lampu Berkamera di Toilet Siswi Gegerkan SMA Magetan, Ini Penjelasan Pihak Dinas

    Magetan (beritajatim.com) – Isu terkait penemuan lampu berkamera di toilet siswi salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Magetan sempat ramai diperbincangkan di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran akan dugaan pelecehan seksual. Menyikapi polemik tersebut, Plt Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Ponorogo-Magetan, Adi Prayitno, pada Rabu (17/4/2205), turun langsung ke sekolah yang bersangkutan untuk melakukan klarifikasi.

    “Hal ini karena adanya pemberitaan kurang baik di Medsos, saya langsung turun mengunjungi sekolah untuk memastikan pemberitaan di Medsos benar atau tidak,” ujarnya, Minggu (20/4/2025)

    Dalam kunjungannya, Adi melakukan klarifikasi langsung bersama pihak-pihak terkait di lingkungan sekolah.

    “InsyaAllah, hal yang beredar itu kurang benar. Saya pastikan proses pembelajaran sangat kondusif, insyaAllah tidak ada sesuatu yang diributkan di Medsos,” tambahnya.

    Menurut penjelasannya, isu bermula dari laporan siswi yang merasa curiga dengan keberadaan lampu CCTV di dalam toilet. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa lampu tersebut dipasang untuk mengganti lampu toilet yang sebelumnya mati. Namun, jenis lampu yang dipasang ternyata menyerupai lampu berkamera.

    “Yang memasang infonya, salah satu tenaga kebersihan di sekolah itu. Karena dipandang lampu sebelumnya mati maka dipasanglah bola lampu baru, tetapi ternyata ada indikasi terpasang lampu ada kamera dan pihak sekolah sudah mengecek ternyata kamera di lampu sudah tidak berfungsi lagi. Dari hasil koordinasi pihak terkait semua sudah aman, tidak ada yang dikhawatirkan lagi,” paparnya.

    Kepala sekolah setempat, Idha Rakhmawati, juga menegaskan bahwa inisiatif pemasangan lampu tersebut berasal dari petugas kebersihan. Pemasangan dilakukan karena lampu di toilet mati, dan petugas tersebut memasang lampu yang ditemukan di tempat sampah dan masih menyala.

    “Langkah penyelesaian telah dilakukan koordinasi dengan fungsional, rapat razia handphone semua siswa lalu dicocokan dengan aplikasi di handphone dan CCTV itu ternyata tidak diketemukan kecocokan,” katanya.

    “Yang memasang itu petugas kebersihan kami saat itu, namun saat ini CCTV lampu itu sudah diamankan oleh Polres Magetan,” tambahnya.

    Pihak sekolah pun melakukan langkah lanjut berupa razia handphone seluruh siswa untuk mengecek kemungkinan adanya koneksi WiFi atau aplikasi yang terhubung ke perangkat tersebut. Hasilnya, tidak ditemukan indikasi konektivitas dengan perangkat manapun. “Harapannya ada teknologi canggih, yang bisa memastikan kalau CCTV di lampu itu memang bersih tidak merekam apapun,” paparnya.

    Kasat Reskrim Polres Magetan, AKP Joko Santoso, juga membenarkan bahwa dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan unsur pidana ataupun dugaan pelecehan seksual. “Intinya dugaan adanya kasus pelecehan seksual itu tidak benar,” katanya.

    Ia menjelaskan bahwa petugas kebersihan yang memasang lampu tersebut tidak mengetahui bahwa lampu itu memiliki kamera. “Dugaan yang beredar saat ini tidak bisa dibuktikan, karena tidak didukung dengan bukti nyata lainnya yang kuat. CCTV di lampu itu setelah diperiksa juga tidak berfungsi. Sehingga terkait ini tidak ada tindak lanjut lagi, semua dipastikan tidak ada dugaan pelecehan seksual itu,” pungkasnya.

    Dengan klarifikasi ini, pihak sekolah dan kepolisian berharap masyarakat tidak lagi menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi agar tidak menimbulkan keresahan lebih lanjut, terutama di lingkungan pendidikan. [fiq/aje]

    ,