Category: Beritajatim.com Regional

  • Meski Turun Drastis, Pengepul Kulit Kurban di Surabaya Tetap Raup Puluhan Juta Rupiah

    Meski Turun Drastis, Pengepul Kulit Kurban di Surabaya Tetap Raup Puluhan Juta Rupiah

    Surabaya (beritajatim.com) – Maisyaroh, seorang pengepul kulit hewan kurban di Jalan Nyamplungan, Surabaya, tetap kebanjiran pelanggan meskipun limpahan kulit kurban di Idul Adha 1446 Hijriah mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun lalu. Lapaknya yang berada di kawasan wisata religi Ampel masih ramai disambangi para penjual hewan kurban maupun masyarakat, Sabtu (7/6/2025).

    “Kayaknya penerimaan kulit di tahun ini menurun. Soalnya kata para penjual hewan kurban tahun ini agak sepi,” ungkap Maisyaroh saat ditemui.

    Menurut perempuan 42 tahun itu, penurunan jumlah kulit yang diterima berkaitan erat dengan kondisi ekonomi yang tengah lesu. Ia menyebut, pembelian hewan kurban oleh masyarakat ikut terdampak, sehingga jumlah pemotongan dan limpahan kulit juga menurun.

    “Ya tidak bisa dipungkiri, memang tahun ini kondisi ekonomi lagi lesu. Jadi wajar kalau tahun orang yang berkurban sedikit,” jelasnya.

    Pada Idul Adha 2024 lalu, Maisyaroh berhasil mengumpulkan sekitar 2.800 lembar kulit kambing dan lebih dari 800 lembar kulit sapi di hari pertama penyembelihan. Namun tahun ini, jumlahnya turun drastis hanya menjadi 1.500 lembar kulit kambing dan 160 lembar kulit sapi pada hari pertama.

    “Mungkin juga karena hari pertama kurban Idul Adha tahun ini bertepatan pas hari Jumat kemarin, jadi waktunya lebih pendek. Jadi sekarang kita datang membuka lapak lagi, dan masih banyak yang setor di hari ini,” urainya.

    Maisyaroh telah menekuni usaha sebagai pengepul kulit hewan kurban selama puluhan tahun, meneruskan usaha milik mendiang ayahnya yang telah berdiri sejak 1990. Meski bersifat musiman, usahanya tetap mendatangkan keuntungan besar setiap tahunnya.

    “Kalau keuntungan sih puluhan jutaan. Kalau modal ya kisaran ratusan juta. Kulit-kulit ini nantinya kita setor ke produsen besar, pabrik aksesoris tas, sepatu, ikat pinggang dan lain lain,” tutupnya.

    Usaha kulit hewan kurban seperti yang dijalankan Maisyaroh menjadi bagian penting dari ekosistem industri kreatif dan manufaktur lokal. Meskipun terdampak fluktuasi ekonomi dan pola penyembelihan, dedikasi para pelaku usaha tradisional tetap menjaga rantai pasok kulit berkualitas bagi industri Indonesia. [ram/ian]

  • Mbak Wali Tinjau RPH Kelurahan Pojok, Pastikan Hewan Kurban Halal dan Aman Dikonsumsi

    Mbak Wali Tinjau RPH Kelurahan Pojok, Pastikan Hewan Kurban Halal dan Aman Dikonsumsi

    Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati meninjau UPTD Rumah Potong Hewan (RPH) Kelurahan Pojok, Sabtu (7/6/2025). Tujuannya untuk memastikan hewan kurban yang disembelih sesuai dengan prosedur dan aman dikonsumsi.

    “Kami ingin memastikan bahwa sapi di sini disembelih sesuai dengan prosedur dan juga memperhatikan kesejahteraan hewan. Tadi saya cek bahwa sebelum disembelih sapi kurban ini dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan dan setelah disembelih pun juga dilakukan postmortem atau pemeriksaan,” terang Mbak Wali.

    Berdasarkan pemeriksaan kesehatan, Wali Kota Kediri menerangkan bahwa ditemukan beberapa sapi yang terkena penyakit cacing hati. Karena hal itu, sapi tersebut disendirikan dan organ yang terkena penyakit tersebut dibuang. Sehingga masyarakat tak perlu khawatir karena daging sapi tersebut aman untuk dikonsumsi.

    Mbak Wali juga menambahkan bahwa untuk Iduladha ini, retribusi di UPTD RPH Kelurahan Pojok digratiskan khusus untuk sapi atau kambing yang akan dikurbankan.

    Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mohammad Ridwan menuturkan ada 37 ekor sapi dan 14 ekor kambing yang disembelih selama 4 hari di RPH Kelurahan Pojok pada Iduladha 1446 H kali ini. “Jumat kemarin hewan kurban yang disembelih di RPH ini ada 7 ekor sapi, hari ini 27 ekor sapi dan 14 ekor kambing. Hari Minggu besok ada 2 ekor sapi dan lusa ada 1 ekor sapi,” jelasnya.

    Mohammad Ridwan juga menjelaskan bahwa pada penyembelihan hari ini juga ditemukan 2 ekor sapi yang terkena cacing hati. Untuk itu, hati sapi yang terkena penyakit dimusnahkan.

    “Kami juga telah mengimbau masyarakat yang akan melakukan penyembelihan hewan kurban untuk berkoordinasi dengan DKPP untuk memastikan kondisi hewan kurban,” imbuhnya.

    Turut mendampingi Kepala UPTD RPH Kota Kediri Hariyanto. [nm/ian]

  • Jumlah Hewan Kurban Warga LDII Ngawi Naik, Komitmen Jaga Lingkungan dan Ketahanan Pangan

    Jumlah Hewan Kurban Warga LDII Ngawi Naik, Komitmen Jaga Lingkungan dan Ketahanan Pangan

    Ngawi (beritajatim.com) – Ketua DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Ngawi, Yadi, menyampaikan bahwa jumlah hewan kurban dari warga LDII mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini. Tercatat 145 ekor sapi dan 241 ekor kambing disembelih, meningkat dari tahun sebelumnya yang masing-masing berjumlah 131 ekor sapi dan 175 ekor kambing.

    Yadi menjelaskan bahwa pelaksanaan kurban memiliki tiga manfaat utama. Pertama, dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat, khususnya bagi peternak lokal. Kedua, meningkatkan asupan gizi masyarakat melalui distribusi daging kurban. Dan ketiga, pelaksanaannya dilakukan secara ramah lingkungan.

    “Di tempat kami, penyembelihan hewan kurban tidak dilakukan di sungai. Kami buat lubang khusus: satu untuk kotoran, satu lagi untuk mencuci, sehingga tidak mencemari lingkungan,” jelas Yadi.

    Proses penyembelihan dilakukan secara intensif hingga pagi hari. Hal ini menunjukkan kesungguhan warga LDII dalam menjaga kualitas pelaksanaan ibadah serta kebersihan lingkungan sekitar.

    Yadi juga menyampaikan bahwa LDII Kabupaten Ngawi berkomitmen mendukung program-program pemerintah, termasuk dalam menjaga ketahanan pangan. Mayoritas warga LDII di Ngawi merupakan petani, yang secara aktif mendukung ketersediaan pangan di wilayah tersebut.

    “Alhamdulillah, untuk kami warga LDII, otomatis mayoritas adalah petani. Di rumah ya petani, otomatis ketahanan pangan jalan,” ujar Yadi.

    Selain mengandalkan sektor pertanian, warga LDII juga mengembangkan sektor peternakan. Mereka membudidayakan kambing, sapi, dan ikan air tawar seperti lele, patin, dan nila. Aktivitas ini turut dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren milik LDII.

    “Tujuannya adalah membangun ketahanan pangan bagi warga pondok dan meningkatkan gizi santri. Selain itu, juga bisa mengurangi beban biaya hidup karena tidak perlu membeli dari luar,” tambahnya.

    Yadi menegaskan bahwa LDII senantiasa bersinergi dengan pemerintah dalam berbagai program pembangunan, baik di tingkat daerah maupun pusat.

    “LDII selalu bersinergi, berkolaborasi dengan pemerintah. Apa pun yang diprogramkan pemerintah, kami dukung bersama,” tegasnya.

    Dalam bidang pendidikan dan wawasan kebangsaan, LDII juga aktif mengikutsertakan warganya dalam berbagai kegiatan sosialisasi. Termasuk kegiatan moderasi beragama yang difasilitasi oleh Kementerian Agama, yang baru-baru ini memberikan pembekalan wawasan kebangsaan kepada warga LDII di Ngawi.

    “Tujuannya supaya kita semakin menyatu, membaur dengan seluruh lapisan masyarakat. Intinya, LDII selalu tegak lurus dengan pemerintah, baik di Ngawi maupun seluruh Indonesia,” tutup Yadi. [fiq/ian]

  • Jemaah Haji Asal Mojokerto Meninggal Dunia Usai Lempar Jumrah

    Jemaah Haji Asal Mojokerto Meninggal Dunia Usai Lempar Jumrah

    Mojokerto (beritajatim.com) – Kabar duka datang dari Tanah Suci. Seorang jemaah haji asal Kabupaten Mojokerto, Dasuki Sahrul Jamrowi meninggal dunia usai mengikuti prosesi lempar jumrah di Mina, Makkah, Jumat (6/6/2025) sekitar pukul 22.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

    Almarhum merupakan jemaah asal Dusun Pendowo, Desa Ngrowo, Kecamatan Bangsal yang tergabung dalam kloter 47 Embarkasi Surabaya. Almarhum diduga meninggal akibat serangan jantung saat perjalanan kembali ke penginapan usai melaksanakan lempar jumrah aqobah.

    Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Mojokerto, Muttakin membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, almarhum sebelumnya bergabung dengan rombongan dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Armina untuk melaksanakan lempar jumrah setelah salat Maghrib.

    “Dalam perjalanan menuju lokasi jumrah, beliau mengeluh kelelahan. Polisi kemudian mencarikan kursi roda dan almarhum sempat didorong oleh petugas jasa dorong setelah memberikan uang 50 riyal,” ungkapnya, Sabtu (7/6/2025).

    Namun, almarhum memilih untuk kembali berjalan kaki hingga tiba di lokasi jumrah. Setelah melempar jumrah dan memotong rambut, almarhum mengeluh sakit dan dikawal kembali ke arah penginapan.

    “Sampai di terowongan terakhir, beliau terjatuh dan dinyatakan meninggal dunia beberapa menit kemudian oleh tim medis. Jenazah almarhum kemudian dibawa ke rumah sakit oleh petugas medis dan kepolisian untuk proses pemakaman sesuai prosedur yang berlaku di Arab Saudi,” jelasnya.

    Sebagai informasi, jumlah jemaah haji asal Kabupaten Mojokerto tahun 2025 mencapai 1.039 orang. Pemerintah mengimbau para jemaah untuk menjaga kondisi fisik selama menjalani rangkaian ibadah haji yang cukup menguras tenaga. [tin/ian]

  • Tradisi Mencak Sumping Desa Mondoluko Tarik Minat Pengunjung Mancanegara

    Tradisi Mencak Sumping Desa Mondoluko Tarik Minat Pengunjung Mancanegara

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Tradisi unik Mencak Sumping atau biasa disebut Pencak Sumping kembali digelar oleh warga Dusun Mondoluko, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1446 H. Tradisi ini tak hanya menjadi bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memikat wisatawan mancanegara.

    Mencak Sumping adalah pertunjukan pencak silat tradisional yang dipadukan dengan iringan musik khas Banyuwangi yang rancak. Para pendekar dari berbagai usia mulai anak-anak hingga lansia menampilkan jurus-jurus silat, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata, secara lincah dan energik.

    Tradisi ini memiliki keterikatan erat dengan sejarah Dusun Mondoluko. Konon, pada masa penjajahan Belanda, seorang tokoh bernama Buyut Ido terluka parah (luko) hingga tubuhnya terkoyak (modol-modol), yang kemudian menjadi asal-usul penamaan “Mondoluko”.

    Selain aksi silat, acara ini juga menyuguhkan sumping, kudapan tradisional berbahan dasar pisang yang dibungkus adonan tepung lalu dikukus (mirip dengan nagasari di daerah lain).

    Uniknya, kue sumping bukan hanya disajikan sebagai suguhan kepada tamu, tetapi juga digunakan dalam atraksi silat sebagai bentuk pengakuan kemenangan. Pendekar yang menang akan ‘menyumpal’ mulut lawan yang kalah dengan kue sumping sebagai simbol humoris sekaligus penghormatan.

    Rangkaian tradisi Mencak Sumping digelar bersamaan dengan ritual Bersih Desa atau Ider Bumi, yang dilaksanakan malam sebelum Idul Adha. Dalam ritual ini, warga mengelilingi desa sambil melantunkan adzan dan istigfar sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah serta doa keselamatan bagi desa.

    Dengan kombinasi antara nilai sejarah, seni bela diri, dan sajian kuliner khas, tradisi Mencak Sumping tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga membuka peluang besar dalam pengembangan wisata budaya di Banyuwangi.

    Salah satu wisatawan mancanegara asal Chili, Sebastian, mengaku terkesan saat melihat flayer kegiatan ini di media sosial. Tanpa ragu, ia pun datang langsung dan ikut meramaikan perhelatan budaya yang telah diwariskan lintas generasi.

    Saat turun ke area pertunjukan, ratusan penonton pun bersorak menyemangati dan memberikan tepuk tangan kepada wisatawan mancanegara tersebut.

    “Acara seperti ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk ikut meramaikan kegiatan tradisional di sini. Saya turut bangga bisa bergabung dengan orang-orang yang penuh keramahtamahan,” pungkas Sebastian. [tar/ian]

  • Polsek Tulangan Dukung Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Lele di Pekarangan Warga

    Polsek Tulangan Dukung Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Lele di Pekarangan Warga

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Guna mendukung program Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol. Christian Tobing terkait optimalisasi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, Polsek Tulangan terus mendorong upaya ketahanan pangan hingga ke tingkat desa.

    Salah satu langkah nyata dilakukan oleh Kapolsek Tulangan AKP Abdul Cholil dengan menggerakkan peran aktif Bhabinkamtibmas untuk mendampingi masyarakat dalam pengelolaan Pekarangan Pangan Bergizi (P2B). Upaya ini bertujuan meningkatkan ketersediaan pangan sehat dan bergizi secara mandiri.

    Sabtu (7/6/2025), Bhabinkamtibmas Desa Singopadu, Kecamatan Tulangan, melakukan peninjauan langsung ke lahan budidaya ikan lele milik warga. Kegiatan ini menjadi bagian dari sinergi antara aparat kepolisian dan masyarakat untuk memberdayakan potensi lokal serta memperkuat ketahanan pangan keluarga.

    “Kami ingin memastikan bahwa program P2B ini tidak hanya sebatas imbauan, tapi benar-benar dijalankan dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujar AKP Abdul Cholil.

    Dengan adanya pendampingan dari aparat, diharapkan warga semakin terdorong untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan bergizi yang berkelanjutan. Selain membantu ekonomi rumah tangga, program Polisi Cinta Petani ini juga mendukung kedaulatan pangan nasional dari wilayah pedesaan. (isa/ian)

  • Iduladha Berkesan, Lapas Mojokerto Gelar Nyatee Bareng 6.000 Tusuk Sate

    Iduladha Berkesan, Lapas Mojokerto Gelar Nyatee Bareng 6.000 Tusuk Sate

    Mojokerto (beritajatim.com) – Suasana Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah terasa berbeda di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Mojokerto. Dalam rangka mempererat kebersamaan, digelar kegiatan Nyatee Bareng dengan membakar dan menyantap 6.000 tusuk sate bersama warga binaan, Sabtu (7/6/2025).

    Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Timur, Kadiyono. Ia menyebut acara ini sebagai langkah positif dalam membangun suasana kekeluargaan di dalam Lapas khususnya di Lapas Kelas IIB Mojokerto.

    “Bagaimana Kalapas dan seluruh petugas memperlakukan warga binaan sebagai satu keluarga besar, ini sangat baik dan mulia. Semangat Idul Adha tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di luar Lapas, tetapi juga harus hadir di dalam Lapas sebagai bentuk silaturahmi dan kepedulian,” ungkapnya.

    Per tanggal 7 Juni 2025, ada sebanyak 980 warga binaan di Lapas Kelas IIB Mojokerto. Menurutnya jumlah tersebut sudah over kapasitas, namun Kalapas Kelas IIB Mojokerto berinisiatif menghadirkan nuansa Idul Adha di dalam Lapas untuk mengobati kerinduan para warga binaan terhadap keluarga.

    “Kegiatan di Lapas Kelas IIB Mojokerto ini bisa dipraktekkan di Lapas lain sehingga warga binaan ini seolah-olah berada di tengah-tengah keluarganya. Dengan suasana kekeluargaan, warga binaan akan lebih mudah menyadari kesalahan dan termotivasi untuk memperbaiki diri,” harapnya.

    Warga Lapas Mojokerto gelar Nyatee Bareng.

    Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIB Mojokerto, Rudi Kristiawan menyebut kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian pihaknya terhadap para warga binaan. “Meski mereka berada di dalam tembok Lapas, kami ingin mereka tetap merasakan kehangatan Idul Adha, seperti di rumah sendiri,” ujarnya.

    Hal tersebut merupakan bentuk kepedulian Lapas Kelas IIB Mojokerto dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik, pembinaan dan juga mengoptimalkan pelayanan. Kegiatan serupa sudah beberapa kali digelar selama dirinya menjabat sebagai Kalapas Kelas IIB Mojokerto dalam empat bulan terakhir.

    “Kita sudah empat kali makan bersama. Makan bareng pertama dengan menu nasi padang, kedua opor ayam, ketiga nasi pecah dan keempat hari ini sate. Ini menjadi semacam terapi kebersamaan agar mereka lebih tenang dan ikhlas menjalani masa pidana,” urainya.

    Salah satu warga binaan, Asyedi (41) mengaku sangat bahagia dengan kegiatan ini. Menurutnya, suasana Idul Adha kali ini jauh lebih terasa dibandingkan tahun sebelumnya. “Tahun lalu tidak ada acara seperti ini. Sejak Pak Kalapas baru, kami sering diajak makan bersama. Rasanya seperti di rumah, meski kami berada di dalam,” paparnya.

    Lapas Kelas IIB Mojokerto tahun ini menyembelih tiga ekor sapi dan 12 ekor kambing. Dagingnya diolah dan dibagikan, sebagian besar dijadikan sate untuk dinikmati bersama. Kegiatan Nyatee Bareng ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto dan Ketua DPRD Kota Mojokerto. [tin/beq]

  • Gunung Raung Erupsi Tiga Hari Berturut-Turut, Pendakian Ditutup Sementara

    Gunung Raung Erupsi Tiga Hari Berturut-Turut, Pendakian Ditutup Sementara

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Raung yang berada di perbatasan tiga kabupaten di Jawa Timur kembali menunjukkan aktivitas erupsi pada Sabtu pagi, 7 Juni 2025, pukul 07.19 WIB. Kolom abu teramati setinggi ±400 meter di atas puncak atau sekitar 3.732 meter di atas permukaan laut, dengan warna abu kelabu dan intensitas tebal mengarah ke barat laut.

    “Erupsi masih berlangsung saat laporan ini dibuat. Tremor menerus masih terekam di seismograf,” ujar Agung Tri Subekti, petugas Pos Pengamatan Gunungapi Raung, Sabtu pagi (7/6/2025).

    Erupsi ini menambah rentetan aktivitas vulkanik Gunung Raung selama tiga hari berturut-turut sejak 5 Juni 2025. Pada Jumat (6/6/2025), aktivitas visual menunjukkan asap putih kelabu setinggi hingga 600 meter dari kawah, dengan tekanan lemah dan intensitas sedang hingga tebal. Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat erupsi menerus dan dominasi tremor mikro dengan amplitudo dominan 1 mm.

    “Status Raung tetap di Level II atau Waspada. Namun dengan erupsi tiga hari berturut-turut, pendakian kami nyatakan ditutup untuk sementara. Area berbahaya berada dalam radius 3 kilometer dari kawah puncak. Masyarakat, wisatawan, dan pendaki kami imbau tidak mendekati, tidak bermalam, dan tidak menuruni kaldera,” tegas Agung.

    Berdasarkan data dari MAGMA Indonesia, selama periode 6 Juni 2025 tercatat enam kali gempa hembusan dan 20 kali gempa tektonik jauh. Aktivitas tremor juga terus berlangsung, namun belum terjadi lonjakan signifikan pada kegempaan vulkanik.

    Meski demikian, PVMBG bersama tim pengamatan tetap dalam kondisi siaga dan terus memantau aktivitas vulkanik Gunung Raung secara intensif. [awi/beq]

  • Balon Udara Berekor Petasan Jatuh di Ponorogo, Warga Panik

    Balon Udara Berekor Petasan Jatuh di Ponorogo, Warga Panik

    Ponorogo (beritajatim.com) – Tradisi bisa berujung bencana. Hal inilah yang nyaris terjadi di Kelurahan Tonatan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, saat sebuah balon udara tanpa awak jatuh di pekarangan rumah warga dengan sumbu api yang masih menyala dan petasan yang menempel di bagian bawah balon.

    Meskipun insiden serupa bukan kali pertama terjadi, kehadiran balon berukuran besar yang tiba-tiba meluncur ke tanah tetap mengejutkan warga. Balon itu jatuh dengan kondisi api pada sumbu masih menyala, sehingga warga sekitar segera bertindak cepat untuk mengamankannya.

    “Saya lihat apinya masih menyala, makanya saya siram cepat-cepat. Takut rumah saya ikut terbakar,” ujar Parni, warga setempat, Sabtu (7/6/2025).

    Balon udara yang jatuh itu memiliki diameter sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 7 meter. Di bagian bawah balon ditemukan sekitar 10 petasan kecil yang diikatkan di blengker, menambah potensi bahaya dari insiden tersebut.

    “Ada petasannya. Kalau kecil-kecil ya kira-kira jumlahnya 10 biji,” tambah Parni.

    Polisi langsung bergerak cepat setelah menerima laporan dari warga. Petugas Polsek Kota Ponorogo segera mengamankan lokasi kejadian dan menyita balon udara beserta sisa petasan untuk penyelidikan lebih lanjut.

    “Kita langsung ke lokasi begitu ada laporan. Balon udara itu langsung kita amankan,” tegas Aiptu Hartono, KSPK Polsek Kota Ponorogo.

    Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa balon udara diterbangkan secara ilegal. Namun, hingga saat ini lokasi penerbangan dan pihak yang bertanggung jawab belum diketahui. Polisi mengimbau masyarakat agar tidak menerbangkan balon udara tanpa izin, apalagi jika menggunakan bahan peledak.

    Kejadian ini menambah panjang daftar insiden balon udara liar di wilayah Ponorogo. Meski dianggap sebagai bagian dari tradisi, penerbangan balon udara tanpa awak dan tanpa pengawasan jelas membahayakan keselamatan umum dan dapat menimbulkan kerugian materiil maupun korban jiwa. [end/beq]

  • Temui Dewan Pers, Koalisi Cek Fakta Desak Perlindungan bagi Pemeriksa Fakta

    Temui Dewan Pers, Koalisi Cek Fakta Desak Perlindungan bagi Pemeriksa Fakta

    Jakarta (beritajatim.com) – Koalisi Cek Fakta yang terdiri dari Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) menggelar audiensi dengan Dewan Pers pada 3 Juni 2025 untuk membahas perlindungan bagi pemeriksa fakta. Audiensi bertajuk “Dengar Pendapat dengan Pemangku Kepentingan dalam Rangka Perlindungan Pemeriksa Fakta” ini menjadi respons atas meningkatnya ancaman terhadap pemeriksa fakta di Indonesia.

    Agenda tersebut menjadi ruang diskusi terbuka untuk menyampaikan tantangan yang dialami pemeriksa fakta, mulai dari intimidasi, tekanan hukum, hingga kekerasan digital. Forum ini juga bertujuan mengidentifikasi kebutuhan perlindungan yang layak dan mendesak, serta mendorong komitmen kolaboratif untuk menjamin keamanan, kebebasan, dan independensi pemeriksa fakta dalam menjalankan tugasnya.

    Mia Delliana Mochtar dari AMSI menegaskan peran krusial pemeriksa fakta dalam melawan hoaks, namun mereka seringkali menjadi sasaran ancaman serius. Sejak dibentuk pada 2018, Koalisi Cek Fakta telah berkembang dari 25 menjadi 100 media daring anggota. Survei internal menunjukkan bahwa dari 38 responden, 10 orang mengaku pernah menerima ancaman. Sebanyak 21,05% responden mengalami intimidasi saat menerbitkan konten cek fakta, terutama soal politik, satir, kesehatan, Pemilu, dan sepak bola.

    Salah satu kasus yang disoroti adalah doxing terhadap pemeriksa fakta Liputan 6, yang menyebabkan mereka harus mengungsi ke rumah aman dan mengadu ke Komnas HAM. Ada pula pemeriksa fakta yang memilih mundur dari profesinya karena tekanan. Dampak lain dari intimidasi meliputi trauma, enggan menulis, hingga berhenti total dari kegiatan cek fakta.

    Naharin Ni’matun, Koordinator AJI Indonesia, menyatakan bahwa pemeriksa fakta terancam oleh pasal-pasal dalam Undang-Undang ITE dan memerlukan perlindungan hukum khusus. Ia mengusulkan agar pemeriksa fakta bisa dikategorikan sebagai Human Rights Defender (HRD), serta pentingnya SOP pendampingan dan kerja sama strategis dengan Dewan Pers. Ia juga mendorong agar karya cek fakta mendapat pengakuan yang setara dengan karya jurnalistik.

    Aribowo Sasmito dari MAFINDO menambahkan bahwa tren serangan terhadap jurnalis dan pemeriksa fakta kembali meningkat, termasuk ancaman somasi dan doxing nomor pribadi. Felix Lamuri, Direktur Eksekutif AMSI, mendukung penguatan status HRD bagi pemeriksa fakta dan pentingnya menjalin kemitraan lintas sektor.

    Abdul Manan, Anggota Dewan Pers periode 2025–2028, menilai bahwa status pemeriksa fakta, apakah wartawan atau bukan, akan memengaruhi mekanisme perlindungan yang tersedia. Ia menyarankan dilakukan pemetaan atau klasterisasi sebagai dasar kebijakan. Sementara itu, Erick Tanjung dari Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) mengusulkan jejaring pengaman bagi pemeriksa fakta non-jurnalis melalui Tim Advokasi untuk Demokrasi yang terdiri dari PBHI, YLBHI, dan lembaga pro bono lainnya. Ia juga mengingatkan bahwa dalam yurisprudensi, pembela HAM tidak bisa dipidana atas aktivitas mereka, termasuk kerja-kerja cek fakta.

    Audiensi ini diharapkan menjadi pijakan awal untuk merumuskan langkah perlindungan konkret bagi pemeriksa fakta di tingkat lokal dan nasional, sekaligus memperkuat kolaborasi antara organisasi media, masyarakat sipil, pemerintah, dan aparat penegak hukum dalam menciptakan ekosistem yang aman bagi kerja-kerja pemeriksaan fakta di Indonesia. [beq]