Category: Beritajatim.com Regional

  • Masjidil Haram Padat, Jamaah Haji Diminta Tunda Thawaf Ifadhah dan Tetap di Hotel

    Masjidil Haram Padat, Jamaah Haji Diminta Tunda Thawaf Ifadhah dan Tetap di Hotel

    Makkah – Ribuan jamaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai meninggalkan Mina kemarin, Minggu (8/6/2025), usai menyelesaikan prosesi melontar jumrah.

    Mereka yang memilih Nafar Awal—yakni kembali ke Makkah pada 12 Dzulhijjah sebelum matahari terbenam—telah bergerak menuju hotel masing-masing di Makkah.

    Seiring dengan kepulangan jamaah dari Mina, Masjidil Haram diprediksi akan mengalami lonjakan jumlah pengunjung, khususnya untuk pelaksanaan Thawaf Ifadhah, yang menjadi salah satu rukun haji.

    Melansir portal resmi Kementerian Agama (Kemenag) Senin (9/6/2025), Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1446 H, Muchlis M Hanafi, mengimbau jamaah asal Indonesia untuk tidak memaksakan diri ke Masjidil Haram selama dua hari ke depan, yakni 12 dan 13 Dzulhijjah.

    “Dalam dua hari ini, kondisi Masjidil Haram sangat padat. Demi keselamatan, kami minta jamaah tetap berada di hotel,” ujar Muchlis di Makkah.

    Imbauan Resmi PPIH untuk Jamaah Haji Indonesia

    Mengacu pada arahan dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, PPIH Arab Saudi mengeluarkan sejumlah imbauan penting:

    Segera kembali ke hotel setelah melontar jumrah, jangan langsung menuju Masjidil Haram.
    Tetap berada di hotel pada 12 dan 13 Dzulhijjah 1446 H untuk menghindari potensi risiko akibat kepadatan ekstrem.
    Laksanakan shalat di musala hotel atau masjid terdekat, bukan di Masjidil Haram.

    Ketua kloter, rombongan, dan petugas diminta aktif mengingatkan jamaah secara persuasif agar menaati imbauan.

    Muchlis menegaskan bahwa keselamatan jamaah adalah prioritas utama. “Kami harap seluruh jamaah dan petugas bekerja sama. Masjidil Haram sangat padat, dan kita harus mengutamakan keselamatan bersama,” ujarnya.

    Perbedaan Nafar Awal dan Nafar Tsani

    Sebagai informasi, Nafar Awal adalah pilihan bagi jamaah yang meninggalkan Mina pada 12 Dzulhijjah sebelum terbenamnya matahari.

    Sementara itu, jamaah yang memilih Nafar Tsani baru akan kembali ke Makkah pada 13 Dzulhijjah. Setelah kembali ke Makkah, para jamaah akan melanjutkan ibadah haji dengan melakukan Thawaf Ifadhah.

    Dengan kondisi Masjidil Haram yang padat, imbauan untuk menunda pelaksanaan Thawaf Ifadhah diharapkan bisa mengurangi risiko desak-desakan dan kelelahan ekstrem di tengah cuaca panas. [aje]

  • Santri Expo 2025 di Jombang: GP Ansor dan Fatayat NU Tunjukkan Semangat Ekonomi – Budaya

    Santri Expo 2025 di Jombang: GP Ansor dan Fatayat NU Tunjukkan Semangat Ekonomi – Budaya

    Jombang (beritajatim.com) – Lapangan Pulo, Kecamatan Jombang, menjadi saksi semaraknya Nahdlatut Tujjar Santri Expo 2025, yang digelar mulai 8 hingga 16 Juni 2025. Acara ini menghadirkan semangat baru dalam pemberdayaan ekonomi dan pelestarian budaya lokal, sekaligus memperingati Hari Lahir GP Ansor ke-91 dan Fatayat NU ke-75.

    Bukan sekadar bazar, Santri Expo 2025 menghadirkan ratusan pelaku UMKM yang menjajakan aneka kuliner halal, jajanan khas Njombangan, serta produk-produk kreatif dari santri dan masyarakat. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kader muda NU tak hanya memelihara tradisi, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong kemandirian ekonomi.

    Ketua PAC GP Ansor Jombang Kota, Akhdanil Farikhi, memberikan sambutan penuh semangat dalam pembukaan acara pada Minggu (8/6/2025).

    “Santri Expo 2025 ini bukan sekadar hiburan atau bazar. Ini adalah ikhtiar konkret untuk membuktikan bahwa santri hari ini tidak hanya bisa mengaji, tapi juga mampu berdikari secara ekonomi. Menuju Ansor Jombang Satu Barisan, berarti menyatukan kekuatan dakwah, sosial, dan ekonomi menjadi satu arah perjuangan,” ungkapnya.

    Di setiap malam, suasana religius menyelimuti arena expo dengan gema Shalawatan dan Al-Barjanji. Para pengunjung juga disuguhi pentas seni santri dari berbagai pondok pesantren, penampilan Rijalul Ansor, hingga aneka lomba kreatif yang memikat minat generasi muda. Salah satu daya tarik utama tahun ini adalah Festival Tahu Petis, yang menjadi magnet wisatawan lokal.

    Ditambah dengan hiburan dari panggung utama serta wahana permainan anak, kegiatan ini menghadirkan semangat gotong royong yang terasa nyata. Hadir pula sejumlah tokoh NU, pengurus Fatayat, dan tokoh masyarakat. Kehadiran Cak Sodiq dengan penampilan spesial turut membakar semangat hadirin di malam puncak.

    “Kami ingin menampilkan wajah santri yang progresif. Melalui kegiatan seperti ini, kami berupaya menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban. Santri tidak boleh hanya menunggu perubahan, tapi harus menjadi bagian dari perubahan itu sendiri,” lanjut Akhdanil.

    Santri Expo 2025 menjadi cerminan kolaborasi antargenerasi dalam tubuh NU, dengan GP Ansor dan Fatayat NU sebagai motor penggerak. Spirit ‘Satu Barisan’ yang digaungkan bukan hanya slogan seremonial, melainkan tekad kolektif untuk menggerakkan perubahan dari akar rumput, membangun Jombang yang lebih maju dengan fondasi religius dan ekonomi yang kuat. [suf]

  • Kisah Mbah Suro, Kakek dari Jombang yang Menyambut Kelahiran Bung Karno

    Kisah Mbah Suro, Kakek dari Jombang yang Menyambut Kelahiran Bung Karno

    Jombang (beritajatim.com) – Di sebuah desa kecil bernama Mangunan, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, tersimpan kisah yang bisa mengguncang ulang peta sejarah kelahiran sang proklamator.

    Di sana, Sulisyono Imam Jayaharja, seorang budayawan sekaligus cucu buyut tokoh masyarakat setempat, membuka kembali catatan lama keluarganya—bukan dari buku sejarah, tapi dari selembar foto tua dan ingatan turun-temurun.

    “Yang menjambutku mengindjak dunia ini hanyalah seorang kakek jang sudah terlalu amat tua,” demikian penggalan kisah kelahiran Bung Karno yang tercantum dalam buku otobiografi Penyambung Lidah Rakjat karya Cindy Adams tahun 1966.

    Kakek tua yang dimaksud Bung Karno itu, menurut Sulisyono, sangat mungkin adalah Mas Kiai Surosentono, yang lebih dikenal sebagai Mbah Suro atau Kek Suro. Ia bukan tokoh sembarangan.

    Dalam selembar foto keluarga bertanggal 1925, yang disimpan rapi oleh keluarga besar Sulisyono, terlihat sosok Mbah Suro berdiri berdampingan dengan tokoh-tokoh penting lain dari Kabuh, termasuk Buyut Haji Ilyas, lurah Brumbung Mangunan saat itu sekaligus pemimpin Tarekat Satariyah di wilayah utara Sungai Brantas.

    “Foto itu koleksi keluarga kami. Diambil oleh Pakdhe Ikhwan, cucu Buyut Ilyas yang saat itu bekerja di Bea Cukai Hindia Belanda,” tutur Sulisyono. “Ada tulisan dalam fotonya: Koenjoengan R. Djamiloen ke Broemboeng 1925.”

    Nama Broemboeng yang tertulis di foto itu adalah nama lama dari Desa Mangunan, tempat keluarga besar Sulisyono berasal. Di sanalah, menurut cerita turun-temurun dalam keluarga mereka, Mbah Suro tinggal, bersahabat dekat dengan keluarga Buyut Ilyas, dan menjadi tokoh spiritual penting yang tak hanya dikenal di Kabuh, tapi juga di lingkaran dalam Bung Karno.

    Cerita ini menjadi semakin menarik ketika dikaitkan dengan penuturan Kushartono, pengurus Situs Persada Soekarno di Wates, Kediri. Ia menyebut bahwa Den Mas Mendung—ayah angkat Bung Karno—juga punya kaitan erat dengan Jombang, tepatnya tinggal di Dum Pring, Kabuh.

    “Kek Suro disebut sebagai orang yang menjambut kelahiran Bung Karno. Ia juga pernah menjadi penasihat spiritual Presiden Soekarno ketika berkantor di Istana Yogyakarta pada 1946–1949,” ungkap Kushartono. “Makamnya berada di Yogyakarta, satu kompleks dengan makam H.O.S. Cokroaminoto.”

    Pernyataan itu menguatkan dugaan bahwa Mbah Suro bukan hanya saksi kelahiran Bung Karno, melainkan juga bagian penting dari jejaring spiritual dan politik yang membentuk jalan hidup sang proklamator. Dan kisah ini bukan sekadar cerita keluarga, karena bahkan Roso Daras, sejarawan nasional sekaligus penulis buku-buku tentang Bung Karno, ikut angkat suara.

    “Saya mendengar tahun lalu ada penemuan foto sosok tua saksi kelahiran Bung Karno di Jombang. Sosok yang disebut dalam buku Cindy Adams,” kata Roso. “Ini penting sebagai petunjuk untuk menelusuri lebih jauh asal-usul Bung Karno.”

    Jika benar, maka Ploso Jombang—yang selama ini disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Bung Karno namun masih menuai perdebatan—bisa mendapatkan pengakuan sejarah yang lebih kuat. Bukan semata dari dokumen formal, melainkan dari narasi-narasi lokal, foto-foto keluarga, dan ingatan-ingatan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    Dan dari tengah desa sunyi itu, nama Kek Suro kembali bersinar, bukan sekadar sebagai tetua kampung, melainkan mungkin sebagai penyambut kehidupan sang proklamator. Sebuah peran sunyi dalam sejarah yang nyaris terlupakan—hingga hari ini. [suf]

  • 700 Siswa PSHT Kota Blitar Ikuti Uji Kelayakan Calon Warga

    700 Siswa PSHT Kota Blitar Ikuti Uji Kelayakan Calon Warga

    Blitar (beritajatim.com) – Menjelang bulan Muharram 1447 H/ 2025 M Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Blitar–Pusat Madiun mengadakan tes calon warga atau Uji Kelayakan Calon Warga (UKCW) untuk siswa putih. Kegiatan ini diikuti oleh 700 siswa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Blitar, yaitu khusus siswa putih.

    Kegiatan ini sengaja dilakukan untuk mengetahui layak dan tidaknya siswa disahkan sebagai anggota Persaudaraan Setia Hati Terate. Uji Kelayakan Calon Warga (UKCW) ini pun dipantau langsung oleh pengurus Cabang Kota Blitar dan Cabang Blitar, serta pengurus Ranting/Komisariat, pengurus rayon yang ada di wilayah Kota.

    “Bahwa kegiatan ini sangat penting untuk menuju ke jenjang selanjutnya yaitu sebagai warga dapat menilai sekaligus kesiapan nantinya ke dalam masyarakat bisa menjadi garda terdepan dalam hal-hal kebaikan,” ungkap Ketua Dewan Cabang Marjono, Minggu (8/6/2025).

    Sementara itu, koordinator kegiatan UKCW, Oma Azib berpesan kepada seluruh siswa untuk selalu senantiasa menanamkan jiwa-jiwa kebaikan di dalam hati siswa SH Terate. Karena ajaran dan pelajaran SH Terate mengajarkan kebaikan-kebaikan yang selama ini juga ditanamkan dalam kehidupan bermasyarakat.

    “Seimbangkan hubungan sesama insan manusia dan juga hubungan serta kewajiban untuk selalu bertaqwa kepada Allah. Kejujuran, kedisiplinan dalam hidup ini harus selaras serta seimbang untuk mencapai kedamaian serta kehidupan yang lebih baik. Jaga pribadi-pribadi sampean, jaga keluarga njenengan dan jaga nama organisasi sampean dimanapun nantinya berada. Perkuat, perkokoh keimanan, kerohanian, ketaqwaan seluruh anggota SH Terate, selalu taat aturan, disiplin dalam setiap langkah yang dijalani,” ungkap Oma Azib.

    Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Blitar, Pusat Madiun Miskan Hadi Prasetyo, yang juga membuka kegiatan UKCW menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi materi-materi yang telah disampaikan sejak siswa sabuk polos, jambon, hijau serta putih dan nantinya siswa / calon warga.

    “Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Blitar memiliki dan mumpuni dalam penyerapan materi-materi fisik, materi persaudaraan, olah raga bela diri, seni bela diri, serta material ke SH an,” ungkap Miskan.

    PSHT Cabang Kota Blitar pun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. Miskan Hadi berharap dengan adanya kegiatan ini warga PSHT nantinya benar-benar bisa menjadi garda terdepan untuk berbuat kebaikan.

    “Untuk itu kami menyampaikan supaya seluruh siswa, turut menjaga dan merawat salah satu ajarannya budi luhur dari para sesepuh serta pendiri, untuk menjalin tali silaturahmi untuk mempererat persaudaraan serta ikut selalu menjaga kondusifitas Kamtibmas di wilayah Kota Blitar khususnya dan Blitar Raya Umumnya, Dalam kesempatan ini disampaikan rasa hormat, serta terima kasih kepada Forkopimda Blitar Kota, Aparat TNI, Polri, Dinas Kesehatan serta Lembaga SMK Negeri 1 Kota Blitar yang telah selalu mendukung dan mensupport segala kegiatan Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Kota Blitar – Pusat Madiun,” pungkasnya. [owi/aje]

  • 39 Peserta Meriahkan Festival Balon Udara di Tulungagung

    39 Peserta Meriahkan Festival Balon Udara di Tulungagung

    Tulungagung (beritajatim.com) – Puluhan balon udara menghiasi langit Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung. Balon tersebut merupakan milik peserta Festival Balon Udara, yang digelar oleh Polres Tulungagung.

    Total terdapat 39 peserta yang mengikuti festival ini. Tingginya animo masyarakat yang melihhat festival ini membuat Pemkab setempat berencana menggelar lagi pada bulan November mendatang.

    Salah seorang peserta, Bustanul Abidin (22) mengatakan proses persiapan untuk mengikuti festival ini dilakukan sejak 2 bulan terakhir. Mereka mulai merancang desain balon udara. Setelah itu proses pengerjaan merangkai desain dengan menggunakan kertas minyak.

    Proses penerbangannya juga cukup sederhana. Mereka membakar api di bagian bawah untuk memasukkan asap ke dalam balon. Setelah itu mereka mengikat balon tersebut agar tidak lepas. Biaya pembuatan balon udara ini menghabiskan Rp 5 juta.

    “Kesulitannya dalam membuat desainnya, kalo menerbangkannya relatif mudah tergantung cuaca, karena ini terbuat dari kertas kalau kena hujan bisa langsung rusak,” ujarnya, Minggu (08/06/2025).

    Kapolres Tulungagung, AKBP Taat Resdi mengatakan festival ini digelar untuk memeriahkan peringatan HUT Bhayangkara ke 79. Terdapat 39 peserta yang mengikuti festival ini. Dari jumlah tersebut 19 peserta berasal dari lokal dan sisanya dari Wonosobo, Jawa Tengah.

    Festival ini juga bertujuan untuk merubah tradisi masyarakat yang biasa menerbangkan balon udara saat perayaan hari besar keagamaan. Balon udara tersebut diterbangka dan banyak menimbulkan sejumlah bahaya seperti kebakaran.

    Selain itu mayoritas balon udara ini juga dipasang petasan. “Sudah banyak kejadian membahayakan yang disebabkan balon udara selama ini,” tuturnya.

    Melalui festival ini Polisi ingin memfasilitasi kreasi masyarakat yang senang dengan balon udara. Festival ini juga bisa menjadi ikon baru wisatawan di Tulungagung. Tingginya animo masyarakat yang menyaksikan festival balon udara ini membuat Pemkab setempat berencana menggelar festival serupa di bulan November mendatang.

    “Tadi pak Bupati juga menyampaikan keinginan membuat festival seperti ini di bulan November, yang jelas ini bisa menjadi ikon di Tulungagung,” pungkasnya. [nm/aje]

  • Tahura Soerjo Raih Nilai Efektivitas Pengelolaan Tertinggi se-Indonesia

    Tahura Soerjo Raih Nilai Efektivitas Pengelolaan Tertinggi se-Indonesia

    Surabaya (beritajatim.com) – Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo Jawa Timur meraih nilai efektifitas pengelolaan (Management Effectiveness Tracking Tool) kawasan konservasi tertinggi se-Indonesia dalam kategori Taman Hutan Raya (Tahura) tahun 2024.

    Raihan ini membuat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersyukur dan bangga. Pasalnya, Tahura R. Soerjo merupakan satu-satunya kawasan pelestarian alam yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.

    Wilayah Tahura R. Soerjo ini secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Batu, dan Kabupaten Kediri.

    “Tahura Raden Soerjo ini milik Pemprov Jatim, yang secara langsung dikelola oleh UPT Tahura R. Soerjo yaitu Unit Pelaksana Teknis yang berada dibawah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur,” ujar Khofifah, Minggu (8/6/2025).

    “Tentu kami bangga bahwa Tahura R. Soerjo bisa meraih peringkat tertinggi nasional. Yang kemudian disusul oleh Tahura Sultan Adam (Kalimantan Selatan) dan Tahura Gunung Tumpa (Sulawesi Utara),” imbuhnya.

    Khofifah menambahkan, Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi untuk kategori Tahura ini menggunakan metode Management Effectiveness Tracking Tool (METT).

    “METT ini metode penilaian yang dikembangkan oleh WWF dan Bank Dunia sejak 2007 kemudian oleh Pemerintah Indonesia dilengkapi dengan beberapa informasi yang diperlukan dalam penerapannya di Indonesia,” sambungnya.

    “Penilaian di Tahura R. Soerjo tahun 2024 dilakukan bersama pihak-pihak terkait, yaitu dari lingkup kehutanan baik tingkat Pusat dan Daerah (BBKSDA Jawa Timur, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, dan Perum Perhutani Divre Jawa Timur),” ungkapnya.

    Tak hanya Pemerintah, beberapa sektor seperti akademisi (Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Institut Pertanian Malang), perwakilan masyarakat penerima manfaat dari kawasan Tahura R. Soerjo, masyarakat sekitar kawasan serta relawan juga ikut andil dalam penilaian ini.

    “Penilaian ini kemudian diverifikasi oleh Tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Khofifah menyampaikan, prestasi tersebut dapat dicapai karena Tahura R. Soerjo dinilai telah melaksanakan pengelolaan kawasan dengan baik melalui dukungan rencana pengelolaan, kondisi nilai-nilai yang terjaga, dukungan masyarakat lokal dan pemanfaatan kawasan dan jasa lingkungan yang mengedepankan prinsip kelestarian.

    “Dengan wilayah yang seluas sekitar 27.868,30 Ha itu, alhamdulillah Nilai Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahura R. Soerjo mencapai 86 persen merupakan nilai tertinggi se-Indonesia untuk kategori Taman Hutan Raya,” tambahnya.

    Prestasi ini, lanjut Khofifah, merupakan hasil dari kerja keras, sinergi dan dan kolaborasi dari seluruh stakeholder baik dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, akademisi hingga relawan dan masyarakat pelestari hutan.

    Khofifah menegaskan, Tahura Raden Soerjo ini bagian dari Cagar Biosfer UNESCO Bromo Tengger Semeru Arjuno (BTSA), oleh karenanya Pemprov melalui Dinas Kehutanan terus berkomitmen menerapkan pengelolaan kawasan ini dengan tata kelola berstandar internasional. Mulai dari nilai budaya hingga kultur masyarakat lokal harus senantiasa terjaga keasliannya.

    “Momentum ini mari kita jadikan sebagai penguatan seluruh elemen lapisan masyarakat untuk bersama menjaga warisan budaya sekaligus keanekaragaman hayati serta manfaat intangible Tahura R Soerjo ini,” ajaknya.

    “Mari kita jaga alam, budaya dan nilai-nilai kultur kita secara konkret. Kita jaga keseimbangan ekosistem kelangsungan hidup masyarakat dan generasi mendatang,” imbuhnya. [tok/aje]

  • Tradisi Tak Luntur: Jemaah Aboge di Probolinggo Rayakan Idul Adha di Ahad Legi

    Tradisi Tak Luntur: Jemaah Aboge di Probolinggo Rayakan Idul Adha di Ahad Legi

    Probolinggo (beritajatim.com) – Mentari baru saja menyembul di ufuk timur ketika ribuan jemaah Aboge mulai memadati Musala Al-Barokah di Desa Leces, Kabupaten Probolinggo.

    Mengenakan pakaian terbaik dan membawa hidangan tradisional, mereka datang bukan hanya untuk salat, tapi juga merawat tradisi leluhur yang telah bertahan selama ratusan tahun.

    Hari itu, Minggu (8/6/2025), bertepatan dengan Ahad Legi dalam kalender Jawa, bagi umat Islam Aboge merupakan hari raya Idul Adha.

    Meski berbeda dua hari dari penetapan pemerintah, keyakinan mereka bertumpu pada warisan perhitungan kuno yang tertuang dalam kitab Mujarrobat — metode hitung Sarpatji yang menentukan 10 Zulhijah jatuh pada hari ini.

    “Hitungan ini sudah turun-temurun, bahkan hari besar delapan tahun ke depan sudah kami ketahui,” tutur Usman, salah satu jemaah yang hadir pagi itu.

    Ia menyampaikan bahwa perbedaan hari raya bukan menjadi pemicu perpecahan, melainkan ruang untuk saling menghargai dan hidup berdampingan.

    Tepat pukul 06.30 WIB, gema takbir memenuhi musala sederhana itu. Salat dua rakaat pun dilaksanakan khusyuk, tanpa ada perbedaan dari tata cara salat Idul Adha umat Islam pada umumnya.

    Usai salat, para jemaah saling berjabat tangan, mengeratkan tali silaturahmi yang menjadi inti dari perayaan hari besar ini.

    Namun, ada yang berbeda tahun ini. Tak ada hewan kurban yang disembelih oleh jemaah Aboge. Faktor ekonomi menjadi alasannya.

    Meski demikian, semangat berbagi tetap hidup melalui makanan yang mereka bawa untuk disantap bersama.

    Kyai Buri Mariyah, tokoh agama jemaah Aboge di Desa Leces, menjelaskan bahwa penetapan 10 Zulhijah tahun ini dihitung dari Jumat Pahing, 30 Mei 2025.

    “Dari situlah kita tahu, Ahad Legi adalah waktunya Idul Adha bagi kami,” ujarnya.

    Di Kabupaten Probolinggo, komunitas Aboge tersebar di empat kecamatan: Leces, Bantaran, Dringu, dan Tegalsiwalan. Meski minoritas, mereka terus menjaga tradisi warisan nenek moyang dengan penuh keteguhan.

    Bagi jemaah Aboge, Idul Adha bukan sekadar ritual keagamaan, tapi juga perwujudan ketaatan pada ajaran yang diwariskan, disertai semangat toleransi dan kebersamaan yang tak lekang oleh zaman. [ada/aje]

  • SIER Ikut Serahkan Bantuan Kurban Holding BUMN Danareksa

    SIER Ikut Serahkan Bantuan Kurban Holding BUMN Danareksa

    Surabaya (beritajatim.com) – Dalam rangka memperingati Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) melaksanakan pemotongan dan distribusi hewan kurban, sebagai bentuk nyata komitmen perusahaan terhadap nilai-nilai sosial, spiritual, dan kepedulian kepada masyarakat di sekitar kawasan industri.

    Pada tahun ini, SIER menyalurkan sebanyak 1.100 paket daging kurban kepada karyawan serta masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan SIER di Surabaya dan Berbek Industri. Tidak hanya itu, kegiatan serupa juga dilaksanakan di kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), salah satu kawasan industri yang dikelola oleh PT SIER. Yakni dengan menyerahkan 33 ekor kambing kepada berbagai pemangku kepentingan setempat.

    Hewan kurban tersebut disalurkan kepada institusi pembina masyarakat seperti Polres Pasuruan Kota, Polres Pasuruan, Kodim, Koramil, dan Polsek di wilayah sekitar ring 1 PIER. Selain itu, kambing kurban juga diberikan kepada kepala desa di Kecamatan Kraton dan Kecamatan Rembang, serta para tokoh masyarakat dan pondok pesantren yang berada di sekitar kawasan industri tersebut.

    Ketua Panitia Kurban PT SIER, Haditya Yudha Sutrisno, menjelaskan bahwa di kawasan SIER Surabaya, kegiatan penyembelihan mencakup 13 ekor hewan kurban, terdiri dari sapi dan kambing. Hewan-hewan ini berasal dari kontribusi manajemen PT SIER, Koperasi Karyawan SIER (Koka SIER), serta sejumlah tenant yang beroperasi di dalam kawasan industri.

    “Prosesi penyembelihan dilakukan di kompleks Masjid Baiturrozaq yang berada di dalam kawasan SIER, dengan dukungan teknis dari enam jagal profesional yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH) Mitra, Surabaya,” ungkap Haditya, yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT SIER.

    Sebanyak 33 karyawan SIER turut berpartisipasi secara sukarela dalam kepanitiaan kurban tahun ini. Mereka aktif terlibat dalam seluruh tahapan kegiatan, mulai dari penyembelihan, pengemasan, hingga distribusi daging kurban kepada para penerima.

    Lebih lanjut, Haditya menyampaikan bahwa paket daging kurban dibagikan kepada karyawan serta masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar kawasan industri, antara lain warga Rungkut Menanggal, Rungkut Tengah, Kutisari, Berbek, dan Tenggilis Mejoyo. Bahkan, para pedagang kaki lima yang mencari nafkah di sekitar kawasan SIER juga turut menerima pembagian daging kurban.

    Dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran proses distribusi, panitia telah membagikan kupon terlebih dahulu kepada para penerima satu hari sebelum pelaksanaan kurban. Mekanisme ini dinilai efektif dalam menjaga keteraturan sekaligus menjamin bahwa pendistribusian dilakukan secara adil dan tepat sasaran.

    “Alhamdulillah, seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan tertib dan lancar, dengan tetap memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, serta kelayakan distribusi. Keterlibatan aktif panitia internal menunjukkan semangat gotong royong yang tinggi serta memperkuat nilai-nilai inklusivitas dan solidaritas dalam budaya perusahaan,” ujarnya.

    Haditya menambahkan bahwa nilai-nilai kebajikan dan kepedulian sosial seperti ini perlu terus ditumbuhkembangkan di tengah dinamika kehidupan industri yang kompetitif. “SIER percaya bahwa kesuksesan sebuah perusahaan tidak semata-mata diukur dari indikator finansial, tetapi juga dari sejauh mana kontribusinya terhadap masyarakat luas,” tegasnya.

    Sementara itu, Direktur Utama PT SIER, Didik Prasetiyono, menegaskan bahwa kegiatan kurban tahunan ini merupakan implementasi nilai-nilai spiritual yang berpadu dengan semangat kepedulian sosial. Makna kurban tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga mencerminkan pengorbanan, keikhlasan, dan solidaritas antarsesama.

    “Setiap dari kita pasti punya sesuatu yang sangat kita cintai dan ingin pertahankan. Bisa berupa jabatan, harta, atau orang terdekat. Tapi seperti halnya kisah Nabi Ibrahim, Iduladha mengajarkan kita untuk melepas rasa memiliki yang berlebihan, karena sejatinya semua hanyalah titipan. Kami di SIER ingin menjadikan momen ini sebagai pengingat bahwa kesuksesan perusahaan tidak hanya diukur dari capaian finansial, tetapi juga dari kebermanfaatan yang bisa kami hadirkan bagi sesama,” ujarnya dengan nada reflektif.

    Didik yang saat ini tengah menyelesaikan pendidikan Program Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Universitas Airlangga (Unair), menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan, sekaligus merefleksikan filosofi keberagaman dan kebersamaan dalam pembangunan kawasan industri yang berkelanjutan.

    “Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar. Mereka bukan hanya bagian dari lingkungan eksternal, melainkan merupakan mitra sosial strategis yang berperan penting dalam mewujudkan keberlanjutan dan harmonisasi kawasan industri,” kata Didik.

    Sementara itu, di tempat terpisah, Dirut PT SIER, Didik Prasetiyono juga turut serta dalam acara Kurban Berkah yang diselenggarakan Holding BUMN Danareksa, yang digelar di Kawasan Industri Makassar (KIMA) pada, Sabtu (7/6/2025).

    Kegiatan ini berkolaborasi dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dengan menyalurkan 11 ekor sapi dan 10 ekor kambing. Melalui bantuan ini, ditargetkan lebih dari 3.000 keluarga di Makassar dan sekitarnya menerima manfaat.

    Selain Didik Prasetiyono, hadir pula dalam kesempatan itu Direktur Utama PT Danareksa (Persero), Yadi Jaya Ruchandi, dan para direksi anggota Holding BUMN Danareksa. [tok/aje]

  • Rem Blong, Dua Remaja Tabrak Bengkel di Tikungan Ngerong Magetan, Satu Tewas

    Rem Blong, Dua Remaja Tabrak Bengkel di Tikungan Ngerong Magetan, Satu Tewas

    Magetan (beritajatim.com) – Kecelakaan lalu lintas tunggal kembali terjadi di jalur Sarangan–Plaosan, tepatnya di pertigaan Dusun Ngerong, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Minggu (8/6/2025) pukul 10.00 WIB. Dalam insiden ini, dua remaja perempuan yang berboncengan mengalami kecelakaan setelah sepeda motor yang mereka kendarai menabrak sebuah warung/bengkel di area turunan menikung. Satu orang dinyatakan meninggal dunia, sementara satu lainnya mengalami luka ringan.

    Sepeda motor Honda Vario bernomor polisi AE-6248-QX dikendarai oleh HU (15), pelajar asal Desa Terung, Kecamatan Panekan, dengan membonceng rekannya, PA (16), juga pelajar dari desa yang sama. Keduanya melaju dari arah utara ke selatan di jalur yang cukup menurun dan menikung tajam.

    Sesampainya di lokasi kejadian, sepeda motor yang mereka naiki diduga mengalami kegagalan sistem pengereman atau rem blong. Akibatnya, kendaraan tidak bisa dikendalikan dan langsung menabrak bengkel sepeda motor yang berada di sisi bawah jalan.

    “Pintu bengkelnya sampai rusak. Kejebol begitu. Warga langsung datang dan memanggil petugas puskesmas. Pakai motor, boncengan berdua gitu. Jatuh sendiri gitu,” kata Ridwan, salah seorang warga.

    Akibat benturan tersebut, HU mengalami cedera otak berat dan tidak sadarkan diri. Dia dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah kejadian. Sementara itu, PA hanya mengalami luka nyeri pada bahu kiri dan dalam kondisi sadar.

    Kepolisian dari Polsek Plaosan yang menerima laporan langsung mendatangi lokasi kejadian dan melakukan penanganan awal serta pendataan. Kerugian material akibat insiden ini diperkirakan mencapai Rp1.000.000. [fiq/aje]

  • Dorong Ketahanan Pangan, Bhabinkamtibmas Polsek Buduran Dampingi Petani Terong

    Dorong Ketahanan Pangan, Bhabinkamtibmas Polsek Buduran Dampingi Petani Terong

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Bhabinkamtibmas Desa Sidokepung, Aipda Adi Maret, melaksanakan kegiatan pendampingan kepada para petani terong di wilayah Kecamatan Buduran, Minggu (8/6/2025).

    Upaya program ketahanan pangan Polresta Sidoarjo Polda Jatim ini berlangsung di ladang milik petani lokal dan bertujuan memberikan motivasi, edukasi, serta dukungan langsung kepada para petani dalam merawat tanaman terong mereka.

    Aipda Adi Maret tak hanya hadir untuk memantau kondisi lahan, tetapi juga aktif memberikan arahan agar hasil panen lebih maksimal.

    “Dengan dukungan dari Bhabinkamtibmas, para petani merasa lebih semangat dan percaya diri. Kami jadi lebih paham cara merawat tanaman agar hasilnya lebih baik,” ucap Agus salah satu petani terong di Sidokepung.

    Kegiatan ini merupakan bagian dari Program 1 Ketahanan Pangan yang dicanangkan Polresta Sidoarjo melalui Polsek Buduran. Aipda Adi Maret menjelaskan bahwa keterlibatan Polri, khususnya Bhabinkamtibmas, bukan hanya menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian.

    Hasil dari pendampingan ini menunjukkan respon positif dari masyarakat. Para petani kini semakin termotivasi dalam menjaga kualitas tanaman dan hasil panen. Langkah ini dinilai efektif dalam memperkuat ketahanan pangan berbasis lokal, sekaligus meningkatkan ekonomi warga.

    “Polisi Cinta Petani hadir di tengah masyarakat tidak hanya sebagai penegak hukum, tapi juga sebagai mitra strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan yang bergizi dan berkelanjutan,” tambah Aipda Adi Maret.

    Kehadiran Bhabinkamtibmas yang aktif mendampingi dan memberi edukasi pertanian seperti ini mendapat sambutan hangat dari warga.

    Diharapkan kegiatan serupa dapat terus berlanjut dan diperluas ke desa-desa lain sebagai bagian dari program nasional Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan arahan Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing, dalam mewujudkan swasenbada pangan mandiri. [isa/aje]