Category: Beritajatim.com Regional

  • Rumah Moelyono di Lamongan Ludes Terbakar

    Rumah Moelyono di Lamongan Ludes Terbakar

    Lamongan (beritajatim.com) – Sebuah rumah di lingkungan Kampung Rangge, Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan/Kabupaten Lamongan, ludes dilalap si jago merah pada Jumat (12/9/2025) dini hari. Rumah milik Moelyono Soemoharjo itu habis terbakar setelah api diduga berasal dari korsleting listrik.

    Moelyono menuturkan, kebakaran terjadi saat ia dan istrinya tengah tertidur lelap. Sekitar pukul 01.42 WIB, istrinya terbangun karena mencium bau kabel terbakar. “Kejadiannya posisi saya dan istri sekitar jam 10 malam tidur. Kemudian sekitar jam 01.42 WIB, itu saya dibangunkan istri, karena mencium bau seperti kabel terbakar,” ujarnya saat ditemui di sela membersihkan puing rumahnya.

    Begitu terbangun, Moelyono mencari sumber bau tersebut dan terkejut melihat kobaran api sudah membakar bagian belakang rumah. “Begitu saya ke belakang, api itu sudah memenuhi kamar mandi dan ruang pencucian pakaian,” ungkapnya.

    Warga sekitar sempat berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya sambil menunggu kedatangan petugas pemadam kebakaran. Namun karena bangunan rumah yang mayoritas berbahan kayu, api cepat merembet ke seluruh bagian rumah. Empat unit mobil damkar yang diterjunkan pun sempat kewalahan.

    Api baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 05.30 WIB, atau empat jam setelah kebakaran terjadi. Seluruh bangunan ludes terbakar dan hanya menyisakan puing-puing.

    Menurut Moelyono, api diduga berasal dari colokan listrik di dekat kamar mandi. “Mungkin ada yang longgar atau bagaimana, sehingga korslet,” katanya.

    Meski rumah dan seluruh isinya hangus tanpa bisa diselamatkan, Moelyono tetap bersyukur karena ia dan istrinya selamat dari musibah tersebut. “Hampir semuanya terbakar. Tidak ada yang bisa diselamatkan. Tapi Alhamdulillah tidak ada korban. Saya dan istri masih sehat dan selamat. Itu yang kami syukuri,” ucapnya. [fak/beq]

  • RSUD Bojonegoro Tegaskan Luka Bakar Pasien Asal Tuban Bukan Malapraktik

    RSUD Bojonegoro Tegaskan Luka Bakar Pasien Asal Tuban Bukan Malapraktik

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Manajemen RSUD Sosodoro Djatikusumo Bojonegoro angkat bicara terkait tudingan malapraktik dalam perawatan Duwi Pertiwi (24), warga Desa Wangluwetan, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Pasien tersebut mengalami luka bakar serius di kaki kirinya setelah menjalani operasi tulang belakang pada 12 Agustus 2025.

    Pihak rumah sakit menegaskan kasus ini bukanlah malapraktik, melainkan kejadian tidak diinginkan (KTD) yang muncul dalam tindakan medis. “Prosedur operasi sudah sesuai SOP, dan tidak ada unsur kesengajaan dalam luka yang dialami pasien,” ujar dokter spesialis ortopedi RSUD Sosodoro Djatikusumo, dr. Donny Noerhadiono, Sp.OT, Kamis (11/9/2025).

    Dr. Donny menjelaskan, luka bakar di kaki kiri pasien disebabkan gangguan teknis pada Electro Surgical Unit (ESU) atau kouter, alat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan saat operasi.

    “Usai operasi, kami sudah menjelaskan kepada keluarga bahwa luka bakar tersebut masuk kategori golongan tiga. Karena itu, diperlukan operasi lanjutan untuk menutup luka agar tidak menimbulkan kerusakan lebih dalam,” jelasnya.

    Ia juga menegaskan bahwa selama 12 tahun bertugas di RSUD Sosodoro Djatikusumo, baru kali ini ia menemui kasus serupa. “Ini adalah KTD, kejadian di luar dugaan, dan merupakan kehendak Allah,” tambahnya.

    Meski begitu, pihak keluarga sempat mempertanyakan keterlambatan penjelasan dari rumah sakit. Mereka mengaku baru mendapat tindak lanjut resmi setelah menunggu sekitar 19 hari pascaoperasi.

    “Kami bingung, penyakit yang dioperasi di punggung, tapi setelah operasi muncul luka besar di kaki kiri. Penjelasan dari rumah sakit baru kami terima setelah hampir tiga minggu,” kata perwakilan keluarga sebelumnya, Yudi.

    Diketahui, Duwi Pertiwi menjalani operasi tulang belakang pada 12 Agustus 2025. Namun setelah operasi, ia mendapati luka bakar cukup serius pada kaki kirinya. Pihak keluarga sempat kebingungan dan mempertanyakan kejadian tersebut karena merasa tidak segera mendapat penjelasan dari pihak rumah sakit. [lus/beq]

  • 7 Minuman Segar Tradisional yang Wajib Dicicipi saat Udara Panas

    7 Minuman Segar Tradisional yang Wajib Dicicipi saat Udara Panas

    Surabaya (beritajatim.com)- Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan kuliner yang beragam. Tak hanya makanan, minuman tradisional pun menjadi bagian penting dari budaya kuliner Nusantara. Setiap daerah punya ciri khas minuman yang unik, menyegarkan, dan kadang juga memiliki manfaat kesehatan. Di tengah maraknya minuman modern, minuman tradisional tetap punya tempat istimewa karena cita rasanya yang autentik dan membawa nostalgia. Berikut tujuh minuman segar tradisional yang wajib dicicipi.

    1. Es Cendol
    Es cendol, atau sering juga disebut dawet, adalah minuman khas Jawa yang populer di berbagai daerah. Terbuat dari tepung beras yang dibentuk memanjang hijau, cendol biasanya disajikan dengan kuah santan, gula merah cair, serta es serut. Perpaduan manis gurih ini terasa sangat menyegarkan, apalagi dinikmati di siang hari.

    2. Es Teler
    Minuman ini berasal dari Jawa Tengah dan terkenal sebagai salah satu es campur paling legendaris. Es teler biasanya berisi potongan alpukat, kelapa muda, nangka, dan kadang ditambah tape singkong. Disiram dengan susu kental manis dan sirup, lalu diberi es serut, es teler jadi pilihan minuman segar sekaligus mengenyangkan.

    3. Es Selendang Mayang
    Es selendang mayang adalah minuman tradisional Betawi yang cukup langka ditemui. Minuman ini terbuat dari adonan tepung beras yang berwarna-warni, kemudian disiram dengan kuah santan gurih dan sirup gula merah. Rasanya manis legit dengan tekstur kenyal dari adonan tepung, sangat pas sebagai pelepas dahaga di siang terik.

    4. Es Pisang Ijo
    Minuman khas Makassar ini tak hanya segar, tapi juga unik karena bahan utamanya berupa pisang yang dibalut adonan tepung hijau. Es pisang ijo disajikan bersama bubur sumsum, sirup merah, susu kental manis, dan es serut. Rasanya manis, gurih, sekaligus mengenyangkan, cocok disantap saat berbuka puasa atau sebagai camilan sore.

    5. Es Doger
    Minuman khas Jawa Barat ini terkenal dengan cita rasa manis gurih dan campurannya yang beragam. Es doger biasanya terdiri dari tape singkong, ketan hitam, pacar cina, serutan kelapa muda, serta es serut yang diberi sirup merah dan susu. Kombinasi teksturnya yang bervariasi membuat es doger selalu digemari banyak orang.

    6. Es Legen
    Es legen adalah minuman khas Jawa Timur, terutama daerah Lamongan dan Tuban. Legen berasal dari nira pohon siwalan (lontar) yang difermentasi ringan. Rasa minumannya manis alami dengan aroma khas, apalagi bila disajikan dingin. Minuman ini juga dipercaya bermanfaat untuk kesehatan pencernaan.

    7. Es Goyobod
    Es goyobod berasal dari Jawa Barat dan mirip dengan es campur, namun memiliki ciri khas potongan goyobod, yaitu agar-agar kenyal dari tepung hunkwe. Campurannya biasanya terdiri dari alpukat, nangka, kelapa muda, serta tape singkong, lalu ditambah sirup dan susu. Sensasi segar sekaligus manisnya membuat es ini populer di daerah Sunda.

    Minuman tradisional Indonesia tidak hanya menyegarkan, tapi juga menyimpan cerita budaya di baliknya. Dari es cendol yang sederhana hingga es pisang ijo yang mengenyangkan, semuanya mencerminkan kekayaan kuliner Nusantara. Menikmati minuman-minuman ini bukan sekadar melepas dahaga, tetapi juga merasakan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Jadi, saat ada kesempatan, jangan lupa cicipi 7 minuman segar tradisional ini untuk pengalaman rasa yang tak terlupakan. [Nazala]

  • Suhu Capai 34°C, Ini Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik 12 September 2025

    Suhu Capai 34°C, Ini Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik 12 September 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda kembali merilis prakiraan cuaca untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Jumat, 12 September 2025.

    “Cuaca di Surabaya, Sidoarjo, maupun Gresik cenderung berawan pada hari ini. Meskipun begitu tidak ada tanda akan turun hujan. Adapun malamnya cenderung cerah. Untuk suhu antara 24°C hingga 34°C,” ujar Prakiraan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, Kamis (11/9/2025).

    Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini

    BMKG Juanda menyebut cuaca Surabaya mulai dari cerah berawan hingga berawan. Tidak ada tanda akan turun hujan hari ini, termasuk di Kecamatan Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Gubeng, Kenjeran, Wiyung, hingga Wonocolo.

    Suhu udara: 25°C – 34°C
    Kelembapan: 39% – 90%
    Kecepatan angin: 27,8 km/jam dari arah Barat.

    Prakiraan Cuaca Sidoarjo Hari Ini

    Cuaca di Sidoarjo pada pagi hingga sorehari cenderung berawan. Meski begitu tidak ada tanda akan diguyur hujan. Adapun malamnya tampak cerah, termasuk di Candi, Gedangan, Porong, Sedati, Sukodono, Taman, dan Tulangan.

    Suhu udara: 24°C – 34°C
    Kelembapan: 41% – 90%
    Kecepatan angin: 27,8 km/jam dari arah Barat.

    Prakiraan Cuaca Gresik Hari Ini

    Menurut data dari BMKG Juanda, daerah di Gresik cenderung berawan hari ini. Meski begitu tidak ada daerah yang diguyur hujan, termasuk di Bungah, Dukun, Kedamean, Panceng, Sangkapura, Tambak, dan Ujungpangkah.

    Suhu udara: 25°C – 30°C
    Kelembapan: 59%-94%
    Kecepatan angin: 27,7 km/jam dari arah Selatan.

    Meski cuaca diprediksi tidak hujan, masyarakat disarankan untuk membawa payung atau jas hujan sebagai langkah antisipatif. Mengingat cuaca di wilayah tropis seperti Jawa Timur dapat berubah dalam waktu singkat, penting bagi warga untuk selalu memantau pembaruan informasi cuaca melalui aplikasi resmi BMKG atau layanan cuaca daring lainnya.

    Dengan memahami prakiraan cuaca secara detail, masyarakat di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik dapat menjalani aktivitas hari inidengan lebih aman dan nyaman, termasuk saat memulai aktivitas tempat. (fyi/aje)

  • Suhu Capai 34°C, Ini Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik 12 September 2025

    Suhu Capai 34°C, Ini Cuaca Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik 12 September 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda kembali merilis prakiraan cuaca untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Jumat, 12 September 2025.

    “Cuaca di Surabaya, Sidoarjo, maupun Gresik cenderung berawan pada hari ini. Meskipun begitu tidak ada tanda akan turun hujan. Adapun malamnya cenderung cerah. Untuk suhu antara 24°C hingga 34°C,” ujar Prakiraan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, Kamis (11/9/2025).

    Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini

    BMKG Juanda menyebut cuaca Surabaya mulai dari cerah berawan hingga berawan. Tidak ada tanda akan turun hujan hari ini, termasuk di Kecamatan Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Gubeng, Kenjeran, Wiyung, hingga Wonocolo.

    Suhu udara: 25°C – 34°C
    Kelembapan: 39% – 90%
    Kecepatan angin: 27,8 km/jam dari arah Barat.

    Prakiraan Cuaca Sidoarjo Hari Ini

    Cuaca di Sidoarjo pada pagi hingga sorehari cenderung berawan. Meski begitu tidak ada tanda akan diguyur hujan. Adapun malamnya tampak cerah, termasuk di Candi, Gedangan, Porong, Sedati, Sukodono, Taman, dan Tulangan.

    Suhu udara: 24°C – 34°C
    Kelembapan: 41% – 90%
    Kecepatan angin: 27,8 km/jam dari arah Barat.

    Prakiraan Cuaca Gresik Hari Ini

    Menurut data dari BMKG Juanda, daerah di Gresik cenderung berawan hari ini. Meski begitu tidak ada daerah yang diguyur hujan, termasuk di Bungah, Dukun, Kedamean, Panceng, Sangkapura, Tambak, dan Ujungpangkah.

    Suhu udara: 25°C – 30°C
    Kelembapan: 59%-94%
    Kecepatan angin: 27,7 km/jam dari arah Selatan.

    Meski cuaca diprediksi tidak hujan, masyarakat disarankan untuk membawa payung atau jas hujan sebagai langkah antisipatif. Mengingat cuaca di wilayah tropis seperti Jawa Timur dapat berubah dalam waktu singkat, penting bagi warga untuk selalu memantau pembaruan informasi cuaca melalui aplikasi resmi BMKG atau layanan cuaca daring lainnya.

    Dengan memahami prakiraan cuaca secara detail, masyarakat di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik dapat menjalani aktivitas hari inidengan lebih aman dan nyaman, termasuk saat memulai aktivitas tempat. (fyi/aje)

  • Dukung Program Ketahanan Pangan, Lapas Mojokerto Kembangkan Pertanian Kangkung

    Dukung Program Ketahanan Pangan, Lapas Mojokerto Kembangkan Pertanian Kangkung

    Mojokerto (beritajatim.com) – Meski memiliki keterbatasan lahan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Mojokerto tetap menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung program ketahanan pangan yang sejalan dengan Asta Cita Presiden RI dan Program Akselerasi Menteri Imigrasi serta Pemasyarakatan.

    Dengan memanfaatkan setiap sudut lahan kosong, Lapas Kelas IIB Mojokerto mengembangkan budidaya sayur kangkung. Program ini sekaligus menjadi bagian dari pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Sebanyak 10 orang WBP secara khusus dilibatkan dalam pengelolaan.

    Mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen. Hasil panen kangkung kemudian dijual kepada rekanan penyedia bahan makanan (bama) yang selanjutnya diolah menjadi menu sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi para WBP di dalam lapas. Inovasi ini membuktikan bahwa Lapas Mojokerto tidak hanya fokus pada pembinaan mental dan kedisiplinan.

    “Tetapi juga aktif menanamkan keterampilan praktis yang bermanfaat. Kegiatan pertanian ini menjadi bukti nyata kontribusi lapas dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus menyiapkan WBP agar memiliki bekal ketika kembali ke masyarakat,” ungkap Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIB Mojokerto, Rudi Kristiawan, Kamis (11/9/2025).

    Melalui kegiatan pertanian tersebut, lanjutnya, WBP tidak hanya belajar bertanggung jawab, tetapi juga memperoleh keterampilan yang bisa mereka gunakan setelah bebas nanti. Harapannya, masih kata Kalapas, mereka mampu mandiri dan berkontribusi positif di lingkungannya.

    “Dengan langkah ini, Lapas Kelas IIB Mojokerto diharapkan dapat menjadi contoh positif pengelolaan pembinaan kemandirian berbasis ketahanan pangan di lingkup pemasyarakatan,” tegasnya. [tin/aje]

     

  • Jabar Media Summit 2025: Tantangan dan Peluang Media di Era Disrupsi

    Jabar Media Summit 2025: Tantangan dan Peluang Media di Era Disrupsi

    Bandung (beritajatim.com) – Industri media tengah berada di titik kritis menghadapi era digital yang serba cepat dan disruptif. Tahun 2025 menjadi penentu apakah media mampu bertahan di tengah badai perubahan teknologi, pergeseran perilaku audiens, dan dominasi platform digital global, atau justru tenggelam.

    CEO Suara.com, Suwarjono, menegaskan bahwa keberlangsungan hidup menjadi isu paling mendesak. “Isu kekinian yang paling berat soal keberlangsungan hidup media. Jurnalisme sekarang ini tidak mampu dan kesulitan membiayai biaya produksi media. Belakangan ini banyak media yang tidak bisa menangani gelombang badai tersebut,” ujarnya dalam Jabar Media Summit 2025 di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn Hotel, Kota Bandung, Kamis (11/9/2025).

    Menurutnya, dua tahun terakhir menjadi masa serius bagi media. Ia menekankan pentingnya diversifikasi bisnis sebagai strategi bertahan. “Caranya biar usia media panjang, yakni media tersebut harus bisa menemukan bisnis lain di luar bisnis pemberitaan,” tambahnya.

    Model bisnis media yang disokong lini usaha lain disebutnya lebih tahan banting. “Model bisnis media ketika dibantu oleh yuridis lini bisnis yang lain, itu rata-rata bisa bertahan. Jadi salah satu model bisnis media karena menarik kalau kita memiliki model bisnis yang lain,” jelasnya.

    Inovasi menjadi kunci lain. Suwarjono menyebut pengalaman Suara.com selama satu dekade menunjukkan trial and error dalam mencari model bisnis baru adalah keniscayaan. “Hal ini yang bisa membuat kami bisa survive hingga sampai saat ini kami belum pernah melakukan layoff,” ungkapnya.

    Ia memaparkan sepuluh tantangan besar yang dihadapi media, mulai dari penurunan trafik berita, efisiensi anggaran iklan pemerintah, disrupsi AI, perubahan perilaku audiens, hingga dominasi platform digital dalam periklanan. “Saya kira ini menjadi PR bagi kita, dan ini akan mengubah kondisi media saat ini,” tegasnya.

    Meski demikian, peluang juga terbuka lebar. Menurutnya, media kecil justru lebih berpeluang untuk sustain. “Di antaranya konsolidasi dan optimasi aset digital, media sebagai jembatan, ekosistem/showcase, hingga karakter channel dan monetisasi,” katanya.

    Ia juga menekankan pentingnya memahami posisi media dalam rantai industri. “Salah satu peluang yang cukup besar di luar media, adalah anatomi komposisi kita, apakah posisi kita di industri hulu atau di industri hilir yang masuk langsung ke konsumen,” jelasnya.

    CEO Tempo, Wahyu Dhyatmika, menambahkan bahwa media tidak hanya bicara soal bisnis, tetapi juga demokrasi. “Apa manfaat berita kita untuk publik untuk menjunjung demokrasi, apa manfaat yang diberikan kepada pasar,” ujarnya.

    Namun, ia mengakui adanya kesenjangan signifikan antara value creation dan value capture. “Problemnya adalah adanya kesenjangan antara jumlah yang dihasilkan model bisnis ini, dan itu cukup signifikan berdampak pada trafik atau pageview media,” kata Wahyu.

    Ia menyebut pendapatan dari langganan Tempo hanya mampu menutup 15 persen biaya produksi. “Artinya dengan perubahan media dengan mengandalkan adsense, pageview tidak bisa untuk membiaya biaya produksi redaksi,” jelasnya.

    Wahyu menekankan perlunya intervensi negara. “Bisa dengan dimulai dengan pemerintah untuk memberikan keringanan pajak penghasilan untuk karyawan di perusahaan media,” sarannya.

    Dari sisi regulasi, Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Muhammad Jazuli, menyoroti ketimpangan aturan antara media arus utama dan media sosial. “Media arus utama apapun platform bentuknya, itu jelas ada aturannya. Sementara social media dari segi konten maupun dari segi bisnis tidak ada yang mengatur,” ujarnya.

    Ia mendorong pemerintah lebih peduli pada media sebagai pilar demokrasi. “Media untuk bisa bertahan, pemerintah bisa membuat kebijakan yang memberikan keringanan kepada media arus utama,” tegasnya.

    Jazuli juga menyinggung tingginya jumlah aduan ke Dewan Pers yang mencapai 867 kasus sepanjang 2025, mayoritas dimenangkan oleh pengadu. Hal ini mencerminkan perlunya media berbenah agar kepercayaan publik tidak terkikis.

    Dari perspektif lain, Eva Danayanti dari International Media Support (IMS) menekankan pentingnya relevansi media lokal. “Kuncinya kalau ngomongin konten, kalau kita memperhatikan di sekitar dan di sebelah kita, itu bisa lebih relevan untuk konten media lokal bahkan hiperlokal,” katanya.

    Menurutnya, media lokal perlu membangun interaksi yang lebih dekat dengan audiens. “Jadi bagaimana audiens tidak hanya diberlakukan sebagai pembaca tapi juga bagaimana mereka bisa terlibat,” jelasnya.

    Eva berharap media lokal fokus pada relevansi, bukan ambisi menjadi besar. “Ke depan media lokal bukan bagaimana menjadi media besar, tapi bagaimana menjadi relevan dengan konteks lokalnya,” pungkasnya.

    Jabar Media Summit 2025 menghadirkan ratusan peserta dari perwakilan media se-Jawa Barat, akademisi, pemerintahan, hingga pelaku usaha. Tahun ini, forum tersebut mengusung tema Pendalaman Model Bisnis dan Konten Berdampak, dengan empat sesi utama: masa depan media lokal di era digital, penggunaan AI untuk mendukung kerja media, membangun konten berdampak, serta kolaborasi media dengan stakeholder.

    Acara terselenggara berkat kolaborasi AyoBandung.id, Suara.com, dan Radar Cirebon dengan dukungan sejumlah mitra, termasuk bank bjb, Bank BNI, Harita Nikel, Bio Farma, JNE, Eiger Adventure, PLN UID Jabar, Bank Indonesia Jawa Barat, bjb Syariah, Pos Indonesia, Cirebon Power, Modena, Diskominfo Kota Cirebon, dan Yamaha. [beq]

  • Ibu Bayi Syifa Ditangkap Polisi di Bengkulu Selatan

    Ibu Bayi Syifa Ditangkap Polisi di Bengkulu Selatan

    Sumenep (beritajatim.com) – Pengejaran terhadap ST Kholila Oktavia (Ila), ibu kandung bayi Syifa (11bulan) berakhir. Ila ditangkap di wilayah Bengkulu Selatan. Informasinya, Ila ditangkap bersama seorang pria yang belum diungkap identitasnya.

    Kasat Reskrim Polres Sumenep, AKP Agus Rudianto membenarkan penangkapan terhadap ST Kholila Oktavia. Namun ia belum bisa berkomentar lebih panjang karena masih berada di Polda Jawa Timur.

    “Iya, ibunya Syifa sudah ditangkap. Maaf ya, aku masih di Polda,” kata Agus, Kamis (11/09/2025).

    Sementara Moh. Sirri (28), ayah Syifa mengaku juga telah mendengar kabar tertangkapnya Ila di Bengkulu Selatan.

    “Tadi malam saya dikabari kalau ibunya Syifa sudah tertangkap. Lalu saya tanyakan ke kepolisian kebenaran kabar itu. Ternyata memang benar katanya,” ujar Sirri.

    Menurutnya, seorang pria yang ditangkap bersama Ila dipastikan bukan warga Pulau Kangean. Diduga pria itu merupakan warga Bengkulu.

    “Kalau gak salah kenalnya lewat media sosial. Saya menduga memang mereka berdua sudah ada komunikasi intens,” ungkapnya.

    Sebelumnya, pada Sabtu (01/09/2025), warga Desa/ Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, digegerkan dengan ditemukannya sesosok mayat bayi di dalam sebuah tas. Bayi itu diketahui bernama Asyifa Lailatul Aulia (11 bulan).

    Tas berwarna putih kombinasi hitam itu ada di dalam lemari di sebuah kamar kos yang ditinggali ST. Kholila Oktavia, di Desa Arjasa. Mayat bayi di dalam tas itu ditemukan sudah membusuk. Ibu si bayi, yakni ST Kholila ditemukan sudah tidak ada di dalam kamar kos. Menurut keterangan pemilik kos, ST Kholila sudah beberapa hari tidak terlihat berada di dalam kos-kosan.

    Tim forensik Polres Sumenep pun berangkat ke Pulau Kangean untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Syifa. Hasil otopsi yang dilakukan tim Polres Sumenep menunjukkan bahwa kematian bayi tersebut diduga kuat akibat penganiayaan.

    Ada luka lebam di tubuh bayi akibat tindak kekerasan. Bekas penganiayaan itu terlihat di bagian kepala, diduga akibat benturan benda tumpul. Benturan itu menyebabkan perdarahan di otak, hingga akhirnya korban meninggal. [tem/aje]

  • Hibah AWS dan ARG dari Pemerintah Swiss untuk Pemkab Lumajang, Berikut Fungsinya

    Hibah AWS dan ARG dari Pemerintah Swiss untuk Pemkab Lumajang, Berikut Fungsinya

    Lumajang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur menerima hibah alat Automatic Weather Station (AWS) dan Automatic Rain Gauge (ARG) dari Pemerintah Swiss melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

    Sejumlah alat ini digunakan untuk memantau cuaca dan curah hujan yang terjadi di sekitar kawasan Gunung Semeru.

    Fungsi lain dari alat ini diketahui juga sebagai sistem peringatan dini bagi warga yang bermukim di sekitar kawasan rawan terdampak banjir lahar Gunung Semeru.

    Sejumlah alat AWS dan ARG sebelumnya telah dipasang langsung oleh tim gabungan dari PVMBG Bandung, BMKG Juanda, BNPB, BPBD Lumajang, serta perwakilan Kedutaan Swiss.

    Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Rohmat Setiawan menjelaskan, sedikitnya di wilayah Lumajang sudah ada empat unit ARG dan satu unit AWS yang sudah terpasang.

    Rinciannya, dua unit ARG telah terpasang di wilayah Besukbang dan Tawon Songo di Kecamatan.

    Kemudian, satu unit ARG terletak di wilayah pos pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

    Diakui, terdapat juga satu ARG yang sudah terpasang tepat di kawasan Ranu Kumbolo yang termasuk dalam jalur pendakian Gunung Semeru.

    “Untuk satu unit AWS itu letaknya di Argosuko, Malang. Nah ini fungsi AWS lebih canggih karena sebagai stasiun yang merecord data curah hujan, suhu, kelembapan, kecepatan arah angin, tekanan udara, hingga radiasi matahari,” terang Rohmat, Kamis (11/9/2025).

    Menurutnya, fungsi sejumlah alat AWS dan ARG cukup krusial untuk antisipasi terhadap potensi bencana Gunung Semeru.

    “Dengan kondisi geografis Lumajang yang ada di sekitar Gunung Semeru tentu rawan terjadi lahar dingin. Adanya sistem ini, data yang terekam bisa menjadi peringatan dini bagi masyarakat,” tambahnya.

    Untuk cara kerja sistem ARG diakui akan langsung terhubung kepada BPBD Lumajang. Sehingga, analisis potensi bencana bisa lebih cepat dilakukan.

    Hal ini menjadi penting sebagai langkah mitigasi hingga penanganan terhadap proses evakuasi warga jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

    “Jadi, alat-alat ini akan menjadi sistem peringatan dini yang efektif, terutama untuk mengantisipasi banjir lahar Gunung Semeru,” ungkap Rohmad. [has/aje]

  • BPBD Jatim Gelar Jambore III Forum PRB Selama 3 Hari di Banyuwangi

    BPBD Jatim Gelar Jambore III Forum PRB Selama 3 Hari di Banyuwangi

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur menilai 96 persen penyelamatan saat bencana dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Yakni, mulai dari keluarga, tetangga, hingga komunitas.

    Hal ini dikatakan Penata Penanggulangan Bencana Ahli Madya BPBD Jatim, Drs Sriyono MM. M.Si saat acara ‘Teras Informasi bertema Tantangan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas’, yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jawa Timur, di Kantor Diskominfo Jatim, Kamis (11/9/2025).

    Sriyono menegaskan, bahwa keterlibatan masyarakat adalah kunci dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB). “Faktanya, lebih dari 96 persen penyelamatan saat bencana dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, mulai dari keluarga, tetangga, hingga komunitas sekitar,” ujarnya.

    Menurut dia, program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana/Keltana) dan Keluarga Tangguh Bencana (Katana) menjadi langkah strategis untuk memperkuat ketahanan masyarakat dari level paling dasar. Namun, tantangan seperti minimnya peran tokoh lokal, koordinasi antarlembaga yang belum optimal, hingga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana masih harus diatasi.

    Sementara itu, Achmad Chusairi dari Forum PRB Jawa Timur menekankan pentingnya peran FPRB dalam mendukung pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. “Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 menegaskan bahwa penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha,” tegasnya.

    Sejak berdiri pada 2013, FPRB Jatim kini hadir di 28 kabupaten/kota dengan jaringan lebih dari 250 organisasi relawan. Melalui advokasi, edukasi, penyusunan peta risiko partisipatif, hingga respons cepat berbasis komunitas, forum ini konsisten membangun ketangguhan masyarakat.

    Pada 12-14 September 2025 akan digelar Jambore III FPRB Jatim, di Pantai Grand Watudodol Banyuwangi. Jambore juga diarahkan sebagai bagian dari kontribusi daerah menuju Bulan PRB Nasional. Beberapa agenda utamanya meliputi dialog strategis, penguatan rencana adaptasi perubahan iklim dan inklusi sosial, serta memperluas jejaring kemitraan lintas sektor.

    Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Jatim, Putut Darmawan, menambahkan, pengurangan risiko bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif komunitas serta peran media dalam menyebarkan informasi yang benar.

    “Dengan semangat kolaborasi, kegiatan ini diharapkan memperkuat budaya sadar bencana di Jawa Timur serta menjadikan desa dan keluarga sebagai garda terdepan dalam menghadapi ancaman bencana,” pungkasnya. [tok/aje]