Category: Beritajatim.com Regional

  • Update Tragedi Ponpes Al-Khoziny: 55 Jenazah Teridentifikasi, 8 Korban Masih Hilang

    Update Tragedi Ponpes Al-Khoziny: 55 Jenazah Teridentifikasi, 8 Korban Masih Hilang

    Surabaya (beritajatim.com) – Dua kantong jenazah korban robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, kembali berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur.

    Hingga Senin (13/10/2025) petang, tim telah berhasil mengidentifikasi 55 korban dari total 67 kantong jenazah yang diterima.

    Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol Dr. dr. M. Kusnan Marzuki, menjelaskan bahwa proses identifikasi dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan mendalam, mencakup tes DNA, pemeriksaan medis, serta analisis properti yang melekat pada jenazah.

    “Dua kantong jenazah terbaru yang berhasil diidentifikasi adalah jenazah dengan nomor postmortem 041, yang diketahui bernama Khafa Ahmad Maulana (15), asal Gresik, Jawa Timur,” ujar Kombes Kusnan dalam konferensi pers di Posko DVI.

    “Kemudian, jenazah dengan nomor postmortem 055 teridentifikasi sebagai Irham Ghifari (16), warga Katerungan, Krian, Sidoarjo,” imbuhnya.

    Dengan tambahan dua identifikasi terbaru ini, tim gabungan telah mengungkap 55 identitas dari 67 kantong jenazah yang diterima. Berdasarkan data antemortem, dilaporkan ada 63 korban hilang, sehingga masih terdapat 8 orang yang belum ditemukan.

    “Di ruang pendingin jenazah, kami masih memiliki sembilan kantong jenazah yang belum teridentifikasi. Tim terus berupaya semaksimal mungkin untuk mempercepat proses identifikasi,” jelasnya.

    Kombes Kusnan menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan keluarga korban untuk melengkapi data antemortem guna mempercepat pencocokan DNA.

    “Kami menargetkan seluruh proses identifikasi selesai secepatnya, namun hal ini juga bergantung pada kualitas sampel DNA yang kami terima,” pungkasnya. (uci/kun)

  • Begal di Madura Bakar Driver Ojek Online, Polisi Didesak Tangkap Pelaku

    Begal di Madura Bakar Driver Ojek Online, Polisi Didesak Tangkap Pelaku

    Sampang (beritajatim.com) – Sejumlah driver ojek online dari Surabaya mendatangi RSUD Mohammad Zyn Kabupaten Sampang, Senin (13/10/2025). Mereka datang untuk menjenguk rekan sesama driver yang menjadi korban dugaan pembegalan sadis di Madura, yang menyebabkan korban mengalami luka bakar serius akibat dibakar oleh pelaku.

    “Kami sangat terpukul melihat kondisi teman kami. Harapan kami cuma satu — polisi segera menangkap pelakunya dan memproses secara hukum seadil-adilnya,” tegas Parjo, salah satu rekan korban yang datang bersama komunitas driver ojek Surabaya.

    Sementara itu, Humas RSUD Sampang, Amin Jakfar Sadik, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima pasien rujukan dari Puskesmas Jrengik dengan kondisi luka bakar berat. “Kami belum bisa memberikan keterangan terkait kronologi kejadiannya. Untuk hal tersebut sebaiknya langsung ke pihak kepolisian. Fokus kami saat ini hanyalah penanganan medis terhadap korban,” ujarnya.

    Berdasarkan informasi di lapangan, korban diketahui tengah mengangkut penumpang dari Surabaya menuju Madura. Namun, saat melintasi wilayah sepi di Dusun Panyiburan, Desa Panyepen, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, pelaku justru berbalik mengancam korban dan memintanya menyerahkan sepeda motor.

    Korban menolak permintaan tersebut, hingga akhirnya pelaku menyiramkan bensin dan membakar tubuh korban di tempat kejadian. Peristiwa keji ini mengundang keprihatinan mendalam masyarakat, terutama di kalangan pengemudi ojek. Mereka berharap Polres Sampang segera menangkap pelaku dan menindak tegas agar kejadian serupa tidak terulang. (sar/kun)

  • Hidup di Bawah Atap Bocor: Perjuangan Yuliana Emawati sebagai Guru TK di Jombang

    Hidup di Bawah Atap Bocor: Perjuangan Yuliana Emawati sebagai Guru TK di Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Di sebuah rumah sederhana di Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Yuliana Emawati (43) terus berjuang. Sebagai seorang ibu tunggal dan guru TK, ia mengabdikan diri mendidik anak-anak meski hidup dalam keterbatasan.

    Rumahnya yang telah lapuk dengan atap bocor dan dinding bambu yang mulai rapuh, tidak menghalangi semangatnya untuk terus memberikan yang terbaik bagi generasi penerus. Dengan gaji hanya Rp350 ribu per bulan, Yuliana bertahan, meski hidup di tengah kondisi rumah yang memprihatinkan. Namun, di balik segala kesulitan ini, ia tetap mengajarkan nilai ketekunan dan semangat untuk bertahan.

    Yuliana duduk perlahan, menatap atap rumah yang bocor di sana-sini. Rumah yang selama sembilan tahun ini ia tempati bersama anaknya, kini semakin rapuh, dengan dinding bambu (gedek) yang mulai robek dan triplek yang semakin terkelupas.

    Dengan jilbab merah yang menyelimutinya, Yuliana mengisahkan hari-harinya yang penuh perjuangan. Setiap pagi, ia harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit mengendarai sepeda onthel untuk sampai ke sekolah tempatnya mengajar. Gaji sebagai guru TK yang hanya Rp350 ribu per bulan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, apalagi untuk memperbaiki rumah yang sudah hampir roboh.

    “Bayaran guru TK hanya Rp350 ribu sebulan,” kata Yuliana dengan suara yang begitu lirih, menggambarkan betapa sulitnya hidup yang ia jalani, Senin (13/10/2025).

    Di rumah yang sudah tidak layak huni itu, kondisi semakin memburuk. Atap yang bocor saat hujan deras membuat air masuk begitu saja. Dinding bambu yang miring dan mulai rapuh, beberapa bagian bahkan ditambal dengan banner bekas. Kerusakan yang sudah berlangsung dua tahun ini belum pernah bisa diperbaiki, mengingat keterbatasan ekonomi.

    “Kalau hujan deras, air masuk dari atas. Kami terpaksa tidur di kamar yang tidak bocor, agar bisa beristirahat. Kalau angin kencang, suara bannernya sangat keras, menahan angin. Saya dan anak selalu cemas,” ungkap Yuliana, suaranya penuh keletihan.

    Bagi Yuliana, setiap hari adalah perjuangan. Dengan gaji yang pas-pasan, bahkan untuk kebutuhan makan sehari-hari pun kadang tidak mencukupi. Untuk menambah penghasilan, Yuliana berjualan bahan dapur, pernak-pernik, dan kerudung secara kecil-kecilan. Namun, usaha itu pun tidak cukup untuk menutupi biaya hidup dan memperbaiki rumah yang sudah hampir roboh.

    Selain itu, bantuan dari pemerintah juga tak kunjung datang. Yuliana mengaku belum pernah menerima bantuan untuk perbaikan rumahnya. “Saya tidak pernah dapat bantuan PKH atau bantuan lainnya. Hanya pernah dapat sembako dari Bupati Jombang. Saya juga tidak tahu bagaimana cara meminta bantuan untuk perbaikan rumah,” ujarnya dengan nada putus asa.

    Namun, harapan belum sepenuhnya sirna. Menanggapi kondisi Yuliana, Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Pemukiman Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kabupaten Jombang, Ahmad Rofiq Ashari, menjelaskan bahwa saat ini Dinas Perkim sedang melakukan pendataan rumah tidak layak huni di seluruh Kabupaten Jombang.

    “Bupati Jombang sudah mengajukan permohonan bantuan sekitar 10 ribu unit rumah ke pemerintah pusat untuk mendukung program bedah rumah. Terkait kondisi rumah Bu Yuliana, sesuai data dan informasi, memang layak untuk mendapat bantuan. Kami akan segera melakukan pengecekan agar tidak ada warga yang terlewat,” jelas Ahmad Rofiq Ashari. [suf]

  • Kematian Terduga Pencuri Hewan di Lumajang Picu Amarah Warga dan Serangan ke Mapolres

    Kematian Terduga Pencuri Hewan di Lumajang Picu Amarah Warga dan Serangan ke Mapolres

    Lumajang (beritajatim.com) – Kematian Rudi Hartono, warga Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, setelah diamankan polisi karena kasus pencurian hewan, memicu kemarahan warga dan menimbulkan aksi penyerangan terhadap Markas Polres Lumajang pada Minggu (12/10/2025) malam.

    Puluhan warga mendatangi Mapolres Lumajang karena menaruh curiga atas kematian Rudi yang disebut meninggal dunia usai diamankan polisi, Sabtu (11/10/2025). Mereka menuding adanya tindakan kekerasan yang dilakukan aparat terhadap Rudi sebelum meninggal dunia.

    “Ini dapat kabar dari teman kalau Rudi kritis di RS Bhayangkara, sampai sini kok sudah meninggal dunia tanpa ada laporan dari polisi ke pihak keluarga,” ujar adik korban, Samsul, saat ditemui di RS Bhayangkara Lumajang, Minggu (12/10/2025).

    Menurut Samsul, kondisi jasad sang kakak cukup mengenaskan. Selain terdapat tiga luka tembak di bagian kaki yang diterima saat penangkapan, tubuh Rudi juga dipenuhi luka yang diduga akibat pengeroyokan.

    “Padahal ini riil pembunuhan dari polisi, bukan dimassa, tapi keterangan polisi ini dimassa warga,” tegasnya. Ia menambahkan, pihak keluarga berencana meminta proses autopsi untuk memastikan penyebab kematian Rudi. “Jadi kami mau ada autopsi, karena tidak terima, harus ke Polda ini,” imbuh Samsul.

    Menanggapi tudingan tersebut, Kasi Humas Polres Lumajang Ipda Untoro menyatakan bahwa dugaan penganiayaan oleh anggota polisi masih belum dapat dibuktikan. Ia menegaskan, pihak kepolisian menunggu hasil autopsi dari rumah sakit sebagai dasar kesimpulan resmi.

    “Informasi dari warga memang menyebut dugaan penganiayaan oleh anggota Resmob, tapi untuk memastikannya masih harus menunggu hasil autopsi dari rumah sakit agar ada kesimpulannya,” jelas Untoro, Senin (13/10/2025).

    Pihak kepolisian berharap masyarakat tetap tenang dan menunggu hasil penyelidikan resmi, sementara proses autopsi terhadap jenazah Rudi masih berlangsung. [has/beq]

  • Jadi Atensi Pusat, 10 Dapur MBG di Blitar Ternyata Belum Kantongi Izin Krusial

    Jadi Atensi Pusat, 10 Dapur MBG di Blitar Ternyata Belum Kantongi Izin Krusial

    Blitar (beritajatim.com) – Sebuah fakta terungkap mengenai operasional dapur makan bergizi gratis atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Blitar. Sebanyak 10 dapur SPPG yang telah beroperasi dan melayani masyarakat ternyata masih dalam proses “kejar tayang” untuk mengantongi izin krusial, yaitu Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

    Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Blitar, Heru Eko Pramono. Menurutnya, kesepuluh dapur tersebut kini tengah berada di bawah pendampingan intensif untuk memenuhi seluruh standar perizinan yang ditetapkan.

    “Semuanya sedang berproses. Memang ada target utama agar mereka semua harus memegang SLHS di akhir bulan ini (Oktober 2025),” ujar Heru pada Senin (13/10/2025).

    Heru menjelaskan, pengurusan izin ini dilakukan karena 10 dapur SPPG tersebut sudah terlanjur beroperasional dan menjadi atensi khusus dari pemerintah pusat, dalam hal ini Badan Gizi Nasional (BGN). Oleh karena itu, sebuah Satuan Tugas (Satgas) khusus dibentuk untuk memberikan pendampingan berkelanjutan.

    “Karena yang 10 ini posisinya sudah beroperasional, ini menjadi atensi pemerintah pusat supaya ada pendampingan kontinu dari Satgas,” tambahnya.

    Sebagai bagian dari rangkaian perizinan, tim gabungan telah melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) ke lokasi dapur. Namun, hasilnya belum bisa dipastikan karena masih menunggu tahap evaluasi krusial dari Dinas Kesehatan.

    Proses tersebut melibatkan pengambilan sampel makanan untuk diuji di laboratorium. Hal ini penting untuk memastikan tidak ada kandungan kuman atau bakteri berbahaya dalam produk yang dihasilkan.

    “Inspeksi sudah dilakukan, tinggal evaluasi. Prosesnya memang butuh waktu, karena pengambilan sampel makanan itu harus ditanam (dikultur) untuk melihat ada kuman atau tidak. Itu teman-teman dari Dinas Kesehatan yang menangani, sehingga kita belum bisa mengetahui hasilnya sekarang,” jelas Heru.

    Seluruh rangkaian proses yang ketat ini, mulai dari inspeksi hingga uji laboratorium, dilakukan untuk memastikan bahwa perizinan yang nantinya dikeluarkan benar-benar menjamin keamanan dan kebersihan pangan yang disajikan oleh dapur-dapur SPPG tersebut. [owi/beq]

  • PAPTI Jatim Dampingi Pemeriksaan Teknis Bangunan Pesantren Pasca Ambruknya Asrama Al Khoziny

    PAPTI Jatim Dampingi Pemeriksaan Teknis Bangunan Pesantren Pasca Ambruknya Asrama Al Khoziny

    Surabaya (beritajatim.com) – Perkumpulan Ahli Pengkaji Teknis Indonesia (PAPTI) Jawa Timur melakukan pendampingan teknis pemeriksaan bangunan gedung bagi pondok pesantren dan lembaga keagamaan. Langkah ini diambil sebagai respons atas ambruknya bangunan asrama Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo pada 29 September 2025, yang menimbulkan keprihatinan publik terhadap standar keselamatan bangunan pendidikan.

    “Kami siap membantu pondok pesantren yang ingin melakukan pemeriksaan struktur bangunannya. Ini bagian dari tanggung jawab moral dan profesional kami sebagai pengkaji teknis bangunan gedung,” ujar Ketua PAPTI Jatim, Breeze Maringka, Senin (13/10/2025).

    Program pendampingan ini merupakan tindak lanjut dari inisiatif Kementerian PUPR yang membuka layanan konsultasi nasional bagi lembaga pendidikan berbasis asrama. PAPTI Jatim menyiapkan tim tenaga ahli bersertifikat untuk turun langsung melakukan pemeriksaan teknis di lapangan.

    “Kami ingin memastikan setiap bangunan pendidikan, terutama pesantren, memenuhi persyaratan keandalan gedung, mulai dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, hingga kemudahan,” jelas Breeze.

    Untuk memperluas jangkauan layanan, PAPTI Jatim membuka Hotline 0812-1333-3337 sebagai saluran cepat bagi pesantren yang ingin mengajukan pendampingan teknis. Selain pemeriksaan, tim juga memberikan edukasi terkait perizinan dan kelaikan bangunan.

    “Masih banyak pengelola pesantren yang belum memahami bahwa asrama termasuk kategori bangunan publik yang wajib memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Melalui pendampingan ini, kami ingin meningkatkan kesadaran sekaligus membantu proses teknisnya,” tambah Breeze.

    Menurutnya, kesadaran terhadap regulasi bangunan perlu diperkuat agar tidak ada lagi tragedi serupa seperti insiden Al Khoziny. PAPTI Jatim berharap gerakan ini dapat menjadi model nasional bagi provinsi lain dalam memastikan keselamatan bangunan pendidikan.

    “Kami berharap gerakan pendampingan ini tidak berhenti di Jawa Timur, tapi bisa menjadi contoh nasional. Setiap pesantren harus memiliki bangunan yang aman, sehat, dan berfungsi dengan baik,” pungkas Breeze Maringka. [asg/beq]

  • Satu Korban Tenggelam di Pantai Modangan Malang Ditemukan Meninggal

    Satu Korban Tenggelam di Pantai Modangan Malang Ditemukan Meninggal

    Malang (beritajatim.com) – Tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban tenggelam di Pantai Modangan, Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang. Korban diketahui bernama Rafi Naoufal (26), warga Jalan Botoh Putih, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya.

    Korban ditemukan Senin (13/10/2025) sekitar pukul 09.15 WIB dalam kondisi meninggal dunia di perairan sekitar dua mil dari Pantai Gorah, Desa Tugurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar — masih dalam kawasan pesisir selatan Jawa Timur.

    “Benar, korban atas nama Rafi Naoufal telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sekitar dua mil dari lokasi awal kejadian. Saat ini jenazah sudah dievakuasi ke Puskesmas Donomulyo untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Kasihumas Polres Malang AKP Bambang Subinajar, Senin (13/10/2025).

    Sebelumnya, pada Sabtu (11/10/2025) sore, empat wisatawan asal Surabaya terseret arus saat bermain di Pantai Modangan. Dua di antaranya berhasil diselamatkan warga, sementara dua lainnya — termasuk Rafi Naoufal — dilaporkan hilang. Sejak saat itu, tim SAR gabungan langsung melakukan pencarian.

    “Sejak hari pertama kami langsung menerjunkan tim bersama Basarnas, TNI, BPBD, dan para nelayan setempat. Pencarian dilakukan dengan metode penyisiran di laut dan di darat mengikuti arah arus gelombang,” tegas Bambang.

    Bambang menjelaskan, gelombang tinggi dan arus kuat menjadi kendala utama selama proses pencarian. Meski begitu, petugas tetap berupaya maksimal agar seluruh korban dapat ditemukan.
    “Cuaca di sekitar lokasi cukup ekstrem, dengan ombak tinggi dan arus deras. Meski begitu, tim terus berupaya menyisir hingga radius beberapa mil dari lokasi awal kejadian,” katanya.

    Hingga kini, satu korban lainnya bernama Muhammad Mahin (18) masih belum ditemukan. Upaya pencarian terus dilanjutkan dengan memperluas area hingga perbatasan perairan Blitar.

    “Tim SAR gabungan masih bekerja di lapangan. Kami terus berkoordinasi agar pencarian bisa dilakukan seefektif mungkin sampai seluruh korban ditemukan,” ujar Bambang.

    Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di kawasan pantai selatan Jawa Timur, terutama pada musim angin barat yang kerap memunculkan gelombang tinggi.

    “Ombak di pantai selatan Malang sulit diprediksi dan sangat berbahaya. Kami imbau masyarakat untuk tidak berenang atau bermain air terlalu jauh dari bibir pantai,” pungkas Bambang. [yog/beq]

  • Puluhan Siswa SMPN 1 Boyolangu Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis

    Puluhan Siswa SMPN 1 Boyolangu Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis

    Tulungagung (beritajatim.com) – Puluhan siswa SMPN 1 Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, mengalami keracunan setelah menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Senin (13/10/2025). Para siswa dilarikan ke Puskesmas Boyolangu setelah mengeluhkan pusing, mual, dan sakit perut. Dua di antaranya harus dirujuk ke RSUD dr Karneni Campurdarat untuk mendapatkan perawatan intensif.

    Salah seorang siswa berinisial M menuturkan, menu MBG dibagikan sekitar pukul 07.30 WIB setelah upacara bendera. Hidangan yang diterima berupa nasi kuning dan olahan ayam. Tak lama setelah dikonsumsi, beberapa siswa mulai merasakan gejala tidak biasa.

    “Menunya tadi nasi kuning dan olahan ayam, setelah makan kemudian terasa sakit perut dan pusing,” ujarnya.

    Kapolsek Boyolangu, AKP Tarmadi, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut, sebanyak 38 siswa SMPN 1 Boyolangu mengalami gejala keracunan dan dibawa ke Puskesmas Boyolangu.

    “Ada dua siswa yang dirujuk dan ada beberapa yang sudah membaik kondisinya,” tuturnya.

    Polisi saat ini masih melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab keracunan. Diketahui, menu MBG yang dikonsumsi para siswa dikirim oleh SPPG Yayasan Gusti Maringi Mukti yang berlokasi di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Petugas telah mengambil sejumlah sampel makanan dari tempat tersebut untuk diuji lebih lanjut.

    “Kasus keracunan ini masih diselidiki oleh polisi,” pungkas AKP Tarmadi. [nm/beq]

  • Nggak Cuma Pasang dan Pakai, Pemilik AC Wajib Tahu Hal Ini!

    Nggak Cuma Pasang dan Pakai, Pemilik AC Wajib Tahu Hal Ini!

    Surabaya (beritajatim.com)- Air conditioner (AC) sudah menjadi kebutuhan penting di banyak rumah dan kantor, terutama di daerah dengan cuaca panas. Namun, banyak orang hanya fokus pada kenyamanan yang diberikan tanpa memperhatikan cara perawatan dan penggunaannya.

    Padahal, jika tidak dirawat dengan benar, AC bisa cepat rusak, boros listrik, dan bahkan menimbulkan masalah kesehatan. Berikut ini beberapa hal penting yang wajib diperhatikan oleh setiap pemilik AC agar tetap awet dan berfungsi optimal.

    1. Rutin Membersihkan Filter dan Bagian Dalam AC

    Salah satu kesalahan paling umum adalah jarang membersihkan filter AC. Debu dan kotoran yang menumpuk bisa menghambat aliran udara dan membuat mesin bekerja lebih keras. Akibatnya, konsumsi listrik meningkat dan udara yang keluar jadi tidak lagi bersih.

    Sebaiknya, filter AC dibersihkan minimal dua minggu sekali, terutama jika digunakan setiap hari. Selain itu, pembersihan bagian dalam AC oleh teknisi profesional juga penting dilakukan setiap tiga hingga enam bulan agar sistem pendingin tetap efisien.

    2. Perhatikan Kondisi Freon

    Freon adalah zat pendingin utama pada AC. Jika jumlahnya berkurang atau terjadi kebocoran, kemampuan AC untuk mendinginkan ruangan akan menurun drastis. Salah satu tanda freon berkurang adalah udara yang keluar tidak sedingin biasanya, meski suhu sudah diatur rendah. Bila hal ini terjadi, segera hubungi teknisi untuk memeriksa dan mengganti freon. Mengabaikan masalah ini dapat menyebabkan kerusakan pada kompresor yang biayanya cukup mahal untuk diperbaiki.

    3. Jangan Atur Suhu Terlalu Rendah

    Banyak orang mengira semakin rendah suhu yang diatur, semakin cepat ruangan menjadi dingin. Padahal, hal itu justru membuat AC bekerja lebih keras dan boros energi. Suhu ideal untuk penggunaan di dalam ruangan adalah sekitar 24–26 derajat Celsius. Dengan suhu yang stabil dan tidak terlalu rendah, kinerja AC lebih efisien dan umur pemakaian pun lebih panjang.

    4. Pastikan Ruangan Tertutup Rapat

    Kinerja AC akan sia-sia jika udara dingin keluar lewat celah pintu atau jendela. Karena itu, pastikan ruangan tertutup rapat saat AC menyala. Kamu juga bisa menambahkan karet penahan di pinggiran pintu atau jendela agar udara dingin tidak bocor keluar. Cara sederhana ini bisa membantu menjaga suhu tetap stabil dan menghemat penggunaan listrik.

    Merawat AC bukan sekadar membersihkan bagian luar atau menyalakan dan mematikannya. Perawatan rutin seperti membersihkan filter, memeriksa freon, serta menggunakan suhu ideal dapat memperpanjang umur perangkat dan menjaga kualitas udara tetap sehat. Dengan kebiasaan yang tepat, kamu bisa menikmati udara sejuk tanpa khawatir tagihan listrik melonjak atau AC cepat rusak. [Nazala Habibah Fathyadin]

  • Kapal Sinar Bahari Wulungan Terbalik di Laut Mlaten, Satu ABK Bawah Umur Asal Pasuruan Selamat

    Kapal Sinar Bahari Wulungan Terbalik di Laut Mlaten, Satu ABK Bawah Umur Asal Pasuruan Selamat

    Pasuruan (beritajatim.com) – Peristiwa tragis menimpa nelayan Pasuruan setelah kapal Sinar Bahari Wulungan terbalik di perairan Mlaten, Kecamatan Nguling, Minggu (12/10/2025) malam. Kapal berkapasitas 15 GT itu membawa 17 anak buah kapal (ABK), di mana dua di antaranya hingga kini masih belum ditemukan.

    Dua ABK yang hilang diketahui bernama Ahok (50) dan Ajib (20), keduanya warga Desa Tambaklekok, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan. Sementara 15 nelayan lainnya berhasil diselamatkan oleh tim gabungan bersama nelayan setempat.

    Para ABK yang selamat terdiri dari warga berbagai wilayah di Kota dan Kabupaten Pasuruan, seperti Kelurahan Bugul Lor, Tambaan, Mandaranrejo, dan Ngemplakrejo. Bahkan, salah satunya diketahui masih pelajar berusia 15 tahun bernama Amrizal, warga Ngemplakrejo.

    Menurut laporan resmi Polres Pasuruan Kota, kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Pasuruan sekitar pukul 16.00 WIB dengan tujuan perairan timur laut Mlaten. Sekitar pukul 19.00 WIB, kapal mengalami kebocoran dan akhirnya terbalik akibat hantaman gelombang besar.

    Kasat Polairud Polres Pasuruan Kota, AKP Edy Suseno, membenarkan kejadian tersebut dan menyebut proses pencarian masih terus dilakukan. “Tim SAR bersama Basarnas, BPBD, dan nelayan setempat masih menyisir lokasi kejadian hingga radius empat mil dari pantai,” ujarnya.

    Diketahui, Sinar Bahari Wulungan merupakan kapal milik Iwan, warga Jogja, dengan nahkoda bernama Solikin (46) asal Desa Tambaklekok, Kecamatan Lekok. Saat kejadian, Solikin sempat memotong tali jangkar agar kapal bisa bergerak, namun hanya satu mesin yang bisa dioperasikan.

    “Setelah saya cek, air laut sudah masuk ke ruang palka. Saya langsung potong tali jangkar dan hidupkan mesin, tapi ombak datang sangat kuat hingga kapal langsung terbalik,” tutur Solikin saat dimintai keterangan petugas.

    Salah satu nelayan penolong, Zaimi (60) asal Kelurahan Gadingrejo, mengaku awalnya mengira sinyal lampu senter dari laut hanya isyarat biasa. Namun setelah melihat lampu kapal berkedip mati-hidup, ia segera menuju lokasi dan menemukan kapal sudah terbalik.

    “Saya langsung dekati dan lihat banyak orang terapung di laut. Kami berhasil menolong sembilan orang dan segera membawa mereka ke Pelabuhan Kota Pasuruan,” kata Zaimi.

    Beberapa jam kemudian, enam ABK lainnya diselamatkan oleh kapal nelayan KMN Himalaya milik Soleh (49) asal Kelurahan Ngemplakrejo. Mereka ditemukan berpegangan pada jerigen bahan bakar agar tetap mengapung di tengah gelombang malam yang tinggi.

    “Sekitar pukul 22.00 WIB kami temukan enam korban masih bertahan di laut, mereka langsung kami evakuasi ke pelabuhan,” terang Soleh kepada petugas di lokasi.

    Polres Pasuruan Kota bersama TNI AL, BPBD, HNSI, dan Dinkes Kota Pasuruan masih terus melakukan pencarian di sekitar perairan Mlaten. Hingga kini, fokus utama operasi adalah menemukan dua nelayan asal Lekok yang masih hilang setelah kapal Sinar Bahari Wulungan terbalik akibat cuaca buruk. [ada/aje]